Вы находитесь на странице: 1из 27

PJBL GROUP PROJECT HIPERSENSITIVITAS

Kelompok 1 : Alfat Ayu Marga Anggraeni Citra S Anisful Lailil Munawaroh Desak Gede Prema Wahini Dianita Ayu Retnani I Putu Ryan Aristya P Muhammad Hafidl Hasbullah Sabita Normaliya Shindy Anggraeni Titik Tri Ardiani Vina Nur Puspitasari

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

HIPERSENSITIVITAS 1. DEFINISI Respon imun non spesifik maupun spesifik pada umumnya berfungsi protektif, namun jika dapat menimbulkan akibat buruk disebut hipersensitivitas. Jadi dapat diambil kesimpulan hipersensitivitas adalah reaksi imun yang patologik, terjadi akibat respon imun yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh (Karnen,2005)

2. PENYEBAB Pencetus alergi disebut alergen antara lain adanya faktor : 2.1 Internal Herediter, sistem imun, makanan, sensitivitas obat 2.2 Eksternal Debu, suhu, tekanan, serangga, virus, bakteri (Suzane,2002) 3. JENIS 3.1 Berdasarkan pembagian Gell dan Coombs 3.1.1 Hipersensitivitas tipe I (Reaksi alergi/cepat/anafilaksis) Reaksi alergi yang diperantarai oleh antibodi IgE. Terjadi karena adanya ikatan silang antara antigen dan IgE yang diikat sel mast dan basofil melepas mediator yang memberikan respon alergi. Penyakit yang ditimbulkan antara lain : Asma.rhinitis, sinusitis, urtikaria, angiodema, anafilaksis, reaksi alergi gigitan serangga, dermatitis atopik, alergi makanan, alergi pada kelainan mata, EGID (Eosinophil-Associated GI disorder, alergi obat.

3.1.2 Hipersensitivitas tipe II (sitotoksik) Terjadi karena dibentuknya antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamu (Karnen,2005).

Kerusakan pada tipe ini terbatas pada tipe sel tertentu yang merupakan sasaran spesifik (Price,2006). Daftar penyakit dapat di lihat di lampiran 1 3.1.3 Hipersensitivitas tipe III (Kompleks Imun) Antigen berikatan dengan antibodi di dalam sirkulasi/dinding pembuluh darah atau jaringan dan mengaktifkan sistem komplemen (Karnen,2005). Kompleks imun ini berbahaya jika menyebar di dalam jaringan atau organ (Price,2006). Reaksi tipe III ini menghancurkan jaringan atau organ dimana saja tempat kompleks imun mengendap (Karnen,2005). Daftar penyakit dapat di lihat di lampiran 2 3.1.4 Hipersensitivitas tipe IV (Delayed Type Hipersensitivity/Selular) Reaksi hipersensitivitas tipe IV ini antara lain Delayed Type Hipersensitivity yang terjadi melalui sel CD4+ dan T Cell Mediated Cytolisis yang terjadi melalui sel CD8+ (Karnen,2005). Daftar Penyakit dapat dilihat di lampiran 3 4. PATOFISIOLOGI 4.1 Hipersensitivitas tipe I Tahapan Hipersensitivitas tipe I : Fase sensitasi Waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikatnya oleh reseptor spesifik (Fc) pada permukaan sel mast dan Basofil. Fase aktivasi Waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang spesifik dan sel mast melepaskan granul sehingga menimbulkan reaksi. Fase efektor Respon kompleks (anafilaksis) karena efek mediator yang dilepas oleh sel mast dengan aktivitas farmakologik.

Pajanan pertama dengan alergen

Aktivasi sel Th 2 oleh antigen lalu merangsang sel B untuk membentuk IgE Produksi IgE yang berperan besar pada respon alergi) Spesifitas pengikatan antigen diatur Fab molekul imunoglobulin, lalu diarahkan oleh fragmen yang dikristalkan (fragmen Fc) pada antibodi IgE diikat oleh sel mast atau basofil melalui Fc Tubuh terpajan dengan antigen yang sama Antigen diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan sel mast/basofil Akibatnya IgE yang berikat itu terkumpul pada sistem pernapasan, saluran cerna, sirkulasi darah dan kulit Pelepasan mediator di atur oleh komponen seluler nukleotida siklik, cAMP, cGMP Meningkatnya cAMP berfungsi mencegah degranulasi, meningkatnya cGMP memacu degranulasi Melepaskan mediator-mediator yang dihasilkan dari metabolisme asam arakidonat

Histamin dan ECF-A Reaksi hipersensitivitas cepat (secara klinis ,hasil reaksi segera mencapai puncak intensitasnya Dalam 10-20 menit dan setelah itu menurun)

Reaksi-reaksi yang bergantung pada IgE baru terjadi dalam waktu 4-8 jam setelah antigen diperkenalkan pada jaringan, munculnya kembali mediator-mediator adalah ciri dari respon lambat dan merefleksikan sel yang baru tertarik ke daerah reaksi.

No Mediator A. 1. Respon cepat : Histamin

Mekanisme yang dihasilkan

Kontraksi otot polos visera Meningkatkan permeabilitas kapiler Meningkatkan aktivitas kelenjar mukosa respirasi Sensasi gatal Menarik eosinofil secara spesifik

2.

ECF-A

B. 1.

Respon Lambat : Protease (Triptase,kinase, karboksipeptidase) netral Mencegah komponen jaringan, seperti kolagen dan faktor komplemen yang mungkin dapat membangkitkan kinin Merangsang produksi prostaglandin (dilatasi vaskuler), Leukotrien dan produk lain dari asam arakidonat

2.

Prostaglandin

3.

Prostaglandin D

Kontraksi otot polos,, meningkatkan pelepasan mediator oleh basofil

4.

PAF (Fosfolipid)

Agregasi dan degranulasi trombosit, kontraksi otot polos, menghasilkan respon kulit lepuh dan merah, menarik neutrofil

5.

Leukotrien/Lipid (C,D,E)

asam Spasme otot polos visera yang lama, dilatasi dan meningkatkan permeabilitas venula Memecah gula dan karbohidrat

6.

Hidrolase asam

(-glukoronidase&arilaulfatase) kompleks&glikoprotein 7. 8. Dismutase superoksida Heparin Merubah O2 menjadi H2O2 Antikoagulan, memodulasi aktivitas mediator lain 9. NCF-A Migrasi neutrofil Pembentukan bradikinin

10. Kalikrem Basofil

4.2 Hipersensitivitas tipe II IgG atau IgM Berikatan dengan epitop di permukaan gen atau antigen MHC yang ada di permukaan sel Aktivasi sistem C Percepatan fagositosis sel sasaran Tubuh sendiri (mis. Eritrosit menjadi anemia hemolitik) Agen Penginvasi (mis. Bakteri maka bermanfaat)

4.3 Hipersensitivitas tipe III (Kompleks imun) KOMPLEKS IMUN Mengaktifkan sejumlah komponen sistem imun Komplemen Melepaskan C3a &C5 (anafilaktosin) Trombosit Amin Vasoaktif Mikrotrombin meningkatkan Makrofag meningkat memakan kompleks

merangsang sel mast&Basofil Mediator Lepas Menimbulkan lisis sel bila kompleks Diendapkan di jaringan Sel mast&basofil membentuk Bahan Vasoaktif

mengaktivasi&melepas sitokin IL-1 & O2 reaktif (48-72 jam setelah pajanan) melepaskan enzim litik

Ruam dan Pustula

Vasoaktif : - vasodilatasi - Meningkatkan permeabilitas Vaskuler - Inflamasi Menarik neutrofil dan mengeliminasi kompleks Granula neutrofil lepas (Angry cell) Menimbulkan lebih banyak kerusakan jaringan

Reaksi yang dihasilkan yaitu Reaksi Arthus/Lokal dan Reaksi sistemik serumsickness. 4.4 Hipersensitivitas Tipe IV (DTH/Seluler) Pada DTHm sel CD4+ Th1 : - Mengaktifkan makrofag sebagai efektor - Melepaskan sitokin IFN- Aktivator makrofag Produk Makrofag : Enzim hidrolitik O2 reaktif Oksida nitrat Sitokin proinflamasi Induksi Inflamasi

Jika menguntungkan maka enzim lisosom & produk makrofag lainnya (peroksid radikal& Superoksid dapat mengahncurkan mikroorganisme. Namun jika DTH menjadi kronis, makrofag akan mensekresikan sitokin dan growth factor. Makrofag meningkat merusak dan mendesak jaringan normal Nekrosis Sitolisis dengan perantara sel T CD8+ langsung membunuh jaringan Jadi kerusakan jaringan bukan semata-mata oleh mikroorganisme yang ,asuk, tetapi oleh karena reaksi DTH, respon imun dalam tubuh yang menghancurkan mikroorganisme.

Sumber Patofisiologi : (Karnen,2005) dan (Price,2006).

5. MANIFESTASI KLINIS o Pada saluran pernapasan : ditandai dengan mata gatal dan pilek encer, terjadi pembengkakan kongestif, kesulitan bernafas akibat kontriksi otot polos bronkioulus yang diinduksi oleh histamin,bauk,bersin-bersin, sampai terjadi asma. o Pada saluran cerna : muntah, mual, diare, nyeri perut o Pada kulit ditandai dengan pembengkakan lokal, gatal, dan kemerahan dalam kulit (Sudiana,2010).

6. Pemeriksaan Diagnostik Uji kulit Uji kulit membantu mendiagnosis suatu alergi, sejumlah kecil alergen yang dicyrigai disuntikkan ke bawah kulit rute intradermal yang dilakukan secara bersamaan waktunya pada tempat yang terpisah dengan mrmberikan beberapa jenis larutan (mis. Tepung sari (polen), tes ini tergantung pada korelasinya dengan riwayat alergi, hasil pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium.

Tes Provokasi Pemberian antigen langsung pada mukosa saluran pernafasan dan observasi terhadap reaksi yang timbul dan target organ. Kelemahan tes ini dapat juga menyebabkan reaksi alergi semakin berat pada pasien asma. Darah Tepi Bila eosinophil 5% atau 500 /ml condong pada alergi. Hitung leukosit 5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi makanan. Kadar Serum IgE IgE meningkat mendukung diagnosa alergik Paper Radioimmunosarbent Test (PRT) untuk pemeriksaan kadar IgE non spesifik ELISA : pemeriksaan IgE spesifik Indikasi pengukuran IgE mencakup evaluasi,

immunodefisiensi,evaluasi reaksi obatm tes skrining lab. Biopsi usus Sekunder dan sesudah dirangsang dengan makanan food challenge didapatkan inflamasi/atrofi mukosa usus, peningkatan limfosit itraepitel dan IgM, IgE (dengan mikroskop imunofluoresen). Tes hemaglutinin dan antibodi presipitat tidak sensitif. Pemeriksaan Dxylose,proktosigmoidoskopi. Diet coba buta ganda (Double Blind Food Chalenge) untuk diagnosa pasti. Pemeriksaan faal paru untuk mengevaluasi alergi pada paru. Pemeriksaan foto paru. Pemeriksaan foto sinus. Pemeriksaan lain seperti fungsi ginjal dan urin, LED, alfa antitripsin, kadar serum IgA, kadar asam klorida. Sumber : (Mahdi,2004) dan (Robert,2008)

7. PENATALAKSANAAN Terapi Ideal Menghindari kontak dengan alergen penyebab dan eliminasi. Terapi Simptomatis Dengan medikasi : a. Vasopresor Untuk mengembalikan efek dari yang vasodilatasi dilihat sistemik dari dan

meningkatkan

vasopermeability

anafilaksis.

Epinephrine (adrenalin,bronitin,epi pen,twinject) : dapat menghilangkan beberapa gejala dari spasme bronkus dan rhinitis. b. Broncodilator Obat yang melebarkan saluran nafas, dibagi menjadi 2 golongan : Simpatomimetik/Adrenergik (Adrenalin dan Efedrin) Nama obat : orsiprenalin (alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma). Ada yang berupa semprotan : MDI (Meter Dose Inhaler) Berupa bubuk halus yang dihirup : Ventolin diskhaler dan bricasma turbuhaler Cairan broncodilator : Alupent, Barotec, Brivasma, Ventolin yang oleh Nebolizer yaitu alat khusus yang di ubah menjadi aerosol lalu di hirup (Robert,2008). Santin (Teofilin) Aminofilin (Amicom supp) Aminofilin (Euphilin Retard) ini di drip bersama infus dan pemberiannya tidak boleh pada pasien dengan sistole <90 mmHg Jika Teofilin (Amilex) dikombinasikan dengan simpatometik akan saling

memperkuat efeknya. Obat ini dapat berupa oral, suntikan, suppositoria.

c. Kortikosteroid Agen imunosupresan yang dapat mengurangi inflamasi. Baik untuk erupsi kulit dan spasme bronkus. Peran untuk mengatasu syok anafilaktif terbatas, walaupun dipercaya dapat mencegah tipe

anafilaksis yang tertunda. Kortikosteroid hirup untuk mengontrol inflamasi di jalan nafas bronkus dan mukosa nasal. Kortikosteroid topik berguna untuk dermatitis atopik. d. Histamine 1-reseptor antagonis (anti histamin) Tipe 1 penghalang reseptor histamin berfungsi untuk memblokir aksi histamin. Nama obatnya Diphenydramine (Benadryl, Dihydrex injection, Belix), Azelastine (Astelin), Cetirizine (Zystec). e. Histamin 2-antagonist Dapat diberikan untuk menambah penghalang reseptor H1 dan kontrol tambahan pada urtikaria dan angiodema. f. Inhibitor Leukotriene Leukotriene disintesis dari degranulasi sel mastosit dan basofil, berkontribusi secara signifikan dalam mengatasi gejala dari reaksi alergi, nama obat Monteluklast (Singulain). g. Immunomodulator Tacrolimus ointment (protopic) untuk mengurangi gatal dan inflamasi dengan mengurangi sitokin dari sel T. h. Antibodi monoklonal Omalizumab (Xolair) mengikat IgE untuk mencegah agar tidak berikatan dengan mastosit atau basofil. Immunoterapi Untuk gejala yang berat dan lama. Contohnya yaitu terapi desensitasi berupa penyuntikan berulang alergen dalam jumlah yang kecil dapat mendorong pasien untuk membentuk antibodi IgG terhadap alergen secara bertahap dan ini digunakan pada alergi tertentu.

(medline,2011)

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Asma 2. Diarea Akut Pada Anak 3. Dermatitis Kontak

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ASMA PENGKAJIAN Riwayat kesehatan yang lalu: Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya. Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan. Kaji riwayat pekerjaan pasien. Aktivitas Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas. Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari. Tidur dalam posisi duduk tinggi. Pernapasan Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan. Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur. Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,

melebarkan hidung. Adanya bunyi napas mengi. Adanya batuk berulang. Sirkulasi Adanya peningkatan tekanan darah. Adanya peningkatan frekuensi jantung. Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis. Kemerahan atau berkeringat. Integritas ego Ansietas Ketakutan Peka rangsangan Gelisah

Asupan nutrisi Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan. Penurunan berat badan karena anoreksia. Hubungan sosial Keterbatasan mobilitas fisik. Susah bicara atau bicara terbata-bata. Adanya ketergantungan pada orang lain. Seksualitas Penurunan libido

DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas b/d Asma Gangguan Pertukaran Gas b/d Ventilasi Perfusi Ketidakseimbangan Nutrisi:Kurang dari Kebutuhan Tubuh b/d

Ketidakmampuan Menelan Makanan Risiko Infeksi b/d Defisiensi Imun Defisiensi Pengetahuan b/d Keterbatasan Kognitif INTERVENSI KEPERAWATAN 1) Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas b/d Asma Tujuan : Setelah dilakukan perawatan jalan nafas menjadi bersih Kriteria Hasil : Jalan nafas pasien paten dengan bunyi bersih dan jelas Intervensi Mandiri Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi Rasional Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak dimanifestasikan adanya nafas advertisius. Kaji / pantau catat frekuensi Tachipnea biasanya ada pada derajat dan dapat atau

pernafasan,

rasio beberapa

inspirasi/ekspirasi.

ditemukan pada penerimaan

selama stress/ adanya proses infeksi akut. Catat adanya derajat dispnea, Disfungsi pernafasan adalah

ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat bantu.

variable yang tergantung pada tahap proses akut yang menimbulkan

perawatan di rumah sakit. Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh : Peninggian memudahkan kepala fungsi tempat tidur

pernafasan

meninggikan tidur,duduk tempat tidur

kepala pada

tempat sandara

dengan menggunakan gravitasi.

Pertahankan polusi lingkungan minimum, contoh: debu, asap dll

Pencetus tipe alergi

pernafasan

dapat mentriger episode akut.

Tingkatkan

masukan

cairan

Hidrasi membantu kekentalan sekret,

menurunkan penggunaan

sampai dengan 3000 ml/ hari sesuai toleransi jantung

cairan hangat dapat menurunkan kekentalan sekret, penggunaan

memberikan air hangat.

cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Kolaborasi Berikan obat sesuai dengan indikasi bronkodilator. Merelaksasikan otot halus dan

menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa.

IMPLEMENTASI Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya EVALUASI Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai. S : berdasarkan catatan perkembangan yang dirasakan oleh pasien

O: berdasarkan penilaian obyektif dari perawat A : Analisa terhadap intervensi apakah teratasi sebagian,sudah,atau belum P : Penatalaksanaan intevensi mana saja yang perlu masih dilanjutkan

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE AKUT PADA ANAK

Pengkajian (Anak Usia 3 Tahun) a. Keluhan Utama : Buang air berkali-kali dengan konsistensi encer b. Riwayat Kesehatan Sekarang Pada umumnya anak masuk Rumah Sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dpat bercampur lendir dan atau darah, keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran. c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Meliputi pengkajian riwayat : 1) Prenatal Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (fulterm, prematur, post matur), abortus atau lahir hidup, kesehatan selama

sebelumnya/kehamilan, dan obat-obat yang dimakan serta imunisasi. 2) Natal Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan, obat-obatan, orang yang menolong persalinan, penyulit persalinan. 3) Post natal Berat badan nomal 2,5 Kg - 4 Kg, Panjang Badan normal 49 -52 cm, kondisi kesehatan baik, apgar score , ada atau tidak ada kelainan kongenital. 4) Feeding Air susu ibu atau formula, umur disapih (2 tahun), jadwal

makan/jumlahnya, pengenalan makanan lunak pada usia 4-6 bulan,

peubahan berat-badan, masalah-masalah feeding (vomiting, colic, diare), dan penggunaan vitamin dan mineral atau suplemen lain. 5) Penyakit sebelumnya Penyebabnya, gejala-gejalanya, perjalanan penyakit, penyembuhan, kompliksi, insiden penyakit dalam keluarga atau masyarakat, respon emosi terhadap rawat inap sebelumnya. 6) Alergi Apakah pernah menderita hay fever, asthma, eksim. Obat-obatan, binatang, tumbuh-tumbuhan, debu rumah 7) Obat-obat terakhir yang didapat Nama, dosis, jadwal, lamanya, alasan pemberian. 8) Imunisasi Polio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun, reaksi yang terjadi adalah biasanya demam, pemberian serum-serum lain, gamma globulin/transfusi, pemberian tubrkulin test dan reaksinya. 9) Tumbuh Kembang Berat waktu lahir 2, 5 Kg - 4 Kg. Berat badan bertambah 150 - 200 gr/minggu, TB bertambah 2,5 cm / bulan, kenaikan ini terjadi sampai 6 bulan. Gigi mulai tumbuh pada usia 6-7 bulan, mulai duduk sendiri pada usia 8-9 bulan, dan bisa berdiri dan berjalan pada usia 10-12 bulan. d. Riwayat Psikososial Anak sangat menyukai mainannya, anak sangat bergantung kepada kedua orang tuanya dan sangat histeris jika dipisahkan dengan orang tuanya. Usia 3 tahun (toddlers) sudah belajar bermain dengan teman sebaya. e. Riwayat Spiritual Anak sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya berdoa. f. Reaksi Hospitalisasi 1) Kecemasan akan perpisahan : kehilangan interaksi dari keluarga dan lingkungan yang dikenal, perasaan tidak aman, cemas dan sedih

2) Perubahan pola kegiatan rutin 3) Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi 4) Kehilangan otonomi 5) Takut keutuhan tubuh 6) Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk mempelajari dunianya dan terbatasnya kesempatan untuk melaksanakan kesenangannya g. Aktivitas Sehari-Hari 1) Kebutuhan cairan pada usia 3 tahun adalah 110-120 ml/kg/hari 2) Output cairan : 1) IWL (Insensible Water Loss) Anak : 30 cc / Kg BB / 24 jam Suhu tubuh meningkat : 10 cc / Kg BB + 200 cc (suhu tubuh - 36,8 oC) 2) SWL (Sensible Water Loss) adalah hilangnya cairan yang dapat diamati, misalnya berupa kencing dan faeces. Yaitu : Urine : 1 - 2 cc / Kg BB / 24 jam Faeces : 100 - 200 cc / 24 jam 3) Pada usia 3 tahun sudah diajarkan toilet training. h. Pemeriksaan Fisik 1) Tanda-tanda vital Suhu badan : mengalami peningkatan Nadi : cepat dan lemah Pernafasan : frekuensi nafas meningkat Tekanan darah : menurun 2) Antropometri Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala, lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat badan. 3) Pernafasan Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan bunyi nafas tambahan.

4) Cardiovasculer Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah. 5) Pencernaan Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer 6) Perkemihan Volume diuresis menurun. 7) Muskuloskeletal Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan. 8) Integumen Lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek 9) Endokrin Tidak ditemukan adanya kelaianan. 10) Penginderaan Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan 11) Reproduksi Tidak mengalami kelainan. 12) Neorologis Dapat terjadi penurunan kesadaran. 1. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan a. Motorik Kasar Sudah bisa naik/turun tangga tanpa dibantu, mamakai baju dengan bantuan, mulai bisa bersepeda roda tiga. b. Motorik Halus Menggambat lingkaran, mencuci tangan sendiri dan menggosok gigi c. Personal Sosial Sudah belajar bermain dengan teman sebayanya.

DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual). b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus. c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal. d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif. f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru

INTERVENSI

Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual). Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tandatanda dehidrasi Intervensi Rasional upaya cairan rehidrasi yang untuk keluar

Berikan cairan oral dan parenteral Sebagai sesuai dengan program rehidrasi mengganti

bersama feses. Pantau intake dan output Memberikan keseimbangan menetapkan pengganti Kaji tanda dan vital, hasil tanda/gejala Menilai status hidrasi, elektrolit dan pemeriksaan keseimbangan asam basa informasi cairan kebutuhan status untuk cairan

dehidrasi

laboratorium Pemberian kausal obat-obatan

Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif secara penting diketahui setelah penyebab diare

IMPLEMENTASI Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya EVALUASI Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai. S : berdasarkan catatan perkembangan yang dirasakan oleh pasien O: berdasarkan penilaian obyektif dari perawat A : Analisa terhadap intervensi apakah teratasi sebagian,sudah,atau belum P : Penatalaksanaan intevensi mana saja yang perlu masih dilanjutkan

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DERMATITIS KONTAK ALERGI Pengkajian 1. Pola Persepsi Kesehatan Adanya riwayat infeksi sebelumya. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil. Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu. Adakah konsultasi rutin ke Dokter. Hygiene personal yang kurang. Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.

2. Pola Nutrisi Metabolik Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari makan. Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas. Jenis makanan yang disukai. Nafsu makan menurun. Muntah-muntah. Penurunan berat badan. Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.

Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih.

3. Pola Eliminasi Sering berkeringat. tanyakan pola berkemih dan bowel.

4. Pola Aktivitas dan Latihan Pemenuhan sehari-hari terganggu. Kelemahan umum, malaise. Toleransi terhadap aktivitas rendah. Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.

5. Pola Tidur dan Istirahat Kesulitan tidur pada malam hari karena stres. Mimpi buruk.

6. Pola Persepsi Kognitif Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat. Pengetahuan akan penyakitnya.

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri Perasaan tidak percaya diri atau minder. Perasaan terisolasi.

8. Pola Hubungan dengan Sesama Hidup sendiri atau berkeluarga Frekuensi interaksi berkurang Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

9. Pola Reproduksi Seksualitas Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan. Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.

10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress Emosi tidak stabil Ansietas, takut akan penyakitnya Disorientasi, gelisah

11. Pola Sistem Kepercayaan Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah Agama yang dianut

DIAGNOSA KEPERAWATAN No. NANDA (DIAGNOSA) 1. Kerusakan imunitas Data Penunjang : Integritas Kulit Tujuan dan NOC b/d Integritas Jaringan: Kulit &

Membran Mukosa Tujuan : setelah dilakukan treatment Sensasi IER Elestisita IER Hidrasi IER Pigmentasi IER Perspirasi IER Warna IER Tekstur IER

Kulit luka, gatal, warna kulit hitam kulit pasien turgor kulit utuh. abu2, kering bersisik Turgor kulit jelek

2.

Nyeri b/d reaksi inflamasi Data penunjang : Mengatupkan Agitasi Ansietas Perubahan pola tidur Menarik diri bila disentuh Mual dan muntah Gambaran kurus rahang

Kontrol Resiko Tujuan : Setelah dilakukan treatment / nyeri pasien berkurang bahkan

mengepalkan tangan

menghilang. Klien melaporkan nyeri berkurang dg scala 2-3 Ekspresi wajah tenang klien dapat istirahat dan tidur v/s dbn

INTERVENSI KEPERAWATAN NIC Pengawasan Kulit Amati warna, kehangatan (suhu), Indikator adanya reaksi inflamasi dan bengkak, getaran, tekstur, edema, penatalaksanaan treatment Rasional

dan nanah pada ektremitas Periksa kemerahan, perubahan

Indikator adanya infeksi

suhu yang ekstrim, atau drainase dari kulit dan membran mukosa Pantau infeksi, khususnya pada daerah edematous Kompres (vesikel) kulit dengan yang air Untuk relaksasi dan jika dingin akan teriritasi memberikan respon vasokontriksi, air bersuhu jangan terlalu panas karena akan memberikan efek luka bakar derajad 2 (Muhammad dkk,2010) Mengurangi respon inflamasi Beri kortikosteroid topikal Mencegah infeksi berlanjut

hangat (32,2o C) atau Lebih dingin

Manajemen Nyeri : Kaji ( nyeri lokasi, secara komprehensif Memberikan karakterisitik dan

karakteristik, kualitas dan

durasi, langkah treatment yang tepat sesuai faktor kebutuhan pasieb yang baik akan

frekuensi, presipitasi ). Gunakan terapeutik Kontrol

teknik untuk

komunikasi Komunikasi

mengetahui menimbulkan rasa percaya yang Faktor tersebut dapat memberikan

pengalaman nyeri klien sebelumnya faktor lingkungan mempengaruhi nyeri seperti suhu respon meningkatnya nyeri ruangan, pencahayaan, kebisingan. Ajarkan teknik non farmakologis Untuk relaksasi dan meningkatkan (relaksasi, distraksi dll) untuk efek farmakologis mengetasi nyeri.. Kolaborasi Monitor TTV pemberian analgetik Mengurangi rasa nyeri Indikator respon nyeri

untuk mengurangi nyeri.

IMPLEMENTASI Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya EVALUASI Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai. S : berdasarkan catatan perkembangan yang dirasakan oleh pasien O: berdasarkan penilaian obyektif dari perawat A : Analisa terhadap intervensi apakah teratasi sebagian,sudah,atau belum P : Penatalaksanaan intevensi mana saja yang perlu masih dilanjutkan

DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, Karnen Garna. 2005. Imunologi Dasar. Jakarta:FK UI. Doengoes dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien. Jakarta:EGC. Headman and Heather. 2009. NANDA Internationam Nursing Diagnoses Definition and Classification 2009-2011. UK:John Willey&Sons Ltd. Price and Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Prsoses Penyakit. Jakarta:EGC. Rich, Robert R. 2008. Clinical Immunology Principles and Practice 3rd Edition. British:Mosby Elsevier. Sudiana, I Ketut. 2010. Imunopatologi. On-line. diakses

http://ners.unair.ac.id/materikuliah/IMUNOPATOLOGI.pdf. pada tanggal 26 Oktober 2011 pukul 09.03 WIB.

Suzanne, Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta:EGC. Tanjung, Dudut. 2010. Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Sumatera:FK PSIK USU. Wilkinson, Judith. 2005. Nursing Diagnosis Handbook with NIC Intervention and NOC Outcomes. New Jersey:Pearson Prentice Hall.

Lampiran 1 Penyakit yang dihasilkan reaksi tipe II

Lampiran II Penyakit hasil dari tipe III

Lampiran III Penyakit hasil reaksi tipe IV

Вам также может понравиться

  • 2
    2
    Документ3 страницы
    2
    Kangmas Roez
    Оценок пока нет
  • Pengertian Masyarakat
    Pengertian Masyarakat
    Документ4 страницы
    Pengertian Masyarakat
    Rhefikaa Sarrii
    Оценок пока нет
  • LOG BOOK Atresia Ani
    LOG BOOK Atresia Ani
    Документ15 страниц
    LOG BOOK Atresia Ani
    premawahini
    Оценок пока нет
  • Laporan Kelompok PJBL 1
    Laporan Kelompok PJBL 1
    Документ5 страниц
    Laporan Kelompok PJBL 1
    premawahini
    Оценок пока нет
  • Tugas Journal BLS
    Tugas Journal BLS
    Документ6 страниц
    Tugas Journal BLS
    premawahini
    Оценок пока нет
  • Chapter II 2
    Chapter II 2
    Документ6 страниц
    Chapter II 2
    Ishmah Muhlisa Ilhamsyah
    Оценок пока нет
  • Pathway Marasmus
    Pathway Marasmus
    Документ2 страницы
    Pathway Marasmus
    ayoe1403
    100% (1)
  • Log Book PJBL-NC SH
    Log Book PJBL-NC SH
    Документ28 страниц
    Log Book PJBL-NC SH
    premawahini
    Оценок пока нет
  • Sap
    Sap
    Документ12 страниц
    Sap
    premawahini
    Оценок пока нет
  • Sharing Journal
    Sharing Journal
    Документ15 страниц
    Sharing Journal
    premawahini
    Оценок пока нет
  • Log Book PJBL 2
    Log Book PJBL 2
    Документ26 страниц
    Log Book PJBL 2
    premawahini
    Оценок пока нет
  • Laporan Simulasi
    Laporan Simulasi
    Документ14 страниц
    Laporan Simulasi
    premawahini
    Оценок пока нет
  • Sap
    Sap
    Документ12 страниц
    Sap
    premawahini
    Оценок пока нет
  • Analisa Jurnal GIT
    Analisa Jurnal GIT
    Документ11 страниц
    Analisa Jurnal GIT
    premawahini
    Оценок пока нет
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Документ12 страниц
    Satuan Acara Penyuluhan
    premawahini
    Оценок пока нет
  • Patofisiologi SH
    Patofisiologi SH
    Документ2 страницы
    Patofisiologi SH
    premawahini
    Оценок пока нет
  • Log Book PJBL 2
    Log Book PJBL 2
    Документ26 страниц
    Log Book PJBL 2
    premawahini
    Оценок пока нет
  • Laporan Kelompok PJBL 1
    Laporan Kelompok PJBL 1
    Документ5 страниц
    Laporan Kelompok PJBL 1
    premawahini
    Оценок пока нет
  • Log Book PJBL 2
    Log Book PJBL 2
    Документ26 страниц
    Log Book PJBL 2
    premawahini
    Оценок пока нет
  • LOG BOOK Hisprung
    LOG BOOK Hisprung
    Документ17 страниц
    LOG BOOK Hisprung
    premawahini
    Оценок пока нет
  • Gagal Jantung Kongestif
    Gagal Jantung Kongestif
    Документ8 страниц
    Gagal Jantung Kongestif
    amalia
    100% (1)
  • Tugas Independent 5
    Tugas Independent 5
    Документ1 страница
    Tugas Independent 5
    premawahini
    Оценок пока нет
  • Result N Aplikasi Jurnal Cardio (Home-Based Deep Breathing)
    Result N Aplikasi Jurnal Cardio (Home-Based Deep Breathing)
    Документ1 страница
    Result N Aplikasi Jurnal Cardio (Home-Based Deep Breathing)
    premawahini
    Оценок пока нет
  • Pathway Hisprung
    Pathway Hisprung
    Документ2 страницы
    Pathway Hisprung
    premawahini
    100% (1)
  • LOG BOOK Atresia Ani
    LOG BOOK Atresia Ani
    Документ15 страниц
    LOG BOOK Atresia Ani
    premawahini
    Оценок пока нет
  • Chapter II
    Chapter II
    Документ16 страниц
    Chapter II
    premawahini
    Оценок пока нет
  • Intervensi Resiko Syok
    Intervensi Resiko Syok
    Документ2 страницы
    Intervensi Resiko Syok
    nadienka
    Оценок пока нет
  • Peminat Diterima UB 2012
    Peminat Diterima UB 2012
    Документ26 страниц
    Peminat Diterima UB 2012
    premawahini
    Оценок пока нет
  • Hipogonad Dan Sindrom Adrenogenital
    Hipogonad Dan Sindrom Adrenogenital
    Документ21 страница
    Hipogonad Dan Sindrom Adrenogenital
    Elisabeth ZzMick Gt
    100% (2)
  • Makalah Hipo Dan Hiperfungsi Pankreas Fix
    Makalah Hipo Dan Hiperfungsi Pankreas Fix
    Документ16 страниц
    Makalah Hipo Dan Hiperfungsi Pankreas Fix
    Nasha Tueez
    100% (1)