THE CONCEPT OF PROSE FICTION According Cleanth Brooks.

Jr, and Robert Penn fiction is a story, a made-up story, about characters. They realized that the definition is oversimplified because they believe that such a definition would be necessarily complicated and abstract. For this reason, they believe that it will be more fruitful to work toward an understanding of fiction through an investigation of particular instances. Untuk alasan ini, mereka percaya bahwa akan lebih mudah jika memahami sebuah fiksi melalui penyelidikan kasus tertentu. Let us try to see prose fiction from another point of view. In broad sense, prose fiction is imaginative literature; it is literature that is not intended to be, and is not judged by the usual standard of truth and falsity. Dalam arti luas, prosa fiksi adalah sastra imajinatif, yang tidak dapat dinilai dari benar salahnya. It is imaginative, in the sense that it is a work of imagination, which is different from an essay, which also prose but not fiction. Hal ini imajinatif, dalam arti Bahwa itu adalah sebuah karya imajinasi, yang berbeda dari sebuah esai, Yang Juga prosa tapi bukan fiksi. In this chapter, we shall deal with literary truth which is different from historical or factual truth. It is only necessary to underline here that prose fiction has its own standard of truth, which can only be judged using all the information contained in the fiction itself. Using his imagination, that particular writer form a concept. That form can be a poem, a play, or prose fiction, and each of these forms has its own unique structure. A poem will consist of musical word written in lines or verse. A play will be in dialogue. A short story will require a character put in a system of action which consist beginning, middle, and end. In narrower sense, prose fiction has five characteristics. First, it is fiction in the broad literary sense. i.e something invented, so it is not the same as factual truth. Pertama, adalah fiksi dalam arti sastra yang luas. adalah sesuatu yang diciptakan, sehingga tidak sama dengan kebenaran faktual. Second, it is no dramatic. Like drama, may have dialogue, as a means to convey the story and character, but unlike drama, it also has narration and description. Every single information in the story must be incoporated in the dialogue. Seperti drama,

mungkin memiliki dialog, sebagai sarana untuk menyampaikan cerita dan karakter, tapi tidak seperti drama, juga memiliki narasi dan deskripsi. Setiap informasi tunggal dalam cerita harus dimasukkan dalam dialog. Third, it is narrative, it is tell a story. The narration is used to tell the reader a story about a certain setting (i.e. time and place) and also an action of character itself. Ketiga, narasi, adalah bercerita. Narasi ini digunakan untuk memberitahu pembaca cerita tentang pengaturan tertentu (waktu dan tempat yaitu) dan juga tindakan dari karakter itu sendiri. Fourth, it is descriptive.tg the writer also use description to Fifth, it is prose. Thus, a piece of prose fiction is prose, invented, has dialogue, narration, and description. Dengan demikian, sepotong prosa fiksi adalah prosa, diciptakan, memiliki dialog, narasi, dan deskripsi. Based on length, complexity of theme and development of character and plot, prose fiction can be classified into the short story, the novella or novelette, and the novel. Berdasarkan panjang, kompleksitas tema dan pengembangan karakter dan plot, fiksi prosa dapat diklasifikasikan ke dalam cerita pendek, novel atau roman, dan novel. THE SHORT STORY The short story is the essence of economy, consisting of approximately 2,000 words, but length is not the sole criteria for a short story. Cerita pendek adalah inti dari ekonomi, yang terdiri dari sekitar 2.000 kata, tapi panjang bukan kriteria tunggal untuk cerita pendek. Structurally, the short story must content itself with few characters, few incidents, scenes, or episodes, few settings, and it takes place in brief span of time. Secara struktural, cerita pendek harus mengisi dirinya sendiri dengan beberapa karakter, beberapa insiden, adegan, atau episode, beberapa pengaturan, dan itu terjadi dalam rentang waktu singkat. Stylistically, the short story must make every word count and a short story writer must always be aware of inconsistencies in style, in tone and point of view. Gaya, cerita pendek harus membuat setiap kata dan penulis cerpen harus selalu menyadari inkonsistensi dalam gaya, dalam nada dan sudut pandang. Different from a novelist, he is not free to use different of view in one short story. Short story writers agree in making every word in the story count. In other words, if by deleting a word or phrase from the story it still maintains the desired

effect, that particular word or phrase is counted as redundant. But, concerning the use of different points of view story there seems to be some disagreements.
Steinmann and Willen, 1967 : 120: The short story must strive to achieve modest effects-usually a single effect, it has neither the resources nor the time to achieve anything more Steinmann dan Willen, 1967: 120: Cerita pendek harus berusaha untuk mencapai efek sederhana-biasanya merupakan efek tunggal, ia memiliki "sumber daya maupun waktu untuk mencapai sesuatu yang lebih" Eugene C. Garcia and Walton R. Patrick in What is the short Story, 1961 : 5) He seems quite aware of the economy of word in the story, so that no word having no relation to the story can be printed in the story Eugene C. Garcia dan Walton R. Patrick Apakah Cerita pendek, 1961: 5) "Dia tampaknya cukup menyadari perekonomian kata dalam cerita, sehingga

tidak ada kata tidak memiliki hubungan dengan cerita dapat dicetak dalam cerita" Burroway, 1987 : 15: A short story is short, and can waste no words. The short story can deal with only one or a very few consciousnesses. Burroway, 1987: 15: Sebuah cerita pendek seharusnya juga pendek, dan bisa membuang-buang ada kata-kata. Cerita pendek dapat menangani hanya satu atau sangat sedikit kesadaran. Ensenwein (1909,reprinted in Current-Garcia and Patrick, 1961: 51 ff) He attempts to define short story, by discussing what a shorts story is not. "Dia mencoba untuk mendefinisikan cerpen, pertama dengan membahas apa saja criteria cerita yang bukan termasuk shorts story.

Also Ensenwein (1909,reprinted in Current-Garcia and Patrick, 1961: 51 ff) attempts to define short story, first by discussing what a shorts story is not. He writes that:
1. The Short Story is not condensed novel

It is totally different between short story and novels. Their real difference is in kind, not in length. The following are the requirements of a short story: a. The short story produces a singleness of effect denied to the novel; it needs simplicity and totality of effect. b. It must differ from the novel in scope and in structure. Ini benar-benar berbeda antara cerita pendek dan novel. Perbedaan nyata mereka dalam jenis, bukan panjangnya. Berikut ini adalah persyaratan dari sebuah cerita pendek: a. Cerita pendek menghasilkan efek tulus disangkal novel, sehingga membutuhkan kesederhanaan dan totalitas efek. b. Ini harus berbeda dari novel dalam lingkup dan dalam strukturnya. 2. The Short Story is not an episode A short story shows the plot, and any attempt to make it lounger would spoilt it. A short is not meant to dovetail into a novel which is to appear later. 2. Kisah Pendek bukan episode Sebuah cerita pendek ini menunjukkan plot, dan setiap usaha untuk membuatnya panjang akan merusaknya. Sebuah pendek ini tidak dimaksudkan untuk pas ke dalam sebuah novel yang muncul kemudian. 3. The Short Story is not a scenario, or synopsis A novel writer may be write a scenario before the work begins or synopsis after the work has been completed. But in short story the scenario or synopsis lacks the play of character, the pungency of conversation, and the photography of description.

3. Kisah Pendek bukan skenario, atau sinopsis Seorang penulis novel mungkin akan menulis skenario sebelum pekerjaan dimulai atau sinopsis setelah pekerjaan telah selesai. Tapi dalam cerita pendek skenario atau sinopsis tak memiliki permainan karakter, ketajaman percakapan, dan fotografi dari deskripsi. 4. The Short Story is not a biography

Editors often receive a surprising number of life stories, complete form birth to burial, no ventral incident, no unified effect, to justify their writing. 4. Kisah Pendek bukan sebuah biografi Editor sering menerima sejumlah mengejutkan kisah hidup, kelahiran bentuk lengkap untuk pemakaman, tidak ada insiden ventral, tidak ada efek bersatu, untuk membenarkan tulisan mereka.
5. Is not mere a sketch

Sketch is more deal with painting world. It is tell no story and totally abstract and has functions to provide the painter with sufficient exercise both in technique and looking at material before he works on his actual painting. In same way, words sketches of character can beautiful and suggestive studies, but they are not short stories because too general and have no final effect. They have neither essential beginning for necessary ending. 5. Bukankah hanya sketsa Sketsa adalah kesepakatan lebih banyak dengan dunia lukisan. Hal ini memberitahu ada cerita dan fungsi benar-benar abstrak dan harus menyediakan pelukis dengan olahraga yang cukup baik dalam teknik dan melihat materi sebelum ia bekerja pada lukisan yang sebenarnya. Dengan cara yang sama, kata sketsa karakter dapat studi indah dan sugestif, tetapi mereka tidak cerita pendek karena terlalu umum dan tidak memiliki efek akhir. Mereka tidak memiliki awal penting untuk akhir yang diperlukan. 6. The Short story is not a tale What is meant by tale here is a simple narrative, usually short, having actually no plot, developing no essential change in the relation of the characters, and depending for its upon incidents rather than upon plot and the revelation of character. 6. Cerita Pendek bukan dongeng Yang dimaksud dengan cerita di sini adalah sebuah narasi sederhana, biasanya pendek, memiliki alur cerita sebenarnya tidak, berkembang tidak ada perubahan penting dalam hubungan karakter, dan tergantung untuk yang atas insiden bukan pada plot dan penyataan karakter.

THE NOVELETTE AND THE NOVEL (roman

DAN NOVEL)

We have already discussed before that the difference between a short story and novel is in kind, not length. The novella or novelette is a work of in between length, it contains 18,000 to 40,000 words. In other case, the full length novel may consist of over 100.000 words. Kita telah membahas sebelumnya bahwa perbedaan antara cerpen dan novel adalah dalam bentuk panjang, tidak. The novel atau novel adalah sebuah karya di antara panjang, berisi 18.000 sampai 40.000 kata. Dalam kasus lain, novel panjang penuh dapat terdiri dari lebih dari 100,000 kata-kata. According to Professor Brander Matthews statement in his article, he writes that a novel cannot have unity of impression. He further underlines that the short story is a single effect, complete and self-contained, but a novel is necessity broken into a series of episodes. Another great difference between short story and the novel, according Matthews, lies in the fact a novel must be a love-tale, while the short story need not deal with love at all. Menurut pernyataan Profesor Brander Matthews dalam artikelnya, ia menulis bahwa novel tidak dapat memiliki kesatuan kesan. Dia lebih lanjut menekankan bahwa cerita pendek adalah efek tunggal, lengkap dan mandiri, tetapi sebuah novel adalah sebuah kebutuhan dipecah menjadi serangkaian episode. Perbedaan besar antara cerpen dan novel, menurut Matthews, terletak pada kenyataan sebuah novel harus menjadi kasih-kisah, sementara cerpen tidak perlu berurusan dengan cinta sama sekali. Philip Stevick in his introduction to his book The Theory of the Novel (1967: 1 ff) quotes Rene Wellek and Austin Warren who wrote that literary theory and criticism of poetry said they are several reason which have made the novel an entity without a definition, an art without its own continuity. Philip Stevick dalam pengantar untuk bukunya The Theory of Novel tersebut (1967: 1 dst) mengutip Rene Wellek dan Austin Warren yang menulis bahwa 'teori sastra dan kritik puisi "kata mereka beberapa alasan yang membuat novel suatu entitas tanpa definisi, sebuah seni tanpa kontinuitas. First, the novel is a comparatively new genre. Feilding and Rhicardson, by the 1740s clearly felt themselves to be marking a new genre, and perhaps this is beginning of the novel. Pertama, novel adalah genre yang relatif baru. Feilding dan

Rhicardson, pada 1740 itu jelas merasa diri mereka menandai sebuah genre baru, dan mungkin ini adalah awal dari novel. Second, the novel has from the conviction that it is an interioir form, and has been subjected to continuous extra-artistic presures. Stevick further proposes some standard ways off differentiating a novel from prose which is not novel. Kedua, novel memiliki dari keyakinan bahwa itu adalah bentuk interioir, dan telah mengalami terus menerus ekstra artistik presures. Stevick lebih lanjut mengusulkan beberapa cara standar off membedakan novel dari prosa yang tidak baru. Stevick lebih lanjut mengusulkan beberapa cara standar off membedakan novel dari prosa yang tidak baru. Perceptual Novelist see and hear what writers of pre-novelist prose do not, or at least they have found a vihicle by means of which their perceptions can be presented. persepsi Novelis melihat dan mendengar apa penulis pra-novelis prosa tidak, atau setidaknya mereka telah menemukan sebuah vihicle melalui persepsi mereka yang dapat disajikan. Structual Another way of distinguishing the novel is to propose that novels succed, as pre-novelistic narratives do not, in constructing actions, with begining, midle, and end, with the materials of the novels deployed in such a way as to give the image of coherence, continuity, and wholeness, and with certain tensions and anticipations regarding the central characters carried through the entire lenght of the works, to be resolved only at their ends. Structual Cara lain untuk membedakan novel ini adalah untuk mengusulkan bahwa novel Lulusan, sebagai pra-novelistik narasi tidak, dalam tindakan membangun, dengan awal, Midle, dan akhir, dengan bahan dari novel dikerahkan sedemikian rupa untuk memberikan citra koherensi, kontinuitas, dan keutuhan, dan dengan ketegangan

tertentu dan antisipasi mengenai karakter sentral dilakukan melalui panjang seluruh karya, yang akan diselesaikan hanya di ujungnya. Sociological It is clear that the novel is a midle-class genre. Extrinsically, it implies that the novel emerged as a specific genre at least partly as a response to new kind of audience, literate, self-conscious in regard to manners and morals, leisured but commercial. Intrinsically, it implies that the novel must come to terms with the middle class, either by objectifying middle-class wishes and fears, or in analyzing a middle-class life style.

Sociological Jelas bahwa novel adalah genre tengah kelas. Ekstrinsik, ini menunjukkan bahwa novel ini muncul sebagai genre tertentu setidaknya sebagian sebagai tanggapan terhadap jenis baru penonton, melek, sadar diri dalam hal sopan santun dan moral, tetapi waktu terluang komersial. Pada hakekatnya, ini menunjukkan bahwa novel harus datang untuk berdamai dengan kelas menengah, baik dengan objectifying kelas menengah keinginan dan ketakutan, atau dalam menganalisis gaya hidup kelas menengah. Mythic Although no novel can satisfactory contain a hero of romance or epic proportions, in every novel characters exist at a mythic level. But, sometime there are problems in determining the mythic level of certain characters in indisputably novelistic works. Novels tend to differ from pre-novelistic narrative in the extent to which the novel is a printed, rather than oral,form. Dongeng Meskipun Novel tidak ada yang bisa memuaskan mengandung pahlawan asmara atau proporsi epik, dalam setiap karakter Novel ada pada tingkat mitis. Tapi, kadang ada masalah dalam menentukan tingkat mitis karakter tertentu dalam karya disangkal novelistik. Novel cenderung berbeda dari pra-novelistik narasi dalam sejauh mana novel adalah bentuk, dicetak, bukan lisan. Philosophical

Novels represent the minute passage of time. Precisely located space, and carefully observed appearances not because novelist developed a superior degree of skill but because a particular philosophical climate had made it legitimate to think of sensory data and individual experience as the very substance of reality itself. filosofis Novel merupakan bagian menit dari waktu. Tepatnya terletak ruang, dan hati-hati mengamati penampilan bukan karena novelis mengembangkan tingkat keterampilan unggul tetapi karena iklim filosofis tertentu telah membuatnya sah untuk memikirkan data indrawi dan pengalaman individu sebagai zat yang sangat realitas itu sendiri. Subjective Appearance and reality is, in fact, an approach to the essence of the novel by means of naming its subject. The novel as a genre can be said to have its own subject. subyektif Penampilan dan kenyataan, pada kenyataannya, pendekatan terhadap esensi dari novel dengan cara penamaan subjek. Novel sebagai genre dapat dikatakan memiliki subjek sendiri. Cultural The novel in the Western culture expresses, criticizes, or ministers culture. Short story and the novel differ not only in lenght but in kind, and from the discussion above we learn kultural Novel dalam budaya Barat mengungkapkan, mengkritik, atau budaya menteri. Cerita pendek dan novel tidak hanya berbeda dalam panjang tetapi dalam hati, dan dari diskusi di atas kita belajar

VARIETIES OF THE NOVEL 1.Historical Novel

A novel that re-creates a period or event in history and often uses historical figures as some of its characters novel sejarah Sebuah novel yang kembali menciptakan waktu atau peristiwa dalam sejarah dan sering menggunakan tokoh-tokoh sejarah sebagai beberapa karakternya. 2. Detective Novel
The detective fiction is a genre of fiction in which a detective, either an amateur or a professional, solves a crime or a series of crimes. Because detective stories rely on logic, supernatural

elements rarely come into play. The detective may be a private investigator, a policeman, an elderly widow, or a young girl, but he or she generally has nothing material to gain from solving the crime. Fiksi detektif adalah genre fiksi yang detektif, baik amatir atau profesional, memecahkan kejahatan atau serangkaian kejahatan. Karena cerita-cerita detektif mengandalkan logika, unsur supranatural jarang ikut bermain. Detektif itu mungkin detektif swasta, polisi, seorang janda tua, atau seorang gadis muda, tapi ia umumnya memiliki bahan tidak ada keuntungan dari memecahkan kejahatan. 3. Science Fiction Novel Science fiction is story-telling, usually imaginative as distinct from realistic fiction, which poses the effects of current or extrapolated scientific discoveries, or a single discovery, on the behavior of individuals of society. 3. Fiksi Ilmiah Novel Fiksi ilmiah bercerita, biasanya imajinatif sebagai sesuatu yang berbeda dari fiksi realistis, yang menimbulkan efek penemuan ilmiah saat ini atau ekstrapolasi, masyarakat. atau penemuan tunggal, pada perilaku individu

10

4 Picaresque Novel picaresque novel, early form of novel, usually a first-person narrative, relating the adventures of a rogue or low-born adventurer (Spanish pcaro) as he drifts from place to place and from one social milieu to another in his effort to survive. In its episodic structure the picaresque novel resembles the long, rambling romances of medieval chivalry, to which it provided the first realistic counterpart. Unlike the idealistic knight-errant hero, however, the picaro is a cynical and amoral rascal who, if given half a chance, would rather live by his wits than by honourable work. Novel picaresque, bentuk awal dari novel, biasanya narasi orang pertama, yang berkaitan petualangan seorang petualang jahat atau rendah kelahiran (Spanyol pcaro) karena ia melayang dari satu tempat ke tempat dan dari satu lingkungan sosial yang lain dalam usahanya untuk bertahan hidup. Dalam struktur episodik nya novel picaresque menyerupai, roman panjang bertele-tele dari ksatria abad pertengahan, untuk yang disediakan mitra realistis pertama. Berbeda dengan pahlawan-ksatria pengembara idealis, namun, picaro adalah bajingan sinis dan amoral yang, jika diberi sedikit kesempatan, lebih suka hidup dengan akalnya dibandingkan dengan pekerjaan terhormat. Nonfiction Novel The non-fiction novel is a literary genre which, broadly speaking, depicts real historical figures and actual events narrated woven together with fictitious allegations and using the storytelling techniques of fiction. The non-fiction novel is an otherwise loosely-defined and flexible genre. The genre is sometimes referred to as or fraction, a portmanteau of "fact" and "fiction" Novel non-fiksi adalah umum, menggambarkan tokoh-tokoh 11 genre sastra yang, secara sejarah yang nyata

dan peristiwa-peristiwa bersama dengan tuduhan fiktif teknik bercerita dari fiksi. Novel non-fiksi adalah genre longgar didefinisikan dan disebut sebagai "fiksi" Conclusion atau faksi,

aktual diriwayatkan dijalin dan menggunakan yang dinyatakan secara fleksibel. Genre kadang-kadang sebuah wadah dari "fakta" dan

Short story and the novel differ not only in length but in kind, and from this discussion above we learn that various aspect of short story and novel differ, from the number of characters and incidents, to plot and the unity of impression that the types of prose fiction carry with them. Cerita pendek dan nove tidak hanyal berbeda dalam panjang tetapi jenisnya, dan dari diskusi ini di atas kita belajar bahwa berbagai aspek dari cerita pendek dan novel berbeda, dari jumlah karakter dan insiden, untuk plot dan kesatuan kesan bahwa jenis prosa fiksi membawa bersama mereka.

12