Вы находитесь на странице: 1из 6

KONDILOMA AKUMINATUM

SUMBER: http://bidanshop.blogspot.com/2010/01/kondiloma-akuminata-si-jengger-ayam.html Kondiloma Akuminata merupakan salah satu penyakit menular seksual. Selain Gonore (GO), Sifilis,Chlamydia, Herpes Genetalis, kutu kemaluan (pubic lice), Vaginitis. Penularan penyakit menular seksual umumnya adalah melalui hubungan seksual, sedangkan cara lainnya yaitu melalui transfusi darah, jarum suntik, ibu hamil kepada bayi yang dikandungnya, dan lain-lain. Di Amerika Serikat cenderung meningkat 4-5 kali lipat dalam dua dekade terakhir, insidensi tertinggi pada wanita usia 20-30 tahun. Setiap tahun ada 500.000-1.000.000 kasus baru yang ditemukan di Amerika Serikat. Laporan lain telah mencatat bahwa prevalensi penyakit ini empat kali lebih tinggi dalam dua dekade terakhir ini. Laporan dari klinik penyakit menular seksual (PMS) di Inggris, bahwa jumlah kasus baru meningkat dua kali lipat dalam dekade terakhir ini. Di negara Hongkong penyakit ini menduduki peringkat kedua PMS, dan akhir-akhir ini insidensi penyakit ini meningkat terus. Data rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara penyakit penular seksual, sesudah uretritis gonore dan non gonore. Condyloma accuminatum [Kondiloma akuminata ] juga dikenal sebagai: 1. Kutil kelamin 2. Kutil kemaluan 3. Kutil genital (kutil genitalia) 4. Genital warts 5. Veruka akuminata 6. Venereal wart 7. Jengger ayam Definisi Kondiloma akuminata adalah: 1. Tumor pada genitalia yang ditemukan pada laki-laki maupun perempuan dan bersifat lunak seperti jengger ayam. 2. Pertumbuhan jaringan yang bersifat jinak, superfisial, terutama di daerah genitalia (kelamin) 3. Penyakit Menular Seksual disebabkan infeksi virus papiloma human (VPH) tipe 6 dan 11. Pertumbuhan nya mula mula kecil, kemudian cenderung berkelompok dan menyatu membentuk suatu benjolan yang besar yang menyerupai bunga kol [seperti jengger ayam atau brokoli]. Penyebab Virus DNA golongan Papovavirus, yaitu: Human Papilloma Virus (HPV). HPV tipe 6 dan 11 menimbulkan lesi dengan pertumbuhan (jengger ayam). HPV tipe 16, 18, dan 31 menimbulkan lesi yang datar (flat). HPV tipe 16 dan 18 seringkali berhubungan dengan karsinoma genitalia (kanker ganas pada kelamin). Masa inkubasi Kondiloma akuminata berlangsung antara 1-8 bulan (rata-rata 23 bulan). VPH (virus papiloma humanus) masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit, sehingga kondiloma akuminata sering timbul di daerah yang mudah mengalami trauma pada saat

hubungan seksual. Pada pria, tempat yang sering terkena adalah glans penis, sulkus koronarius, frenulum dan batang penis, sedang pada wanita adalah fourchette posterior, vestibulum, dll. Patofisiologi Sel dari lapisan basal epidermis diinvasi oleh HPV. Hal ini berpenetrasi melalui kulit dan menyebabkan mikro abrasi mukosa. Fase virus laten dimulai dengan tidak ada tanda atau gejala dan dapat berakhir hingga bulan dan tahun. Mengikut fase laten, produksi DNA virus, kapsid dan partikel dimulai. Sel Host menjadi terinfeksi dan timbul atipikal morfologis koilocytosis dari kondiloma akuminata. Area yang paling sering terkena adalah penis, vulva, vagina, serviks, perineum dan perineal. Lesi mukosa yang tidak biasa adalah di oropharynx, larynx, dan trachea telah dilaporkan. HPV-6 bahkan telah dilaporkan di area lain yang tidak biasa (ekstremitas). Lesi simultan multiple juga sering dan melibatkan keadaan subklinis sebagaimana anatomi yang berdifferensiasi dengan baik. Infeksi subklinis telah ditegakkan dalam membawa keadaan infeksi dan potensi akan onkogenik. Kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk: 1. Bentuk akuminata Terutama dijumpai pada daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan berjonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami fluor albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas terganggu. 2. Bentuk papul Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainan berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret. 3. Bentuk datar Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak tampak dengan mata telanjang, dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong. Gejala Klinis a. Terdapat papul atau tumor (benjolan), dapat soliter (tunggal) atau multipel (banyak) dengan permukaan yang verukous atau mirip jengger ayam. b. Terkadang penderita mengeluh nyeri. Jika timbul infeksi sekunder berwarna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak sedap. c. Umumnya di daerah lipatan yang lembab pada genitalia eksterna. Pada pria, misalnya di: perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, gland penis, muara uretra eksterna, prepusium, korpus dan pangkal penis. Pada wanita, misalnya di: vulva dan sekitarnya, introitus vagina, labia mayor, labia minor, terkadang pada porsio uteri. Penegakan Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dengan: 1. Tes asam asetat Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang dicurigai. Dalam beberapa menit lesi akan berubah warna menjadi putih (acetowhite). Perubahan warna pada lesi di daerah perianal perlu waktu lebih lama (sekitar 15 menit).

2. kolposkopi merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian kebidanan. Pemeriksaan ini terutama berguna untuk melihat lesi kondiloma akuminata subklinis, dan kadang-kadang dilakukan bersama dengan tes asam asetat. 3. Histopatologi Pada kondiloma akuminata yang eksofitik, pemeriksaan dengan mikroskop cahaya akan memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges yang memanjang dan menebal, parakeratosis dan vakuolisasi pada sitoplasma. Diagnosis Banding 1. Kondiloma lata atau kondiloma latum (pada sifilis). 2. Moluskum kontagiosum. 3. Veruka vulgaris. 4. Karsinoma sel skuamos 5. Rhabdomyolysis Masalah lain yang dipertimbangkan a. Bowen disease b. Condyloma lata c. Darier disease d. Fibroepitheliomas e. Hailey-Hailey disease f. Neoplasia g. Nevi h. Pearly penile papules i. Squamous cell carcinoma in situ j. Vulvar neurofibromatosis k. Vulvar vestibular papillae Penatalaksanaan 1. Tutul (olesi sedikit) dengan tinctura podofilin 20-25% (ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, karena dapat terjadi kematian fetus/janin). 2. Pada wanita hamil, tutul dengan asam triklorasetat (TCA) 80-90%. Atau digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu. 3. Salep 5-fluorurasil 1-5% diberikan setiap hari sampai lesi hilang. 4. Bedah listrik (elektrokauterisasi). 5. Bedah beku dengan nitrogen cair. 6. Bedah skalpel. 7. Laser karbondioksida. 8. Interferon (suntikan i.m. atau intralesi) atau topikal (krim). a. Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU i.m. 3 x seminggu selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5 mU i.m. selama 6 minggu. b. Interferon beta diberikan dengan dosis 2x10 g unit i.m. selama 10 hari berturut-turut. 9. Pada pria yang tidak dikhitan (disunat) dapat dilakukan eksisi dan sirkumsisi (khitan).

Prognosis Penyakit ini dapat disembuhkan total, namun kadang kadang dapat kambuh setelah pengobatan karena adanya infeksi ulang atau timbulnya penyakit yang masih laten. Mengingat virus ini juga meningkatkan resiko terjadinya penyakit kanker serviks [kanker mulut rahim], maka jika memang seseorang sudah positif terkena kondiloma akuminata sebaiknya dilakukan test pap smear juga. Test ini juga dianjurkan bagi wanita paling tidak setiap 1 tahun setelah aktif secara seksual. Tahukah Anda a. Mortalitas merupakan hal sekunder terhadap perubahan maligna menjadi karsinoma pada pria dan wanita. b. Infeksi HPV tampak untuk menjadi lebih sering dan memburuk pada pasien dengan variasi tipe defisiensi imun. Angka rekurensi, ukuran, ketidaknyamanan dan risiko dari perkembangan onkologis merupakan yang tertinggi di antara pasien ini. Infeksi sekunder adalah hal yang tidak biasa. c. Kesakitan laten menjadi lebih aktif selama kehamilan. Vulva kondiloma akuminata dapat berkaitan dengan parturitas. Trauma kemudian dapat muncul, menghasilkan krusta atau eritema. Perdarahan telah dilaporkan pada lesi yang besar yang dapat timbul selama kehamilan. c. Pada pria, perdarahan telah dilaporkan sesuai datarnya meatus uretra penis, biasanya dikaitkan dengan HPV-16. Akhirnya, obstruksi uretra akut pada wanita juga dapat timbul. d. Kedua jenis kelamin dapat rentan terhadap infeksi. e. Penyakit tambahan dapat menjadi lebih sering pada pria (dilaporkan pada 75% pasien). f. Prevalensi adalah yang terbesar pada orang dengan usia antara 17-33 tahun, dengan insidensi meningkat pada orang yang berusia 20-24 tahun. g. Merokok, kontrasepsi oral, pasangan seksual yang banyak, dan usia koitus awal merupakan factor resiko dalam mendapatkan kondiloma akuminata. h. Umumnya, dua pertiga individu yang mempunyai kontak seksual dengan seorang partner yang mempunyai kondiloma akuminata akan timbul lesi dalam waktu 3 bulan. j. Keluahan utama biasanya salah satu dari benjolan yang tidak nyeri, pruritus, atau keluar cairan..
Manuaba, IGB. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. EGC. Jakarta;1998. Bagian obstetri dan ginekologi FK UNPAD. Ginekologi. Elstar Offset. Bandung;1997. Malik SR, Amin S, Anwar AI. Gonore. In: Amiruddin MD, editor. Penyakit Menular Seksual. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2004. Dalil SF, Maksa WIB, Zubier F, Judanarso J, editor. Infeksi menular seksual. Fakultas kedokteran UI;Jakarta;2005.

KONDILOMA AKUMINATUM PADA WANITA HAMIL


SUMBER: http://www.kulitkita.com/2009/02/kondiloma-akuminata-pada-kehamilan.html Beberapa jenis virus papiloma manusia (human papillomavirus, HPV) menyebabkan kutil mukokutis atau kondilomata akuminata. Kutil genital biasanya disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11 (80-90%) tetapi juga dapat disebabkan oleh tipe 16, 18, dan 30-an, 40-an, 50-an dan 60-an. Infeksi virus papiloma genital-baik dengan atau tanpa gejala sering terjadi. Dari 2597 wanita hamil risiko tinggi yang disertakan dalam New Orleans Center of the Vaginal Infections and Prematury Study, 28 persen seropositif terhadap antibody kapsid HPV-161. Untuk alasan-alasan yang tidak diketahui, kutil genital sering meningkat jumlah dan ukurannya

selama kehamilan, terkadang memenuhi vagina atau menutupi perineum sehingga pelahiran pervaginam atau episiotomi sulit dilakukan1. Kemungkinan keadaan basah daerah vulva pada saat kehamilan merupakan kondisi yang bagus untuk pertumbuhan virus2. Adanya perubahan endokrin dan imunitas pada kehamilan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kondiloma akuminata Pada kehamilan trimester akhir, kondiloma akuminata sangat kering, mudah rusak dan berdarah. Selama hamil, virus bereplikasi cepat dan dapat menyebabkan tumor3. Penelitian juga melaporkan selama kehamilan prevalensi kondiloma akuminata meningkat dari trimester 1-3 dan secara signifikan akan mengalami penurunan pada periode post partum4,5. Penularan kondiloma akuminata berhubungan dengan aktifitas seksual. Kontak jari-anus, jari-vagina, dan mulut-anus dapat meyebarkan virus tersebut6. Peningkatan risiko terkena kondiloma akuminata juga terdapat pada yang memiliki riwayat terdahulu penyakit menular seksual dan herpes pada mulut6. Virus masuk kedalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit pada daerah yang mudah mengalami trauma pada saat berhubungan seksual. Masa inkubasi kondiloma akuminata berlangsung antara 3 minggu 8 bulan6. Klinis tampak lesi papula miliar selanjutnya terbentuk tonjolan-tonjolan (filiformis) atau permukaan berbenjol-benjol menyerupai kembang kol, warna merah dan konsistensi lunak, dapat berbentuk hiperplasia, sesil atau tidak rata2. Lokasi lesi di vulva, labia mayora, minora. Kadang terdapat keluhan gatal atau rasa terbakar pada vulva dan dispareunia7. Typical papilliferous warts (condyloma acuminata) affecting the vulva, vagina and cervix8 Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah Uji asam asetat, Kolposkopi dan Pemeriksaan histopatologi yang menunjukkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges yang memanjang dan menebal, parakeratosis dan koilositosis2. Pemeriksaan darah serologis dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding sifilis9. Terapi ditujukan untuk mengurangi toksisitas bagi ibu dan janin serta memperkecil kutil genital pada trimester kedua akhir atau ketiga sehingga kecil kemungkinan terjadi kekambuhan sebelum pelahiran1.Terapi meliputi pencucian diikuti dengan pengeringan genitalia dan pemberian Asam trikloroasetat 50 % topikal2. Dapat pula diberikan Asam trikloroasetat atau bikloroasetat, 80-90 % secara topikal seminggu sekali. Terapi bedah bedah skalpel, bedah listrik (electrocautery), bedah beku (), dan bedah laser digunakan untuk mengeksisi masa tumor dan lesi yang luas10. Komplikasi dapat menyebabkan papilomatosis laring, mulut maupun genital pada neonatus, ketuban pecah dini, pelahiran prematur, penyulit penyembuhan laserasi paska melahirkan dan neoplasma servik pada ibu. Prognosis penyakit ini bonam9. Daftar Pustaka 1. Cunningham, FG, MacDonald PC, Gant, NF, Alih bahasa: Suryono J, dr, HartonoA, dr. 2006. Obstetri Williams. Edisi 21. Jilid 2. EGC: Jakarta. 2. Made Kornia Karkata, Eddy Tiro. 2004. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Jilid 1. Hal: 338-358. Himpunan Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia: Surabaya. 3. Pregnancy with condyloma acuminata. 2007. http://www.glohealth.cn/ download tanggal 21 Januari 2009.

4. Higgins R. 2008. Condyloma Acuminata. http://www.emedicine.com/condyloma acuminata.htm 5. Kauffman L, dkk. 2008. Giant Condylomata Acuminata Of Buschke and Lowenstein. http://www.emedicine.com/Giant Condylomata Acuminata Of Buschke and Lowenstein.htm. 6. Bren, MD, E and Bleda, MD, R. 2007. Condyloma Acuminata (Anogenital warts). http://www.uptodate.com download tanggal 21 Januari 2009. 7. Derek Llewellyn-Jones. 2002. DASAR-DASAR OBSTETRI & GINEKOLOGI. Edisi 6. HIPOKRATES: Jakarta. 8. Genital Warts -- Photo Gallery 1. Typical papilliferous warts (condyloma acuminata) affecting the vulva, vagina and cervix. http://www.manbir-online.com/std/hiv.25.htm 9. Siregar, R.S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC: Jakarta 10. Kenneth F. Trofatter, Jr., MD, PhD. 2007. Anogenital Warts (Condylomata acuminata) and Pregnancy. http://www.healthline.com/.

Вам также может понравиться