Вы находитесь на странице: 1из 1

Diversifikasi Pangan : Peluang bagi Bahan Pangan Lokal untuk Berkembang Gencarnya sosialisasi diversifikasi pangan tidak menjadikan

konsumsi beras di Indonesia menurun. Menurut Pakpahan dan Suhartini (1989) diversifikasi pangan hanya terbatas pada pangan pokok, sehingga diversifikasi konsumsi pangan diartikan sebagai pengurangan konsumsi beras yang dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan pangan non beras. Lebih rinci lagi definisi diversifikasi pangan menurut Suhardjo dan Martianto (1992) tidak hanya terbatas pada diversifikasi konsumsi makanan pokok, tetapi juga makanan pendamping seperti makanan ringan, camilan, dll. Berdasarkan data pemerintah konsumsi beras di Indonesia sekitar 139,15 kg/kap/tahun, konsumsi gandum sekitar 31,07 g/kap/hr, sedangkan untuk impor gandum pada tahun 2010 mencapai 5,6 jt ton. Memang tidaklah mudah merubah mainset masyarakat untuk mengurangi konsumsi beras secara langsung, masih ada sektor makanan pendamping yang dapat dijadikan alternatif. Sebagai contoh, inovasi camilan berbahan pangan lokal. Dengan perluasan lingkup pengertian dari diversifikasi pangan, sasaran yang dibidik akan lebih optimal. Beranekaragamnya hasil bahan pangan lokal dari berbagai wilayah di Indonesia dapat dikembangkan menjadi subtituen pada pembuatan berbagai produk makanan lokal. Salah satunya subtitusi ubi ungu pada pembuatan egg roll. Egg roll ubi ungu, panganan hasil karya Luthfi Yuniarto asal Bantul, Yogyakarta ini mulai di gandrungi masyarakat. Pemasaran yang dilakukan melalui online shop berhasil menarik pembeli hingga luar pulau jawa. Subtitusi ubi ungu pada pembuatan egg roll tersebut selain memberikan sensasi yang berbeda saat dikunyah, namun juga mempengaruhi kenampakannya. Adanya pigmen antosianin yang memberi kenampakan ungu menjadikannya lebih menarik. Pigmen warna ungu pada ubi ungu bermanfaat sebagai antioksidan karena dapat menyerap polusi udara, racun, oksidasi dalam tubuh, dan menghambat penggumpalan sel-sel darah. Ubi ungu juga mengandung serat pangan alami yang tinggi, prebiotik, kadar Glycemic Index rendah, dan oligosakarida. Selain itu, ubi ungu juga mengandung lisin, Cu, Mg, K, Zn rata-rata 20%. Ubi ungu merupakan sumber karbohidrat, sumber kalori yang cukup tinggi, dan sebagai sumber vitamin dan mineral. Vitamin yang terkandung dalam ubi jalar antara lain vitamin A, vitamin C, thiamin (vitamin B1), dan riboflavin. Sedangkan mineral dalam ubi jalar diantaranya adalah zat besi (Fe), fosfor (P), dan kalsium (Ca). Kandungan lainnya adalah protein, lemak, serat kasar dan abu. Ubi ungu hanyalah satu contoh bahan pangan lokal yang mulai di inovasikan. Masih banyak bahan pangan lokal lainnya yang masih dapat digali manfaatnya seperti gembili, gadung, ketela dan berbagai jenis umbi-umbian lainnya. Inovasi pangan seperti ini sangat membantu terciptanya keanekaragaman pangan sehat bagi anak-anak. Anak-anak yang cenderung lebih menyukai makanan pendamping seperti jajanan atau camilan daripada makanan pokok seperti nasi dapat dikondisikan mainsetnya sejak dini tentang diversifikasi pangan sehinnga makanan pokok tidak harus berupa nasi. Penanaman pola makan tersebut sejak dini, diharapkan dapat membantu terciptanya diversifikasi pangan kedepannya.

Вам также может понравиться