Вы находитесь на странице: 1из 2

SEMUA SAMA ?

assalaamualaikum wr. wb. Konsep persamaan agama sama sekali bukan hal yang baru. Kecerobohan semacam ini sebenarnya sudah usang, sama usangnya dengan jenis-jenis kesesatan yang lain. Apakah Lia Aminuddin yang mengaku titisan Jibril atau Mirza Ghulam Ahmad yang mengaku Rasul adalah sebuah hal yang baru? Tentu tidak, sebelum mereka sudah ada Musailamah yang membuat semua orang sakit perut karena tertawa mendengar surah karangannya yang bercerita tentang kodok. Apakah homoseksualisme adalah suatu kelainan perilaku manusia yang identik dengan kehidupan modern? Tidak juga, karena kebejatan semacam ini sudah ada sejak jaman Nabi Luth as. Sejarah membuktikan bahwa semua jenis kejahatan sebenarnya hanya sedikit saja bervariasi, sedangkan intinya tetap sama. Jauh sebelum para aktifis liberalis berkoar mengenai hal ini, sudah banyak yang mendahului mereka. Ada John Hick yang berujar, Other religions are equally valid ways to the same truth., ada pula John B. Cobb Jr. yang berkomentar, Other religions speak of different but equally valid truths. Untuk melengkapi pawai kecerobohan ini, Budhy Munawar-Rachman menambahkan komentarnya, Di sini jelas teologi pluralis menolak paham eksklusivisme, sebab dalam eksklusivisme itu ada kecenderungan opresif. Saya akan jelaskan mengapa semua hal ini saya sebut sebagai pawai kecerobohan. Di suatu persimpangan antara jalan raya dengan rel kereta api, tercatat 10 korban meninggal tertabrak kereta. Menurut catatan dari rumah sakit, ditemukan fakta bahwa semua korban mengenakan pakaian berwarna merah, baik itu kemeja, celana dalam, atau kaus kaki. Paling tidak salah satu diantaranya berwarna merah. Maka muncullah seorang cendekiawan yang sudah lulus sekolah di luar negeri seraya berkata, Orang berpakaian warna merah jangan menyeberang rel kereta, karena khawatir tertabrak! Ada tiga orang lelaki yang sedang sial bertemu dengan seekor harimau di rimba belantara. Harimau itu belum makan sejak kemarin, dan manusia kelihatan sangat lezat di matanya. Orang pertama dimangsa tanpa ampun. Orang kedua juga tidak luput dari terkaman sang hewan buas. Tinggallah orang ketiga yang terpojok dan sambil terkencing-kencing ia memohon-mohon pada harimau itu agar tidak dimangsa, seolah-olah harimau itu mengerti maksud katakatanya. Ternyata, harimau itu malah duduk dan tidur seperti kucing rumahan yang jinak. Orang ketiga itu pun melarikan diri dan bercerita pada semua kerabat di kampungnya, Kalau ada harimau, memohonlah baik-baik padanya agar tidak dimangsa! Insya Allah ia akan mengerti dan batal menyerang! Padahal harimau yang ditemuinya tadi bisa tenang-tenang tidur siang lantaran perutnya sudah kenyang. Kedua kasus di atas menunjukkan kecerobohan orang-orang yang hanya paham kulitnya saja namun bersikap seolaholah sudah paham luar dalam dari sebuah permasalahan. Hanya karena kebetulan mereka yang tertabrak kereta mengenakan pakaian berwarna merah, dibuatlah kesimpulan superprematur bahwa warna merah mengundang nasib sial di rel kereta api. Harimau yang tertidur kekenyangan disangka semacam makhluk gaib yang mengerti bahasa manusia dan akan mengampuni mereka yang memohon ampun. Kesimpulan yang terburu-buru adalah sumber malapetaka bagi sikap hidup ilmiah. Mengatakan semua agama itu sama adalah sebuah perkataan yang bukan main cerobohnya. Sebabnya, orang-orang yang berkata demikian biasanya justru tidak pernah mendalami agama mana pun. Mereka berkata begitu hanya karena malas menjalankan perintah agama dan malas pula berpikir susah-susah untuk memilih agama yang benar. Bagaimana mungkin semua agama dianggap sama? Hanya karena semuanya (mengaku) menyembah Tuhan? Bagaimana dengan konsep ketuhanan yang dianutnya? Kesimpulan prematur semacam ini sama saja seperti menyamakan prajurit yang berjuang demi kehormatan negara dengan antek-antek komunis yang membantai rakyat sendiri di Uni Soviet dahulu. Semuanya sama-sama mengaku membela negara, sama-sama memegang senjata, dan sama-sama membunuh. Apakah hanya karena persamaan sekecil itu saja kita langsung bisa menarik kesimpulan bahwa keduanya benar-benar sama? Duhai, betapa piciknya! Islam memiliki konsep ketuhanannya sendiri, Katolik juga memiliki konsepnya sendiri, Protestan mengimani konsepnya sendiri, Hindu dan Budha pun demikian. Anda bebas memeluk agama mana pun, tapi hanya orang ceroboh sajalah yang berkata bahwa semua konsep ketuhanan ini sama. Konsep trinitas yang diimani oleh umat Kristiani adalah sebuah konsep yang sama sekali tidak dikenal dalam Islam dan dibantah habis-habisan dalam surah AlIkhlas. Penggunaan simbol-simbol atau perantara untuk berhubungan dengan Tuhan adalah suatu hal yang sangat dicela dalam ajaran Islam, namun tidak demikian halnya dalam beberapa agama. Sekali lagi, Anda bebas mengimani konsep mana pun yang Anda suka. Akan tetapi, kembali pada pokok persoalannya : apakah semua konsep itu memang sama? Bibel menyatakan bahwa tidak menikah adalah suatu tindakan yang dipandang lebih baik untuk dilakukan, dan sekumpulan penganut agama Hindu di India secara rutin menggelar pawai yang meliputi ritual-ritual tertentu yang melibatkan rasa sakit atau penyiksaan diri. Dalam Islam, jangankan sengaja tidak menikah atau menusuk-nusuk tubuh

dengan benda tajam, ber-shaum setiap hari (kecuali bulan Ramadhan) pun sudah dikategorikan membenci sunnah Rasulullah saw. Apakah semua agama bisa dikatakan sama? Siddharta Gautama mencapai kesempurnaannya setelah merenung sekian lama di suatu tempat yang tenang. Di sana, ia menjauh dari dunia dan seluruh hiruk-pikuknya. Begitulah konsep yang diimani oleh umat Budha. Di lain pihak, Islam melarang pemeluknya dari sikap menolak urusan dunia secara total. Apa pun alasannya, seorang Muslim harus memiliki fungsi secara sosial. Ia wajib memperhatikan keluarganya, kerabatnya, teman-temannya, tetangganya, bahkan saling bertamu pun memberi hikmah yang sangat besar. Setelah melihat perbedaan konsep seperti ini, wajarkah bila ada orang yang berkesimpulan bahwa Islam dan Budha itu sama? Ya, tentu saja, semua agama membenci pencurian, perselingkuhan, kebohongan, korupsi, atau ketidakjujuran. Sulit bagi saya membayangkan ada suatu Kitab Suci yang menyuruh manusia untuk melakukan hal-hal keji semacam itu (walaupun ada bukti-bukti nyata bahwa hal-hal itu benar-benar ada dalam kitab yang dianggap suci oleh para pemeluk agamanya, namun hal itu tidak akan saya bicarakan sekarang). Akan tetapi hal ini baru kulitnya saja, sama sekali belum mencapai inti dari ajaran agama-agama itu sendiri. Orang-orang yang mengatakan bahwa semua agama itu sama bahkan tidak pernah dikenal sebagai peneliti agamaagama. Umumnya mereka hanya rajin mengobrol (atau mereka biasa menyebutnya : berdiskusi) dalam kajian tertutup dan mengambil kesimpulan-kesimpulan prematur semacam itu. Karena semua yang berkumpul sama-sama tidak pernah meneliti agama-agama secara mendalam, maka mereka pun kompak untuk berprematur ria dalam mengambil kesimpulan. Tanpa meneliti Kitab Suci masing-masing agama secara menyeluruh, secepat kilat mereka berfatwa, Semua agama itu sama, dan semuanya sama-sama mengajarkan kebaikan. Kebaikan versi mana? Saya sudah mengemukakan perbedaan ekstrem antara Islam dan Kristiani dalam masalah sengaja tidak menikah. Yang satu menganggapnya sebagai sebuah dosa besar yang bisa mengakibatkan pelakunya terlempar dari barisan umat Muhammad saw., sedangkan yang lain justru memujinya. Islam menganggap hal itu buruk, namun umat Kristiani menganggapnya baik. Bagaimana mungkin kita harus dipaksa untuk berkata bahwa semua agama mengajarkan kebaikan? Sebenarnya mereka yang mengkampanyekan paham persamaan semua agama itulah yang selalu membawa-bawa bahaya laten perpecahan kemana pun mereka pergi. Mereka terlalu takut dengan perbedaan, karena mereka sendiri terlalu ekstrem dalam menyikapi perbedaan. Akhirnya, dengan tangan besi dan sikap keras kepala mereka memaksa semua orang untuk sepakat. Apa salahnya umat Islam meyakini kebenaran agamanya? Apa salahnya umat Kristiani meyakini kebenaran trinitas? Apa anehnya jika umat Hindu dan Budha beriman sepenuhnya pada prinsip-prinsip agamanya sendiri? Justru yang aneh itu adalah mereka yang mengaku memeluk suatu agama namun tidak menjalankannya secara konsekuen! Atau mungkin kaum liberalis memang berhasrat mendirikan agama baru? Silakan! wassalaamualaikum wr. wb.

Вам также может понравиться