Вы находитесь на странице: 1из 16

DENGUE HEMORRHAGE FEVER (DHF)

A.

DEFINISI Dangue hemorrhage fever atau demam berdarah dengue ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot, sendi, yang biasa memburuk setelah dua hari pertama. (Mansjoer, dkk ; 2000) Demam berdarah dengue (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. (Suriyadi & Yuliani ; 2010) Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (aedes albopictus dan aedes aegypti). (Ngastiyah ; 1997)

B. ETIOLOGI Dengue hemorrhage fever disebabkan oleh virus dengue yang merupakan sejenis arbovirus. Sampai sekarang dikenal ada 4 jenis virus dengue yaitu serotipe 1,2,3, dan 4 yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti, aedes albopictus dan aedes polynesiensis, serta beberapa spesies lain yang merupakan vector yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan reaksi imunologik dan membentuk antibody untuk seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain. (Mansjoer, dkk ; 2000).

C. MANIFESTASI KLINIK Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari asimtomatik, penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness), demam dengue,

demam berdarah dengue, sampai syndrome syok dengue. Masa inkubasi atau masa tunas virus dengue antara 3 15 hari, tetapi rata 5 8 hari. Kriteria klinis deman dengue: Suhu badan yang tiba tiba meninggi Demam yang berlangsung hanya beberapa hari Kurva demam yang menyerupai pelana kuda / Remintten Nyeri pada otot- otot seluruh tubuh Nyeri di belakang kepala Suara serak dan batuk Epistaksis serta disuria Adanya ruam-ruam pada kulit Leukopenia Demam dengue biasanya akan dapat sembuh sendiri dalam 5 hari dengan penurunan suhu secara lisis. Demam dengue juga disebut demam 5 hari (Vydagcekoor) Kriteria klinis demem berdarah dengue/ DHF, Menurut WHO 1986: 1. Demam akut yang tetap tinggi selama 2-7 hari, tanpa sebab yang jelas. Kemudian turun secara lisis demem disertai gejala tidak spesifik seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang, persendian dan kepala. 2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif dan adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain, misalnya ptekia, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena, atau hematemesis. 3. Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikhterus 4. dengan/ Tanpa renjatan. renjatan yang terjadi pada saat demem biasanya mempunyai prognosis yang buruk 5. Kenaikan nilai HT pada hemokonsentrasi sedikitnya 20% Dengue Syok Sindrome ditandai dengan: nadi lemah, cepat, disertai tekanan darah yang menurun. Kulit teraba lembb dan dingin terutama pada ujung hidung, jari, dan kaki (sianosis perifer) serta gelisah renjatan biasanya terjadi pada waktu demam atau terjadi pada saat demam turun antara hari ke-3 dan hari ke-7. Derajat beratnya DBD secara klinis berdasarkan patokan dari WHO (1975) diklasifikasikan menjadi 4 :

Derajat I Derajat II Derajat III

: Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji torniquet positif, trombositopenia, dan hemokonsentrasi. : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain. : Ditemukan tanda-tanda dini renjatan seperti kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin, dan lembab, serta gelisah.

Derajat IV

: Terdapat DSS dengan renjatan berat, dimana denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat terukur.

D.

PATHOFISIOLOGI Nyamuk jenis aedes aegypti. virus dengue masuk dalam tubuh manusia

Permeabilitas meningkat Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) ekstravaskuler cairan intravaskuler Gangguan rasa nyaman; Nyeri Kebocoran plasma Defisit volume cairan tubuh Hipovolemik Perdarahan Syok hipovolemik

antihistamin melepaskan anafilatoksin C3a dan C5a

leukosit meningkat.dan trombosit menurun

anoreksia, mual, muntah

Gangguan pemenuhan nutrisi

Penurunan kesadaran

E.

KEBUTUHAN CAIRAN DAN KALORI Berikut merupakan rentang kebutuhan cairan harian pada usia yang berbeda pada kondisi normal. (Wong, 2003): Usia 3 10 3 6 9 1 2 4 6 10 14 18 hari hari bulan bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun Rata-rata BB (Kg) 3,0 3,2 5,4 7,3 8,6 9,5 11,8 16,2 20,0 28,7 45,0 54,0 Kebutuhan air total per 24 jam (ml) 250 300 400 500 750 850 950 1100 1100 1250 1150 1300 1350 1500 1600 1800 1800 2000 2000 2500 2000 2700 2200 2700 Kebutuhan air per kgBB/ 24 jam (ml) 80 100 125 150 140 160 130 155 125 145 120 135 115 125 100 110 90 100 70 85 50 60 40 - 50

Kebutuhan cairan untuk dehidrasi sedang pada anak dengan DHF berdasarkan berat badan saat ini, (Soegijanto,2002): Berat badan waktu masuk (Kg) <7 7 11 12 - 18 > 18 Jumlah cairan ml / kgBB / hari Hari I 220 165 132 88 Hari II 165 132 88 88 Hari III 132 88 88 88

Kebutuhan cairan rumatan, (Soegijanto,2002): BB (Kg) < 10 10 20 > 20 Jumlah cairan ml / kgBB/ hari 100 ml/ kgBB / hari 1000 + 50 ( BB 10 ) ml / hari 1500 ml + 20 ( BB 20) ml / hari

Pada keadaan hipertermia setiap kenaikan suhu 10 C kebutuhan cairan di tambahkan 12 % dari kebutuhan nomal. Berikut merupakan rentang kebutuhan energi (kalori) berdasarkan tinggi dan berat badan, (Wong, 2003): Ketego ri Usia (tahun) Berat badan Tinggi badan (Cm) 60 71 90 112 132 157 176 177 176 173 157 163 164 163 160 (In) 24 28 35 44 52 62 69 70 70 68 62 64 65 64 63 320 500 740 950 1130 1440 1760 1780 1800 1530 1310 1370 1350 1380 1280 1,70 1,67 1,67 1,60 1,50 1,67 1,60 1,60 1,55 1,50 REEa (Kcal/ hari) Rata-rata kebutuhan energi (Kcal)b
Perkalian dari REE

(Kg) Bayi 0,0 0,5 0,5 1,0 13 46 7 10 11 14 15 18 19 24 25 50 51 + 11 14 15 18 19 24 25 50 51 + Trimester I Trimester II Trimester III 6 bulan I 6 bulan II 6 9 13 20 28 45 66 72 79 77 46 55 58 63 65

(Lb) 13 20 29 44 62 99 145 160 174 170 101 120 128 138 143

Per kg

Perhari

108 98 102 90 70 55 45 40 37 30 47 40 38 36 30

650 850 1300 1800 2000 2500 3000 2900 2900 2300 2200 2200 2200 2200 1900 +0 + 300 + 300

Anakanak

Pria

Wanita

Keham ilan

Menyu sui

+ 500 + 500

Keterangan: )a Pengeluaran energi istirahat )b Berada dalam rentang aktifitas ringan sampai sedang, koefisiennya adalah + 20 %

Perhitungan Keadaan gizi berdasarkan 3 indek antropometri: Menurut indek BB/U : BB sekarang X 100 % BB normal sesuai usia saat ini pada grafik persentil Menurut indek TB/U : TB sekarang X 100 % TB normal sesuai usia saat ini pada grafik persentil Menurut indek BB/TB : BB sekarang X 100 % BB normal sesuai TB saat ini pada grafik persentil Tabel. Klasifikasi KKP berdasarkan lokakarya antropometri Depkes 1974 dan menurut Puslitbang Gizi 1978 : Kategori gizi Baik / Normal Kurang Buruk** Keterangan: * Garis baku = persentil ke-50 Baku Havard ** Kategori gizi buruk termasuk marasmus, marasmik kwashiorkor, dan kwashiorkor. Dikutip dari Ilmu Gizi Klinis (Pudjiani. S) Tabel. Interprestasi keadaan gizi berdasarkan 3 indeks antropometri: B/T N N N R R R T T T Keterangan; 6 B/U R N T R R N T N T T/U T N T T N T R R N Keadaan gizi Baik, pernah kurang gizi, pendek Baik, perawakan medium Baik, perawakan jangkung Buruk/ kurang, jangkung Buruk, perawakan medium Kurang, perawakan jangkung Lebih kemungkinan obesitas Lebih, pernah kurang gizi, pendek Lebih, tidak obesitas, medium BB/U 100 80 < 80 60 < 60 TB/U 100 95 < 95 85 < 85 LLA/U 100 85 < 85 70 < 70 BB/TB 100 90 < 90 70 < 70 LLA/TB 100 85 < 85 75 < 75

N : Normal R : Rendah T : Tinggi Dikutip dari Ilmu Gizi Klinis (Pudjiani. S)

F.

KOMPLIKASI 1. DHF dapat mengakibatkan perdarahan pada semua organ tubuh, seperti perdarahan ginjal, otak, jantung, paru paru, limpa dan hati sehingga tubuh kehabisan darah dan cairan serta menyebabkan kematian. 2. Ensopalopati 3. Gangguan kesadaran yang disertai kejang. 4. Disorientasi, prognosa buruk.

G.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a). Darah Pada demam dengue terdapat leukopenia pada hari ke-2 dan ke-3. Pada DBD biasa di jumpai : Trombositopenia ( 100.000/ml atau kurang) Hemokonsentrasi ( Ht meningkat 20% atau lebih ) Masa pembekuan masih dapat normal (4-10 menit) Masa perdarahan biasanya memanjang (normal 1-6 menit) Pada pemeriksaan kimia darah tampak hiponatremia (normal 1,36 1,48 mmol/ l), hipoproteinemia (nilai normal protein total 6-7gr/dl), pH darah mungkin meningkat menunjukan terjadi asidosis ( pH < 7,35) b). Urine / Air seni Pada pemeriksaan urine dapat ditemukan albuminuria ringan c). Serologi / Uji HI (Hemoaglutination Inhibition test )

Uji serologi memakai serum ganda yaitu: serum di ambil pada masa akut dan konvalesen yaitu uji pegikat komplemen (PK), Uji netralisasi (NT), dan Uji dengue blot. Pada uji ini di cari kenaikan antibodi antidengue sebanyak minimal 4 kali. Uji serologi memakai serum tunggal, yaitu : Uji dengue blot yang mengukur antibody antidengue tanpa memandang kelas antibody nya, Uji Ig M antidengue yang mengukur hanya antibody antidengue dari kelas Ig M. Pada uji ini yang di cari adalah ada atau tidak nya atau Teter tertentu antibody antidengue. d). Rontgen thorax Jika terjadi kebocoran plasma pada daerah pleura dapat ditemukan efusi pleura.

H.

THERAPI Medik Therapy yang diberikan pada dasarnya bersifat simtomatis dan suportif. Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres, antipiretik golongan asetaminopen, eukinin, atau dipiron dapat diberikan, namun jangan berikan asetosal karena bahaya perdarahan. Parasetamol di rekomendasikan untuk mengatasi demam dengan dosis 1015 mg/kgBB/kali. Jika terdapat kejang, dapat diberi antikonvulsan seperti luminal dengan dosis: anak umur < 1 tahun 50 mg, anak umur > 1 tahun 75 mg, jika 15 menit kejang belum berhenti luminal dapat diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kgBB. Atau anak dibawah 1 tahun 30mg, diatas 1 tahun diberi 50 mg, dengan memperhatikan adannya depresi fungsi vital. Antibiotik dapat diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder. Therapi cairan Kebutuhan cairan diberikan untuk mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat peradangan. Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan muntah, maka klien perlu diberi minum banyak + 50 ml/kgBB dalam 4-6 jam pertama, dapat berupa air teh,

susu atau oralit. Setelah keadaan dehidrasi dapat di atasi, berikan cairan rumatan 80-100 ml/kgBB dalam 24 jam berikutnya. Pemberian cairan infus pada klien DBD tanpa renjatan dilakukan apabila: 1). Klien terus menerus muntah, sehingga tidak memungkinkan pemberian cairan peroral yang dapat mengancam terjadinya dehidrasi. 2). Nilai Hematokrit yang cenderung meningkat > 40 vol % Dalam keadaan mengalami renjatan berat: Berikan cairan RL secara cepat (diguyur) selama 30 menit. Apabila syok tidak teratasi dan/atau keadaan klinis memburuk, ganti cairan dengan koloid 10-20 ml/kgBB, dengan jumlah maksimal 30ml/kgBB, setelah ada perbaikan segera cairan ditukar kembali dengan kristaloid (tetesan 20ml/kgBB/jam). Bila dengan cairan koloid dan kristaloid syok belum teratasi sedangkan kadar Ht tetap, diduga telah terjadi perdarahan, maka dianjurkan pemberian transfusi darah segar. Apabila Ht tetap > 40 vol% berikan transfusi darah sebanyak 10 ml/kgBB/jam, tetapi bila terjadi perdarahan masif berikan 20 ml/kgBB/jam. Bila renjatan tidak berat: Berika cairan dengan kecepatan 20ml/kgBB/jam. Bila renjatan sudah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 80 mmhg atau lebih, maka kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10ml/kgBB/jam. Cairan intravena dapat dihentikan bila Ht telah turun sekitar 40 vol %, jumlah urine 12 ml/kgBB/jam atau lebih, menandakan keadaan sirkulasi membaik. Umumnya cairan tidak perlu diberikan lagi setelah 48 jam sejak syok teratasi. Tindakan keperawatan a). Pengawasan tanda tanda vital secara kontinue - Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 jam - Observasi intake-output - Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam, beri minum 1 liter 2 liter per hari, beri kompres

- Pada pasien DHF derajat II : Tingkatkan pengawasan tanda-tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus. - Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2 pengawasan tanda tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi produksi urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt. b). Resiko Perdarahan - Uji Torniqet: Ukur tekanan sistole dan diastole klien, setelah diketahui kemudian tensimeter kembali dipompa sampai air raksa mencapai pertengahan tekanan sistole dan diastole, tahan/biarkan selama 5 menit. Bila setelah manset dibuka terdapat lebih dari 20 pteckie pada daerah lengan bawah dengan diameter + 2,8 cm maka dinyatakan positif. - Obsevasi perdarahan: Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena - Bila terjadi perdarahan catat banyak dan warna dari perdarahan - Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus gastrointestinal c). Peningkatan suhu tubuh - Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik - Beri minum banyak - Berikan compres

I.

ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian 1. Identitas Nama, tempat/tanggal lahir, nama ayah/ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, alamat, agama, suku bangsa, pendidikan ayah, pendidikan ibu. 2. Keluhan utama Demam 3. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal, seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun. 4. Riwayat penyakit terdahulu Tidak ada penyakit yang diderita secara specific. 10

5. Riwayat penyakit keluarga Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides aigepty. 6. Riwayat kesehatan lingkungan Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan. 7. Riwayat tumbang Tahap pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia 8. Pengkajian persistem a). Sistem pernafasan Bila gejala telah lanjut klien mengeluh sesak nafas, pernafasan dangkal, cepat, perdarahan melaui hidung / epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronci, krakles.. b). Sistem persyarafan Kondisi lanjut pada grade III bisa terjadi penurunan kesadaran, gelisah, kejang serta pada grade IV dapat terjadi DSS c). Sistem kardiovaskuler Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20%), uji tourniquet positif, epistaksis, perdarahan gusi, trombositopeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat dan lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur. d). Sistem pencernaan Selaput mukosa kering, kesulitan dalam menelan, kembung, nyeri tekan pada epigastrik, nafsu makan menurun, mual muntah, nyeri saat menelan, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen tegang, dapat terjadi hematemesis, melena. e). Sistem musculoskeletal Nyeri otot / sendi, kelemahan, penurunan aktifitas. f). Sistem urinary Peningkatan Bj plasma, produksi urine menurun (anuri/ disuria), kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna 11

merah. g). Sistem integumen Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, turgor menurun pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit, apabila renjatan terjadi kulit teraba dingin. b. Diagnosa keperawatan 1. Aktual; Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia). 2. Aktual; Defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. 3. Potensial; Terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor pembekuan darah (trombositopeni). 4. Potensial; Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual, muntah dan nafsu makan yang menurun 5. Resiko; Terjadi penurunan kesadaran b.d syok hipovolemik c. Rencana perawatan DK.1 : Peningkatan suhu tubuh (hipertermie) berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia) Tujuan : Peningkatan suhu tubuh dapat diatasi dan suhu tubuh kembali normal Kriteria hasil : - Suhu tubuh antara 36 37 - Nyeri otot hilang Intervensi : 1). Kaji saat timbulnya demam Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam 2). Observasi tanda-tanda vital Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum klien 3). Berikan/ anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi) Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi. 4). Beri kompres air kran Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi 12

5). Anjurkan klien untuk tidak memakai selimut dan menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat Rasional: pakaian tipis mudah menyerap keringat dan membantu mengurangi penguapan/ pengeluaran keringat berlebih. 6). Kolaborasi : Pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program. Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul. DK 2. Defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. Tujuan : volume cairan terpenuhi Kriteria : - Input dan output seimbang - Vital sign dalam batas normal (TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat) - Tidak ada tanda presyok - Akral hangat - Capilarry refill < 3 detik Intervensi : a). Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler b). Observasi capillary Refill Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer. c). Observasi intake dan output serta catat warna urine dan konsentrasi BJ Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Adanya penurunan haluaran urine dengan warna pekat dan peningkatan BJ diduga dehidrasi. d). Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi ) Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral e). Kolaborasi : Pemberian cairan intravena Rasional : Dapat meningkatkan dan memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh. DK. 3. Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor pembekuan darah ( trombositopeni ) Tujuan : Tidak terjadi perdarahan 13

Kriteria : - TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat - Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat Intervensi : 1). Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis. Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan perdarahan dengan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, pteckie.
2).

Anjurkan pasien untuk banyak istirahat (bedrest) Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengaruh trombositopenia, dan agar melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti : hematemesis, melena, epistaksis. Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penanganan dini bila terjadi perdarahan.

3).

4). Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah. Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut
5).

Kolaborasi : pemeriksaan .Hb, Ht, Trombosit Rasional : Dapat sedini mungkin mencegah terjadinya perdarahan dan intervensi lebih lanjut.

DK. 4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun. Tujuan : Gangguan kebutuhan nutrisi dapat diatasi Kriteria : - Menunjukkan berat badan yang seimbang/ stabil. - Tidak ada mual - Dapat menghabiskan porsi makan yang di sajikan Intervensi : 1). Kaji keluhan mual, muntah, dan adanya sakit menelan yang dialami klien Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya. 2). Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi 3). Observasi dan catat masukan makanan pasien Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan 14

4). Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster. 5). Timbang BB tiap 2 hari Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi. 6). Berikan dan Bantu oral hygiene. Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral 7). Hindari makanan yang merangsang bau dan mengandung gas. Rasional : Mengurangi rangsangan mual, menurunkan distensi dan iritasi gaster. 8). Kolaborasi : Pemberian antiemetik sesuai program Rasional : Antiemetik membantu klien mengurangi rasa mual dan muntah sehingga diharapkan intake nutrisi meningkat. DK. 5 Resiko terjadi penurunan kesadaran berhubungan dengan .terjadinya syok

hipovolemik Tujuan : Tidak terjadi penurunan kesadaran Kriteria : - Tanda vital dalam batas normal (TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat - Kesadaran composmentis. GCS = 14-15 Intervensi : a). Observasi vital sign dan kesadaran klien Rasional : Perawat perlu terus mengobservasi vital sign dan tingkat kesadaran klien untuk memastikan keadaan umum. b). Monitor tetesan infus Rasional : Pada kondisi klien dengan renjatan pembuluh darah vena dapat menjadi kolap sehingga aliran infus dapat tidak lancar. c). Kolaborasi : Pemberian O2 Rasional : Pemberian O2 sangat membantu dalam mensuplai kebutuhan O2 ke otak, akibat dari kebocoran plasma pada paru sehingga terjadi pengumpulan cairan dalam rongga pleura yang menyebabkan dispnea. d). Kolaborasi : Pemeriksaan laboratorium untuk Hb, Ht, Trombosit, PCV (Packed Cell Volume) dan AGD (analisa Gas darah) Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran plasma, dan keseimbangan asam basa yang dialami pasien dan serta untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut. 15

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. dkk (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Ed. ketiga jilid 1 dan 2. Jakarta; EGC Doenges, Marilyn E. dkk (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Ed.3 (I made Kariasa & Ni Made Sumarwati. Penerjemah). Jakarta; EGC Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta; EGC Suriadi & Yuliani (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak. Ed.2, Jakarta; Sagung Seto Wong, Donna L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Ed.4 (Monica Ester. Penerjemah). Jakarta; EGC

16

Вам также может понравиться