Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Keratinasi ini terjadi pada bagian dari permukaan jaringan yang keras dan bertanduk untuk pembuatan keratin. Keratin adalah protein tidak larut yang terdapat di matrix organik enamel, epidermis jaringan tanduk. Jika keratinasi ini terjadi pada daerah yang tidak pernah terkeratnasi maka akan terkeratinasi sebagian.
Eritema Merupakan keadaan kemerahan pada mukosa palatum akibat pelebaran pembuluh daprah kapiler yang sifatnya reversibel. Kemerahan yang terjadi karena hiperemia terdapat darah dalam jumlah yang banyak di jaringan dan merupakan tahap awal peradangan.
Hiperplasia Adalah perkembangan berlebihan dari jaringan karena peningkatan produksi sel, pembentukan ini terjadi di dalam organ karena mitosis. Hiperplasia terjadi pada sel yang dirangsang oleh peningkatan beban kerja, sinyal hormon dan sinyal yang dihasilkan secara lokal sebagai respon terhadap penurunan kepadatan jaringan. Hiperplasia dikelompokkan menjadi dua : a. Hiperplasia fisiologik : terjadi karena sebab yang fisiologis atau normal dalam tubuh. b. Hiperplasia patologik : disebabkan oleh stimulus hormonal yang berlebihan atau efek yang berlebihan dari hormon pertumbuhan pada sel sasaran. Kemampuan sel tubuh untuk mengadakan hiperplasia berbeda-beda. a. Sel yang mudah : sel epitel kulit, sel epitel usus halus, sel hepatosit, sel fibroblas, dan sel sumsum tulang. b. Sel yang memiliki daya tapi rendah : sel tulang, sel tulang rawan, dan sel otot polos.
c. Sel yang tidak memiliki daya hiperplasia : sel saraf, sel otot jantung dan sel otot rangka.
Trauma Adalah luka atau cedera baik fisik ataupun psikis akibat tindakan fisik dengan terputusnya kontinyuitas normal suatu struktur.
Histopatologi Merupakan kerja mikroskopik dari suatu penyakit jaringan. Histopatologi ini digunakan sebagai pemeriksaan penunjang karena seringkali pada kasus penyakit tertentu yang berbeda ditemukan adanya gejala yang sama.
Cincin keratorik putih Berupa lesi putih, dimana terjadi keabnormalan mukosa putih, kasar, berbeda dengan jaringan yang ada disekitarnya. Ditandai dengan peningkatan lapisan keratin.
Squamous metaplasia Merupakan perubahan sel dari sel lain menjadi sel squamous. Misalnya sel epitel kuboid berganti menjadi sel epitel squamous pada saluran pernafasan yang biasanya dialami oleh oleh perokok.
Jejas Adalah keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebihan sehingga jaringan menjadi rusak dan menstimulasi respon imunologik terhadap antibodi.
STEP II MERUMUSKAN MASALAH 1. Bagaimana mekanisme inflamasi akibat trauma? 2. Apa saja faktor penyebab traumatik jaringan rongga mulut? 3. Apa saja kelainan jaringan rongga mulut akibat trauma? 4. Bagaimana gejala klinis tiap kelainan yang terjadi ? 5. Bagaimana cara terapi dari trauma yang terjadi?
STEP III MENGANALISIS MASALAH Secara mikroskopis mekanisme inflamasi dapat dinyatakan dengan sebagai berikut. Ini mekanisme karena adanya perubahan termis. Terjadi perubahan termis mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah, kemudian timbul rubor atau kemerahan. Terjadi vasodilatasi pembuluh darah sehingga pembuluh darah melebar. Perubahan tersebut mengakibatkan munculnya tumor atau nbengkak dan kemudian kalor atau panas sehingga menimbulkan rasa nyeri. Perubahan termis vasokonstiksi rubor vasodilatasi kalor tumor Pembuluh darah melebar
Rasa nyeri
Faktor penyebab terjadinya traumatik jaringan rongga mulut. Rokok Infeksi bakteri, vvirus dna jamur Kebiasaan menggigit Penyakit sistemik Malnutrisi vitamin Suhu Interaksi fisik : kontak gesek, panas, alat prostodonsia dan orthodonsia. Interaksi kimia : aspirin, dengan cairam kaustik, obat kumur, fenol pada perawatan kavitas gigi, etsa, bleaching dan endodontik.
Leukoplakia Terjadi karena penggunaan rokok, dapat didukung oleh faktor predisposisi misalnya infeksi jamur, virus, bakteri. Gejala klinis diawali dengan hyperkeratosis, warna putih karena penurunan mikrovaskular dari venul dan arteri. Histopaloginya terjadi penebalan epitel pada lapisan keratin. Terapinya dengan mengurangi alkohol dan rokok.
Traumatic ulser Disebabkan karena trauma mekanik (alat protesa) , kimia, termis, tergigit, karena makanan tajam. Gejala klinis terbentuk rasa nyeri, terdapat jaringan putih kekuningan, eritema. Bentuknya tergantung dari sumber trauma, tempat mukosa bukal dan labial rahang atas dan rahang bawah. Proses penyembuhan 2 minggu dengan sendirinya. Pemberian triamicolone atau antiinflamasi kortikosteroid topikal. Jika semakin paarah akan menjadi traumatic, ulseratif granuloma.
Neuromaterapic Trauma ini terjadi karena serabut saraf terpotong. Gejala klinisnya berupa nodul berukuran kurang dari 0,5 cm, jika dilakukan palpasi akan terasa sakit. Untuk mengatasinya dilakukan pemberian kortikosteroid.
Frictional keratinosis Terjadi pada wanita remaja yang mempunyai kebiasaan menggigit bibir dan mukosa pipi. Gejala klinisnya berupa bentukan kasar berwarna putih keabuan pada bagian bibir bawah sepanjang oklusi. Terapinya dengan menghentikan kebiasaan tersebut.
Idiopatic keratosis Penyebab kelainan ini belum dapat dipastikan ecara klinis. Namun berdasarkan survey, penyebabnya adalah devisiensi vitamin A.
Gejala klinisnya timbul lesi tunggal kecil yang tersebar di dasar rongga mulut.
Keratosis yang berhubungan dengan perokok Disebabkan karena penggunaan pipa sehingga menimbulkan lesi pada palate, gejala klinisnya stomatitis nikotin. Penggunaan sigaret juga dapat menyebabkan lesi pada mukosa bukal.
Ulkus kemoterapeutik Penyebabnya adalah trauma obat imunopressan. Dalam jangka waktu 2 minggu menimbulkan ulkus yang menandakan adanya keracunan obat yang mengenai mukosa palatum lidah dan bibir. Gejala klinisnya terasa sebagai sensai terbakar, sakit dalam jangka waktu yang tidak teratur. Untuk menanggulangi kelainan ini dilakukan dengan mengurangi dosis obat yang digunakan.
Sublingual keratosis Gejala klinisnya berupa lesi putih dan tunggal seperti kupu-kupu progresif.
Hairy tongue Adanya bulu di bagian dorsal lidah yang diakibatkan oleh pertumbuhan papila filiformis yang berlebihan. Terjadi hiperplasia yang tebal sehingga cocok digunakan untuk menangkap bakteri, jamus dan debris. Faktor predisposisi debris, faktor candida albicans, penggunaan obat antibiotik. Faktor predisposisi ini dapat menyebabkan rasa gatal dan muntah. Terapinya dengan menyikat lidah dengan larutan sodium bikaronat, menjaga oral hygiene dan dapat sembuh jika oral hygiene membaik.
Gejala klinisnya tampak warna yang kurang bervariasi, sehingga tamppak seperti sekitarnya. Kista ini menyebabkan saluran kelenjar saliva minor tersumbat sehingga terjadi penumpukan cairan pada kelenjar saliva minor. Kista, contoh Kista Mucocele, adanya kista retensi yang menyebabkan sumbatan.
Leukodema Kelainan ini belum ditemukan secara jelas faktor penyebabnya, namun dugaan sementara karena fungsi sistem mastikasi. Penyebabnya karena trauma dan oral hygiene yang buruk. Leukodema ditemukan pada daerah sekitar mukosa bukal dan palatum mole. Gambaran klinisnya berwarna putih seperti susu, panjang, tersebar, tipis dan terjadi pembengkakan hiperkeratosis. Kelainan ini umumnya diderita oleh pasien yang berumur tua.
Linea albae bucals Disebabkan oleh karena kebiasaan menggigit dan menghisap. Gejala klinisnya timbul lesi putih pada mukosa bukal. Terapi dan pencegahan dengan mengurangi kebiasaan buruk.
STEP IV Mapping
Jejas Traumatik
Inflamasi
Faktor Predisposisi
Diagnosa
Terapi
STEP V Menentukan tujuan belajar 1. Mampu mengetahui dan menjelaskan mekanisme inflamasi secara mikroskopik sampai dengan terjadinya regenerasi jaringan. 2. Mampu mengetahui dan menjelaskan macam-macam kelainan rongga mulut yang disebabkan karena tauma. 3. Mampu mengetahui dan menjelaskan macam-macam lesi.
STEP VII Menarik kesimpulan dari seluruh informasi yang didapatkan 1. Inflamasi Inflamasi merupakan suatu reaksi setempat dari jaringan hidup ata sel terhadap suatu rangsang atau injury (cidera atau jejas). Proses ini diawali dengan kerusakan jaringan yang menyebabkan patogen melewati pertahanan tubuh untuk menginfeksi sel-sel tubuh. Jaringan yang terinfeksi tersebut akan melepaskan histamin dan prostaglandin. Sel yang melepaskan histamin adalah mastosit yang berkembang dari basofil. Histamin yang dilepaskan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan peningkatan kecepatan aliran darah sehingga permeabilitas pembuluh darah meningkat menyebabkan neutrofil, monosit dan eusinifil berpindah dari pembuluh darah ke jaringan yang terinfeksi. Akibatnya, daerah yang terinfeksi akan berwarna kemerahan, panas, bengkak, dan terasa nyeri. Secara mikroskopis, pembulluh darah mengalami konstriksi sementara yang mungkin disebabkan oleh reflek neurogenik setempat yang bisa berkembang tetapi hanya bertahan beberapa menit dan dengan cepat diikuti oleh dilatasi arteriol. Dilatasi arteriol yang berkepanjangan menyebabkan kenaikan aliran darah setempat (hiperemia) dan dilatasi kapiler. Kenaikan permeabilitas kapiler disebabkan oleh dua faktor utama yaitu : a. Dilatasi arteriol menaikkan tekanan hidrostatik kapiler, menyebabkan aliran air lebih besar larut ke dalam cairan intestisial. b. Permeabilitas endotelial venular dan kapiler ditingkatkan, sehingga memungkinkan molekul lebih besar khususnya albumin memasuki jaringan intestisial. Akhirnya, terjadi perlambatan aliran darah kapiler dan hemokonsentrasi intravaskuler diikuti hilangnya aliran darah normal. Secara normal, sel-sel darah mengalir ditengah kapiler dengan plasma yang relatif bebas sel menyentuh endotel. Sedangkan sel yang abnnormal akan mengalami penepian leukosit yaitu ke tepi endotel. Pengumpulan sel-sel merah ke tengah akan membentuk rouleaux. Terjadi perlekatan leukosit pada sel endotel kapiler,diikuti dengan perpindahan aktif oleh gesekan amuboid ke dalam jaringan perivaskuler melalui celah-celah diantara sel endotel. Setelah berada di luar, leukosit berpindah dengan cara kemotaksis, dimana sel tersebut ditarik menuju substansi kimia yang konsentrasinya lebih tinggi. Pergerakan aktif ini menyebabkan akumulasi sejumlah leukosit. Akumulasi ini mudah dilihat dan dikenal secara mikroskopik untuk diagnosa histopatologi radang akut.
10
Fagositosis merupakan fungsi utama leukosit yaitu penelanan, pencernaan dan pembuangan benda-benda asing khususnya bakteri dan sel-sel yang rusak. Setelah terjadinya perubahan permeabilitas pembuluh darah dan akumulasi leukosit, dilanjutkan dengan proses fagositosis. Proses ini memicu sekresi fagosit dengan memicu endogen pirogen yang melepas prostagladin dan merangsang hipotalamus untuk menaikkan suhu. Hal tersebut
mengakibatkan adanya demam pada inflamasi. Pembengkakan lokal terjadi karena tekanan osmotik koloid sehingga terjadi peningkatan tekanan darah kapiler. Perbaikan jaringan dilakukan untuk mengganti sel yang hilang atau sel yang mati dengan sel yang hidup. Sel-sel baru ini dapat berasal dari parenkim atau stroma jaringan ikat terjejas. Karena kemampuan regenerasi manusia yang terbatas sehingga hanya pada beberapa jenis sel yang mampu melakukan regenerasi dan hanya pada keadaan tertentu saja. Pemulihan sel yang mati biasanya melibatkan poliferasi jaringan ikat disertai pembentukan jaringan parut. Pembentukan fibroblas dapat meningkatkan sintesis kolagen. Sintesis kolagen yang meningkat mengakibatkan adanya penimbunan kolagen meningkat dan terjadi keloid. Keloid ini tidak bisa hilang dengan sendirinya, sehingga perlu dilakukan pengambilan cairan dalam keloid tersebut. Berbeda dengan jaringan parut, jaringan ini berasal dari pembengkakan permeabilitas pembuluh darah yang kemudian terbentuk fibrin yang menutup luka dan terjadi kalsifikasi sehingga menjadi jaringan parut dan bisa hilang.
2. Kelainan rongga mulut yang disebabkan oleh trauma 1. Smokeless tobacco Etiologi - Smokeles tabacco menyebabkan perubahan mukosa rongga mulut. - Respon mukosa rongga mulut terhadap tembakau ; inflamasi dan keratosis Gambaran klinis a. lesi putih pada mucobukal fold RB regio insisivus sampai molar b. Mukosa tampak granular sampai berkerut c. Lesi kurang sakit / asymtomatis Histopatologi 11
a. Parakeratosis jaringan tingkat ringan sampai sedang b. Epithel superficial menunjukkan vacoulisasa atau edema c. Infiltrasi radang kronis ringan sampai sedang d. Dysplasia ephitel (terutama penggunaan jangka lama) e. Biasanya glandula saliva minor terinflamasi Terapi dan prognosa a. Berhenti menggunakan tobacco mengakibatkan lesi hilang dalam beberapa minggu. b. Pemakaian smokeless tobacco dalam jangka waktu yang lama menyebabkan resiko tranformasi menjadi verrucous carcinoma atau squamous cell carcinoma.
2. Hairy Tongue Hairy tongue ada 2 macam yaitu white hairy tongue dan black hairy tongue, dimana warna tersebut tergantung makanan yang dimakan. Etiologi Terjadi pemanjangan papila filiformis pada permukaan lidah. Pemanjangan ini terjadi karena terhambatnya pengelupasan lapisan tanduk.
Gambaran klinis Jika terjadi pemanjangan papila akan mengalami rasa gatal dan mual. Warna dapat putih, coklat atau hitam tergantung diet, oral hygiene dan komposisi bakteri. Histopatologi Spesimen biopsi ; adanya papila filiformis memanjang, adanya kontaminasi dengan mikroorganisme. Lamina propia ; inflamasi.
Terapi dan prognosa Menghentikan agent penyebab menyebabkan kemajuan kesembuhan dalam beberapa minggu. Menyikat lidah dengan larutan sodium bicarbonate. Pasien radioterapi menyebabkan xerostomia dan perubahan flora bakterial sehingga penatalaksanaan lebih sulit.
12
3. Leukoplakia Leukoplakia adalah bercak putih atau plak yang tidak dapat dinyatakan secara klinis maupun patologik seperti penyakit laindan tak dapat dikaitkan dengan penyebab fisik maupun kimia kecuali penggunaan tembakau. Etiologi Menyerang membran mukosa Pada lidah bagian dalam atau luar, daerah genitalia eksterna wanita.
Gejala klinis Terdapat plak putih yang tidak dapat dinyatakan secara klinis maupun patologik pada mukosa, bibir, gingiva, dasar mulut. Lesi awal berwarna putih atau abu-abu agak transparan. Bisa terjadi eritroplasia.
Histopatologi Terjadi perubahan epitel katerna transformasi displasi. Terjadi diferensiasi epitel abnormal yang diikuti pembentukan keratinasi sehingga hasil penampakan mukosa berwarna putih. Kemudian terjadi penebalan epitelium bahkan epitel dapat menjadi atrofi atau arkhantrosis. Terapi Secara medis dapat dapat dilakukan pencegahan agar tidak menjadi sel ganas. Dengan operasi, namun ini pilihan kecil dan tergantung patologis displasia tersebut.
4. Traumatic ulcer Etiologi Disebabkan adanya trauma mekanik Beberapa merupakan trauma pertemuan gigi (tampak lekukan gigi) pada bibir bawah, lidah, mukosa bukal. Traumatic ulcer karena iatrogenik o Cotton rool 13
o o Kimia o o o o Panas
Asam atau alkalin menyebabkan iritasi lokal Aspirin burn Perawatan kavitas gigi Bahan etsa gigi
Material impression (wax, hydrocolloid, dental compound) Terapi radiasi pada kepala dan leher.
Gambaran klinis Ulser reaktif akut o o Membran mukosa mulut kemerahan, sakit, dan bengkak. Ulser ditutupi eksudat fibrin berwarna kekuningan sampai putih dan dikelilingi halo eritematus. Ulser reaktif kronis o o Sedikit dan tidak sakit Ulser ditutupi membran berwarna kekuningan dan dikelilingi peninggalan margin (hiperkeratosis) Histopatologi Ulser reaktif akut o Terjadi penipisan jaringan epitel dan diganti dengan jaringan fibril yang mengandung banyak neutrofil. o o Kapiler meningkat, dan terjadi granulasi pada jaringan. Regenerasi dimulai dari margin ulser dengan poliferasi sel, dasar jaringan granulasi dan fibrin. Ulser reaktif kronis o o o o o Epitel permukaan menipis Terdapat fibril Makrofag eusinofil lebih besar daripada ulser kronis Infiltrasi sel radang lebih banyak daripada ulser akut Regenerasi epitel tidak terjadi sehingga trauma berlangsung terus-menerus.
14
Terapi Observasi Jika sakit diberikan terapi menggunakan anestetikum topikal Kortikosteroid topikal
5. Stomatitis nikotina Etiologi Merupakan bentuk keratosis yang dihubungkan dengan tembakau Pada perokok karena menggunakan pipa dan sigaret
Gambaran klinis Eritema pada mukosa palatum diikuti keratinasi, bintik merah dikelilingi oleh cincin keratorik putih Bintik merah menunjukkan adanya inflamasi duktus ekskresi glandula saliva
Histopatologi Hyperplasia epitel dan keratinasi Glandula saliva minor mengalami inflamasi Duktus ekskresi mengalami squamous metaplasia
Terapi dan prognosa Kondisi ini jarang menjadi malignant kecuali perokok reverse smoke Resiko terjadi carcinoma di palatum, tetapi pada tempat lain rongga mulut, oropharing, respiratory tract bagian atas untuk displasia epitel dan neuplasia meningkat. 6. Leukoderma Merupakan keadaan berbatas tidak jelas dan istilah ini menunjukkan gambar dari mukosa mulut yang berwarna putih keabuan dan tampak sangat kering, mukosa iini biasanya memiliki sedikit keriput dan bila ditegangkan lesi cenderung hilang atau teretikulasi.
15
Leukoderma merupakan penebalan mukosa yang bilateral, difuse translucent, yang terjadi pada mukosa bukal hingga labial berwarna putih susu. Epitel tampak lebih tebal, terjadi retepeg tebal.
Leukoplakia istilah lama untuk menunjukkan adanya bercak putih atau plak. Saat ini diganti dengan nama yang lebih jelas. Pada keadaan ini, retepeg seperti tetesan air mata. Secara umum, leukoplakia bukanlah sebagai suatu kelainan.
Cheilitis atau biasa disebut bibir pecah-pecah disebabkan karena bernafas aktivitas bernafas melalui mulut, hipersensitivitas, alergi terhadap sesuatu. Bentuk lesinya yaitu seperti sisik atau desquamasi dan pecah-pecah atau disebut fisssura. Pada orang yang sudah lanjut usia kebiasaan mengunyah sirih pinang merupakan hal yang lazim pada kalangannya. Sirih pinang disini berbeda dengan tembakau yang sebenarnya. Efek yang ditimbulkan pada pengunyahan sirih pinang yaitu dapat mencegah terjadinya karies pada gigi, namun bagi jaringan periodontal dapat merusak sehingga gigi mudah tanggal dengan sendirinya tanpa rasa sakit.
3. Macam macam lesi Secara klinis lesi dibagi menjadi dua macam yaitu lesi primer dan lesi sekunder. Lesi primer o Makula Adalah suatu daerah berbatas jelas dari epidermis atau mukosa yang berbeda warna dari sekelilingnya. Makula dapat tampak sebagai bercak atau titik yang berwarna biru, coklat, atau hitam. Warna merah kecoklatan dikarenakan adanya perubahan vaskuler seperti hyperemia dan bila ditekan warnanya menjadi merah. Warna merah kebiruan dikarenakan tekanan darah dibawah kulit mengalami gangguan. Contoh : purpura Warna biru kecoklatan dikarenakan pigmen melanin yang mengalami hyperpigmentasi. o Papula
16
Adalah suatu lesi padat, menimbul, superfisial yang diameternya lebih kecil dari 1 cm. Papula dapat terjadi pada warna apapun dan dapat melekat dengan suatu tangkai atau dasar yang kuat. Papula dapat mengalami erosi dan deskuamasi dan juga dapat terjadi leukoplakia yang menyebabkan panas dan nyeri. o Plak Adalah suatu daerah yang menimbul, padat, rata dan diameternya lebih besar dari 1 cm. Meskipun terutama superfisial, plak dapat meluas lebih dalam ke dermis daripada papula. Tepi-tepinya dapat landai dan kadangkadang permukaan keratinnya berpoloferasi. Plak ini dapat enjadi leukoplakia dan karsinoma. o Nodula Adalah suatu massa jaringan padat yang tebal. Seperti papula, lesi-lesi ini diameternya kurang dari 1 cm, tetapi nodula meluas lebih ke dalam dermisnya. Palpasi dilakukan untuk mendeteksi suatu nodula. Epidermis yang menutupi biasanya tidak cekat dan dapat dengan mudah digerakkan dari lesinya. o Vesikula Adalah suatu benjolan berisi cairan, berbatas jelas dalam epidermis yang kurang dari 1 cm diameternya. Cairan vesikel umumnya terdiri atas limfe atau serum, tetapi juga dapat berisi darah. Dinding epitel dari vesikel adalah tipis dan akhirnya akan pecah karena terjadi suatu ulkus. Vesikel umum dalam infeksi-infeksi virus seperti herpes simpleks, herpes zoster, cacar air dan cacar. o Pustula Adalah suatu benjolan berbatas jelas yang berisi eksudat purulen akibat dari infeksi. Pustula diameternya kurang dari 1 cm dan dapat didahului oleh vesikel atau papula. Tampak berwarna putih krem atau kekuningan dan seringkali berhubungan dengan suatu pori-pori epidermal. Secara intraoral, pustula tampak sebagai abses yang hampir memecah. o Bula Merupakan suatu vesikel yang mencapai diameter lebih besar dari 1 cm. Kondisi ini terjadi dari pengumpulan cairan dalam pertemuan epidermisdermis atau celah pada epidermis.
17
Keratosis Merupakan penebalan yang tidak normal pada lapisan epitel terluar. Misalnya linea alba bukalis dan leukoplakia.
Wheals Adalah suatu papula atau plak edematosa yang berasal dari ekstrvasasi akut dari serum ke dalam dermis yang lebih atas. Umumnya wheals berwarna merah pucat, gatal dan tidak lama. Wheals sering terjadi pada orang-orang yang alergi. Wheals dapat timbul karena gigitan serangga, alergi terhadap makanan, atau iritasi mekanis.
Tumor Merupakan pembengkakan karena neuroplasma atau radang akibat pembelahan sel progresif. Tumor dapat berwarna apapun dan tidak mempunyai kegunaan fisiologis. Lesi timbul secara tidak beraturan.
Lesi sekunder o Cicatriks Terjadi akibat penyembuhan luka yang kurang sempurna. o Kista Adalah suatu massa yang berdinding epitel dan seringkali berisi cairan, dalam jaringan dermis atau subkutan. Diameternya berkisar dari beberapa mm sampai cm. Kista-kista yang berwarna berisi cairan bening secara klinik tampak merah muda sampai biru, sedangkan yang berisi keratin seringkali tampak kuning atau putih krem. o Pseudomembran Merupakan lapisan membran jaringan nekrotik yang melapisi suatu lesi. o Fissure Adalah suatu celah garis normal atau abnormal dalam epidermis yang secara khas terjadi pada bibir dan jaringan-jaringan perioral. Jika organisme patogen menginfeksi suatu fisur maka akan mengakibatkan sakit, ulserasi dan peradangan. o Ulser Adalah suatu luka terbuka dari kulit atau jaringan mukosa yang memperlihatkan disintegrasi dan nekrosis jaringan yang sedikit demi sedikit.
18
Ulser meluas melewati lapisan basal dari epitel dan ke dalam dermisnya, karenanya pembentukan jaringan parut dapat mengikuti penyembuhannya.
19
Erosi Adalah suatu istilah klinis yang menjelaskan suatu lesi jaringan lunak dimana epitel di atas lapisan sel basal hilang. Erosi itu basah, sedikit cekung, seringkali akibat dari vesikel yang pecah atau trauma. Penyembuhannya jarang mengakibatkan penyembuhan jaringan parut.
20
LESI PRIMER
21
LESI SEKUNDER
Kandidiasi pseudomembran akut pada pasien yang memakai obat isap steroid.
22
DENTIFRICE ASSOCIATED SLOUGH Merupakan suatu penyakit yang dihubungkan dengan penggunaan pasta gigi hal ini disebabkan karena chemical burn superficial atau reaksi dari komponen yang terkandung dalam pasta gigi yaitu deterjen. Gambaran klinis dari kelainan ini yaitu adanya plak putih superfisialis pada mukosa bukal. Untuk penyembuhannya dengan cara mengganti pasta gigi. Pada pasta gigi mengandung deterjen yang mnengandung bahan Sodium Lauril Sulfat (SLS). Deterjen yang mengandung SLS ini juga digunakan juga dalam sabun pencuci mobil, shampoo, pembersih lantai dan juga sabun mandi. Fungsi SLS sebenarnya adalah untuk menurunkan tegangan permukaan larutan sehingga dapat melarutkan minyak serta membentuk mikro emulsi menyebabkan busa terbentuk. Hampir 99% jenis pasta gigi yang menggunakan SLS sebagai salah satu bahan kandungan untuk membentuk busa.
SLS yang digunakan melebihi batas yang dianjurkan dapat menyebabkan terjadinya iritasi epidermis dan denaturasi rantai polipeptida suatu molekul protein sehingga merubah struktur protein. Apabila SLS dipakai dalam rongga mulut, struktur rantai protein saliva berubah sehingga kelarutan saliva berkurang. Taste buds yang terdapat pada lidah akan turut terpapar karena taste buds mengandung protein-protein transmembran yang mengenali ionion yang memberi reaksi terhadap sensasi rasa.2 Protein-protein transmembran akan turut terganggu akibat perubahan struktur protein oleh SLS sehingga tastan tidak dapat mencapai reseptor pada mikrovili di lidah menyebabkan terjadinya perubahan sensitivitas rasa.
Penggunaan SLS yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi pada rongga mulut, ulserasi yang parah,penurunan kelarutan saliva serta perubahan sensitivitas rasa. Batas pemakaian SLS yang dibenarkan dalam pasta gigi adalah 1-2%, karena pemakaian yang melebihi dari batas tersebut dapat menyebabkan terjadinya efek-efek tersebut sedangkan pemakaian rata-rata SLS dalam pasta gigi di pasaran adalah sebanyak 1,5-5%.
Pengecap rasa pada lidah adalah taste buds. Taste buds mengandung pori-pori atau dikenal sebagai taste pore yang mengandung mikrovili yang membawa sel gustatori yang akan distimuli oleh berbagai cairan kimiawi. Mikrovili merupakan reseptor permukaan bagi rasa. Serabut nervus sensorik dari taste buds pada bagian anterior lidah menghantarkan impuls ke batang otak melalui chorda tympani (cabang dari nervus facialis). Bagian posterior lidah
23
menghantar impuls ke batang otak melalui nervus glossopharyng sedangkan taste buds pada pharynx dan epiglottis diinervasi oleh nervus vagus untuk menginterpretasikan rasa.
Gangguan pengecapan dapat terjadi apabila terdapat sesuatu bahan yang dapat merubah sensitivitas rasa sehingga lidah tidak dapat mendeteksi rasa dengan benar. SLS merupakan salah satu bahan di dalam pasta gigi yang dapat merubah sensitivitas rasa pada lidah.
Teori mengatakan SLS dapat mengurangi rasa manis sukrosa dan pada waktu yang sama akan memperkuat rasa pahit dari asam sitrat sekitar sepuluh kali. Penurunan sensitivitas rasa manis terjadi akibat denaturasi rantai polipeptida pada protein transmembran pada taste buds dan penurunan tegangan permukaan saliva sehingga kelarutan saliva berkurang dan mengganggu sensitivitas rasa manis pada lidah. Denaturasi dapat dipengaruhi oleh faktor panas, pH, bahan kimia dan mekanis. Ikatanikatan yang dipengaruhi oleh denaturasi protein antara lain ikatan hidrogen, ikatan hidrofobik, ikatan ionik antara ion positif dan ion negatif, serta ikatan intramolekuler.
Pada permukaan lidah juga terdapat lapisan lemak yang dikenal sebagai lapisan fosfolipid. Lapisan ini berfungsi untuk menghambat rasa pahit pada lidah dan mengontrol ion atau molekul yanmasuk ke dalam sel. Penggunaan SLS menyebabkan lapisan fosfolipid terlarut sehingga permeabilitas sel berubah. Perubahan ini mengakibatkan lidah lebih sensitif terhadap rasa pahit dan mengurangi rasa manis.
Penurunan sensitivitas rasa manis akibat penggunaan deterjen SLS ini termasuk dalam gangguan pengecapan sementara yang dapat terjadi setiap hari setelah menyikat gigi. Gangguan bersifat sementara ini karena terjadinya renaturasi protein dengan menghilangkan penyebab denaturasinya. Penggunaan SLS dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan gangguan pengecapan yang permanen dan menimbulkan efek-efek samping yang berbahaya seperti menyebabkan iritasi epidermis pada rongga mulut, kekeringan dan pengelupasan kulit, ulserasi.
24
HIPERSALIVA Suatu keadaan terjadinya sekresi saliva yang berlebihan, dapat terjadi karena: 1. Psikhis, reaksi emosional yang secara fisiologis mempengaruhi aliran saliva spt: Melihat atau mencium makanan Rasa takut Refleks Rasa sakit yang berlebihan
2.
Lokal Pemakaian gigi tiruan tahap awal Rasa sakit akibat protesa or alat ortodonsi Luka dalam mulut karena fraktur rahang
3.
25
KESIMPULAN Inflamasi merupakan suatu reaksi setempat dari jaringan hidup atau sel terhadap suatu rangsang atau injury (cidera atau jejas). Reaksi ini merupakan salah satu cara pertahanan tubuh. Rongga mulut merupakan jalan masuknya berbagai macam benda asing ke dalam tubuh. Jaringan lunak pada rongga mulut dapat mengalami berbagai macam kelainan, salah satunya dikarenakan oleh trauma. Contoh dari kelainan tersebut adalah Leukoplakia, Stomatitis nikotin, Smockless tobacco, Traumatic ulcer, Hairy tongue dan lain sebagainya. Kelainan-kelainan ini diakibatkan karena kebiasaan menggigit, penggunaan rokok, penggunaan antibiotik yang berlebihan. Kelainan tersebut dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu dengan menghentikan faktor yang menyebabkan kelainan tersebut, misalnya dengan mengurangi penggunaan antibiotik, menghilangkan kebiasaan menggigit dan sebagainya. Lesi merupakan kelainan pada jaringan rongga mulut. Lesi ini dibagi menjadi 2 macam yaitu lesi primer dan lesi sekunder. Lesi primer adalah lesi yang pertama kali timbul sedangkan lesi sekunder adalah lesi yang timbul setelah lesi primer. Dentrifrice associated slough merupakan suatu penyakit yang dihubungkan dengan penggunaan pasta gigi hal ini disebabkan karena chemical burn superficial atau reaksi dari komponen yang terkandung dalam pasta gigi yaitu deterjen.
26
DAFTAR PUSTAKA Sudiono, Janti.2003.Ilmu Patologi. Jakarta: EGC Langlais, Robert P. 1998. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang Lazim. Jakarta : Hipokrates Pindborg. J.J. 2009. Atlas Penyakit Mukosa Mulut. Jakarta : Binarupa Aksara Lawler, William. 1992. Buku Pintar Patologi untuk Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC Gayford, JJ. 1990. Penyakit Mulut. Jakarta : EGC
27