Вы находитесь на странице: 1из 8

Majalah Susiana Indonesia, 18(1), 21 28, 2007 A.

Budi Farmasi

Optimasi natrium sitrat dan asam fumarat sebagai sumber asam dalam pembuatan granul effervescent ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) secara granulasi basah
Optimation of sodium citric and fumaric acid as acid sources in effervescent granule of Curcuma xanthorrhiza Roxb. extract by wet granulation
A. Budi Susiana Lestari * dan Lisa Natalia
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Abstrak
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan salah satu obat alam yang banyak tersebar di Indonesia. Berdasarkan penelitian dan pengalaman, temulawak telah terbukti berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Pada penelitian ini digunakan kombinasi natrium sitrat dan asam fumarat sebagai eksipien dan diharapkan dapat menghasilkan granul effervescent ekstrak temulawak dengan sifat fisik yang memenuhi persyaratan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor natrium sitrat, asam fumarat, atau interaksi keduanya yang dominan terhadap sifat fisik granul, serta mengetahui area komposisi optimum campuran natrium sitrat dan asam fumarat yang dapat menghasilkan sifat fisik granul effervescent yang dikehendaki. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni menggunakan metode desain faktorial dengan dua faktor dan dua level. Dilihat dominasi faktor yang berpengaruh terhadap sifat fisik. Sifat fisik granul effervescent yang diuji untuk melihat dominasi adalah kandungan lembab, kecepatan alir dan waktu larut. Uji sifat fisik tersebut juga dapat digunakan untuk mencari formula granul yang optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa natrium sitrat bersifat dominan dalam menentukan kandungan lembab dan waktu larut granul effervescent, sedangkan asam fumarat lebih dominan dalam menentukan kecepatan alir granul effervescent. Dari contour plot super imposed pada level yang diteliti tidak diperoleh area komposisi optimum campuran natrium sitrat dan asam fumarat yang diprediksi sebagai formula optimum granul effervescent dengan sifat fisik yang dikehendaki.
Kata kunci: temulawak, natrium sitrat, asam fumarat, metode desain faktorial

Abstract
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) is one of natural drugs spread throughout Indonesia. Based on researches and experiences, temulawak has been proven to cure some diseases. This research applied combination of sodium citrate and fumaric acid as excipients to produce effervescent granule with certain physical characteristics. The aims of this research were to observe dominant factor and the interaction effect between sodium citrate and fumaric acid, to find out the optimal area of sodium citrate and fumaric acid mix to produce effercescent

Majalah Farmasi Indonesia, 18(1), 2007

21

Optimasi natrium sitrat............

granule which fulfill the granule requirements. The research used factorial design method with two factors and two levels. The physical characteristics of effervescent granule, evaluated were moisture content, flow rate and time to disintegrate and dissolve. The results showed that sodium citrate dominant in moisture content and time, whereas fumaric acid dominant in granule flow properties. Under research circumstances, contour plot super imposed fail to show the optimum area for moisture content, flow rate and time to disintegrate and dissolve of effervescent granule cant be obtain from contour plot super imposed under the research condition.
Key words : Curcuma xanthorrhiza Roxb., sodium citric,fumaric acid, factorial design

Pendahuluan Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh di daerah tropis. Berdasarkan penelitian dan pengalaman, temulawak telah terbukti berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Misalnya sebagai obat gangguan hati, temulawak bekerja sebagai kolagoga, yaitu meningkatkan produksi dan sekresi empedu. Selain itu, temulawak juga dapat digunakan sebagai obat antiinflamasi, penambah nafsu makan, batuk, asma, sariawan, dan diare (Afifah, 2003). Di sisi lain, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi mendorong para farmasis untuk membuat suatu formulasi yang tepat untuk mengolah bahan alam menjadi suatu bentuk sediaan yang mudah diterima oleh masyarakat, selain parameter kualitas yang lain yang tetap harus terpenuhi. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat dalam mengkonsumsi obat-obat dari bahan alam. Pemikiran tersebut melatarbelakangi dilakukannya penelitian tentang pembuatan bentuk sediaan tertentu menggunakan ekstrak temulawak. Bentuk sediaan yang dipilih dalam penelitian ini adalah granul effervescent, mengingat bentuk ini dalam hal tertentu relatif memiliki banyak keuntungan dibanding bentuk sediaan lain, diantaranya dalam hal penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat. Menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa beberapa obat tertentu. Mudah untuk digunakan dan nyaman (Allen, 2002)..Sehubungan hal tersebut, perlu dilakukan optimasi formula granul effervescent ekstrak temulawak berikut kontrol kualitasnya, sehingga akhirnya dapat diperoleh suatu sediaan granul

effervescent ekstrak temulawak yang memenuhi persyaratan kualitas. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui faktor dominan, natrium sitrat atau asam fumarat atau interaksi dari keduanya, yang menentukan sifat fisik granul yang dikehendaki pada pembuatan granul effervescent ekstrak temulawak. 2. Mengetahui area optimum melalui contour plot super imposed kombinasi natrium sitrat dan asam fumarat pada pembuatan granul effervescent ekstrak temulawak. Metodologi
Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jumlah natrium sitrat dan asam fumarat, yaitu level rendah 200 mg dan level tinggi 100 mg.
Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik granul effervescent yang meliputi kecepatan alir, kandungan lembab, dan waktu larut. Komposisi optimum granul effervescent adalah komposisi natrium sitrat dan asam fumarat yang menghasilkan kecepatan alir lebih dari 10g/detik, kandungan lembab antara 0,4 - 0,7 %, dan waktu larut antara 60 - 120 detik membentuk larutan yang jernih. Bahan yang digunakan adalah ekstrak temulawak yang disari dari rimpang kering temulawak, etanol 70.%, natrium bikarbonat, natrium sitrat, asam fumarat, aspartam, PVP, laktosa. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat-alat gelas (Pyrex-Germany), alat penyerbuk (Retsch 19860013, Retsch B.V.), alat maserasi, neraca elektrik (Mettler Toledo GB 3002),
Alat Bahan Definisi operasional

22

Majalah Farmasi Indonesia, 18(1), 2007

A. Budi Susiana

viscotester (VT-04 RION), alat pengukur daya lekat, alat pHmeter elektrik (VT-03 RION), alat pengukur waktu alir, moisture analizer (SinarTM IR Balance 6100), stopwatch (Illuminator, Casio), pengayak (Laboratory Sieve, IML), lemari pengering, oven (Memmert).
Cara penelitian

1.

2.

3.

Pengumpulan dan penyiapan simplisia rimpang temulawak Rimpang temulawak dicuci bersih, dipotong melintang dan dikeringkan. Simplisia dinyatakan kering bila mudah dipatahkan. Simplisia yang telah kering diserbuk dengan mesin penyerbuk dengan derajat kehalusan yang sesuai untuk maserasi. Pembuatan ekstrak temulawak Serbuk rimpang temulawak sebanyak 1.kg dimaserasi dengan etanol 70.% dengan perbandingan 1:7 di dalam erlenmeyer tertutup kemudian didiamkan selama 5 hari (Voigt, 1984). Rendaman diperas dan ampasnya diperas lagi. Cairan maserasi dan hasil perasan ampas disatukan, selanjutnya diukur volume yang diperoleh. Hasil ekstraksi didiamkan selama satu hari lalu disaring dan dipekatkan di atas waterbath dengan suhu kurang dari 50C sampai volume konstan. Pemeriksaan kualitas ekstrak temulawak a. Organoleptis : meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa. b. Viskositas : pengukuran menggunakan alat viscometer Rion VT 04. Pengujian dilakukan dengan replikasi sebanyak 6 kali dengan waktu pendiaman selama 15 menit. c. Daya lekat : ekstrak temulawak sebanyak 100 mg diletakkan di tengah gelas obyek. Gelas obyek yang lain diletakkan di atas ekstrak tersebut kemudian ditekan dengan beban seberat 1 kg selama 5 menit. Kedua gelas obyek dipasang pada alat daya lekat dan ditarik dengan beban seberat 80 g. Waktu dihitung dari beban dilepas sampai kedua lempeng gelas obyek terpisah.

d. Kandungan lembab : ekstrak ditimbang dalam gelas arloji dicatat beratnya, kemudian dimasukkan oven pada suhu 105C. Setelah satu jam ekstrak diambil dan ditimbang. Dicatat beratnya, pengerjaan diulangi sampai diperoleh bobot konstan (Anonim, 1979). 4. Penentuan dosis ekstrak temulawak Dosis kurkumin dalam ekstrak temulawak sebagai perangsang penciutan kandung empedu pada penelitian tentang efek kurkumin pada kandung empedu manusia (Lelo et al., 1998) adalah 20 mg sekali minum. Kandungan kurkumin dalam rimpang temulawak berkisar antara 1,6 % - 2,2 % (Anonim, 2002). Dari hasil penelitian di laboratorium: 1 kg rimpang basah temulawak = 100 g serbuk kering temulawak = 10 g ekstrak temulawak Kandungan kurkumin = 2 %. Dalam 100 g serbuk kering = 2 % x 100.000 mg serbuk kering = 2000 mg kurkumin Dosis kurkumin sekali minum = 20 mg.

Dosis ekstrak sekali minum =


20 mg kurkumin 2000 mg kurkumin
5. 6. 7.

x 10.000 mg ekstrak = 100 mg

8.

Penentuan level rendah dan level tinggi asam sitrat dan asam tartrat Penentuan formula granul effervescent pada Tabel I . Pembuatan granul effervescent Granul effervescent dibuat secara terpisah antara granul asam dan granul basa untuk menghindari reaksi effervescent dini. Pembuatan granul effervescent dilakukan di tempat dengan kelembaban sekitar 50.%. Sebagai larutan pengikat dilarutkan PVP dalam etanol 70.% dengan konsentrasi 3.%. Pada granul asam, ekstrak temulawak dilarutkan terlebih dahulu ke dalam larutan PVP agar distribusi ekstrak temulawak dapat merata di dalam massa granul. Pemeriksaan sifat fisik granul effervescent a. Kecepatan alir : 100 gram granul dituang

Tabel I. Formula granul effervescent ekstrak temulawak Bahan (mg) Ekstrak temulawak Natrium bikarbonat Natrium sitrat Asam fumarat Laktosa Polivinilpirolidon Aspartam 1 100 575 200 200 135 20 10 Formula a 100 575 1000 200 135 20 10 b 100 575 200 1000 135 20 10 ab 100 575 1000 1000 135 20 10

Majalah Farmasi Indonesia, 18(1), 2007

23

Optimasi natrium sitrat............

perlahan-lahan melalui tepi corong yang ujungnya tertutup. Dicatat waktu yang diperlukan sampai semua granul habis keluar. Menurut Guyot (cit Fudholi, 1983), apabila waktu yang diperlukan oleh 100 gram granul untuk mengalir keluar dari corong lebih dari 10 detik, akan mengalami kesulitan waktu penabletan. b. Kandungan lembab : dengan alat moisture balance, dimasukkan 5 gram granul dalam aluminium foil. Pengeringan pada suhu 105C selama 5 menit, akan didapat persen kadar air. Syarat kadar air granul effervescent antara 0,4 %-0,7 % (Fausett dkk, 2000). c. Waktu larut : sejumlah granul tiap formula dilarutkan ke dalam 200 mL aquadest. Waktu larut dihitung dengan stop watch mulai dari granul tercelup ke dalam aquadest sampai semua granul terlarut. Waktu larut granul effervescent berkisar antara 1-2 menit (Mohrle, 1989). Berdasarkan rumus Y = b0 + b1XA + b2XB + b12XAXB dapat dihitung harga koefisien b0, b1, b2, b12 (Bolton,.1997). Dari hasil perhitungan menggunakan rumus ini dapat dibuat contour plot sifat fisik granul effervescent. Dari contour plot tersebut kemudian digabungkan menjadi contour plot super imposed untuk mengetahui komposisi optimum kombinasi antara natrium sitrat dan asam fumarat yang akan digunakan sebagai eksipien pada pembuatan granul effervescent ekstrak temulawak. Berdasarkan data tersebut dapat diperoleh besarnya efek tiap faktor dan juga interaksinya.
Analisis akhir

Hasil Dan Pembahasan


Hasil uji standarisasi ekstrak temulawak

a.

Uji organoleptik : warna coklat tua, bau khas, rasa pahit, konsistensi kental. b. Uji kandungan lembab dan daya lekat ekstrak temulawak (Tabel II).

Hasil uji sifat fisik granul effervescent ekstrak temulawak pada Tabel III) Hasil perhitungan efek faktor terhadap sifat fisik granul berdasarkan desain faktorial (Tabel IV ). Untuk melihat hubungan pengaruh peningkatan level natrium sitrat dan asam fumarat terhadap sifat fisik granul effervescent, dibuat grafik ( Gambar 1 ). Dari contour plot (Gambar 1) tampak bahwa dengan penambahan natrium sitrat dan asam fumarat baik pada level rendah maupun level tinggi akan meningkatkan kandungan lembab granul effervescent. Hal ini juga ditunjang dengan perhitungan desain faktorial (Tabel V), dimana nilai efek kedua faktor tersebut yang sama-sama bernilai positif, artinya baik natrium sitrat dan asam fumarat dapat meningkatkan kandungan lembab dalam sistem granul effervescent tersebut. Namun efek natrium sitrat yang nilainya lebih besar dibanding efek asam fumarat menunjukkan bahwa natrium sitrat lebih dominan dalam menentukan kandungan lembab granul effervescent. Efek interaksi kedua faktor yang bernilai negatif menunjukkan bahwa terjadinya interaksi natrium sitrat dan asam fumarat justru akan menurunkan kandungan lembab granul effervescent. Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa penambahan natrium sitrat dan asam fumarat baik pada level rendah maupun tinggi akan mempersingkat waktu larut granul effervescent. Berdasarkan besarnya efek (Tabel V), natrium sitrat lebih dominan dalam mempercepat waktu larut granul effervescent dibanding asam fumarat, sebaliknya interaksi antara natrium sitrat dan asam fumarat justru akan memperlama waktu larut.

Hasil uji sifat fisik granul

Tabel II. Hasil uji kandungan lembab dan daya lekat ekstrak temulawak Uji ekstrak Kandungan lembab (%) Viskositas (dPas) Daya lekat (detik) Nilai (X SD) 23,73 0,73 3,45 0,13 5,00 2,83

Tabel III. Hasil uji sifat fisik granul effervescent ekstrak temulawak Sifat fisik Kandungan lembab (%) Waktu larut (detik) Kecepatan alir (g/detik) F (1) 2,93 0,05 157,33 3,50 13,16 1,33 F (a) 4,36 0,04 71,00 5,62 11,39 0,96 F (b) 4,06 0,04 87,33 3,93 23,33 2,58 F (ab) 5,33 0,05 53,33 4,13 16,43 2,10

24

Majalah Farmasi Indonesia, 18(1), 2007

A. Budi Susiana

Tabel IV. Hasil perhitungan efek faktor terhadap sifat fisik granul effervescent ekstrak temulawak Sifat fisik granul Efek a Kandungan lembab (%) 1,35 Waktu larut (detik) -60 Kecepatan alir (g/detik) -4,34 Keterangan : a = natrium sitrat, b = asam fumarat Efek b 1,05 -43,67 7,61 Efek Interaksi a-b -0,08 26 -2,57

Natrium sitrat (g)

Asam fumarat (g)

Gambar 1a

Gambar 1b

Gambar 1. Grafik hubungan antara level natrium sitrat (a) dan asam fumarat (b) terhadap kandungan lembab granul effervescent

Natrium sitrat (g)

Asam fumarat (g)

Gambar 2a

Gambar 2b

Gambar 2. Grafik hubungan antara level natrium sitrat (a) dan asam fumarat (b) terhadap waktu larut granul effervescent

Natrium sitrat (g)

Asam fumarat (g)

Gambar 3a.

Gambar 3b.

Gambar 3. Grafik hubungan antara level natrium sitrat (a) dan asam fumarat (b) terhadap kecepatan alir granul effervescent

Majalah Farmasi Indonesia, 18(1), 2007

25

Optimasi natrium sitrat............

Penambahan natrium sitrat dapat menurunkan kecepatan alir granul effervescent pada penggunaan asam fumarat level tinggi maupun rendah. Sebaliknya peningkatan jumlah asam fumarat dapat meningkatkan kecepatan alir granul effervescent pada penggunaan natrium sitrat level tinggi maupun rendah (Gambar 3). Berdasarkan perhitungan desain faktorial, efek asam fumarat lebih dominan dalam menentukan kecepatan alir granul effervescent, sedangkan natrium sitrat maupun interaksi antara kedua faktor tersebut meskipun tidak bersifat dominan, namun cenderung dapat menurunkan kecepatan alir granul. Semakin banyak jumlah asam fumarat, kecepatan alir granul effervescent semakin meningkat, di sisi lain penambahan natrium sitrat harus diperhatikan karena dapat menurunkan kecepatan alir granul effervescent.
Contour plot sifat fisik granul

2. Waktu larut, dengan persamaan : Y = 199,66 1,24.10-1X1 1,04.10-1X2 + 8,18.10-5X12

Asam fumarat (g)

Natrium sitrat (g)

Gambar 5. Contour plot waktu larut granul effervescent

1. Kandungan lembab, dengan persamaan : Y = 2,28 + 1,84.10-3XA + 1,46.10-3XB 2,5.10-7 XA XB

Dalam penelitian ini, dipilih respon tersebut karena menurut Mohrle (1989), tablet effervescent yang baik memiliki waktu larut antara 1-2 menit membentuk larutan yang jernih. 3. Kecepatan alir, dengan persamaan :

Asam fumarat (g)

Y = 10,74 + 6,09.10-4 XA + 1,43.10-2 XB 8,02.10-6 XA XB

Natrium sitrat (g)

Gambar 4. Contour plot kandungan lembab granul effervescent

Asam fumarat (g)

Natrium sitrat (g) Gambar 6. Contour plot effervescent kecepatan alir granul

Nilai kandungan lembab dari granul yang diperoleh lebih dari 0,4-0,7%, sehingga dari contour plot tidak dapat ditentukan komposisi natrium sitrat dan asam fumarat yang diinginkan untuk menghasilkan kandungan lembab granul effervescent tertentu, pada level yang diteliti.

Semua area formula pada komposisi natrium sitrat dan asam fumarat yang diteliti

26

Majalah Farmasi Indonesia, 18(1), 2007

A. Budi Susiana

merupakan area formula yang optimum untuk menghasilkan kecepatan alir yang dikehendaki, karena memenuhi syarat >10..g/detik (cit Fudholi, 1983).
Contour plot super imposed granul effervescent natrium sitrat-asam fumarat

Dalam penelitian ini, formula optimum granul effervescent dapat diprediksi dengan cara mencari area komposisi optimum 3 uji sifat fisik granul effervescent meliputi uji kecepatan alir, kandungan lembab dan waktu larut. Respon yang telah dipilih dari tiap uji sifat fisik granul effervescent dijadikan satu dalam contour plot super imposed.

Asam fumarat (g)

salah satu uji sifat fisik granul effervescent yaitu uji kandungan lembab tidak memenuhi kriteria (0,4 % - 0,7 %), sehingga tidak ditemukan area yang diprediksi sebagai formula optimum granul effervescent yang diteliti. Berdasarkan definisi operasional penelitian, kandungan lembab termasuk salah satu parameter untuk menentukan formula optimum. Tidak terpenuhinya syarat kandungan lembab bukan dikarenakan faktor natrium sitrat dan asam fumarat, namun lebih dimungkinkan karena proses pembuatan granul effervescent dilakukan di ruangan yang memiliki kelembaban relatif 50.%, padahal seharusnya dilakukan di ruangan dengan kelembaban relatif maksimal 25.% (Mohrle, 1989). Dalam penelitian ini kemungkinan sudah tercapai kesetimbangan kandungan lembab antara bahan-bahan granul effervescent dengan kelembaban di ruangan pembuatan, sehingga walaupun sudah dikeringkan dalam oven, granul effervescent yang dihasilkan tidak bisa mencapai kandungan lembab 0,4-0,7 % . Kesimpulan 1. Natrium sitrat bersifat dominan dalam menentukan kandungan lembab granul dan waktu larut, sedangkan asam fumarat lebih dominan dalam menentukan kecepatan alir granul effervescent. 2. Dalam penelitian ini tidak diperoleh area komposisi optimum yang diprediksi sebagai formula optimum granul effervescent.

Natrium sitrat (g)

Gambar 7. Contour plot super imposed granul effervescent

Dari contour plot super imposed tidak ditemukan area optimum. Hal ini disebabkan Daftar Pustaka

Afifah, E., 2003, Khasiat dan Manfaat Temulawak : Rimpang Penyembuh Aneka Penyakit, 1-3, 12-13, Agromedia Pustaka, Jakarta. Alderbon, G., and Nystrom, C., 1996, Pharmaceutical Powder Compaction Technology, vii - viii, Marcell Dekker Inc., New York. Allen, V.L., 2002, The Art, Science and Technology of Pharmaceutical Compounding, 2nd Ed, 117, American Pharmaceutical Association, Washington, D.C. Anonim, 1977, Materia Medika I, 55-57, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1979, Materia Medika Indonesia, Edisi III, 68-69, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1986, Sediaan Galenika, 5-20, Depkes RI, Jakarta. Anonim, 1995, Compotition Tablet Efferfescent, www.pharma-solution.basf.com, diakses tanggal 24 Januari 2006. Anonim, 2002, Teknologi Tepat Guna :Budidaya pertanian temulawak, http://www.IPTEKnet.co.id, diakses tanggal 24 Januari 2006.

Majalah Farmasi Indonesia, 18(1), 2007

27

Optimasi natrium sitrat............

Anonim, 2004, Sodium Bicarbonate Dosage : Interactions, Side effects, How to Use, www.health digest.org/drugs/sodium bicarbonate.html. diakses tanggal 24 Januari 2006. Anwar, K., Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak Kunyit (Curcumae domestica val.), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistics : Practical and Clinical Aplication, Edisi III, 591-610, Marcel Dekker, Inc., New York. Boylan, J.C., Cooper, J. and Cowhan, T.Z, 1986, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 78-80, 236, 239, 263-264, American Pharmaceutical Association. Dalimartha, S., 2003, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid II, 182-185, Trubus Agriwidya, Jakarta. Drummond, J.N., 1995, Binders and Granules and Tablets in Karsa, D.R., Stephenson, R.A., Excipients and Delivery Sistems for Pharmaceutical Formulations,75, Antony Rows Ltd., UK. Fassihi and Kanfer, 1986, Effect of Comprsibility and Powder Flow Properties on Tablet Weight Variation in Drug Development and Industrial Pharmacy, 12th, Marcel Dekker, Africa. Fausett, H., Gayser C., Dash, A.K., 2000, Evaluation of Quick Disintegrating Calcium Carbonate Tablets, 28 Juni 2000, http://www.pharmscitech.com. diakses tanggal 24 Januari 2006. Fudholi, A., 1983, Metode Formulasi Dalam Kompresi Direk, Medika, no.7, 586-593. Juniawan, H., 2004, Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak Kencur (Kaemferia galanga L.) Dengan Variasi Jumlah Asam Sitrat-Asam Tartrat, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Lelo, A., Rasyid, A., Misra, Hamid, Z., 1998, Efek Kurkumin Pada Kandung Empedu Manusia Dalam Bentuk Sediaan Tablet, Kapsul dan Bubuk, Majalah Kedokteran UNIBRAW , XIV,3, 131-132. Majeed, M., Badmaev, V., Shivakumar U., Rajendran, R., 1995, Curcuminoids, 24, NutriScience Publisher, Inc., USA. Martono, S., 1996, Penentuan kadar kurkumin secara kromatografi lapis tipis-densitometri, dalam Buletin ISFI Yogyakarta, II, 4, Yogyakarta. Mohrle, R., 1989, Effervescent Tablets, in Lieberman, H.A., Lachman,L., (eds), Pharmaceutical Dosage Form Tablet, vol I, 287, 289, 295. Parrot, E.L., 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, 3nd Ed, 73-76, Burgess Publishing Company, USA. Rubinstein, M..H., 1988, Tablets in Aulton, Michael E., Pharmaceutics The Sciene of Dosage Form Design, 304-308, ELBS with Churchill Livingstone: Hongkong. Summers, A.S and Aulton, M., 2002, Granulation, in Aulton, M., Pharmaceutics the Sciences of Dosage Form Design, 2nd Ed,207-208, 365-367, 412-413, ELBS with Churchill Livingstone., Hongkong. Voigt, R.,1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Ed 5, 169-171, 199-209, 565-566, 585-586, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Wagner, H., Bladt, S., Zgainski, E.M, 1984, A Thin Layer Chromatography Atlas, 42-43, terjemahan Scott, A.Th., Berlin Heidelberg New York, Tokyo. Wolfram, Tritthart, Psikernig, Maria Andre, Kolb, Gottfried, 1999, Effervescent Formulations, www. Pharmcast.com/patents. diakses tanggal 24 Januari 2006.

* Korespondensi : A. Budi Susiana Lestari S.Si., Apt. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Kampus III, Paingan, Maguwohardjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55281 Telp. +62 (0274) 883037 ext.2234, Fax. +62 (0274) 886529 E-mail : a_budi@staff.usd.ac.id / agatha_budi@yahoo.com

28

Majalah Farmasi Indonesia, 18(1), 2007

Вам также может понравиться