Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
a Sistem tenaga listrik terdiri dari seksi-seksi (sub sistem), yang satu dengan yang lainnya dapat dihubungkan dan diputuskan dengan menggunakan alat pemutus tenaga (PMT). a Masing-masing seksi (sub sistem) diamankan ole rele pengaman dan setiap rele mempunyai kasawan pengamanan, yang berupa bagian dari sistem. Jika terjadi gangguan di dalamnnya, rele akan mendeteksi dan dengan bantuan PMT melepaskan seksi yang terganggu dari bagian sistem lainnya. a Gambar kawasan pengamanan (zone of protection) :
Lanjutan 1.3.
a a a a a a a Differential Relay, berfungsi sebagai pengaman utama Generator pada pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain. Distance Relay, berfungsi sebagai pengaman utama pada penyaluran (transmisi), dan lain-lain. Differential Relay, berfungsi sebagai pengaman utama Trafo, dan lainlain. Over Current Relay Trafo sisi 150 KV, sebagai pengaman cadangan lokal Trafo pengaman cadangan jauh Bus B. Over Current Relay dan Ground Fault Relay Trafo sisi 20 KV pengaman utama Bus B1 pengaman cadangan jauh saluran BC. Over Current Relay dan Ground Fault Relay pengaman utama saluran BC pengaman cadangan jauh saluran CD. Over Current Relay dan Ground Fault Relay di C pengaman utama saluran CD pengaman jauh seksi berikutnya.
Lanjutan 1.5.
a Selektifitas (selectivity) : Peralatan proteksi (pengaman) harus cukup selektif dalam mengamankan sistem. Dapat memisahkan bagian sistem yang terganggu sekecil mungkin, yaitu hanya sub sistem yang terganggu saja yang memang menjadi kawasan pengaman utamanya. Rele harus mampu membedakan, apakah gangguan terletak di kawasan pengaman utamanya, dimana rele harus bekerja cepat, atau terletak di sub sistem berikutnya, dimana rele harus bekerja dengan waktu tunda atau tidak bekerja sama sekali. a Kecepatan (speed) : Peralatan proteksi (pengaman) harus mampu memisahkan sub sistem yang mengalami gangguan secepat mungkin. Untuk menciptakan selektifitas yang baik, ada kemungkinan suatu pengaman terpaksa diberi waktu tunda (time delay), tetapi waktu tunda tersebut harus secepat mungkin. Dengan tingkat kecepatan yang baik, maka terjadinya kerusakan/ kerugian, dapat diperkecil. 7
3 1- 51V, backup overcurrent relay, pengendalian tegangan atau kontrol tegangan 3 1-51G, backup ground time overcurrent relay a GENERATOR SEDANG (sistem isolated/ paralel)
Daya: 500 s/d 12 500 kVA tegangan 600 volt (maksimum)
3 3 - 51V, backup overcurrent relay, pengendalian tegangan atau kontrol tegangan 3 1 -51G, backup ground time overcurrent relay 3 1 - 87, differential relay 3 1 - 32, reserve power relay untuk pengendalian protection 3 1 40, impedance relay, untuk pengaman kehilangan medan
Lanjutan 2.1.
3 3 - 51V, backup overcurrent relay, pengendalian tegangan atau kontrol tegangan 3 1 - 51G, backup ground time overcurrent relay 3 1 - 87, differential relay 3 1 - 32, reserve power relay untuk peng endalian protection 3 1 3 1 40, impedance relay, untuk pengaman kehilangan medan 46, Negative phase sequence over current relay untuk protection kondisi unbalanced
Lanjutan 2.1.
3 3 - 51V, backup overcurrent relay, pengendalian tegangan atau kontrol tegangan 3 1 -51G, backup ground time overcurrent relay 3 1 - 87, differential relay 3 1 87G, ground differential relay reserve power relay untuk peng endalian protection 3 1 - 32, 3 1 3 1
40, impedance relay, untuk pengaman kehilangan medan 46, Negative phase sequence over current relay untuk protection kondisi unbalanced. 49, temp relay untuk monitor belitan temp stator 64F, generator field relay, hanya untuk mesin yg mempunyai medan supply slip rings 60, voltage balance relay
3 1 3 1
3 1
10
Beban
a Relai ini mengamankan generator dari beban lebih atau gangguan hubung singkat. a PENGAMAN : OCR (51) -- untuk generator sedang dan besar
MCCB - - untuk generator kecil
11
Beban
12
Beban
a PENYEBAB:
Lepas nya beban (Ppemb > P beban)
a AKIBAT:
Generator mengalami kapasitif. AVR generator mengalami kerusakan bila berlanjut, merusak instalasi alat bantu di generator bisa rusak. Frekwensi naik > 50 Hz.
Beban
OCR 51N
a PENYEBAB:
Terjadi kebocoran isolasi di stator, sehingga terjadi gangguan hubung Singkat fasa ketanah antara stator dan tanah
a AKIBAT:
Kerusakan pada belitan stator
14
SISTEM
GEN.
32
40
a PENYEBAB: PRIME-MOVER DARI SALAH SATU GENERATOR RUSAK , MENGAKIBATKAN GENERATOR TIDAK BERPUTAR. a AKIBAT: ADA PASOKAN LISTRIK DARI GENERATOR LAIN ATAU SISTEM SEHINGGA GENERATOR MENJADI MOTOR. a PENGAMAN -- REVERSE POWER (32)
15
SISTEM
GEN.
32
40
a PENYEBAB: Hilangnya eksitasi a AKIBAT: 3 Daya reaktif balik dari sistem masuk ke generator, atau generator menyerap var sistem 3 Memanaskan ujung belitan generator a PENGAMAN -LOSS OF EXCITATION (40)
16
26
RTD
a PENYEBAB: 3 pembebanan melebihi kapasitas generator 3 kerusakan sistem pendingin a AKIBAT: 3 belitan generator bisa panas 3 bisa merusak konduktor stator dan isolasi antara belitan ke inti a PENGAMAN -- PENGAMAN TEMPERATUR (26) 17
a PENYEBAB: 3 gangguan pada sistem sehingga lepas beban 3 governor tidak mampu kembalikan put. normal a AKIBAT: 3 over speed 3 bisa terjadi vibrasi balancing pada put. tertentu
3 bisa rusakkan bearing dan shaft 3 frekwensi naik a PENGAMAN : UNDER SPEED (81 U) OVER SPEED (81- O) 18
SET
DIFERENSIAL GENERATOR
a PENYEBAB: GANGGUAN PADA BELITAN GENERATOR a AKIBAT: KERUSAKAN ISOLASI BELITAN GENERATOR a PENGAMAN: DIFFRENTIAL RELAY (87 G).
19
BEBAN
a PENYEBAB: Arus beban melebihi nominal dan bertahan lama a AKIBAT: Memanaskan belitan generator. merusak konduktor dan isolasi belitan a PENGAMAN : DEVICE NUMBER OVER LOAD RELAY : 49
20
NEG.SEQ FILTER
OCR
a PENYEBAB:
KETIDAK SEIMBANGAN ARUS FASA BEBAN
a AKIBAT:
MEMANAS KAN ROTOR GENERATOR BILA BERTAHAN LAMA
a PENGAMAN :
21
22
1 2
TANGKI TRAFO
a Relai buchholz dipasang pada pipa dari maintank ke konservator ataupun dari
OLTC ke konservator tergantung design trafonya apakah di kedua pipa tersebut dipasang relai bucholz.
a Gunanya: untuk mengamankan trafo dari gangguan internal trafo yang menimbulkan
gas dimana gas tersebut timbul akibat adanya hubung singkat di dalam trafo atau akibat busur di dalam trafo.
a Cara kerja: yaitu gas yang timbul di dalam trafo akan mengalir melalui pipa dan
besarnya tekanan gas ini akan mengerjakan relai dalam 2 tahap yaitu:
Mengerjakan alarm (Bucholz 1st) pada kontak bagian atas 1. Mengerjakan perintah trip ke PMT pada kontak bagian bawah 2.
23
Lanjutan 3.2.
a Analisa gas yang terkumpul di dalam relai Bucholz H2 dan C2H2 menunjukkan adanya busur api pada minyak antara bagian-bagian konstruksi. H2, C2H2 dan CH4 menunjukkan adanya busur api sehingga isolasi phenol terurai, misalnya terjadi gangguan pada sadapan. H2, C2H4 dan C2H2 menunjukkan adanya pemanasan pada sambungan inti. 3 H2, C2H, CO2 dan C3H4 menunjukkan adanya pemanasan setempat pada lilitan inti.
24
a Relai Jansen adalah relai untuk mengamankan transformator dari gangguan di dalam tap changer yang menimbulkan gas. Dipasang pada pipa yang menuju conservator. a Cara Kerja Sama seperti relai bucholz tetapi hanya mempunyai satu kontak untuk tripping.
25
a Relai Sudden Pressure. Relai Pressure untuk tangki utama Trafo bekerja apabila di dalam tangki Trafo terjadi kenaikan tekanan udara akibat terjadinya gangguan di dalam Trafo. a Tipe Membran Plat tipis yang didisain sedemikian rupa yang akan pecah bila menerima tekanan melebihi disainnya. Membran ini hanya sekali pakai sehingga bila pecah harus diganti baru.
Indikator trip
a Pressure Relief Valve Suatu katup yang ditekan oleh sebuah pegas yang didisain sedemikian rupa sehingga apabila terjadi tekanan di dalam transformator melebihi tekanan pegas maka akan membuka dan membuang tekanan keluar bersama-sama sebagian minyak.
Reset Mekanis
Katup akan menutup kembali apabila tekanan di dalam transformator turun atau lebih kecil dari tekanan pegas. 26
a Relai HV/LV Oil Temperature bekerja apabila suhu minyak Trafo melebihi
seting dari pada relai HV/LV oil. Besarnya kenaikan suhu adalah sebanding dengan faktor pembebanan dan suhu udara luar Trafo.
27
28
indikator
a Relai ini berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap gangguan hubung singkat antar fasa didalam maupun diluar daerah pengaman transformator. a Diharapkan Relai ini mempunyai sifat komplementer dengan Relai beban lebih. Relai ini berfungsi pula sebagai pengaman cadangan bagi bagian instalasi lainnya. 29
F51G
a Relai 51 G yang terpasang, mendeteksi arus gangguan dari tangki trafo ketanah, kalau terjadi kebocoran isolasi dari belitan tarafo ke tangki, arus yang mengalir ke tanah akan dideteksi relai arus lebih melalui CT. Relai akan mentripkan PMT di kedua sisi (TT dan TM). Jadi arus gangguan kembali kesistem melalui pembumian trafo.
30
87N
87N
31
a Fungsi: untuk mengamankan transformator terhadap gangguan hubung singkat yang terjadi didalam daerah pengaman transformator.
IIN
PERALATAN
IOUT
a Cara Kerja: Membandingkan antara arus yang masuk dengan arus yang keluar 32
Lanjutan 3.10.
a DIFFERENSIAL SEBAGAI PENGAMAN TRAFO (lanjutan)
IP CTP TRAFO TENAGA IS CTS
BEBAN
iS DIFF. RY iP
DOT POLARITY
DISISI SEKUNDER MASING-MASING CT, ARUS KELUAR DARI TERMINAL DOT, SEHINGGA ARAH ARUSNYA : KARENA IP SAMA BESAR IS TAPI ARAH BERLAWANAN MAKA DIFFERENSIAL RELAI TIDAK DILALIRI ARUS 33
BEBAN
DOT POLARITY
DIFF. RY iP
3 PERHATIKAN :
TERMINAL SEKUNDER CTP DAN CTS TERHUBUNG KE DIFF. RY DI FASA YANG BERLAWANAN ATAU BEDA SUDUT 180o 34
Trip
PMT 150kV
Meter OCR & EF
CT 200/5-5-5A
PT BUS 20 kV
Trip PMT 20kV
OCR & EF
20kV/110V
KETERANGAN : OCR & EF : Over Current Relay & Earth Fault DIFF REF Meter : Diffrencial Relay : Restricted Earth Fault : Alat Ukur Amper, kWh, kVarh, MW, MVar dll.
V3 CT
V3
Meter
PENYULANG 20 kV
35
a PERALATAN PROTEKSI Over Current Relay Ground Fault Relay Differential Relay Distance Relay 36
a DEMI KEAMANAN & KETELITIAN, TRAFO ARUS UNTUK : PENGUKURAN HARUS PUNYA DAERAH ARUS HARUS JENUH BESAR, UNTUK a PROTEKSI HARUS PUNYA KETELITIAN / ERROR KECIL PADA DAERAH ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT BESAR TIDAK JENUH PADA ARUS GANGGUAN YANG BESAR, UNTUK KEANDALAN ALAT PROTEKSI KETELITIAN TINGGI PADA PENGUKURAN BEBAN NOMINAL PADA ARUS GANGGUAN YANG KEAMANAN ALAT UKUR
37
Lanjutan 4.2.
a RANGKAIAN EKIVALEN CT
IP
P1/K P2/L
S1/k
IS
S2/l
P1/K masuknya arus primer & P2/L keluaran arus primer S1/k masuknya arus sekunder dari primer dan S2/l keluaran arus sekunder Pembumian : pada S2/l -- sudut IP dan IS = 00 pada S1/k -- sudut IP dan IS = 1800 38
Perbedaan arus yang masuk disisi primer dengan arus disisi sekunder I % = [(Kn Is - Ip)/Ip] x 100%
a Kesalahan fasa
Akibat pergeseran fasa antara arus sisi primer dengan arus sisi sekunder
a Composite Error
ip)2 dt
is dan ip merupakan nilai arus sesaat sisi sekunder dan sisi primer.
39
+/- % kesalahan ratio arus pada % dari arus pengenal 5 0,35 0,75 20 0,2 0,5 100 0,2 0,5 120 0,2 0,5
+/- % pergeseran fase pada % dari arus pengenal , menit (centiradians) 1 30 90 5 15 45 20 10 30 100 10 30 120 10 30
Kelas ketelitian
3 5
3 5
40
CT Metering
ES
Kurva CT untuk proteksi
Knee point
Kurva CT untuk pengukuran
CT Proteksi IeXct
42
43
Lanjutan 4.7.
Inti besi a Trafo arus dengan inti besi
44
Lanjutan 4.7.
45
Lanjutan 4.7.
a Type batang /Bar primary
Inverted CT
46
Lanjutan 4.7.
Teriminal primer 1 belitan
Pola (mould) Pola (mould)
Resin
Resin
P1(C1)
P2 (C2)
Gambar 8: dua belitan sekunder 1S1 1S2 2S1 2S2 3S1 3S2 4S1 4S2
4 Teriminal sekunder
a Trafo tegangan: Instrumen trafo yang dipergunakan untuk memperkecil tegangan tinggi ke tegangan rendah , dipergunakan untuk pengukuran atau proteksi
Accuracy classes sesuai IEC 60044-2
Range Class Burden (%) 25 25 25 25 25 25 25 100 100 100 100 100 100 100 Voltage (%) 80 - 120 80 - 120 80 - 120 80 - 120 80 - 120 5-Vf 5-Vf Limit of Errors Ratio Phase (%) displacement (min) 0,1 5 0,2 10 0,5 20 1,0 40 3 3,0 120 6,0 240 Application
laboratory Precision and revenue metering standard revenue metering industrial grade meters intruments Protection Protection
48
Lanjutan 4.8.
a Rangkaian ekivalen
R S T
Primer 20.000/3 Sekunder 100/3
Tegangan pengenal primer : kV (150 kV, 20 kV atau 150 kV/3 , 20 kV/3) Tegangan pengenal sekunder: volt (110 V , 110 V atau 110 V/3 , 100 V/3) a Untuk pengukuran tegangan jatuh disisi sekunder e 0,05 % s/d 0,1 % x tegangan pengenal sekunder PT a Tipe trafo tegangan: Inductive voltage transformers Capacitive voltage transformers 49
a Jenis INDUKTIF (PT) Terdiri dari belitan Primer dan belitan sekunder, Belitan primer akan menginduksikannya ke belitan sekunder melalui core. a Jenis KAPASITIF (CVT) Terdiri dari rangkaian kondensor yang berfungsi sebagai pembagi tegangan tinggi dari trafo pada tegangan menengah yang menginduksikan tegangan ke belitan sekunder melalui media capasitor.
50
1. Kertas/Isolasi Minyak Mineral/Quartz filling. 2. Belitan Primer: vernis ganda-isolasi kawat tembaga, tahan pada suhu tinggi. 3. Inti: bukan orientasi listrik baja memperkecil resiko resonansi besi 4. Belitan Sekunder
5 1
2 3
52
a Kesalahan rasio trafo tegangan Kesalahan besaran tegangan karena perbedaan rasio name plate dengan rasio sebenarnya dinyatakan dalam % = 100 (Kn Vs - Vp)/Vp
vs dan vp merupakan nilai tegangan sesaat sisi sekunder dan sisi primer.
53
a Kegunaan: (pada sistem 3 fasa) Pengaman Sistem dari gangguan tanah Pengaman Isolasi Peralatan Instalasi akibat tegangan lebih sewaktu gangguan fasa-tanah
a Pembumian Peralatan adalah hubungan antara peralatan listrik dengan tanah/bumi Kegunaan: Sebagai pengaman bagi manusia dan peralatan instalasi jika terjadi kebocoran listrik pada peralatan.
54
a Pentanahan melalui tahanan (resistance grounding). a Pentanahan melalui reaktor (reactor grounding). a Pentanahan langsung (effective grounding). a Pentanahan melalui reaktor yang impedansinya dapat berubah-ubah (resonant grounding) atau pentanahan dengan kumparan Petersen (Petersen Coil).
55
a Netral Sistem dari transformator 3 fasa dengan hubungan Y yang dihubungkan langsung dengan tanah melalui elektroda cu. a Tahanan pembumian harus rendah 0,5 3 ohm.
Transformator tenaga
56
Lanjutan 5.3.
a Pemasangannya: Pada transformator tenaga yang dipasok dari sistem tegangan menengah (GI) atau PLTD kecil. Keuntungan : Tegangan lebih pada phasa-phasa yang tidak terganggu relatif kecil. Kerja pemutus daya untuk melokalisir lokasi gangguan dapat dipermudah, sehingga letak gangguan cepat diketahui. Sederhana dan murah dari segi pemasangan Kerugian : Setiap gangguan phasa ke tanah selalu mengakibatkan terputusnya daya. Arus gangguan ke tanah besar, sehingga akan dapat menimbulkan kerusakan pada peralatan listrik yang dilaluinya.
57
Lanjutan 5.3.
ZL
XT IGF
a Arus gangguan tanah dihitung dengan memasukkan Reaktansi XT dan Impedansi ZL a Arus gangguan tanah dipakai untuk penyetelan Relai Arus Lebih gangguan tanah.
58
Lanjutan 5.3. a Pembebanan pada transformator tenaga di GI atau PLTD yang memasok kebeban: Bisa single phase (Transformator 1 fasa) Bisa three phase (Transformator 3 fasa) Beban tidak seimbang, kawat netral dialiri a arus beban
59
5.4. PEMBUMIAN NETRAL MELALUI TAHANAN a Netral Sistem dari transformator 3 fasa dengan
hubungan Y yang melalui tahanan dihubungkan dengan tanah
Transformator tenaga
60
Lanjutan 5.4. a Pemasangannya : Pada transformator tenaga yang dipasok pada sistem tegangan 70 atau 150 kV (GI) atau pada sistem PLTD kecil a Tahanan pembumian (netral grounding resistance) yang terpasang di GI atau sistem PLTD : NGR dengan tahanan 12 ohm. NGR dengan tahanan 40 ohm. NGR dengan tahanan 500 ohm. a Catatan: Nilai tahanan perlu dihitung yang didasarkan pada besarnya arus gangguan 1 fasa ketanah
61
40 ohm
Lanjutan 5.4.
ZL
XT Rn IGF
a Arus gangguan tanah dihitung dengan memasukkan Tahanan 3RN, Reaktansi XT dan Impedansi ZL a Arus gangguan tanah dipakai untuk penyetelan Relai Arus Lebih gangguan tanah.
63
Lanjutan 5.4.
a Keuntungan : Besar arus gangguan tanah dapat diperkecil Bahaya gradient voltage lebih kecil karena arus gangguan tanah kecil. Mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat arus gangguan yang melaluinya. a Kerugian : Timbulnya rugi-rugi daya pada tahanan pentanahan selama terjadinya gangguan fasa ke tanah. Karena arus gangguan ke tanah relatif kecil, kepekaan relai pengaman menjadi berkurang.
64
5.5. PEMBUMIAN NETRAL MENGAMBANG (FLOATING) a Titik Netral Transformator hubungan Y tidak dihubungkan ke tanah Untuk sistem kecil, arus gangguantanah tidak membuat kejutan power a Guna : pada pembangkit Untuk sistem kecil, arus gangguantanah temporer bisa self clearing
Transformator tenaga
Lanjutan 5.5. ZL XT
ICe
a Saat terjadi Arus gangguan tanah timbul:
IGF
Arus kapasitif jaringan Tidak tergantung lokasi gangguan, besarnya tetap Karenanya Relai gangguan tanah tidak selektif Arus Kapasitif gangguan tanah besar ? Arcing
66
Tegangan Fasa sehat naik 3 kali. Gang. Permanen, Tegangan sentuh tdk bahaya. Kawat putus yang tidak menyentuh tanah bahaya
bila disentuh manusia.
Segitiga tegangan sistem tidak berubah. Magnitude & sudut tegangan fasa sehat berubah. Magnitude ICe besar gejala Arcing Ground.
67
Lanjutan 5.5.
a Akibatnya :
Udara yang belum kembali menjadi isolator kembali breakdown karena teg. fasa R yang naik s/d 3xEph
a Kejadian ini berulang pada setiap cycle dari gelombang sinusoidal, dan disebut Arcing Ground a Kenaikan tegangan pada peristiwa Arcing Ground berbahaya bagi isolator diseluruh instalasi. a ICE yang terlalu besar penyebab Arcing Ground harus dihindari agar tidak merusak peralatan
68
Lanjutan 5.5.
a Pembebanan :
Tidak bisa single phase Harus three phase (Trafo 3 fasa) Beban tidak seimbang di TR di TM dialiri
arus urutan negatif. Pengukuran Beban bisa gunakan meter 3 fasa 3 kawat.
69
5.6. PEMBUMIAN NETRAL MELALUI PETERSON COIL a Netral Sistem dari transformator 3 fasa dengan hubungan Y yang dihubungkan dengan tanah melalui reaktor induktif - Peterson coil a Nilai reaktansi Induktansi disesuaikan dengan nilai reaktansi kapasitansi jaringan Arus kapasitif gangguan tanah yang besar dikecilkan agar tidak terjadi Arcing Ground yang berbahaya Arus gangguan tanah temporer menjadi bisa self clearing kembali Dapat mengkompensir arus kapasitif
70
a Guna :
Lanjutan 5.6.
Transformator tenaga
a Tegangan Fasa- tanah Kondisi Normal Masih dapat terjaga seimbang, bila Ce seimbang. Kondisi gangguan tanah Teg. Netral-tanah naik, teg. Fasa-tanah naik 3.
71
Lanjutan 5.6.
ZL XT IL
ICe
ICe
a Bila terjadi arus gangguan tanah
IL
Lanjutan 5.6.
a Keuntungan : 3 Arus gangguan dapat dibuat kecil sehingga tidak berbahaya bagi mahluk hidup. 3 Kerusakan peralatan sistem dimana arus gangguan mengalir dapat dihindari. 3 Sistem dapat terus beroperasi meskipun terjadi gangguan fasa ke tanah. 3 Gejala busur api dapat dihilangkan.
a Kerugian :
3 Rele gangguan tanah (ground fault relay) sukar dilaksanakan karena arus gangguan tanah relatif kecil. 3 Tidak dapat menghilangkan gangguan fasa ke tanah yang menetap (permanen) pada sistem. 3 Operasi kumparan Petersen harus selalu diawasi karena bila ada perubahan pada sistem, kumparan Petersen harus disetel (tuning) kembali.
73
yang listrik
74
5.8. PEMBUMIAN PERALATAN a Tujuan pembumian peralatan adalah sebagai berikut : Untuk mencegah terjadinya tegangan kejut listrik yang berbahaya bagi manusia bila pada peralatan listrik terjadi kebocoran listrik. Untuk memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya maupun lamanya dalam keadaan gangguan tanah tanpa menimbulkan kebakaran atau ledakan pada bangunan atau isinya. a Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pentanahan : Tahanan jenis tanah. Panjang elektroda pentanahan. Luas penampang elektroda pentanahan.
75
R!
4.L . ln 1 2.T L r
76
Lanjutan 5.8.
RL
S T
RN
Netral
Re1
Peralatan Listrik
Re2
77
Lanjutan 5.8.
Titik terjadi gangguan phasa - tanah
Bumi
20 m 20 m
Bentuk tegangan antara tegangan elektroda dan referensi bumi, tegangan elektroda-bumi, teganganlangkah, tegangan sentuh.
78
Lanjutan 5.8. Sistem pembumian peralatan di gardu induk dengan menghubungkan elektroda membujur dan melintang dibawah tanah yang disebut sistem mesh dengan tujuan untuk memperoleh tahanan tanah kecil (< 1 ohm).
79
a Relai penghantar yang prinsip kerjanya berdasarkan pengukuran impedansi penghantar. a Relai ini mempunyai ketergantungan terhadap besarnya SIR dan keterbatasan sensitivitas untuk gangguan satu fasa ke tanah. a Relai ini mempunyai beberapa karaktristik seperti mho, quadralateral, reaktans, adaptive mho dll. a Sebagai unit proteksi relai ini dilengkapi dengan pola teleproteksi seperti putt, pott dan blocking. a Jika tidak terdapat teleproteksi maka relai ini berupa step distance saja.
80
a Beban maksimum tidak boleh masuk jangkauan relai a Dapat membedakan gangguan dan ayunan daya
81
F 21 Zone - 1
F 21 = 80% x ZAB
82
F 21 Zone - 2
83
Lanjutan 6.3.
a Zone 3
Sebagai pengamanan cadangan ditambah relai yang lazim disebut Zene 3, dalam hal ini harus dapat menjangkau ujung seksi berikutnya, waktunya diperlambat terhadap Zone 2 seksi berikutnya
F 21 Zone - 3
84
ZL
a Karakteristik mho
Z1 Z2 Z3 R
ZL
Z3
a Karakteristik Quadrilateral
Z2 R Z1
85
6.5. RELAY DIFFERENTIAL SEBAGAI PENGAMAN SALURAN DISTRIBUSI ATAU TRANSMISI (KAWT PILOT)
a Prinsip kerja pengaman differential arus untuk saluran distribusi dan transmisi mengadapsi diffrential arus, yang membedakan ialah daerah yg diamankan cukup panjang. Daerah pengamanan Saluran distribusi/transmisi CT1 CT2
I1
I2
86
3 Yang dimaksud titik pada proteksi differential ialah daerah pengamannan, dalam hal ini dibatasi oleh 2 buah trafo arus. Daerah pengamanan I1 CT1 CT2
87
I2
a Relai Diffrential arus membandingkan arus yang melalui daerah pengamanan. a Relai ini harus bekerja kalau terjadi gangguan didaerah pengamanan, dan tidak boleh bekerja dalam keadaan normal atau gangguan diluar daerah pengamanan. a Relai ini merupakan unit pengamanan mempunyai selektifitas mutlak. dan
88
Lanjutan 6.6.
I1 PMT
I2 Saluran yg diproteksi
PMT
A
CT1
CT2
F 87
F 87
Lanjutan 6.6. a Diffrential untuk saluran diperlukan : Sarana komunikasi antara ujung saluran yg lazim disebut kawat pilot, dapat berupa : - Kawat tembaga. - Serat optik - Mikro wave Relai sejenis disetiap ujung saluran. Untuk ketiga fase hanya sebuah relai, supaya saluran komunikasi yg cukup sepasang cukup 1 pasang. Supervisi untuk mengontrol bahwa saluran komunikasi (pilot) baik/tidak terganggu.
90
Lanjutan 6.6.
Trafo isolasi, karena kemungkinan terjadi induksi tegangan dari saluran yang diamankan (khususnya pilot dengan kawat tembaga)
Yg membatasi panjang saluran yang diamankan : - Saluran komunikasi dengan kawat dibatasi adanya arus kapasitansi dan resistans kawat. oleh
- Saluran komunikasi dengan serat optik, sampai batas tidak perlu adanya penguat (repeater).
91
Lanjutan 6.6.
a Prinsip operasi yang digunakan. Circulating current Prinsipnya dalam keadaan normal/tidak ada gangguan arus mengalir melalui CT di kedua ujung, kumparan penahan dan kawat pilot, kumparan kerja tidak dilalui arus. Opose Voltage Prinsipnya dalam keadaan normal/tidak ada gangguan arus mengalirhanya disetiap CT dan kumparan penahan disetiap sisinya, pada kawat pilot dan kumparan kerja tidak dilalui arus.
92
Lanjutan 6.6. I2
PMT Saluran yg diproteksi PMT
I1
A
CT1
Trafo penjumlah
B
CT2
s2 p
2
p s2
2
id
F 87
id
Trafo penjumlah
s1 p
1
p s1
1
Trafo isolasi
93
I1
PMT
PMT
I2 B
CT1
i2 id
F 87
CT1
i1
id
F 87
Kawat pilot
i2
Kumparan penahan
a Pada
keadaan normal kawat pilot dilalui arus dan kumparan kerja tidak dilalui arus.
94
u1
DIR
DIR
&
R
Signalling
R channel
&
b
u1
95
F 51
F 51
96
PETIR
RANTING POHON
I (DARI SUMBER)
97
7.2. PENGARUH ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TERHADAP SISTEM TENAGA LISTRIK
TRAFO DAYA
51 51G 51N
51 51G
3 FASA 1 FASA-TANAH
a TEGANGAN DI BUS 20 KV TURUN a PENGARUH TEGANGAN TURUN DIRASAKAN OLEH SEMUA FEEDER YANG TERSAMBUNG PADA BUS BERSAMA. a SAAT TERJADI GANGGUAN HS BERPENGARUH PADA TRAFO TENAGA DAN GEN a SAAT PMT TERBUKA TEGANGAN NAIK. a GANGGUAN HS 1 FASA KETANAH DAPAT MENAIKAN TEG PADA FASA YANG SEHAT.
98
2 PLTD A 1 3 5
4 PLTD B 6
99
PLTD A
IF
IF>>
FCO
Gangguan HS
20 kV
a Saat FCO trip dalam tabung terjadi arcing yang waktunya melebihi waktu setting
Yang dapat tripkan Rele di outgoing.
100
Lanjutan 7.4.
a GANGGUAN YANG TERJADI:
3 GANGGUAN 3 : bisa terjadi pada fasa R , S dan T terhubung singkat
101
1. Differential Relay Pengaman Utama Gen dll. 2. Differential Relay Pengaman Utama Trafo dll. 3. Over Current Relay Trafo sisi 150 KV Pengaman Cadangan Lokal Trafo Pengaman Cadangan Jauh Bus B. 4. OCR dan GFR Trafo sisi 20 kV Pengaman Utama Bus B1 Pengaman Cadangan JAuh saluran BC. 5. OCR dan GFR di B2 Pengaman Utama saluran BC Pengaman Cadangan Jauh saluran CD. 6. OCR dan GFR di C Pengaman Utama saluran CD Pengaman Cadangan Jauh seksi berikut. 102
7.6. WIRING DIAGRAM OVER CURRENT RELAY & GROUND FAULT RELAY
TRAFO 6,3/20 KV
PMT
CT
Jaringan distribusi
NGR
OCR/GFR
TRAFO 6,3/20 KV
PMT
CT
ON NGR
OCR OCR OCR
RELAY
GFR
103
ON OFF NGR
OCR OCR OCR
GFR
Gangguan terjadi pada fasa R,S dan T. Arus gangguan hubung singkat mengalir di jaringan. Karena arus tersebut > dari ratio CT pada sekunder CT mengalir arus. Masuk ke OCR -- OCR memasok arus ke PMT-- PMT trip. 104
Lanjutan 7.7.
CT
R
3Io ON OFF NGR
OCR OCR OCR
S T
GFR
Gangguan HS terjadi pada fasa T, arus mengalir masuk ke GFR - PMT trip
105
+ -
Selenoid yang dililit kumparan akan menjadi magnit dan kontak akan ditarik kebawah. lamanya kontak menyentuh switch tergantung setting waktunya
107
Lanjutan7.9.
Karakteristik Inverse
Rele inverse menyetel waktu & arus Saat terjadi gangguan hubung singkat arus
*
dari CT masuk ke kumparan Rele Selenoid yang dililit kumparan akan mem bentuk *, fluks terpotong oleh piringan, piringan berputar. Lamanya kontak menyentuh switch tergantung setting waktunya
108
Lanjutan7.9. a Elektrostatik
CT
*
Kontak Output
Set I (arus)
Arus gangguan hubung singkat masuk ke CT. Arus ini di searah kan di Rectifier dan arus searah di teruskan ke comp. Kapasitor digunakan menambah arus yang masuk coil tripping.
109
t SET
I SET
I (ampere)
a Karakteristik definite time: bisa di setting arus besar setting waktu kecil 110
t (detik)
I SET
I SET MOMENT
I (ampere)
t SET
I SET MOMENT
I (ampere)
SUMBER KIT
51 51G 51N
51 51G
51 51G
51 51G
PERHITUNGAN KOORDINASI SELALU DIMULAI DARI RELAI PALING HILIR, DAN BERGERAK KE HULU
113
Lanjutan7.13.
a UNTUK :
GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 3 FASA GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 2 FASA GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 2 FASA KETANAH GANGGUAN HUBUNG SINGKAT SATU FASA KETANAH
114
Lanjutan7.13.
a DARI KETIGA JENIS GANGGUAN, PERBEDAANNYA ADA PADA
UNTUK GANGGUAN 3 FASA : IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN ADALAH IMPEDANSI URUTAN POSITIF NILAI EKIVALEN Z1 TEGANGANNYA ADALAH E FASA UNTUK GANGGUAN 2 FASA : IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN ADALAH JUMLAH IMPEDANSI URUTAN POS. + URUTAN NEG. NILAI EKIVALEN Z1 + Z2 : TEGANGANNYA ADALAH E FASA-FASA IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN ADALAH JUMLAH IMPEDANSI URUTAN POS. + URUTAN NEG. + URUTAN NOL NILAI EKIVALEN Z1 + Z2 * Z0 Z2 + Z0 UNTUK GANGGUAN 1 FASA KETANAH : IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN ADALAH JUMLAH IMPEDANSI URUTAN POS. + URUTAN NEG. + URUTAN NOL NILAI EKIVALEN Z1 + Z2 + Z0 TEGANGANNYA ADALAH E FASA
115
Lanjutan7.13.
a PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN :
: RUMUSNYA : V = Z =
I =
V Z
: RUMUSNYA :
I =
V Z
116
GANGGUAN DUA FASA - KETANAH : RUMUSNYA : I = V Z V = Z = TEGANGAN FASA - FASA IMPEDANSI Z1 + Z2 * Z0 ekivalen Z2 + Z0
RUMUSNYA :
I =
Z = IMPEDANSI ( Z + Z + Z ) eki 1 2 0
117
Faktor k tergantung pada kurva arus waktu, sebagai berikut: Nama kurva IEC standard Inverse IEC very Inverse IEC Extremely Inverse IEEE standard Inverse k 0,02 1 2 0.02 0.02 2 2 2
detik
IEEE Short Inverse IEEE Very Inverse EEE inverse IEEE Extremely Inverse
3t
3 Tms = Time multiple setting. 3 Ifault = Besarnya arus gangguan Hub Singkat (amp) Setelan over current relay (inverse) diambil arus gg hub singkat terbesar. Setelan ground fault relay (inverse) diambil arus gangguan hub singkat terkecil. 3 ISET = Besarnya arus setting sisi primer Setelan over current relay (Invers) diambil 1,05 s/d 1,1 x Ibeban Setelan ground fault relay (inverse) diambil 0,06 s/d 0,12 x arus gg hub singkat terkecil.
118