Вы находитесь на странице: 1из 52

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN


(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERCATAT
DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2005 DAN 2006)


Abstract
The purpose of this research is to test the effect of CSR on firm financial and
market performance. This research is motivated by the fact that there is a lower level of
activities of CSR and its disclosure and also mixed results from previous research.
This research used Corporate Social Disclosure Index (CSDI) as a measure of CSR
disclosure, based on indicators from Global Reporting Initiatives (GRI). The samples of
this research are 77 public firms listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) year 2005 and
2006
Relatively lower score of CSDI shows that CSR disclosure in firms annual report
is still low. This may due to there is still no mandatory rules regarding CSR disclosure in
Indonesia and the lack of firms awareness of the importance of CSR and its disclosure in
annual report. Test results show that CSR disclosure have positive and significant effect on
Return on Equity as a measure of financial performance, but CSR disclosure do not has
significant effect on cumulative abnormal return (CAR) as a measure of market
performance.

Keywords: Corporate Social Responsibility; Return on Equity; Cumulative Abnormal
Return










1
1. Pendahuluan
Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak
hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tapi juga untuk
kemaslahatan pihak stakeholders dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal,
pemerintah, LSM, konsumen, dan lingkungan. Global Compact Initiative (2002) menyebut
pemahaman ini dengan 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari
laba (profit), tetapi juga menyejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan
hidup planet ini (Nugroho, 2007).
Di Indonesia, kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan tersebut diatur oleh
Undang-Undang Perseroan Terbatas No.40 Pasal 74 tahun 2007, dimana perusahaan yang
melakukan kegiatan usaha di bidang/berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan
tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Pengambilan keputusan ekonomi hanya dengan melihat kinerja keuangan suatu
perusahaan, saat ini sudah tidak relevan lagi. Eipstein dan Freedman (1994), dalam
Anggraini (2006), menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi sosial
yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Untuk itu dibutuhkan suatu sarana yang dapat
memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara sekaligus.
Sarana tersebut dikenal dengan nama laporan keberlanjutan (sustainability reporting).
Dalam penelitian Balabanis, Phillips, dan Lyall (1988) ditunjukkan bahwa
pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang listing di London
Stock Exchange berkorelasi positif dengan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.
Namun, hipotesis mengenai etika investor menunjukkan bahwa pasar modal cenderung
tidak tertarik terhadap aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut,
hal ini terbukti secara empiris dimana pengungkapan CSR berpengaruh negatif terhadap
kinerja pasar.
2
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk melihat
secara empiris apakah corporate social responsibility disclosure berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan dan kinerja pasar perusahaan. Sedangkan kontribusi dari
penelitian ini adalah untuk memberikan pertimbangan dalam pembuatan kebijaksanaan
perusahaan agar lebih meningkatkan tanggung jawab dan kepeduliannya pada lingkungan
sosial, serta memberikan gambaran mengenai pentingnya tanggung jawab sosial
perusahaan, sehingga pemerintah dapat menindaklanjuti pengesahaan UU PT, dengan
mewajibkan semua perusahaan lain di Indonesia untuk melaksanakan tanggung jawab
sosialnya.

2. Telaah Literatur dan Pengembangan Hipotesis
Banyak literatur yang menegaskan bahwa aktivitas CSR yang tertuang dalam
pengungkapan sosial perusahaan berpengaruh dan memiliki hubungan positif dengan
kinerja perusahaan. Dalam penelitian empiris, beberapa peneliti telah mencoba untuk
mengungkapkan hal ini dalam berbagai perspektif yang berbeda. Peneliti-peneliti tersebut
antara lain adalah Balabanis, Phillips, dan Lyall (1998), Heal dan Garret (2004), Siegel
dan Paul (2006), Fiori, Donato, dan Izzo (2005), serta Finch (2005). Penelitian tersebut
menggunakan proksi-proksi tertentu untuk mengukur CSR dan mendapatkan hasil yang
beragam pula.
Balabanis, Phillips, dan Lyall (1998), menunjukkan bahwa pengungkapan CSR
berhubungan positif dengan kinerja keuangan perusahaan (gross profit to sales ratio/GPS),
tetapi berhubungan negatif dengan return on capital employed (ROCE). Hasil lainnya yang
lebih kontras adalah bahwa reaksi pasar modal terhadap kinerja keuangan perusahaan
(GPS) yang melakukan pengungkapan CSR dengan baik adalah negatif, sehingga
pengungkapan CSR dianggap lebih bermanfaat bagi stakeholder lainnya.
3
Penelitian Heal dan Garret (2004), menunjukkan bahwa aktivitas CSR dapat
menjadi elemen yang menguntungkan sebagai strategi perusahaan, memberikan kontribusi
kepada manajemen risiko dan memelihara hubungan yang dapat memberikan keuntungan
jangka panjang bagi perusahaan. Sedangkan Penelitian Siegel dan Paul (2006),
menunjukkan bahwa aktivitas CSR memiliki dampak produktif yang signifikan terhadap
efisiensi, perubahan teknikal, dan skala ekonomi perusahaan.
Dalam studi literatur yang dilakukan oleh Finch (2005), dikatakan bahwa motivasi
perusahaan menggunakan sustainability reporting framework adalah untuk
mengkomunikasikan kinerja manajemen dalam mencapai keuntungan jangka panjang
perusahaan kepada para stakeholder, seperti perbaikan kinerja keuangan, kenaikan dalam
competitive advantage, maksimisasi profit, serta kesuksesan perusahaan dalam jangka
panjang.
Selain itu, menurut McGuire dkk (1998), dalam Balabanis, Phillips, dan Lyall
(1998), aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan terbukti dapat meningkatkan
reputasi, sehingga memperbaiki hubungan dengan pihak bank, investor, maupun lembaga
pemerintahan, dan dari perbaikan hubungan tersebut tercermin pada keuntungan ekonomi
perusahaan.
Dengan demikian, hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:
H
1
: Pengungkapan aktivitas CSR (CSR disclosure) berpengaruh positif terhadap
ROE perusahaan satu tahun ke depan (ROE
t+1
).
Dalam melakukan investasi di pasar modal, baik dalam bentuk saham, obligasi,
ataupun bentuk investasi lainnya, investor yang rasional umumnya melakukan serangkaian
analisis tentang investasi yang akan dilakukannya. Khusus untuk investasi dalam saham,
biasanya investor akan melakukan analisis fundamental dan teknikal. Analisis fundamental
menggunakan informasi yang berasal dari pergerakan earnings, prospek dividen, tingkat
4
ROE it+1 = |0 + |1 CSDIit + |2 LEVit+1 + |3 SIZEit+1 + |4 GROWTHit+1 + cit
suku bunga yang diharapkan serta evaluasi risiko perusahaan dalam menentukan harga
saham. Sedangkan analisis teknikal menggunakan pola pergerakan (trend) harga saham
dalam mengestimasi harga saham (Bodie dkk (2002), dalam Junaedi (2005)).
Laporan tahunan akan menjadi salah satu bahan rujukan bagi para investor dan
calon investor dalam memutuskan apakah akan berinvestasi di dalam suatu perusahaan
atau tidak. Dengan demikian, tingkat pengungkapan (disclosure level) yang diberikan oleh
pihak manajemen perusahaan akan berdampak kepada pergerakan harga saham yang pada
gilirannya juga akan berdampak pada volume saham yang diperdagangkan dan return
(Junaedi, 2005).
Menurut penelitian Almilia dan Wijayanto (2007), perusahaan yang memiliki
kinerja lingkungan yang bagus akan direspon positif oleh para investor melalui fluktuasi
harga saham yang semakin naik dari periode ke periode dan sebaliknya jika perusahaan
memiliki kinerja lingkungan yang buruk maka akan muncul keraguan dari para investor
terhadap perusahaan tersebut dan direspon negatif dengan fluktuasi harga saham
perusahaan di pasar yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Dengan demikian,
hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:
H
2
: Pengungkapan aktivitas CSR (CSR disclosure) berpengaruh positif terhadap
abnormal return.

3. Metodologi Penelitian

3.1 Model Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan model regresi berganda sebagai berikut:
Model Pertama


5
CARit = |0 + |1 CSDIit + |2 LEVit + |3 SIZEit + |4 BETAit + |5 GROWTH1it + |6 UEit + cit
Model Kedua

Dimana:
ROE :

Return on Equity
CAR

:

Cumulative Abnormal Return
CSDI

: Corporate Social Disclosure Index berdasarkan indikator GRI
LEV : Rasio ungkitan (leverage) perusahaan
SIZE : Ukuran perusahaan
BETA
:
Beta pasar perusahaan (beta koreksi)

GROWTH : Kesempatan pertumbuhan
UE : Unexpected Earnings
|
0 -
|
2
:

Koefisien yang diestimasi
c
it
: error term
i : 1,2,..., N
t : 1,2,..., T
dimana N: banyaknya observasi dan T: banyaknya waktu

3.2 Operasionalisasi Variabel
3.2.1 Variabel Independen: Corporate Social Disclosure Index (CSDI
t
)
Informasi mengenai Corporate Social Disclosure Index (CSDI) berdasarkan GRI
yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari website www.globalreporting.org. GRI
terdiri dari 3 fokus pengungkapan, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial sebagai dasar
sustainability reporting. Mengingat masih sedikitnya perusahaan di Indonesia yang
melaporkan kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam bentuk sustainability
reportin), maka penelitian ini pun terbatas hanya pada data-data yang terdapat dalam
6
laporan tahunan perusahaan. Hal ini juga agar tidak terjadi kesenjangan antara perusahaan
yang sudah membuat sustainability reporting dengan perusahaan yang belum membuatnya.
Penghitungan CSDI dilakukan dengan menggunakan pendekatan dikotomi, yaitu
setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika
tidak diungkapkan (Haniffa dkk (2005), dalam Sayekti dan Wondabio (2007)).
Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk
setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSDI adalah sebagai berikut (Haniffa dkk (2005),
dalam Sayekti dan Wondabio (2007)):
j
Ij
j
n
X
CSDI

=

Dimana:
CSDIt : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j
nj : jumlah item untuk perusahaan j, nj = 79
Xij : 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan.
Dengan demikian, 0 < CSDIt < 1

3.2.2 Variabel Dependen
3.2.2.1 ROE satu tahun ke depan

Perusahaan dituntut untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerjanya
agar tetap dapat bertahan dalam masa krisis maupun persaingan yang semakin ketat.
Kinerja perusahaan pada akhir periode harus dievaluasi untuk mengetahui perkembangan
perusahaan dan melihat kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisinya dalam
persaingan yang seringkali juga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang
bersangkutan (Martono, 2002). Dalam penelitian ini ROE
t+1
dihitung dengan rumus net
income/equity untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan.


7
3.2.2.2 CAR

CAR dihitung dengan menggunakan market-adjusted model yang menganggap
bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return
indeks pasar pada saat tersebut, sehingga tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk
membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan
return indeks pasar (Hartono, 2007). Dengan demikian, abnormal return dalam penelitian
ini dihitung dengan cara mengurangi return saham perusahaan dengan return indeks pasar
pada periode yang sama (Widiastuti (2002), dalam Sayekti dan Wondabio (2007)).
Abnormal return (AR
it
) diperoleh melalui dua tahap. Tahap pertama merupakan
selisih dari return aktual (R
it
) yang kemudian dikurangi dengan return market (Rm
t
) yang
diperoleh dari tahap kedua.

1 t
1 t t
t
IHSI
IHSI IHSI
R

=
1 t
1 t t
mt
IHSG
IHSG IHSG
R

=
mt it it
R R AR =
Dimana:
AR
it
: Abnormal return untuk perusahaan i pada hari ke-t.
R
it
: Return harian perusahaan i pada hari ke-t.
R
m
: Return indeks pasar pada hari ke-t.
IHSI
t
: Indeks harga saham individual perusahaan i pada waktu t.
IHSI
t-1
: Indeks harga saham individual perusahaan i pada waktu t-1.
IHSG
t
: Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t.
IHSG
t-1
: Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t-1.
8
Perhitungan CAR (cumulative abnormal return) untuk masing-masing perusahaan
merupakan akumulasi dari rata-rata abnormal return selama periode 12 bulan (satu tahun)
yang berakhir pada tanggal 31 Maret, dengan menggunakan rumus berikut ini:
CAR
it
=

=
t
t a
a ARi
3
,
Dimana:
CAR
it
: Cumulative Abnormal Return

3.3 Prosedur Pengumpulan Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
berasal dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia, terutama untuk
data laporan keuangan dan annual report perusahaan sampel pada tahun 2005 dan 2006,
juga Website BEI (www.idx.co.id).

3.4 Populasi dan Sampel
Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
purposive judgement sampling, yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang
informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria yang
digunakan dalam penentuan sampel penelitian ini adalah: sampel merupakan perusahaan
publik yang tercatat di BEI pada tahun 2005 dan 2006, dimana laporan tahunan atau
dokumen lain perusahaan sampel tersedia secara lengkap, baik secara fisik maupun melalui
website, dan khusus untuk data sampel tahun 2006, terdiri dari perusahaan yang telah me-
release laporan keuangan tahun 2007 pada website www.idx.co.id per tanggal 10 April
2008.
Dalam proses pemilihan data, beberapa perusahaan terpaksa harus dikeluarkan
karena masalah yang berkaitan dengan kelengkapan informasi, sehingga total sampel akhir
9
menjadi 77 perusahaan (27 perusahaan untuk tahun 2005 dan 50 perusahaan untuk tahun
2006).
4. Analisis dan Hasil Penelitian
4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif penelitian ini disajikan pada Tabel 4.1. Variabel
dependen model pertama yaitu ROE
t+1
(sebagai proksi untuk pengukuran kinerja
perusahaan dengan lag +1) memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 0.0831. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kinerja keuangan perusahaan sampel sangat beragam,
tergantung pada jenis usaha/industri, ataupun faktor lain (misalnya faktor ekonomi) yang
tidak dibahas dalam penelitian ini.
Sedangkan variabel dependen untuk model kedua yaitu CAR
t
memiliki rata-rata
(mean) sebesar 0.059397. Hal ini juga menunjukkan bahwa CAR (sebagai proksi dari
kinerja pasar) yang dimiliki oleh perusahaan sampel nilainya sangat beragam, dan
tergolong rendah.
Untuk variabel independen yaitu CSDI
t
yang merupakan proksi dari tingkat
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan diukur dengan menggunakan 79 item
indikator GRI (Global Reporting Inisiatif) memiliki nilai indeks rata-rata sebesar 0.123291
dengan standar deviasi 0.0436309. Nilai indeks rata-rata CSDI ini menunjukkan bahwa
tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan
tahunannya masih sangat rendah. Hal ini sesuai dengan kondisi di Indonesia bahwa
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan masih bersifat sukarela, sehingga mereka
tidak terlalu memfokuskan perhatiannya untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan.
Untuk variabel lainnya, yaitu leverage (LEV
t+1
), baik pada pada model pertama
maupun model kedua, menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang tercatat di Bursa
10
Efek Indonesia menggunakan proporsi hutang yang lebih besar dibandingkan dengan
modal sendiri dalam pendanaan investasinya. Size (SIZE
t+1
) yang diukur dengan log asset
menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki
jumlah aset yang sangat bervariasi.
Variabel Growth (GROWTH
t+1
) untuk model pertama penelitian yang diukur
dengan pertumbuhan A Sales memiliki rata-rata sebesar 0.1234, artinya rata-rata
pertumbuhan penjualan perusahaan sampel pada tahun 2005 dan 2006 bisa dikatakan
rendah, hal ini mungkin disebabkan oleh kondisi ekonomi di Indonesia yang kurang
kondusif untuk berbisnis. Sedangkan Growth (GROWTH1
t
) untuk model penelitian kedua
yang diukur dengan pertumbuhan PBV memiliki rata-rata sebesar 0.5394, artinya rata-rata
pertumbuhan harga saham perusahaan sampel lebih dari setengah nilai buku sahamnya.
Beta (BETA
t
) yang merupakan proksi dari risiko sekuritas memiliki rata-rata
sebesar 0.082084. Jika beta bernilai 1, maka perubahan return pasar sebesar x % secara
rata-rata, akan merubah return sekuritas sebesar x % juga (besarnya perubahan return pasar
sama dengan return sekuritas) (Hartono, 2007), dimana < 1 kurang berisiko dan > 1
lebih berisiko. Dengan demikian, nilai rata-rata beta sebesar 8% (beta < 1), menunjukkan
bahwa secara rata-rata risiko relatif rendah. Hal ini menunjukkan bahwa secara rata-rata
sektor usaha dalam kondisi yang kurang stabil apabila dibandingkan dengan fluktuasi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Sedangkan variabel unexpected earnings (UE
t
) yang diukur dengan pertumbuhan
laba per saham dan diskalakan dengan harga saham awal tahun memiliki rata-rata sebesar
0.0191 dengan standar deviasi 0.20456 yang berkisar antara -0.58 sampai 1.03.

4.1.1 Analisis CSDI
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 79 item pengungkapan berdasarkan
GRI yang terdiri dari indikator ekonomi (9 item), lingkungan (30 item), tenaga kerja (14
11
item), hak asasi manusia (9 item), sosial (8 item), dan produk (9 item). Berdasarkan analisis
statistik deskriptif di atas, diperoleh rata-rata indeks CSDI dari 77 perusahaan sampel yang
tercatat di BEI pada tahun 2005 dan 2006 hanya sebesar 0.1233176 (indeks maksimum =
1). Kecilnya angka rata-rata indeks CSDI ini dapat disebabkan karena beberapa
kemungkinan, pertama, perusahaan masih menggunakan pola pengungkapan CSR yang
sangat sederhana, hal ini disebabkan karena belum adanya peraturan yang jelas, sehingga
banyak perusahaan yang melaporkan informasi lingkungan dan tanggung jawab sosialnya
hanya sebagai bagian dari laporan tahunan, bukan/belum dalam bentuk sustainability
reporting (Darwin, 2007).
Gambar 4.1 menunjukkan proporsi tingkat pengungkapan CSR berdasarkan
indikator GRI. Perusahaan yang menjadi sampel paling banyak melakukan pengungkapan
CSR untuk aspek ekonomi yaitu sebesar 40%, kemudian 23% untuk aspek tenaga kerja,
16% untuk aspek produk, 11% untuk aspek sosial, 9% untuk aspek lingkungan dan
terendah untuk aspek hak asasi manusia yaitu hanya sebesar 1%.

4.2 Uji Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini, uji asumsi klasik dilakukan setelah mengeluarkan semua nilai
yang dianggap outliers. Untuk model penelitian pertama, dari total jumlah sampel awal
sebanyak 77 perusahaan, yang tersisa untuk di running kembali adalah sebanyak 66
perusahaan sampel (jumlah outliers = 11 perusahaan). Sedangkan pada model penelitian
kedua, yang tersisa untuk di running kembali adalah sebanyak 51 perusahaan sampel
(jumlah outliers = 26 perusahaan).
Hasil uji multikolinieritas untuk kedua model penelitian menunjukkan bahwa tidak
ada satu pun variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Dengan demikian,
tidak ada masalah multikolinieritas dalam penelitian ini. Sedangkan hasil uji
heteroskedastisitas (menggunakan Eviews 4), menunjukkan bahwa kedua model penelitian
12
mengalami masalah heteroskedastisitas (nilai probability lebih kecil dari = 5%). Masalah
ini diatasi dengan menggunakan metode white (heteroscedasticity-corrected variances)
(Winarno, 2007). Hasil uji autokorelasi menunjukkan bahwa kedua model dalam penelitian
ini bebas dari masalah autokorelasi.

4.3 Uji Hipotesis
4.3.1 Uji Hipotesis Model Pertama
Hasil regresi untuk model penelitian pertama dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Berdasarkan tabel tersebut, model regresi untuk model penelitian pertama adalah:

ROE
t+1
= -0.27233 + 1.000504 CSDI
t
0.00668 LEV
t+1

+ 0.022789 SIZE
t+1
+ 0.011731 GROWTH
t+1


Pada Tabel 4.9 diketahui nilai F-statistic memiliki Prob(F-statistic) sebesar
0.000072 artinya Ho secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel CSDI, leverage, size, dan growth terhadap variabel ROE
t+1
. Pada Tabel 4.9 juga
diperoleh nilai adjusted R
2
sebesar 0.279325, artinya penelitian ini dapat menjelaskan
hubungan antara variabel CSDI, leverage, size, dan growth dengan ROE
t+1
sebesar
27,93%. Sisanya sebesar 72,07% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam
penelitian ini.
Variabel CSDI memberikan nilai koefisien 1.000504, dengan tingkat probability
sebesar 0, artinya secara statistik variabel CSDI berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ROE
t+1
(H
1
diterima). Koefisien positif dalam penelitian ini menandakan bahwa
aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan terbukti memiliki dampak produktif yang
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
13
Variabel leverage secara statistik berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ROE
t+1
. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi dapat
menyebabkan perusahaan menjadi kurang profitable, sehingga biaya tetap yang harus
ditanggung perusahaan lebih besar dari operating income yang dihasilkan dari hutang
tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiyani
(2003), yang menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap ROE.
Variabel size secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE
t+1
.
Koefisien positif menandakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin
besar ROE
t+1
. Hal ini dapat dijelaskan bahwa larger firm biasanya lebih terdiversifikasi
dalam hal jenis bidang usaha, sehingga risiko kegagalan lebih kecil dibandingkan small
firm. Dengan demikian, perusahaan yang besar umumnya dapat menghasilkan future cash
flow yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangannya di masa depan.
Hasil penelitian ini berhasil membuktikan hipotesis penelitian Balabanis, Phillips, dan
Lyall (1998), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan.
Variabel growth secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap
ROE
t+1
. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan yang merupakan
proksi dari growth mampu meningkatkan keuntungan dan kinerja perusahaan.
4.3.2 Uji Hipotesis Model Kedua
Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh pada Tabel 4.10, maka model kedua untuk
penelitian ini adalah:
CAR
t
= -0,007 0,003 CSDI
t
+ 0.000 LEV
t
+ 0.001 SIZE
t

- 0.009 BETA
t
+ 0,005 GROWTH1
t
+ 0,003 UE
t


Uji F untuk model penelitian kedua menunjukkan bahwa seluruh variabel
independen (CSDI, leverage, size, beta, growth, dan UE) mempunyai pengaruh yang
14
signifikan terhadap variabel dependen (CAR). Pada Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai F-
statistic memiliki nilai Prob(F-statistic) sebesar 0. Begitu juga dengan nilai adjusted R
2
sebesar 0,945, menunjukkan bahwa penelitian ini dapat menjelaskan hubungan antara
variabel CSDI, leverage, size, beta, growth, dan UE dengan CAR sebesar 94,5%. Sisanya
sebesar 5,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Pada Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa variabel CSDI memberikan nilai koefisien -
0.003293 dengan signifikansi sebesar 0.7315, artinya variabel CSDI tidak berpengaruh
terhadap abnormal return perusahaan (H
2
ditolak). Dengan demikian, penelitian ini gagal
membuktikan bahwa perusahaan yang melakukan pengungkapan lingkungan yang tinggi
dalam laporan keuangannya memiliki pengaruh terhadap kinerja pasar.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena: (1) isu mengenai CSR merupakan hal
yang relatif baru di Indonesia dan kebanyakan investor memiliki persepsi yang rendah
terhadap hal tersebut, (2) kualitas pengungkapan CSR tidak mudah untuk diukur;
umumnya perusahaan melakukan pengungkapan CSR hanya sebagai bagian dari iklan dan
menghindari untuk memberikan informasi yang relevan, dan (3) kebanyakan investor
berorientasi pada kinerja jangka pendek, sedangkan CSR dianggap berpengaruh pada
kinerja jangka menengah dan jangka panjang.
Penelitian Gelb dan Zarowin (2000), dalam Widiastuti (2002), menyatakan bahwa
ungkapan dalam laporan tahunan tidak membuat harga saham lebih informatif, karena
ungkapan dalam laporan tahunan tidak cukup memberikan informasi tentang prospek
perusahaan di masa mendatang. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan Turdivant dan Ginter (1977), dalam Arlow dan Gannon (1982), bahwa
perusahaan yang melakukan tanggung jawab sosial dengan baik akan menikmati kinerja
pasar yang lebih baik.
15
Namun demikian, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Alexander dan Buchhloz (1978), dalam Sayekti dan Wondabio (2007), dimana
mereka juga tidak menemukan hubungan yang signifikan antara pengungkapan CSR
dengan stock market. Salah satu kemungkinannya adalah respon pasar terhadap
implementasi CSR yang dilakukan oleh perusahaan tidak dapat secara langsung
(immediate) mempengaruhi return, akan tetapi membutuhkan waktu yang lebih lama.
Variabel leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat leverage suatu perusahaan, semakin tinggi
tingkat risiko yang dihadapi perusahaan, yang berarti semakin tinggi pula faktor
ketidakpastian akan perusahaan, sehingga berpengaruh negatif terhadap return. Selain itu,
perusahaan yang memiliki tingkat leverage tinggi, namun tanpa mengimbanginya dengan
aktivitas monitoring yang baik terhadap kreditur, kontrol yang kuat terhadap financial cash
flow, serta kurang mendisiplinkan para manajernya, maka akan direspon negatif oleh pasar,
yang pada akhirnya dapat memperburuk kinerja pasar (CAR). Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian Gertler dan Gilchrist (1994), dalam Putri (2007), yang menyatakan
bahwa tingkat hutang (leverage) perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
return saham. Pengaruhnya bahkan lebih besar daripada variabel-variabel lainnya seperti
beta, kapitalisasi pasar, dan PBV.
Variabel size secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak turut menentukan tingkat
kepercayaan investor, dimana semakin besar perusahaan, semakin mampu mengontrol
kondisi pasar, menghadapi persaingan ekonomi atau kurang rentan terhadap fluktuasi
ekonomi (Wahyudi, 2004), sehingga mengurangi ketidakpastian perusahaan. Dengan kata
lain, ukuran perusahaan bukan merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan
investor untuk tertarik berinvestasi di dalam suatu perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai
16
dengan hasil penelitian Sulistio (2005), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap return.
Variabel beta sebagai proksi dari risiko sekuritas secara statistik tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan. Tidak signifikannya hasil penelitian ini
mungkin disebabkan karena rendahnya nilai variabel beta, yang menunjukkan bahwa tidak
adanya peningkatan aktivitas usaha pada perusahaan, sehingga kurang diminati oleh
investor. Dengan demikian, beta menjadi tidak berpengaruh terhadap harga ataupun return
saham perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Widiastuti (2002),
yang menemukan bahwa beta tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR.
Variabel growth secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR.
Perusahaan yang memiliki kesempatan tumbuh yang tinggi diharapkan akan memberikan
profitabilitas yang tinggi di masa depan, dan diharapkan laba lebih persisten. Dengan
demikian kinerja pasar (CAR) akan lebih tinggi untuk perusahaan yang memiliki growth
opportunities (Scott, 2006).
Variabel unexpected earnings (UE) secara statistik berpengaruh positif dan
signifikan terhadap abnormal return yang diterima investor. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengumuman laba akuntansi (EPS) memiliki kandungan informasi,
sehingga menyebabkan reaksi pasar yang dicerminkan dari abnormal return. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sarwoko (2007).

5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Bukti empiris penelitian ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat
pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh positif terhadap
variabel ROE
t+1
(sebagai proksi untuk kinerja keuangan perusahaan). Artinya, aktivitas
17
CSR yang dilakukan oleh perusahaan terbukti memiliki dampak produktif yang signifikan
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa
perilaku etis perusahaan berupa tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya
memberikan dampak positif, yang dalam jangka panjang akan tercermin pada keuntungan
perusahaan dan peningkatan kinerja keuangan. Dalam model pertama penelitian ini semua
variabel kontrol, yaitu leverage (-), size (+), dan growth (+) secara statistik berpengaruh
signifikan terhadap ROE
t+1
.
Tetapi bukti empiris penelitian ini tidak mendukung hipotesis yang menyatakan
bahwa tingkat pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh positif
terhadap variabel CAR (sebagai proksi untuk kinerja pasar perusahaan). Begitu juga
dengan variabel kontrol beta dan size, secara statistik tidak berpengaruh signifikan
terhadap CAR. Untuk variabel kontrol lainnya, yaitu leverage secara statistik bepengaruh
negatif dan signifikan terhadap CAR, sedangkan growth, dan UE secara statistik positif dan
signifikan mempengaruhi CAR.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa (1) isu mengenai CSR merupakan hal
yang relatif baru di Indonesia dan kebanyakan investor memiliki persepsi yang rendah
terhadap hal tersebut, (2) kualitas pengungkapan CSR tidak mudah untuk diukur;
umumnya perusahaan melakukan pengungkapan CSR hanya sebagai bagian dari iklan dan
menghindari untuk memberikan informasi yang relevan, dan (3) kebanyakan investor
berorientasi pada kinerja jangka pendek, sedangkan CSR dianggap berpengaruh pada
kinerja jangka menengah dan jangka panjang.

5.2 Implikasi dari Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja keuangan, menunjukkan tingkat akuntabilitas perusahaan,
18
meminimalisir risiko, melindungi image baik perusahaan, dan sebagai alat analisis bagi
investor dan kreditor. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran perusahaan untuk
melakukan aktivitas CSR dan pengungkapannya. Selain itu, investor juga diharapkan lebih
menyadari pentingnya isu CSR di masa depan, sehingga perusahaan mau melakukan
aktivitas CSR secara nyata dengan cara memaksimalkan dampak positif dan
meminimalkan dampak negatif dari suatu kegiatan bisnis tertentu. Dalam jangka panjang,
perusahaan dapat menikmati kinerja pasar yang baik dan pada gilirannya akan dinikmati
oleh masyarakat secara umum.

5.3 Keterbatasan Penelitian dan Saran
Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain: 1) jumlah sampel
kecil, yaitu 77 laporan tahunan perusahaan dari 388 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Jakarta (BEJ) pada tahun 2005 dan 2006. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk
memperbanyak jumlah sampel dan menggunakan data laporan tahunan yang paling
mutakhir untuk dapat menggambarkan kondisi yang paling terbaru. 2) Periode penelitian
hanya 2 tahun, sehingga hasil jangka panjang dari pelaksanaan pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan diabaikan. Untuk penelitian selanjutnya disarankan utuk
memperpanjang menjadi beberapa periode agar dapat memprediksi hasil penelitian dalam
jangka panjang. 3) Penelitian ini tidak membedakan jenis industri perusahaan yang
mungkin saja dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan CSR dalam laporan tahunan
perusahaan, dan pengaruhnya terhadap kinerja ekonomi. Untuk penelitian selanjutnya,
disarankan untuk membedakan jenis industri perusahaan. 4) Penilain indeks CSDI berkisar
antara 0 dan 1, sehingga penelitian ini tidak memberikan kerincian informasi atas kualitas
ungkapan yang disajikan masing-masing perusahaan. Untuk penelitian selanjutnya,
disarankan untuk menggunakan indeks pengukuran dengan bobot angka, misalnya skala 1-
19
5 (skala likert). 5) Terdapatnya unsur subyektifitas dalam menentukan indeks
pengungkapan, karena tidak adanya suatu ketentuan baku yang dapat dijadikan standar dan
acuan, sehingga penentuan indeks untuk indikator GRI yang sama dapat berbeda antar
setiap peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana, dan Wijayanto, Dwi, Pengaruh Environmental Performance dan
Environmental Disclosure terhadap Economic Performance, FEUI, The 1
st

Accounting Conference, 7-9 September 2007.
Anggraini, Fr. Reni Retno, Pengungkapan Informasi Sosial dan faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan
(Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di BEJ)",
Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, 23-26 Agustus 2006.
Anis, Indrianita, Pengaruh Pengumuman Dividen terhadap Stock Return disekitar
Tanggal Pengumuman : Pengujian Signaling Hypothesis pada Bursa Efek
Jakarta, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol.3, No.1, 1 April
2003: 76-99.
Arlow, Peter, Gannon, Martin J., Social Responsiveness, Corporate Structure, and
Economic Performance, Academy of Management Review, Vol.7, No.2, 235-241,
1982.
Balabanis, George, Phillips, Hugh C., Lyall, Jonathan, Corporate Social Responsibility
& Economic Performance in the Top British Companies: Are They Linked ?,
European Business Review, Vol. 98, No.1, 1988, pp. 25-44.
Besar, Dwitapoetra S, Hadad, Muliaman D, Wibowo, Satrio, Beta Sektor sebagai Proksi
Imbal Hasil dan Indikator Risiko di Pasar Saham, Research Paper Biro
Stabilitas Sistem Keuangan, 6/12/2004.
Bowen, Howard R., Social Responsibilities of The Businessman, New York: Harper &
Row, 1953.
Bursa Efek Jakarta, 2007, Indonesian Capital Market Directory, Institute for Economic
and Financial Research.
Carroll, Archie B., CSR: Evolution of a Definitional Construct, Business Society,
1999.
20
Chapple, Wendy et. al., CSR in Asia: A Seven-Country Study of CSR Web
Reporting, 2005.
Darmawati, Deni, Khomsiyah, Rahayu, Gelar, Rika, Hubungan Corporate Governance
dan Kinerja Perusahaan, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 8 No.1, Januari
2005, hal. 65-81.
Darwin, Ali, Akuntabilitas, Kebutuhan, Pelaporan dan Pengungkapan CSR bagi
Perusahaan di Indonesia, IAI-KAM, eBAR, Edisi 3, September-Desember 2006.

Darwin, Ali, Jalan Panjang Audit Lingkungan, Akuntan Indonesia, 3 (1), 9-11, 2007.

Darwin, Ali, Pentingnya Laporan Keberlanjutan, Akuntan Indonesia, 3 (1), 12-14,
2007.

Darwin, Ali, The 2
nd
Sustainability Enterprise Performance Conference (SEPC),
September 2007.
Davis, Keith, Can Business Afford to Ignore Social Responsibilities?, California
Management Review, 1960.
Drucker, Peter F., The Practice of Management, New York: Harper & Row, 1954.
Drucker, Peter F., The New Meaning of Corporate Social Responsibilities, California
Management Review, 1984.
Epstein, Marc J., Marie, Sustainability in Action: Identifying and Measuring the Key
Performance Drivers, Long Range Planning 34, pp.585-604, 2001.

Fajri M. P., Mohamad, 11 Maret 2006, Corporate Social Responsibility,
www.sinarharapan.co.id (dilihat pada tanggal 10 Nopember 2007).

Fidanza, Barbara, Vennuzi, Daniela, Corporate Social Responsibility & Value
Creation Determinant & Mutual Relationship in a Sample of European
Listed Firm, SSRN, 2007.

Finch, Nigel, The Motivations for Adopting Sustainability Disclosure, MGSM
Working Papers in Management, Macquarie University, Australia, 2005.
Fiori, Giovanni, Donato, Francesca di, Izzo, Maria Federica, Corporate Social
Responsibility and Firms Performance, An Analysis on Italian Listed
Companies, Luiss Guido Carli University, Italy, 2007.
Friedman, Milton, Capitalism and Freedom, Chicago: University of Chicago Press, 1962.
21
Gulo, Yamotuho, Analisis Efek Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan
Tahunan terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan, Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, Vol. 2, No.1, pp.45-62., April 2000.
Hartono, Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 2007, FE-UGM, BPFE
Yogyakarta.
Heal, Geoffrey, dan Garret, Paul, Corporate Social Responsibility, An Economic and
Financial Framework, Columbia Business School, 2004.
Hilman, Masnellyarti, Lingkungan Kita Memprihatinkan, Akuntan Indonesia, 3 (1),
16-19, 2007.

Hoesada, Jan, Partisipasi Auditor LK dalam Tata Dunia Baru, Akuntan Indonesia, 3
(1), 46-47, 2007.

IAI-KAM, ISRA 2007, The 2nd Sustainable Enterprise Performance Conference
(SEPC), Sept 2007.
Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi
dan Manajemen, Edisi 1, BPFE, Yogyakarta, 1999.
Januarti, Indira, Apriyanti D, Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap
Kinerja Keuangan, Jurnal MAKSI, Vol. 5 No. 2, Agustus 2005: 227-243.
Junaedi, Dedi, Dampak Tingkat Pengungkapan Informasi Perusahaan terhadap
Volume Perdagangan dan Return Saham: Penelitian Empiris terhadap
Perusahaan-Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta, Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juli-Desember 2005, Vol.2, No.2, pp.1-28.
Kasmadi, dan Susanto, Djoko, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas
Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan-Perusahaan di
Indonesia, STIE YKPN, 2006.
Kurniawan, Teguh, Peranan Corporate Social Responsibility: Perspektif
Administrasi Publik, FISIP-UI, 2007.
Maksum, Azhar dan Kholis, Azizul, Analisis tentang Pentingnya Tanggung Jawab dan
Akuntabilitas Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibilities and Social
Accounting), Studi Empiris di Kota Medan, Media Riset Akuntansi, Auditing
dan Informasi, Vol. 3, No. 2 Agustus 2003: 101-132.
Martono, Cyrillius, Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage
Keuangan Tertimbang dan Intensitas Modal Tertimbang serta Pangsa Pasar
terhadap ROA dan ROE Perusahaan Manufaktur yang Go Public di
Indonesia, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4, No.2, Nopember 2002: 126-
140.
22
Marwata, Hubungan antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan
Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia, Jurnal
ekonomi dan Bisnis, Vol. XII, No. 1, Maret 2006: 59-66.
McGuire, Joseph W, Business and Society, New York: McGraw Hill, 1963.
Musta Ani, Salis, Pengaruh Governance terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure (Studi pada Perusahaan Terdaftar di BEJ 2004-2005), Program
Studi Ilmu Akuntansi, FEUI, Jakarta, 2007.
Naimah, Zahroh, Utama, Siddharta, Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan,
dan Profitabilitas Perusahaan terhadap Koefisien Respon Laba dan Koefisien
Respon Nilai Buku Ekuitas: Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, 23-26 Agustus 2006.
Nasution, Darmin, The 2
nd
Sustainability Enterprise Performance Conference (SEPC),
September 2007.
Norpratiwi, Agustina M.V., Analisis Korelasi Investment Opportunity Set & Return
Saham (Pada Saat Pelaporan Keuangan Perusahaan), STIE YKPN, 2006.
Nugrahanti, Yeterina Widi, Hubungan Antara Luas Ungkapan Sukarela dalam
Laporan Tahunan dengan Earnings Response Coefficient dan Volume
Perdagangan pada Saat Pengumuman Laba, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.
XII No.2, September 2006.
Nugroho, Yanuar, 10 Nopember 2007, Dilema Tanggung Jawab Korporasi, Kumpulan
Tulisan, www.unisosdem.org (dilihat pada tanggal 16 Nopember 2007).

Pamularsih, Endang, Pengaruh Likuiditas (Bid-Ask Spread), Beta, dan Size terhadap
Return Saham di Bursa Efek Jakarta, MMUI, Jakarta, 2001.

Prayoga, Hangga Surya, 28 Nopember 2007, CSR: Sekilas Sejarah dan Konsep,
http://donhangga.com/ (dilihat pada tanggal 26 Januari 2008).

Putri, Rinella, Financial Constraint, Debt Capacity, dan Return Saham, Finance &
Accounting Journal, 2007, Vibiznews.com. (dilihat pada tanggal 19 April 2008).

Ria, Ni Made, Husnah, Nurul, Pengaruh Dividen Tunai dan Ukuran Perusahaan pada
Industri Manufaktur terhadap Perilaku Investor, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia, Vol.3, No.2, pp.261-279, Desember 2006.

Yanto, Sri, Akuntansi Hijau: Sarana Pendeteksi Dini Bencana Lingkungan, Akuntan
Indonesia, 3 (1), 23-26, 2007.

Sarwoko, Endi, Pengaruh Informasi Laba Akuntansi (Earnings) terhadap Abnormal
Return dan Volume Perdagangan Saham (Studi pada Perusahaan LQ 45 di
Bursa Efek Jakarta), Jurnal Ekonomi Modernisasi, Vol.1, No.3, Oktober 2005.

23
Sarwono, Jonathan, Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14, Yogyakarta: Penerbit: Andi,
2006.
Sethi, S. Prakash., Dimensions of Corporate Social Performance: An Analytic
Framework, California Management Review, 1975.
Siegel, Donald S., dan Paul, Catherine J. M., Corporate Social Responsibility and
Economic Performance, Springer Science + Business Media, LLC, (J Prod Anal
26, p. 207-211), 2006.
Sihotang, Parulian, Sustainability Reporting: Beyond Financial Reporting, Warta
JWC, Vol. I/V/Januari 2007.
Sulistio, Helen, Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi terhadap Initial
Return: Studi pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di
Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 15 16
September 2005.
Sze Kely, Fransisco, dan Knirsch, Marianna, Responsible Leadership and Corporate
Social Responsibility: Metric for Sustainable Development, European
Management Journal, Vol.23, No.6, pp. 628647, 2005.
Tunggal, Wijaya, Amin, Business Ethics dan Corporate Social Responsibility (Konsep
dan Kasus), Harvarindo, 2008.
Tunggal, Wijaya, Amin, Corporate Social Responsibility (CSR), Harvarindo, 2008.
Wahyudi, Sugeng, Pengaruh Umur Perusahaan dan Ukuran Perusahaan sebagai
Assurance terhadap Return Awal Saham, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.6,
No.2, Agustus 2004, 209-234.
Wibowo, Primadi, Kaji Ulang Praktek CSR Perbankan, CSR Review, Media for
Business & Community Development, Desember 2007 Januari 2008.
Widiastuti, Harjanti, Pengaruh Luas Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan
terhadap Earning Response Coefficient (ERC), Simposium Nasional Akuntansi
5, Semarang, 5-6 September 2002.
Winarno, Wing Wahyu, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews, UPP
STIM YKPN, Yogyakarta, 2007.
Wiyani, Wahyu, Pengaruh Aspek Struktur Finansial terhadap ROE (Studi pada
Perusahaan Food & Beverages yang Go Public di Bursa Efek Surabaya),
Jurnal Penelitian, Vol. 14, No. 1, 2003.


24
Referensi Website
Business for Social Responsibility, Overview of Corporate Social Responsibility,
dilihat pada tanggal 20 Januari 2008,
http://www.bsr.org/CSRResources/IssueBriefDetail.cfm?DocumentID=48809
www.globalreporting.co.id
www.idx.co.id
www.jsx.co.id





25
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Model Pertama

ROE
it+1
= |
0
+ |
1
CSDI
t
+ |
2
LEV
it+1
+ |
3
SIZE
it+1
+ |
4
GROWTH
it+1
+ c
it













Sumber: Hasil Olah SPSS 13.0.


Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Model Kedua

CAR
t
= |
0
+ |
1
CSDI
t
+ |
2
LEV
t
+ |
3
SIZE
t +
|
4
BETA
t
+ |
5
GROWTH1
t +
|
6
UE
t
+ c
t













Sumber: Hasil Olah SPSS 13.0.

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROE
t+1
77 -6.35 2.42 0.0831 0.80846
CSDI
t
77 0.0380 0.2532 0.123291 0.0436309
LEV
t+1
77 -140.70 78.60 1.4740 18.79706
SIZE
t+1
77 10.08 14.75 12.5969 0.85099
GROWTH
t+1
77 -5.16 3.53 0.1234 1.13556
Valid N (listwise) 77
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CAR
t
77 -1.1143 1.1700 0.059397 0.2537052
CSDI
t
77 0.0380 0.2532 0.123291 0.0436309
LEV
t
77 0.13 78.60 3.4522 9.24403
SIZE
t
77 10.03 14.43 12.5183 0.83521
BETA
t
77 0.0354 0.1225 0.082084 0.0168354
GROWTH1
t
77 -0.94 14.14 0.5394 1.87908
UE
t
77 -0.58 1.03 0.0191 0.20456
Valid N (listwise) 77
26
Tabel 4.3
Hasil Regresi Model Pertama

ROE
t+1
= o +
1
CSDI
t +

2
LEV
t+1 +

2
SIZE
t+1 +

2
GROWTH
t+1 +
c
it















CSDI
t
= Corporate Social Disclosure Index; LEV
t+1
=Leverage; SIZE
t+1
=Ukuran perusahaan;
GROWTH
t+1
= Kesempatan Pertumbuhan.
*** Signifikan pada = 1%
** Signifikan pada = 5%
* Signifikan pada = 10%
Sumber : Hasil Olah Eviews 4.


Tabel 4.4
Hasil Regresi Model Kedua

CAR
t
= o +
1
CSDI
t
+
2
LEV
t
+
3
SIZE
t
+
4
BETA
t
+
5
GROWTH1
t
+
6
UE
t

CSDI
t
= Corporate Social Disclosure Index; LEV
t
= Leverage; SIZE
t
= Ukuran perusahaan; BETA
t
= Beta Pasar (Beta Koreksi); GROWTH1
t
= Kesempatan Pertumbuhan; UE
t =
Unexpected Earnings.
*** Signifikan pada = 1%
** Signifikan pada = 5%
* Signifikan pada = 10%
Sumber : Hasil Olah Eviews 4.



Variable Coefficient t-Statistic Prob.
C
-0.27233 -2.07329 0.0424
CSDI
t
1.000504 6.157629 0.0000***
LEV
t+1

-0.00668 -2.34183 0.0225**
SIZE
t+1

0.022789 2.201533 0.0315**
GROWTH
t+1

0.011731 1.749113 0.0853*
Adjusted R-squared 0.2793


F-statistic 7.2983
Prob(F-statistic) 0.0001***
Variable Coefficient t-Statistic Prob.
C -0.000703 -0.156749 0.8762
CSDI
t
-0.003293 -0.345358 0.7315
LEV
t
-0.000438 -17.67816 0.0000***
SIZE
t
1.45E-05 0.042495 0.9663
BETA
t
0.018081 0.892652 0.3769
GROWTH1
t
0.005426 43.47322 0.0000***
UE
t
0.004283 2.888343 0.0060***
Adjusted R-squared 0.945854
F-statistic 146.5703
Prob(F-statistic) 0.0000***
27
Gambar 4.1
Proporsi Tingkat Pengungkapan GRI

Sumber: Hasil Olah Content Analysis.
Keterangan :
1. Aspek Ekonomi (economic performance indicator )
2. Aspek Lingkungan (environment performance indicator )
3. Aspek tenaga kerja (labor practices performance indicator)
4. Aspek hak asasi manusia (human rights performance indicator)
5. Aspek sosial (social performance indicator)
6. Aspek produk (product responsibility performance indicator)













1
42%
2
8%
3
22%
4
1%
5
11%
6
16%
28
ANALISIS ARUS KAS KEGIATAN OPERASI DALAM MENDETEKSI
MANIPULASI AKTIVITAS RIIL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA
PASAR

ABSTRACT
This research aims at identifying firms tendency to execute real activities
manipulation through cash flow from operating activities and its impact to market
performance. The sample is drawn from firms in the biggest 50 firms with assets above 1
trillion rupiahs for period of 2001 2006, which are published in Swa100. The research
model used is based on Roychowdhurys model (2003). Prior to test the hypotheses, the
researcher employed regression model to determine normal and abnormal cash flow
from operating activities. Then, descriptive statistics, one sample t-test, and two
independent samples t-test are used to test the research hypotheses.
The result shows that firms tend to execute real activities manipulation through
operating cash flow. Moreover, the impact of real activities manipulation on market
performance shows firms that are more likely executing real activities manipulation have
higher market performance than their counterparts. After controlling for industrial types of
the companies, the result finds that manufacturing firms execute more real activities
manipulation than non manufacturing firms.

Keywords: Operating cash flow, real activities manipulation, market performance.


LATAR BELAKANG PENELITIAN
Perusahaan sebagai kumpulan kontrak-kontrak (nexus of contracts) antar berbagai
pihak yaitu kontrak antara pemilik perusahaan dan karyawan berkaitan dengan gaji atau
kompensasi, kontrak antara perusahaan dan kreditur berkaitan dengan hutang, dan kontrak
dengan pemerintah berkaitan pajak. Di dalam perusahaan terdapat pihak pemilik
perusahaan (principal) dan manajemen (agent). Baik pihak principal maupun agent
masing-masing mempunyai kepentingan pribadi yang dapat menimbulkan konflik
kepentingan (conflict of interest). Pihak manajemen atau manajer dituntut memenuhi
kepentingan pemilik perusahaan namun di samping itu manajer juga memiliki tujuan
pribadi yang mungkin saja berbeda dengan pemilik. Asimetri informasi (information
asymmetry) antara pihak manajemen dan pemilik perusahaan (shareholders) memberi
29
keleluasaan dan kesempatan kepada manajer untuk melakukan rekayasa yang disebut
dengan istilah rekayasa laba atau manajemen laba (earning management). Tujuan dari
manajemen laba adalah menghindari kerugian, mendapatkan kompensasi, memenuhi target
laba, dan ramalan analis (analyst forecast).
Manajemen laba dapat dilakukan dengan cara manipulasi akrual murni (pure
accrual) yaitu dengan discretionary accrual yang tidak memiliki pengaruh terhadap arus
kas secara langsung yang disebut dengan manipulasi akrual (Roychowdhury, 2003).
Manajemen akrual dilakukan pada akhir periode ketika manajer mengetahui laba sebelum
direkayasa sehingga dapat mengetahui berapa besar manipulasi yang diperlukan agar target
laba tercapai. Namun, manipulasi akrual dibatasi oleh GAAP dan manipulasi akrual di
tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, manipulasi ini dapat terdeteksi oleh auditor, investor
ataupun badan pemerintah sehingga dapat berdampak pada harga saham bahkan
menyebabkan kebangkrutan atau kasus hukum. Oleh karena itu, terdapat cara lain yang
sering dilakukan oleh manajer untuk mengatur laba yaitu dengan memanipulasi aktivitas
riil (real activities manipulation). Manipulasi ini terjadi sepanjang periode akuntansi
dengan tujuan spesifik yaitu memenuhi target laba tertentu, menghindari kerugian,
mencapai target analyst forecast.
Pada penelitian ini difokuskan pada manipulasi aktivitas riil. Hal ini dilakukan
karena manipulasi aktivitas riil berdampak tidak hanya pada akrual saja namun juga pada
arus kas sehingga studi berkaitan dengan manipulasi ini menjadi menarik. Oleh karena
manipulasi aktivitas riil berdampak terhadap arus kas maka perusahaan dapat terdeteksi
melakukan manipulasi aktivitas riil ataukah tidak, dapat diketahui dari arus kas.
Roychowdhury (2003) menemukan bahwa arus kas kegiatan operasi terkena dampak dari
manipulasi aktivitas riil. Dalam penelitiannya, Roychowdhury (2003) menemukan bahwa
perusahaan yang melaporkan laba rendah, yaitu perusahaan yang masuk ke dalam sampel
30
suspect melakukan manipulasi aktivitas riil, memiliki arus kas operasi abnormal yang
rendah dan biaya produksi abnormal yang tinggi. Fakta ini konsisten dengan perusahaan
yang mencoba untuk meningkatkan laba tahunan dengan cara memberikan diskon harga
untuk meningkatkan penjualan sementara dan dengan produksi besar-besaran
(overproduction). Namun, dalam penelitian Roychowdhury (2003) tidak sampai kepada
dampak arus kas operasi terhadap kinerja pasar.

Masalah Penelitian
Masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah perusahaan cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi?
2. Apakah kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan
kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas
riil melalui arus kas kegiatan operasi?

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah analisis komponen arus kas kegiatan operasi untuk
menguji apakah manajemen melakukan manipulasi aktivitas riil dan dampaknya terhadap
kinerja pasar suatu perusahaan. Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi studi
berhubungan dengan arus kas bahwa laporan arus kas perlu kita cermati karena memiliki
informasi yang tidak kalah penting selain laporan laba rugi.
31
TELAAH LITERATUR DAN HIPOTESIS
Manipulasi Aktivitas Riil dan Arus Kas Kegiatan Operasi
Arus kas dari kegiatan operasi (cash flow from operations atau CFO) merupakan
indikator yang menentukan apakah kegiatan operasional perusahaan dapat menghasilkan
arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman jangka pendek, memelihara kemampuan
operasional perusahaan, dan membiayai pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan
operasional. Arus kas dari kegiatan operasi berisi penerimaan dan pengeluran kas yang
diperoleh dan digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Livnat dan Zarowin
(1990) dalam penelitiannya mengidentifikasi komponen arus kas dari kegiatan operasi
antara lain penerimaan kas dari pelanggan, pembayaran kepada pemasok, karyawan, dan
lainnya, pembayaran pajak, pembayaran bunga, dan kegiatan operasi lainnya.
Manipulasi aktivitas riil merupakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen
melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode akuntansi berjalan. Oleh karena itu,
manipulasi ini dapat dilakukan kapan saja sepanjang periode akuntansi berjalan. Hal waktu
(timing) inilah yang menjadi bagian penting perusahaan dalam hal ini manajer memiliki
insentif melakukan manipulasi aktivitas riil (Roychowdhury, 2003).

Teknik Manipulasi Aktivitas Riil
Teknik yang dapat dilakukan dalam manipulasi aktivitas riil antara lain manajemen
penjualan, overproduction, dan pengurangan biaya diskresi (Roychowdhury, 2003).
Manajemen penjualan berkaitan mengenai manajer yang mencoba menaikkan
penjualan selama periode akuntansi dengan tujuan meningkatkan laba untuk memenuhi
target laba. Sebagai contoh manajer melakukan tambahan penjualan atau mempercepat
penjualan dari periode mendatang ke periode sekarang dengan cara menawarkan potongan
harga yang terbatas. Perusahaan juga dapat menawarkan jangka waktu kredit yang lebih
32
lunak. Sebagai contoh perusahaan retailer dan otomobil sering menawarkan tingkat bunga
kredit yang rendah sampai dengan akhir periode akuntansi. Volume penjualan yang
meningkat menyebabkan laba tahun berjalan tinggi namun arus kas menurun karena arus
kas masuk kecil akibat penjualan kredit dan potongan harga. Oleh karena itu, aktivitas
manajemen penjualan menyebabkan arus kas kegiatan operasi periode sekarang menurun
dibandingkan level penjualan normal dan pertumbuhan abnormal dari piutang.
Teknik berikutnya adalah dengan melakukan produksi besar-besaran
(overproduction). Manajer dari perusahaan manufaktur dapat melakukan produksi besar-
besaran yaitu memproduksi barang lebih besar daripada yang dibutuhkan dengan tujuan
mencapai permintaan yang diharapkan sehingga laba dapat meningkat. Produksi dalam
skala besar menyebabkan biaya overhead tetap dibagi dengan jumlah unit barang yang
besar sehingga rata-rata biaya per unit dan harga pokok penjualan menurun. Penurunan
harga pokok penjualan ini akan berdampak pada peningkatan margin operasi. Dampak lain
dari penurunan harga pokok per unit barang yang diproduksi besar-besaran adalah arus kas
kegiatan operasi lebih rendah daripada tingkat penjualan normal. Thomas dan Zhang
(2002) menemukan bahwa perusahaan melakukan produksi besar-besaran dengan tujuan
untuk meningkatkan laba yang dilaporkan.
Menaikkan laba atau menghindari melaporkan laba negatif atau rugi juga dapat
dilakukan dengan mengurangi biaya diskresi. Biaya diskresi yang dapat dikurangi adalah
biaya iklan, biaya penelitian dan pengembangan, dan biaya penjualan, umum, dan
administrasi seperti biaya pelatihan karyawan dan biaya perbaikan dan perjalanan.
Pengurangan terhadap biaya-biaya ini pada akhir periode menyebabkan rekening hutang
berkurang di bawah normal dan berdampak pada akrual abnormal yang positif.

Arus Kas Kegiatan Operasi dan Kinerja Pasar
33
Kinerja pasar dilihat dari tingkat pengembalian investasi (return) jangka panjang
perusahaan atau return saham. Beberapa penelitian yang menguji kandungan informasi
tambahan arus kas selain oleh laba adalah Bowen, Burgstahler, dan Daley (1987)
menemukan bahwa arus kas kegiatan operasi memiliki informasi tambahan selain yang
dijelaskan oleh laba kepada pasar namun hasil penelitiannya disebabkan oleh data periode
tahun dan belum dilakukan adanya penanganan data yang outlier. Rayburn (1986)
menemukan bahwa arus kas kegiatan operasi dan agregat akrual memiliki hubungan
abnormal return. Demikian juga dengan Livnat dan Zarowin (1990) yang menemukan
komponen arus kas dari operasi dan pendanaan memiliki hubungan dengan return.
Penelitian di Indonesia yang melihat dampak arus kas terhadap kinerja pasar antara lain
Diana dan Kusuma (2004) yang menelliti di pasar modal Indonesia menemukan bahwa
arus kas dari kegiatan operasi penting dalam menjelaskan return sekuritas. Penelitian yang
mendeteksi manipulasi aktivitas riil dan manajemen laba serta dampaknya terhadap kinerja
adalah Rahman (2007) yang menunjukkan bahwa motivasi manajemen laba pada saat
perusahaan melakukan IPO adalah menggunakan proksi akrual diskresi namun tidak untuk
proksi manipulasi aktivitas riil.
34
Kerangka Pemikiran
Manipulasi aktivitas riil pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan mencapai
target yaitu menghindari melaporkan kerugian untuk tujuan mendapatkan bonus dan
penilaian kinerja yang baik bagi perusahaan maupun individu di dalam perusahaan
tersebut. Tujuan dari manipulasi aktivitas riil adalah mengindari melaporkan kerugian yang
dilakukan dengan menggunakan faktor-faktor yang berpengaruh pada laba yang dilaporkan
yaitu rekening-rekening yang masuk ke laporan laba rugi.
Cara yang dilakukan adalah dengan meningkatkan penjualan dengan menawarkan
potongan harga, penjualan kredit dengan bunga rendah, dan waktu kredit yang lunak. Hal
ini menyebabkan penjualan yang dilaporkan meningkat sehingga laba yang dilaporkan
pada periode tersebut meningkat. Selain dampak terhadap laba yang meningkat, manipulasi
aktivitas riil ini juga berdampak terhadap arus kas yang dilaporkan pada periode
bersangkutan. Hal ini berarti dengan adanya manipulasi aktivitas riil yang dilakukan
dengan cara penawaran potongan harga, pengurangan biaya iklan, pengurangan biaya
penjualan, pengurangan biaya riset dan pengembangan, dan overproduction agar harga
pokok penjualan rendah memiliki dampak arus kas kegiatan operasi setelah adanya
manipulasi aktivitas riil ini lebih rendah dibandingkan dengan yang seharusnya atau
normal apabila tidak terdapat manipulasi aktivitas riil, atau dengan kata lain arus kas
kegiatan operasi abnormal rendah. Oleh karena arus kas terkena dampak dari manipulasi
aktivitas riil maka arus kas ini dapat digunakan untuk menguji apakah perusahaan memiliki
kecenderungan melakukan manipulasi aktivitas riil ataukah tidak. Manipulasi aktivitas riil
melalui arus kas kegiatan operasi terlihat dari nilai rerata abnormal dari arus kas kegiatan
operasi yang rendah (di bawah 0). Angka 0 berarti antara nilai arus kas aktual dan nilai
arus kas normal adalah sama. Dengan demikian, rumusan hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut:
35
H1: Perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus
kas kegiatan operasi.
Arus kas yang dapat memiliki muatan dari manipulasi aktivitas riil berdampak
terhadap kinerja pasar. Penelitian dari Livnat dan Zarowin (1990) menemukan bahwa arus
kas kegiatan operasi memiliki dampak terhadap kinerja pasar perusahaan (return saham).
Dengan adanya manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi maka terdapat
perbedaan kinerja pasar antara perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil dan perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas
riil. Hal ini dikarenakan laba yang tinggi merupakan salah satu indikator perusahaan
memiliki kinerja yang baik sehingga menyebabkan kenaikan harga saham atas perusahaan
tersebut. Oleh karena itu, perusahaan yang melakukan manipulasi aktivitas riil memiliki
kinerja pasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan
manipulasi aktivitas riil. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H2: Kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan
kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi.

36
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Penelitian ini akan mengambil semua perusahaan yang masuk ke dalam Swa100 yaitu 50
perusahaan terbaik menurut Swa100 yang memiliki total aktiva di atas Rp 1 triliun dan
EVA terbaik dari periode tahun 2001 sampai dengan 2006. Pemilihan sampel penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode purposive judgemental sampling dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Masuk ke dalam 50 perusahaan terbaik versi Swa100 pada tahun 2001 2006 sehingga
data laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian adalah dari periode tahun 2000
2005 (periode akuntansi 1 tahun sebelum Swa melaporkan perusahaan terbaik karena
Swa mendasarkan perusahaan terbaik dari laporan keuangan 1 periode akuntansi
sebelumnya).
2. Memiliki periode akuntansi yang berakhir pada 31 Desember.
3. Data tersedia di Osiris dan CD annual report yang ada di perpustakaan MAKSI UI
(Magister Akuntansi Universitas Indonesia). Prosedur pemilihan sampel dapat dilihat
dari Tabel 1.

Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis
Sebelum masuk ke dalam pengujian hipotesis maka akan dilakukan regresi untuk
mencari arus kas kegiatan operasi normal. Model regresi untuk arus kas kegiatan operasi
normal mereplikasi dari penelitian Roychowdhury (2003):
t t t t t t t t
A S A S A A CFO c | | o + + + =

) / ( ) / ( ) / 1 ( /
1 1 2 1 1 1 1
37
Keterangan:
CFO
t
/A
t-1
= Arus kas kegiatan operasi pada tahun t yang diskala dengan total aktiva
pada tahun t-1.
o(1/A
t-1
) = Intersep yang diskala dengan total aktiva pada tahun t-1 dengan tujuan
supaya arus kas kegiatan operasi tidak memiliki nilai 0 ketika penjualan
dan lag penjualan bernilai 0.
S
t
/ A
t-1
= Penjualan bersih pada tahun t yang diskala dengan total aktiva pada tahun t-
1.
S
t-1
/ A
t-1
= Penjualan bersih pada tahun t-1 yang diskala dengan total aktiva pada tahun
t-1.
Oleh karena dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah arus kas kegiatan operasi
abnormal yang merupakan selisih dari nilai arus kas kegiatan operasi aktual dan arus kas
kegiatan operasi normal maka regresi yang dilakukan untuk mencari nilai arus kas kegiatan
operasi normal tidak dilakukan uji asumsi klasik. Hal ini disebabkan nilai yang dibutuhkan
adalah nilai koefisien dari hasil regresi tersebut.
Untuk hipotesis 1 yang menyatakan bahwa perusahaan diduga cenderung
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi, ditentukan
berdasarkan rerata dan signifikansi nilai abnormal dari arus kas kegiatan operasi. Apabila
rerata arus kas kegiatan operasi abnormal seluruh sampel berada di bawah 0 dan signifikan
maka sampel diduga cenderung melakukan manipulasi aktivtas riil melalui arus kas
kegiatan operasi sedangkan sampel yang berada di atas 0 berarti sampel yang diduga
cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi.
Nilai rerata arus kas kegiatan operasi abnormal diperoleh dari statistik deskriptif seluruh
sampel dan pengujian signifikansi menggunakan one samples t test dengan pengujian
hipotesis 2 arah (two tail). Pengujian hipotesis 2 yaitu kinerja pasar perusahaan yang
38
diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi
lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung tidak
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi, dilakukan dengan
membandingkan rerata kinerja pasar untuk melihat kinerja pasar mana yang lebih besar
setelah itu diuji signifikansi dari perbedaan tersebut menggunakan uji beda dua sampel atau
two independent samples test (Ghozali dan Castellan, 2002). Pengujian hipotesis 2
menggunakan uji dua arah (two tail). Kinerja pasar diproksi dengan menggunakan
Cummulative Abnormal Return (CAR).

ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Statistik deskriptif
Manipulasi aktivitas riil melalui arus kas diproksi menggunakan nilai arus kas
abnormal. Namun, sebelum mencari arus kas abnormal perlu dihitung terlebih dahulu arus
kas kegiatan operasi normal. Statistik deskriptif untuk variabel-variabel yang digunakan
mencari nilai arus kas normal untuk keseluruhan sampel penelitian (264 sampel) dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan karakteristik dari perusahaan yang masuk ke dalam 50
perusahaan terbaik menurut Swa dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 dengan total
aktiva di atas 1 triliun rupiah dan economic value added (EVA) terbaik. Berdasarkan hasil
statistik deskriptif, rerata arus kas kegiatan operasi sebesar 21% relatif terhadap total
aktiva, nilai tengah 0,090 dengan simpangan baku sebesar 1,846. Rerata penjualan periode
t lebih besar dibandingkan rerata penjualan periode t-1 sebesar 21% relatif terhadap total
aktiva dengan nilai tengah untuk penjualan periode t adalah 0,844 dan penjualan periode t-
1 sebesar 0,709. Koefisien hasil dari regresi untuk mencari arus kas kegiatan operasi
normal terlihat pada Tabel 3.
39
Berdasarkan hasil koefisien regresi pada Tabel 3 maka koefisien tersebut digunakan
untuk mengestimasi nilai arus kas kegiatan operasi normal. Setelah memperoleh nilai arus
kas kegiatan operasi normal maka dapat dihitung nilai abnormal dari arus kas kegiatan
operasi dengan cara selisih antara arus kas kegiatan operasi aktual dan arus kas kegiatan
operasi normal. Kemudian nilai arus kas kegiatan operasi abnormal inilah yang digunakan
untuk menguji apakah perusahaan melakukan manipulasi aktivitas riil ataukah tidak yaitu
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi (ABN_CFO). Tabel 4
menunjukkan statistik deskriptif untuk variabel-variabel antara lain ABN_CFO dan
Cummulative Abnormal Return (CAR) yaitu bahwa rerata ABN_CFO sebesar -0,183
dengan nilai tengah sebesar -0,171 dan simpangan baku 1,680. CAR keseluruhan sampel
memiliki rerata sebesar -72,083, nilai tengah sebesar 0,010 dengan nilai maksimum sebesar
2,46 dan minimum sebesar -1000,52. Simpangan/deviasi dari data CAR sangat besar yaitu
258,854.

Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi
Pengujian hipotesis 1 yang menyatakan bahwa perusahaan melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi, menggunakan uji rerata. Roychowdhury
(2003) menemukan bahwa perusahaan yang cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil
memperlihatkan arus kas kegiatan operasi yang rendah. Oleh karena itu, penelitian ini
menggunakan nilai arus kas abnormal untuk melihat perusahaan diduga cenderung
melakukan manipulasi aktivitas riil ataukah tidak. Perusahaan yang masuk Swa memiliki
kecenderungan untuk menaikkan laba agar dapat dilihat memiliki prestasi yang bagus. Cara
menaikkan laba dapat dilakukan dengan meningkatkan penjualan, memberikan potongan
harga, dan menawarkan penjualan kredit dengan bunga yang rendah yang akhirnya
menyebabkan laba periode tersebut tinggi namun arus kas kegiatan operasi secara
40
abnormal lebih rendah dibandingkan dengan yang seharusnya pada periode bersangkutan.
Oleh karena itu, perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil
melalui arus kas kegiatan operasi apabila nilai arus kas kegiatan operasi abnormal
(ABN_CFO) di bawah 0 sedangkan perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan
manipulasi aktivitas riil apabila nilai ABN_CFO berada di atas 0. Hasil dari pengujian
hipotesis 1 dapat dilihat pada Tabel 5.
Hasil pengujian hipotesis satu menunjukkan bahwa dari keseluruhan sampel yaitu
264 perusahaan-tahun, manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi
(ABN_CFO) memiliki rerata -0,183 karena rerata berada di bawah nilai 0 (-0,183<0) maka
sampel diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan
operasi. Hal ini dikarenakan untuk melihat adanya kecenderungan manipulasi aktivitas riil
melalui arus kas kegiatan operasi apabila nilai rerata arus kas kegiatan operasi abnormal di
bawah 0. Namun, untuk membuktikan apakah nilai rerata tersebut signifikan maka dilihat
nilai signifikansinya. Dilihat dari nilai signifikansi rerata abnormal dari arus kas kegiatan
operasi memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0385 (yaitu dari p-value=0,077/2 karena
pengujian two tail). Oleh karena nilai signifikansi di bawah o=5% (0,0385 < 5%) maka
hipotesis 1 yang menyatakan bahwa perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi tidak dapat ditolak pada tingkat o=5%. Dari
keseluruhan sampel yaitu 264 perusahaan-tahun, sampel yang diduga cenderung
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi terdapat 225
perusahaan-tahun yang terdiri dari 84 perusahaan (identic firms) dimana 43% merupakan
perusahaan yang lebih dari tiga kali masuk sebagai kategori 50 perusahaan terbaik edisi
Swa.
Pada pengujian hipotesis 1 ini dibuktikan bahwa perusahaan diduga cenderung
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Temuan adanya
41
manipulasi melalui arus kas kegiatan operasi konsisten dengan hasil dari Roychowdhury
(2003) bahwa perusahaan yang cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melaporkan
arus kas kegiatan operasi yang secara abnormal lebih rendah dibandingkan yang
seharusnya. Bens, Nagar, dan Wong (2002) menemukan bahwa manajer dari perusahaan
yang menghadapi dilusi laba per lembar saham sebagian mengurangi biaya riset dan
pengembangan untuk membiayai pembelian kembali saham ESO (employee stock option).
Dengan adanya pengurangan biaya riset dan pengembangan akan berdampak pada
kenaikan laba yang dilaporkan namun menyebabkan arus kas kegiatan operasi secara
abnormal rendah. Manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dapat
dilakukan dengan cara manajemen penjualan yaitu memberikan potongan harga besar-
besaran, bunga kredit yang rendah atau dengan produksi besar-besaran supaya harga pokok
penjualan rendah sehingga margin operasi tinggi (Roychowdhury, 2003).

Kecenderungan Manipulasi Aktivitas Riil, Industri, dan Kinerja Pasar
Statistik deskriptif dari kinerja pasar (CAR) untuk sampel yang diduga cenderung
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan kinerja pasar
(CAR) untuk sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil
melalui arus kas kegiatan operasi dapat dilihat pada Tabel 6.
Rerata CAR untuk sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas
riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih besar daripada rerata CAR untuk sampel yang
diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan
operasi (-66,851>-102,266). Oleh karena itu, berdasarkan hasil statistik deskriptif terlihat
bahwa sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi memiliki rerata CAR yang lebih besar daripada sampel yang diduga
cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi yang
42
berarti rerata CAR antara sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas
riil melalui arus kas kegiatan operasi dan sampel yang diduga cenderung tidak melakukan
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi adalah berbeda. Namun, untuk
melihat apakah perbedaan tersebut signifikan hasilnya dipaparkan pada Tabel 7 yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan CAR yang signifikan antara sampel yang diduga
cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan
sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi pada taraf signifikansi o = 10. Pada Tabel 7 terlihat bahwa nilai
probabilitas sebesar 0,0525 (0,0525<o = 10). Dengan demikian, hasil pengujian ini
membuktikan bahwa kinerja pasar sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi berbeda dengan sampel yang diduga
cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi yaitu
kinerja pasar sampel yang cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil lebih tinggi
dibandingkan kinerja pasar sampel yang cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas
riil. Oleh karena itu, hipotesis 2 yang menyatakan kinerja pasar sampel yang diduga
cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih
tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar sampel yang diduga cenderung tidak melakukan
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi, tidak dapat ditolak pada tingkat
o=10%.
Manajer memiliki insentif melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi adalah untuk tujuan menghindari kerugian atau mencapai target laba
tertentu pada periode bersangkutan dan apabila laba tinggi maka harga saham atau kinerja
pasar perusahaan akan cenderung meningkat. Di samping itu, laba yang tinggi merupakan
salah satu indikator perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga menyebabkan
kenaikan harga saham atas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, manajer semakin
43
memiliki insentif untuk melakukan manipulasi aktivitas riil agar laba tinggi atau
menghindari kerugian yang berdampak kinerja pasar lebih tinggi dibandingkan dengan
tidak melakukan manipulasi aktivitas riil.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif terhadap hipotesis 2, untuk keseluruhan
sampel yang merupakan sampel jenis industri manufaktur sebanyak 117 dan yang
merupakan sampel jenis industri non manufaktur sebanyak 147. Sedangkan untuk
perbandingan sampel antara sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan sampel yang diduga cenderung tidak
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi setelah dilakukan
pemisahan ke dalam jenis industri manufaktur dan non manufaktur dapat dilihat pada Tabel
8.
Hasil setelah pemisahan jenis industri menunjukkan bahwa untuk sampel jenis
industri manufaktur yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui
arus kas kegiatan operasi sebesar 114 lebih besar dibandingkan sampel jenis industri non
manufaktur sebanyak 111 yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil
melalui arus kas kegiatan operasi. Sedangkan, untuk sampel yang diduga cenderung tidak
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih banyak pada
jenis industri non manufaktur. Perbandingan antara jenis industri dan kecenderungan
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi ditemukan adanya signifikansi
hubungan (menggunakan pearson chi-square) sehingga jenis industri manufaktur diduga
lebih cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi
dibandingkan dengan jenis industri non manufaktur karena nilai signifikansi di bawah taraf
signifikansi o=5% (0,000<5%). Hal ini dibuktikan dengan 97,44% perusahaan jenis
industri manufaktur diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi sedangkan perusahaan jenis industri non manufaktur hanya sebesar
44
75,51% yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi.

Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi hasil dari penelitian ini antara lain pertama, laporan arus kas dapat
digunakan sebagai indikator apakah perusahaan cenderung melakukan manipulasi aktivitas
riil. Manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dilakukan oleh perusahaan
dalam kegiatan sehari-hari namun jarang disadari oleh investor maupun calon investor
karena kegiatan manipulasi ini tidak seperti manipulasi yang sengaja menaikkan atau
menurunkan laba. Oleh karena itu, investor maupun calon investor dapat mendeteksi
manipulasi ini dari arus kas karena apabila menggunakan laba maka tidak dapat
mengetahui apakah manipulasi tersebut murni akrual atau manipulasi aktivitas riil
(Roychowdhury, 2003). Kedua, karena semakin pentingnya informasi laporan arus kas di
samping informasi laporan lainnya maka regulator atau pembuat standar akuntansi dalam
hal ini IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dapat memberikan peraturan agar semua perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia men-disclose laporannya karena terdapat bagian
yang masih bersifat sukarela belum kewajiban. Padahal kebutuhan investor ataupun calon
investor atau pengguna laporan keuangan sangat terbantu dengan adanya pengungkapan
dari perusahaan yang mendetail guna pengambilan keputusan. Selain itu, dengan adanya
pengungkapan yang lengkap dari perusahaan dapat mendorong meminimalkan perusahaan
untuk melakukan manipulasi aktivitas riil. Ketiga, berdasarkan hasil pengujian yang
memisahkan jenis industri manufaktur dan non manufaktur diperoleh bahwa
kecenderungan perusahaan manufaktur melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus
kas kegiatan operasi lebih besar dibandingkan perusahaan non manufaktur. Hal ini dapat
terjadi karena manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi banyak dilakukan
45
dengan cara manajemen penjualan, potongan harga besar-besaran, pengurangan biaya
diskresi seperti biaya riset dan pengembangan, biaya iklan, dan overproduction yang
cenderung lebih banyak berhubungan dengan jenis industri yang memiliki karakteristik
manufaktur.

KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan berdasarkan ketertarikan penulis terhadap penelitian dari
Roychowdhury (2003) dan Livnat dan Zarowin (1990). Penelitian ini dilakukan untuk
menguji apakah laporan arus kas dapat digunakan sebagai alat untuk mendeteksi
kecenderungan perusahaan melakukan manipulasi aktivitas riil yaitu bahwa perusahaan
cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas baik arus kas kegiatan
operasi dan mengetahui dampak arus kas kegiatan operasi terhadap kinerja pasar yaitu
apakah terdapat perbedaan kinerja pasar antara arus kas yang terkena dampak dari
manipulasi aktivitas riil dan arus kas yang terkena dampak dari manipulasi aktivitas riil.
Hasil temuan penelitian adalah bahwa perusahaan melakukan manipulasi aktivitas riil
melalui arus kas kegiatan operasi karena terdapat perbedaan rerata yang signifikan pada
arus kas kegiatan operasi abnormal. Dampak manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi terhadap kinerja pasar menemukan adanya perbedaan kinerja pasar yaitu
kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil
melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar
perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus
kas kegiatan operasi. Selain itu, ditemukan juga bahwa setelah memisahkan sampel ke
dalam jenis industri maka perusahaan industri manufaktur diduga lebih cenderung
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dibandingkan sampel
jenis industri non manufaktur.
46
Dari hasil yang diperoleh dari penelitian ini terlihat bahwa terdapat keterbatasan
model yang digunakan untuk mengestimasi arus kas normal yang dikembangkan dari
penelitian Roychowdhury (2003) dan model ini belum teruji sehingga dapat menyebabkan
hasil yang bias. Saran untuk penelitian lanjutan adalah menggunakan kategori-kategori
dalam komponen arus kas kegiatan operasi sehingga dapat dilihat dampak komponen di
dalam arus kas kegiatan operasi terhadap kinerja pasar. Uji statistik dapat dikembangkan
menjadi regresi untuk melihat pengaruh kategori-kategori tersebut pada kinerja pasar.
Selain itu, kinerja pasar dapat menggunakan proksi Free Cash Flow (FCF) selain dengan
CAR.

47
DAFTAR RUJUKAN

Bens, D., V. Nagar, dan M.H. Franco Wong. 2002. Real investment Implications of
Employee Stock Option Exercises. Journal of Accounting Research 40. hal 359
393.

Bowen, Robert M., David Burgstahler, dan Lane A. Daley. 1987. The Incremental
Information Content of Accrual versus Cash Flows. The Accounting Review. Vol.
LXII No. 4, hal.723 747.

Diana, Shinta Rahma dan Indra Wijaya Kusuma. 2004. Pengaruh Faktor Kontekstual
Terhadap Kegunaan Earnings dan Arus Kas Operasi dalam Menjelaskan Return
Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7 No. 1, hal. 74 93.

Ghozali, Imam dan John Castellan. 2002. Statistik Non-Parametrik-Teori dan Aplikasi
dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.

Livnat, Joshua dan Paul Zarowin. 1990. The Incremental Information Content of Cash-
Flow Components. Journal of Accounting and Economics, vol. 13, hal. 25-46.

Rahman, Anissa. 2007. Earnings Management Melalui Accruals dan Real Activities
Manipulation Pada Initial Public Offerings dan Kinerja Jangka Panjang (Studi
Empiris Pada Bursa Efek Jakarta). Tesis: Unpublished. Pascasarjana Ilmu Akuntansi
Universitas Indonesia

Rayburn, Judy. 1986. The Association of Operating Cash Flow and Accruals with Security
Returns. Journal of Accounting Research. Vol. 24, hal. 112 -133.

Roychowdhury, Sugata. 2003. Management of Earnings through the Manipulation of Real
Activities That Affect Cash Flow from Operation. Paper Work. Sloan School of
Management MIT.

Thomas, J.K. dan H. Zhang. 2002. Inventory Changes and Future Returns. Review of
Accounting Studies 7. hal 163 187.

Watts, Ross L. Dan J.L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. Prentice Hall
International, Inc.









Lampiran A: Sampel

48
NO KODE TAHUN MASUK SWA
2001 2002 2003 2004 2005 2006
1 AALI 1 1 1 1 1 1
2 ADHI 1 1
3 AKPI 1
4 AKRA 1 1 1
5 ALMI 1
6 AMFG 1 1 1 1 1
7 ANTM 1 1 1 1 1 1
8 BKSL 1 1
9 BLTA 1 1 1 1 1 1
10 BMTR 1 1
11 BRAM 1 1 1 1 1
12 BUDI 1
13 BUMI 1 1 1
14 CMNP 1 1 1 1
15 CPIN 1 1 1 1 1
16 CTBN 1
17 CTRA 1
18 CTRS 1 1 1 1 1
19 DAVO 1
20 DILD 1 1 1 1
21 DUTI 1 1
22 DYNA 1
23 ELTY 1 1
24 EPMT 1 1 1 1
25 FASW 1
26 GGRM 1 1 1 1 1
27 GRIV 1 1
28 HERO 1 1 1
29 HEXA 1
30 HITS 1 1 1 1
31 HMSP 1 1 1 1 1 1
32 IDSR 1 1
33 IKAI 1
34 IMAS 1 1
35 INCO 1 1 1 1 1
36 INDF 1 1 1 1 1
37 INDR 1
38 INTP 1
39 ISAT 1 1 1
40 JPFA 1
41 JRPT 1 1 1 1
42 JSPT 1 1
43 KAEF 1 1 1 1
44 KLBF 1 1 1 1 1 1
45 LPCK 1 1 1 1
46 LPKR 1 1 1 1 1 1
47 LSIP 1 1
NO

KODE

TAHUN MASUK SWA
2001 2002 2003 2004 2005 2006
48 LTLS 1 1 1
49
49 MAPI 1 1
50 MDLN 1
51 MDRN 1 1
52 MEDC 1 1 1
53 MLIA 1
54 MLND 1
55 MLPL 1 1 1 1 1
56 MPPA 1 1 1
57 MYOR 1 1 1 1 1 1
58 OMRE 1
59 PGAS 1
60 PLIN 1 1 1 1 1 1
61 PTBA 1 1 1
62 PTRO 1
63 PWON 1
64 RALS 1 1 1 1 1 1
65 RMBA 1 1 1
66 SCMA 1 1 1 1
67 SHDA 1 1 1
68 SHSA 1 1 1 1
69 SIPD 1
70 SMDR 1 1 1 1 1 1
71 SMGR 1 1 1
72 SMRA 1 1 1
73 SPMA 1 1 1
74 SSIA 1 1 1
75 SUBA 1
76 SUDI 1 1 1
77 TBLA 1 1 1 1
78 TFCO 1 1
79 TINS 1 1 1 1 1
80 TLKM 1 1 1 1 1 1
81 TSPC 1 1 1 1 1 1
82 TURI 1 1 1 1
83 UGAR 1
84 ULTJ 1 1 1 1
85 UNIC 1 1 1 1 1
86 UNSP 1 1
87 UNTR 1 1 1 1 1 1
88 UNVR 1 1 1 1 1 1
50
Lampiran B : Output Penelitian
Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian
Keterangan Kurang Jumlah
Total perusahaan yang masuk Swa100 tahun
2001-2006
204 perusahaan
Dikurangi:
Perusahaan yang masuk Swa100 yang
memiliki aset di bawah 1 triliun rupiah
tahun 2001 2006
103 perusahaan

Perusahaan yang tidak memiliki kode 3 perusahaan

Perusahaan yang tidak memiliki
kelengkapan data keuangan
10 perusahaan

Total Sampel 88 perusahaan


Tabel 2
Statistik Deskriptif Variabel yang Digunakan Untuk Mengestimasi Arus Kas
Kegiatan Operasi Normal
Variabel Rerata
Nilai
Tengah Maksimum Minimum
Simpangan
Baku
CFO
t-1
/TA
t-1
0,210 0,090 30,018 -0,386 1,846
1/ TA
t-1
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
SALES
t
/ TA
t-1
1,207 0,844 33,524 0,000 2,357
SALES
t-1
/ TA
t-1
0,994 0,709 36,735 0,014 2,310

Tabel 3
Hasil Koefisien Regresi Arus Kas Normal
Variabel Koefisien t-stat Probabilitas
Konstanta -0,155 -1,246 0,214
SALES
t
/ TA
t-1
0,326 7,386 0,000
SALES
t-1
/ TA
t-1
-0,029 -0,636 0,254
F-stat = 0,000

Tabel 4
Statistik Deskriptif Seluruh Sampel
Variabel Rerata Nilai Tengah Maksimum Minimum
Simpangan
Baku
ABN_CFO -0,183 -0,171 24,47 -10,87 1,680
CAR -72,083 0,010 2,46 -1000,52 258,854

51
Tabel 5
Hasil Pengujian Hipotesis 1
Variabel Rerata Probabilitas (P-value) Keterangan
ABN_CFO -0,183 0,0385** H1 tidak dapat ditolak
**) signifikan pada tingkat o=5%

Tabel 6
Statistik Deskriptif Kinerja Pasar Antara Sampel yang Diduga Cenderung
Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi dan
Sampel yang Diduga Cenderung Tidak Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui
Arus Kas Kegiatan Operasi
Variabel
Cenderung Manipulasi (N=225) Cenderung Tidak Manipulasi (N=39)
Rerata Ni.
Tengah
Simpangan
Baku
Rerata Ni. Tengah Simpangan
Baku
CAR -66,851 0,000 249,925 -102,266 0,120 307,327

Tabel 7
Uji Beda atas Kinerja Pasar Antara Sampel yang Diduga Cenderung Melakukan
Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi dan Sampel yang
Diduga Cenderung Tidak Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas
Kegiatan Operasi
Keterangan CAR
Mann-Whitney U 3673,000
Wilcoxon W 29098,000
Z -1,623
Probabilitas 0,0525***
***) signifikan pada tingkat o=10%

Tabel 8
Perbandingan Jenis Industri dan Kecenderungan Melakukan Manipulasi Aktivitas
Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi
Keterangan Jenis Industri Total
Manufaktur Non Manufaktur
Cenderung Manipulasi 114 111 225
Cenderung Tidak Manipulasi 3 36 39
Probabilitas 0,000*
*) signifikan pada o=5%

Вам также может понравиться