Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MAKALAH MENGENAI :
DI SUSUN O L E H Kelompok 2 : 1. AYU EKA PRATIWI 2. BOBBY FIORENTINO 3. DESSY MULYANI 4. MOGA ARYO WICAKSONO 5. NURSAMSIYAH 6. PEBRIANI WIDYASTUTI 7. SATRIO ADI PURWO
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN JAMBAN DAN KOTORAN MANUSIA 2.2. JENIS-JENIS JAMBAN 2.3. TUJUAN PENGGUNAAN JAMBAN 2.4. SYARAT-SYARAT JAMBAN 2.5. MANFAAT DAN FUNGSI JAMBAN KELUARGA 2.6. PEMELIHARAAN JAMBAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing pada mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat, dan untuk melengkapi penilaian maka kami menyusun makalah ini. Makalah ini sendiri berhubungan dengan Jamban Sehat, mulai dari pengertian ,syarat-syarat , serta macam-macam jamban juga kami memberikan akibat dari tidak adanya jamban sehat. Selain itu, penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para mahasiswa khususnya mahasiswa Teknik Gigi. Penyusunan makalah ini dilakukan selama satu minggu, terhitung setelah diberikannya tugas ini. Sedangkan sumber makalah ini adalah beberapa artikel dan kumpulan-kumpulan makalah lain yang masih berhubungan dengan materi ini yang kami dapat melalui jaringan komunikasi, internet. Selama penyusunan makalah ini banyak kendala yang kami alami, namun hal itu dapat kami atasi dengan adanya kerja sama antara anggota satu dengan anggota lain dalam satu kelompok. Kami sadar, bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka, kami berharap Bapak/Ibu para pembimbing mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat dapat memakluminya, serta berkenan memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
Bandar Lampung,
Oktober 2011
Penyusun
BAB 1 PENDAHULUAN
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Menurut Notoatmodjo (1996), kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Undang-undang RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian faktor penyakit, dan penyehatan atau pengamanan lainnya. Melihat luasnya ruang lingkup kesehatan lingkungan, sangatlah diperlukan adanya multidisiplin kerja agar kegiatannya dapat berjalan dengan baik. Sanitasi lingkungan adalah usaha mengendalikan semua faktor-faktor fisik manusia yang mungkin menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik kesehatan dan daya tahan hidup manusia, kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain: perumahan, penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya. Usaha memperbaiki atau kondisi lingkungan ini dari masa ke masa, dan dari masyarakat satu ke masyarakat lainnya bervariasi dan bertingkat dari paling sederhana (primitif) sampai paling mutakhir (modern). Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara negara berkembang. Karena menurut WHO, penyakit diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karena akses pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional . Ditinjau dari luasnya lingkup,maka masalah lingkungan dapat dibagi menjadi 3 kelompok dasar: Lingkungan rumah tangga atau mikro (Micro environment) Lingkungan khusus atau lingkungan kerja (Meso environment) Lingkungan luas atau makro (Macro environment) Masalah kesehatan lingkungan di negara-negara berkembang adalah berkisar pada perumahan, penyediaan air minum, jamban, pembuangan air limbah, dan pembuangan sampah. Berikut hanya akan dibahas mengenai jamban.
2.1. Pengertian Jamban dan Kotoran Manusia Pembuangan tinja merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap keluarga. Pembuangan kotoran yang baik harus dibuang kedalam tempat penampungan yang disebut dengan jamban Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang daan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran itu tersimpan dalam satu tempat tertentu dan tidak menjadi sarang penyakit (Notoatmodjo, 1996). Menurut Josep Soemardji (1999) arti pembuangan tinja adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia yang menggangu estetika. Berarti jamban keluarga sangat berguna bagi kehidupan manusia karena jamban sangat berguna dalam mencegah berbagai penyakit yang disebabkan oleh kotoran yang tidak dikelola dengan baik. Jamban atau sarana kotoran yang memenuhi syarat adalah upaya penyehatan lingkungan pemukiman. Saranaa jamban yang tidak saniter berpengaruh bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Kotoran manusia adalah segala zat atau benda yang dihasilkan oleh tubuh dan dipandang tidak berguna lagi sehingga perlu dibuang (Notoatmodjo, 1996). 2.1.1. Pengaruh Tinja bagi Kesehatan Manusia Kualitas tinja seseorang dipengaruhi oleh keadaan setempaat selaain faktor fisiologis juga budaya dan kepercayaan. Isi dan komponen tinja tergantung dari beberapa faktor diet ,iklim, dan status kesehatan (Sukarni, 1994). Tinja manusia adaalah buangan padat yang kotor dan berbau serta merupakan media penularan penyakit bagi masyarakat. Kotoran manusia mengandung jenis organisme pathogen yang dibawa air, makanan, lalat yang membawa penyakit seperti salmonella ,vibriokolera, amuba ,virus ,cacing, disentris ,ascariasis ,poliomylitis, dan lain-lain. Kotoran mengandung agen penyebab infeksi masuk saluran pencernaan (Warsito, 1996). Hubungan antara tinja dan status kesehataan terjadi secara langsung dan tidak langsung. Efek langsung dapat mengurangi incidence penyakit yang ditularkan karena kontaminasi oleh tinja seperti kolera ,disentris, typus ,dan lain-lain. Efek tidak langsung darinpembuangan tinja berhubungan dengan komponen sanitasi lingkungan seperti menurunnya kondisi hygiene lingkungan. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan sosial masyarakat dengan mengurangi pencemaran tinja pada sumber air minum penduduk (Kusnoputranto ,1995). 2.2. Jenis-Jenis Jamban Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau. Jamban tangki septik/leher angsa adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya.
2.3. Tujuan Penggunaan Jamban Dapat mencegah terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia serta dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat tersebut : 1. TIDAK MENCEMARI AIR a) Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester. b) Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter c) Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur. d) Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang, danau, sungai, dan laut 2. TIDAK MENCEMARI TANAH PERMUKAAN a) Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan. b) Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian. 3. BEBAS DARI SERANGGA a) Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah b) Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk. c) Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya d) Lantai jamban harus selalu bersih dan kering e) Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup
4. TIDAK MENIMBULKAN BAU DAN NYAMAN DIGUNAKAN a) Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan b) Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air c) Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran d) Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodik 5. AMAN DIGUNAKAN OLEH PEMAKAINYA Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran dengan pasangan batu atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain yang terdapat di daerah setempat 6. MUDAH DIBERSIHKAN DAN TAK MENIMBULKAN GANGGUAN BAGI PEMAKAINYA a) Lantai jamban rata dan miring kearah saluran lubang kotoran b) Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran c) Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh d) Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100 7. TIDAK MENIMBULKAN PANDANGAN YANG KURANG SOPAN a) Jamban harus berdinding dan berpintu b) Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan.
2.5. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal ,yaitu :
Melindungi masyarakat dari berbagai penyakit Melindungi dari gangguan estetika ,bau ,dan penggunaan sarana yang aman Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit Melindungi pencemaraan dari penyediaan air bersih dan lingkungan 2.6. Pemeliharaan Jamban Jamban hendaknya dipelihara baik dengan cara : Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering Tidak ada sampah berserakan dan tersedianya alat pembersih Tidak ada genangan air disekitar jamban Rumah jamban dalam keadaan baik ,tidak ada kecoa dan lalat Tempat duduk selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat Tersedia air bersih Bila ada bagian yang rusak harus segera diperbaiki (DEPKES RI, 2004)
Keberadaan jamban di Indonesia menurut data bank dunia tahun 2003 dari jumlah penduduk Indonesia yaitu 203 juta orang yang menggunakan jamban baru 100 juta orang atau hanya 47% saja (DEPKES RI, 2004). Secara nasional pencapaian jumlah cakupan jamban di Indonesia terlihat dari laporan 19 propinsi di Indonesia. Pada tahun 2005 telah dilakukan pemeriksaan rumah di beberapa kabupaten/kota di Indonesia tapi hasilnya menunjukan dari 401.780 rumah yang dilakukan pemeriksaan, ketersediaan jamban baru 68,49%. Di perkotaan yang menggunakan jamban sekitar 80,45% (DEPKES RI,2005). Di propinsi Sumatera dari pemeriksaan rumah terlihat bahwa cakupan penggunaan jamban pada tahun 2004 sekitar 51,71%. Hal ini jika dibanding angka berkisar 61,8% maka propinsi Sumatera masih dibawah angka nasional. Dan dari ketidakpunyaan jamban sehat pada suatu rumah itu akan menimbulkan penyakit. Penyakit yang ditimbulkan dari kotoran manusia digolongkan menjadi tiga ,yakni : 1. Penyakit enteric atau saluran pencernaan dan kontaminasi zat racun 2. Penyakit infeksi oleh virus seperti hepatitis infektiosa 3. Infeksi cacing seperti schitomiasis, ascariasis, ankilostomiasis Karena manusia merupakan sumber penting dari penyakit ,penyakit infeksi yang ditularkan oleh tinja merupakan salah satu penyebab kematian. Penyakit yang ditularkan oleh tinja manusia bisa menyebabkan kelemahan karena manusia sebagai reservoir dari penyakit yang bisa menurunkan produktifitas kerja. Akibatnya perlu dilakukan tindak pencegahan agar penyakit tidak menular. Maka dari itu sebaiknya setiap rumah harus memiliki jamban sehat dengan beberapa syarat yang telah ditetapkan oleh kementrian yakni :
Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter Tidak berbau Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus Tidak mencemari tanah di sekitamya Mudah dibersihkan dan aman digunakan Dilengkapi dinding dan atap pelindung Penerangan dan ventilasi cukup Lantai kedap air dan luas ruangan memadai Tersedia air, sabun, dan alat pembersih
Kenapa jamban yang kita miliki harus sehat ?? Itu karena jamban merupakan media penularan penyakit yang ditimbulkan oleh kotoran manusia . Maka dari itu kita harus memiliki jamban sehat dengan tujuan : 1. Mencegah terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia. 2. Mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya
4.1 KESIMPULAN
* Jamban merupakan media penyebaran penyakit yang ditimbulakn oleh kotoran manusia. * Di beberapa propinsi di Indonesia khususnya pedesaan masih minimnya rumah yang memiliki jamban sehat dikarenakan faktor ekonomi dan pengetahuan tentang kesehatan.
4.2 SARAN 1. Kepada pemerintah diharapkan adanya peningkaatan sanitasi lingkungan berupa pengadaan fasilitas kesehatan seperti perbaikan jamban ,sistem pembuangan limbah yang dibantu oleh biaya dan didukung sikap Pemda secara nyata. 2. Kepada dinas kesehatan disarankan menyusun rancangan kerja tentang kesehatan lingkungan dan pembinaan peran serta masyarakat memakai jamban oleh Dinas Kesehatan dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan. 3. Perlu kerjasama lintas program dan sektoral oleh dinas kesehatan maupun puskesmas dengan instansi lain sebagai penggerak peran serta masyarakat menggunakan jamban. 4. Kegiatan penyuluhan yang disertai dengan praktek dan pembinaan langsung di lapangan perlu ditekankan secara khusus pada masalah sanitasi lingkungan terutama mengenai jamban keluarga. 5. Dibutuhkan kesadaran semua pihak di lokasi penelitian mengenai pentingnya kepemilikan jamban keluarga yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar A, 2000. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Jakarta. Penerbit : Mutiara Sumber Widya Press. Conyers D, 1994. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga, Gajah Mada University Press Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ,1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka, Jakarta. Ehler dan Stell, 2000. Syarat-syarat jamban sehat yang memenuhi standar, Jakarta. Irawan dan Suparmoko, 2002. Penelitian evaluasi dan pemanfaatan jamban dari berbagai aspek geohidrologi, sosial ekonomi, dan sosial budaya masyarakat di beberapa daerah pedesaan di Indonesia, Balitbangkes DEPKES RI, Jakarta. Notoatmodjo S, 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta. Penerbit : Rinerka Cipta.
Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. http://datinkessulsel.wordpress.com/2009/06/26/pengetahuan-dan-tindakan-masyarakat-dalampemanfaatan-jamban-keluarga/ http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/07/sanitasi-lingkungan.html Mulia, R. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. http://www.dimsum.its.ac.id/id/?page_id=6 http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/sanitasi-lingkungan/ Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI-Press http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-air-limbah/