Вы находитесь на странице: 1из 4

PENDAHULUAN

Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah. Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat luas. Data World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun. Di negara berkembang, kasus demam tifoid dilaporkan sebagai penyakit endemis dimana 95% merupakan kasus rawat jalan sehingga insidensi yang sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan rawat inap di rumah sakit. Di Indonesia kasus ini tersebar secara merata di seluruh propinsi dengan insidensi di daerah pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun dan di daerah perkotaan 760/100.000 penduduk/tahun atau sekitar 600.000 dan 1.5 juta kasus per tahun. Umur penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91% kasus. Beberapa faktor penyebab demam tifoid masih terus menjadi masalah kesehatan penting di negara berkembang meliputi pula keterlambatan penegakan diagnosis pasti. Penegakan diagnosis demam tifoid saat ini dilakukan secara klinis dan melalui pemeriksaan laboratorium. Diagnosis demam tifoid secara klinis seringkali tidak tepat karena tidak ditemukannya gejala klinis spesifik atau didapatkan gejala yang sama pada beberapa penyakit lain pada anak, terutama pada minggu pertama sakit. Hal ini menunjukkan perlunya pemeriksaan penunjang laboratorium untuk konfirmasi penegakan diagnosis demam tifoid. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Gejala kilnis pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa seperti perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, kepala, pusing dan tidak bersemangat. Dampak fatal dari penyakit ini antara lain perdarahan usus, perforasi usus dan peritonitis. Demam tifoid terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya tidak tergantung pada iklim. Penyakit tersebut lebih banyak dijumpai di daerah tropis di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan oleh penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan dan kebersihan individu yang

kurang baik. Demam tifoid dapat di temukan sepanjang tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak dan tidak ada perbedaan yang nyata antara insidensi demam tifoid pada wanita dan pria (Carpenito 1997). Di Indonesia demam tifoid jarang dijumpai secara epidemik tetapi lebih sering bersifat seporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Penderita anak yang ditemukan biasanya berumur di atas 1 tahun. Sebagian besar dari penderita (80%) yang dirawat di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Anak FKUI-RSCM Jakarta berumur diatas 5 tahun. Insiden penyakit ini tidak berbeda antara anak laki-laki dan anak perempuan. Demam tifoid merupakan penyakit menular yang sering terjadi pada anak-anak. Penularannya dapat terjadi melalui yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat makanan dan air. Dengan demikian perlu dipelajari dan diketahui beberapa hal mengenai jenis penyakit yang juga mengganggu saluran pencernaan tersebut. Oleh karena itu, dilakukan penyusunan makalah mengenai demam tifoid pada anakanak ini. Penyusunan makalah ini juga merupakan tugas mata kuliah patofisiologi gizi. Tujuan Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang pengertian demam typhoid, penyebab terjadinya demam typhoid pada anak-anak, dan gejalanya.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Safriani (2003) mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa-masa rawan yang berkontribusi besar terhadap keberhasilan seseorang baik secara fisik maupun psikis. Remaja merupakan kelompok usia yang masih mudah mengalami perubahan fisik dan psikisnya karena saat itu remaja sedang mengalami masa pecarian jati diri, pertumbuhan, dan transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Makanan yang baik akan menghasilkan fisik dan psikis yang baik pula. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan remaja. Makanan dan asupan gizi merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan. Pada kondisi normal, seseorang akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya, tetapi juga dipengaruhi oleh asupan zat gizi yang terdapat dalam makanan. Selama masa remaja, kebutuhan zat gizi meningkat. Akan

tetapi, remaja sekarang sering kali sibuk dengan kegiatannya sendiri sehingga sebagian besar tidak dapat menjaga pola makan teratur dan seimbangnya. Oleh karena itu, banyak timbul masalah gizi pada remaja, seperti: overweight, anemia, dan defisiensi kalsium (Khomsan, 2002). Masalah gizi remaja perlu mendapatkan perhatian khusus karena pengaruhnya yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan sampai umur 20 tahun mengalami puncak pertambahan massa tulang (peak bone mass / PBM) yang menyebabkan kebutuhan gizi pada masa ini sangat tinggi bahkan lebih tinggi daripada fase kehidupan lainnya (Almatsier, 2002). Nuhonni (1999) mengutarakan bahwa PBM sangat ditentukan oleh asupan kalsium terutama untuk remaja. Asupan kalsium yang rendah akan mengakibatkan remaja beresiko terkena osteoporosis atau masalah kesehatan lainnya yang berhubungan dengan defisiensi kalsium dan tulang pada saat dewasa nanti. Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia kira-kira sebesar 2% dari bobot tubuh yang tersebar pada darah, gigi, tulang, dan jaringan lunak lainnya. Kalsium bersama-sama dengan fosfor akan membentuk tulang. Lebih dari 20% pertambahan tinggi badan total dan 50% massa tulang dewasa dicapai selama remaja. Kebutuhan kalsium pada remaja sangat tinggi sehingga efisiensi penyerapan kalsium meningkat dan deposit kalsium meningkat hingga dua kali lebih besar dari masa-masa sebelum atau sesudahnya. Namun, penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan hasil konsumsi kalsium yang rendah dan masih kurang dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Asupan kalsium pada remaja umumnya masih sangat kurang khususnya di Indonesia. Dengan demikian, perlu dikaji lebih dalam mengenai permasalahan gizi akibat defisiensi kalsium pada remaja.

Tujuan
1. Mengetahui peranan kalsium pada remaja usia 19 sampai 20 tahun. 2. Mengetahui gejala dan dampak kekurangan kalsium pada remaja. 3. Mengetahui cara-cara penanggulangan terhadap akibat defisiensi kalsium pada remaja.

Вам также может понравиться