Вы находитесь на странице: 1из 6

Ijma Para ulama daria zaman dulu sampai sekarang telah menyepakati akad wadiah ini karena manusia

memerlukannya dalam kehidupan muamalah. Rukun Wadiah :

Muwaddi ( Orang yang menitipkan). Wadii ( Orang yang dititipi barang). Wadiah ( Barang yang dititipkan). Shighot ( Ijab dan qobul). Yang dimaksud dengan syarat rukun di sini adalah persyaratan yang harus dipenuhi oleh rukun wadiah. Dalam hal ini persyaratan itu mengikat kepada Muwaddi, wadii dan wadiah. Muwaddi dan wadii mempunyai persyaratan yang sama yaitu harus balig, berakal dan dewasa. Sementara wadiah disyaratkan harus berupa suatu harta yang berada dalam kekuasaan/ tangannya secara nyata. Karena wadiah termasuk akad yang tidak lazim, maka kedua belah pihak dapat membatalkan perjanjian akad ini kapan saja. Karena dalam wadiah terdapat unsur permintaan tolong, maka memberikan pertolongan itu adalah hak dari wadi. Kalau ia tidak mau, maka tidak ada keharusan untuk menjaga titipan. Namun kalau wadii mengharuskan pembayaran, semacam biaya administrasi misalnya, maka akad wadiah ini berubah menjadi akad sewa (ijaroh) dan mengandung unsur kelaziman. Artinya wadii harus menjaga dan bertanggung jawab terhadap barang yang dititipkan. Pada saat itu wadii tidak dapat membatalkan akad ini secara sepihak karena dia sudah dibayar.

s r u u d ,n gn y n g bes

- q r y crep e u

n g bes

ep d bu

hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya, dan bert q seb g u nny - s

ud, ur ud d n Serahkanlah amanah orang yang mempercayai engkau, dan jangan kamu mengkhianati orang y ng eng n t uJ d, d erup n n b g or ng y ng ener titipan, dan ia wajib mengembalikannya pada waktu pemilik meminta kembali. Orang yang menerima barang titipan tidak berkewajiban menjamin, kecuali bila ia tidak melakukan erj seb g n est ny ruqut n

Jual Beli, Khiyar, dan Mudharabah dalam Pandangan Islam


Jual Beli
Arti Definisi / Pengertian Jual Beli Jual beli adalah suatu kegiatan tukar menukar barang dengan barang lain dengan tata cara tertentu. Termasuk dalam hal ini adalah jasa dan juga penggunaan alat tukar seperti uang. Rukun Jual Beli 1. Ada penjual dan pembeli yang keduanya harus berakal sehat, atas kemauan sendiri, dewasa/baligh dan tidak mubadzir alias tidak sedang boros. 2. Ada barang atau jasa yang diperjualbelikan dan barang penukar seperti uang, dinar emas, dirham perak, barang atau jasa. Untuk barang yang tidak terlihat karena mungkin di tempat lain namanya salam. 3. Ada ijab qabul yaitu adalah ucapan transaksi antara yang menjual dan yang membeli (penjual dan pembeli). Hal-Hal Terlarang / Larangan Dalam Jual Beli 1. Membeli barang di atas harga pasaran 2. Membeli barang yang sudah dibeli atau dipesan orang lain. 3. Memjual atau membeli barang dengan cara mengecoh/menipu (bohong).

4. Menimbun barang yang dijual agar harga naik karena dibutuhkan masyarakat. 5. Menghambat orang lain mengetahui harga pasar agar membeli barangnya. 6. Menyakiti penjual atau pembeli untuk melakukan transaksi. 7. Menyembunyikan cacat barang kepada pembeli. 8. Menjual barang dengan cara kredit dengan imbalan bunga yang ditetapkan. 9. Menjual atau membeli barang haram. 10. Jual beli tujuan buruk seperti untuk merusak ketentraman umum, menyempitkan gerakan pasar, mencelakai para pesaing, dan lain-lain. Hukum-Hukum Jual Beli 1. Haram Jual beli haram hukumnya jika tidak memenuhi syarat/rukun jual beli atau melakukan larangan jual beli. 2. Mubah Jual beli secara umum hukumnya adalah mubah. 3. Wajib Jual beli menjadi wajib hukumnya tergantung situasi dan kondisi, yaitu seperti menjual harta anak yatim dalam keadaaan terpaksa. Akad Jual Beli Bentuk perkataan terdiri dari Ijab yaitu kata yang keluar dari penjual seperti ucapan saya jual dan Qobul yaitu ucapan yang keluar dari pembeli dengan ucapan saya beli Bentuk perbuatan yaitu muaathoh (saling memberi) yang terdiri dari perbuatan mengambil dan memberi seperti penjual memberikan barang dagangan kepadanya (pembeli) dan (pembeli) memberikan harga yang wajar (telah ditentukan).

Khiyar
Arti definisi/pengertian Khiyar adalah kesempatan baik penjual maupun pembeli untuk memilih melanjutkan atau menghentikan jual beli. Jenis atau macam-macam khiyar yaitu : 1. Khiyar majlis adalah pilihan menghantikan atau melanjutkan jual beli ketika penjual maupun pembeli masih di tempat yang sama. 2. Khiyar syarat adalah syarat tertentu untuk melanjutkan jual beli seperti pembeli mensyaratkan garansi. 3. Khiyar aibi adalah pembeli boleh membatalkan transaksi yang telah disepakati jika terdapat cacat pada barang yang dibeli. Syarat Sah Jual Beli Sahnya suatu jual beli bila ada dua unsur pokok yaitu bagi yang beraqad dan (barang) yang diaqadi, apabila salah satu dari syarat tersebut hilang atau gugur maka tidak sah jual belinya. Adapun syarat tersebut adalah sbb : Bagi yang beraqad 1. Adanya saling ridha keduanya (penjual dan pembeli), tidak sah bagi suatu jual beli apabila salah satu dari keduanya ada unsur terpaksa tanpa haq (sesuatu yang diperbolehkan) berdasarkan firman Allah Taala kecuali jika jual beli yang saling ridha diantara kalian , dan Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda hanya saja jual beli itu terjadi dengan asas keridhan (HR. Ibnu Hiban, Ibnu Majah, dan selain keduanya), adapun apabila keterpaksaan itu adalah perkara yang haq (dibanarkan syariah), maka sah jual belinya. Sebagaimana seandainya seorang hakim memaksa seseorang untuk menjual barangnya guna membayar hutangnya, maka meskipun itu terpaksa maka sah jual belinya. 2. Yang beraqad adalah orang yang diperkenankan (secara syariat) untuk melakukan transaksi, yaitu orang yang merdeka, mukallaf dan orang yang sehat akalnya, maka tidak sah jual beli dari anak kecil, bodoh, gila, hamba sahaya dengan tanpa izin tuannya. (catatan : jual beli yang tidak boleh anak kecil melakukannya transaksi adalah jual beli yang biasa dilakukan oleh orang dewasa seperti jual beli rumah, kendaraan dsb, bukan jual beli yang sifatnya sepele seperti jual beli jajanan anak kecil, ini berdasarkan pendapat sebagian dari para ulama pent)

3. Yang beraqad memiliki penuh atas barang yang diaqadkan atau menempati posisi sebagai orang yang memiliki (mewakili), berdasarkan sabda Nabi kepada Hakim bin Hazam Janganlah kau jual apa yang bukan milikmu (diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Tirmidzi dan dishahihkan olehnya). Artinya jangan engkau menjual seseuatu yang tidak ada dalam kepemilikanmu.

Mudharabah
Pengertian Al Mudharabah Syarikat Mudhaarabah memiliki dua istilah yaitu Al Mudharabah dan Al Qiradh sesuai dengan penggunaannya di kalangan kaum muslimin. Penduduk Irak menggunakan istilah Al Mudharabah untuk mengungkapkan transaksi syarikat ini. Disebut sebagai mudharabah karena diambil dari kata dharb di muka bumi yang artinya melakukan perjalanan yang umumnya untuk berniaga dan berperang, Allah berfirman: Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Quran. (Qs. Al Muzammil: 20) Secara bahasa mudharabah berasal dari akar kata dharaba yadhribu dharban yang bermakna memukul. Dengan penambahan alif pada dho, maka kata ini memiliki konotasi saling memukul yang berarti mengandung subjek lebih dari satu orang. Para fukoha memandang mudharabah dari akar kata ini dengan merujuk kepada pemakaiannya dalam al-Quran yang selalu disambung dengan kata depan fi kemudian dihubungkan dengan al-ardh yang memiliki pengertian berjalan di muka bumi. Dalam istilah fikih muamalah, mudharabah adalah suatu bentuk perniagaan di mana si pemilik modal menyetorkan modalnya kepada pengusaha/pengelola, untuk diniagakan dengan keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak sedangkan kerugian, jika ada, akan ditanggung oleh si pemilik modal. Para ulama sepakat bahwa landasan syariah mudharabah dapat ditemukan dalam al-Quran, as-Sunnah, Ijma dan qiyas. Dan orang-orang yang lain berjalan di muka bumi mencari keutamaan Allah (Q.S. Al-Muzammil : 20) Ayat ini menjelaskan bahwa mudharabah ( berjalan di muka bumi) dengan tujuan mendapatkan keutamaan dari Allah (rizki). Dalam ayat yang lain Allah berfirman : Dipandang secara umum, kandungan ayat di atas mencakup usaha mudharabah karena mudharabahdilaksanakan dengan berjalan-jalan di muka bumi dan ia merupakan salah satu bentuk mencari keutamaan Allah. menurut Jumhur Ulama rukun mudharabah ada tiga macam yaitu

Adanya pemilik modal dan mudhorib, Adanya modal, kerja dan keuntungan, Adanya shighot yaitu Ijab dan Qobul. Secara umum mudharabah dapat dibagi menjadi dua macam yaitu

1.

Mudharabah muthlaqoh Dimana pemilik modal (shahibul maal) memberikan keleluasaan penuh kepada pengelola (mudharib) untuk mempergunakan dana tersebut dalam usaha yang dianggapnya baik dan menguntungkan. Namun pengelola tetap bertanggung jawab untuk melakukan pengelolaan sesuai dengan praktek kebiasaan usaha normal yang sehat (uruf)

2. Mudharabah muqoyyadah. Dimana pemilik dana menentukan syarat dan pembatasan kepada pengelola dalam penggunaan dana tersebut dengan jangka waktu, tempat, jenis usaha dan sebagai

Rukun Al Mudharabah Al Mudharabah seperti usaha pengelolaan usaha lainnya memiliki tiga rukun: 1. Adanya dua atau lebih pelaku yaitu investor (pemilik modal) dan pengelola (mudharib). 2. Objek transaksi kerja sama yaitu modal, usaha dan keuntungan. 3. Pelafalan perjanjian. Sedangkan imam Al Syarbini dalam Syarh Al Minhaaj menjelasakan bahwa rukunMudharabah ada lima, yaitu Modal, jenis usaha, keuntungan, pelafalan transaksi dan dua pelaku transaksi.17 Ini semua ditinjau dari perinciannya dan semuanya tetap kembali kepada tiga rukun di atas.

QIRAD atau SYIKAH MUDARABAH Qirad merupakan salah satu jenis muamalah yang juga sering terjadi dalam masyarakat. Berikut akan di bahas beberapa masalah,yang meliputi pengertian qirad,hukum qirad,qirad sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat miskin,rukun dan syarat qirad, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam qirod, dan macam-macam qirod Hukum Qirad Hukum qirad adalah Mubah. Rasulullah sendiri pernah mengadakan qirad dengan siti Khadijah ( sebelum menjadi istri beliau ) sewaktu berniaga ke negri Syam. Dalam kenyataan hidup, aa beberapa orang yang memiliki modal, tetapi tidak mampu atau tidak sempat mengembangkannya. Sementara itu, ada yang memiliki kesempatan dan kemampuan berusaha,tetapi tidak memiliki modal. Islam memberi kesempatan kepada keduanya untuk mengadakan kerja sama dalam bentuk qirad. Rukun dan Syarat Qirad Qirad bisa berlangsung apabila terpenuhi Rukun dan Syarat. 1. Rukun a. Pemilik dan penerima modal b. Modal c. Pekerjaan d. Keuntungan 2. Syarat

Khiyar secara etimologis berarti memilih, menyisihkan, dan menyaring. Secara umum artinya adalah menentukan yang terbaik dari dua hal (atau hal) untuk dijadikan orientasi. Secara terminologis dalam ilmu fikih, khiyar berarti hak yang dimiliki orang yang melakukan perjanjian usaha untuk memilih anatara dua ha yang disukainya, meneruskan perjanjian tersebut ataumembatalkannya. Menurut Sayyid Sabiq khiyar adalah mencari kebaikan dari dua perkara, antara menerima atau membatalkan sebuah akad.

Macam-Macam Khiyar
Jumlah khiyar kup banyak dan diantara para ulama telah terjadi perbedaan pendapat. Menurut ulama Hanafiah khiyar ada 17 macam. Ulama Malikiyah membagi khiyar menjadi dua bagian, yaitu khiyar altaamul (melihat, meneliti )yakni khiyar secara mutlak dan khiyar naqish (kurang), yakni apabila terdapat kekurangan atau aib pada barang yang dijual. Ulama Malikiyah berpendapat bahwa khiyar majlis itu batal. Ulama Syafiiyah berpendapat bahwa khiyar terbagi dua, khiyar at-tasyahi adalah khiyar yang menyebabkan pembeli memperlama transaksi sesuai dengan seleranya terhadap barang, baik dalam majlis maupun syarat. Kedua khiyar naqishah yang disebabkan adanya perbedaan dalam lafazh atau adanya kesalahan dalam perbuatanatau adanya penggantian. Adapun khiyar yang berdasarkan syara menurut ulama syafiiyah ada 16 dan menurut ulama Hanabilah jumlah khiyar ada 8 macam. Diantara khiyar yang paling masyhur adalah :

Khiyar secara Etimologi berarti : memilih,hak untuk memilih.Sedangkan khiyar secara etimologi adalah :

suatu keadaan yang menyebabkan aqid (orang yang bertransaksi) memiliki hak untuk memutuskan akadnya,yakni meneruskan atau membatalkannya.(Syafei2000:102) B.Macam-macam Khiyar Terdapat beberapa pendapat ulama mengenai macam-macam kkhiyar itu sendiri sesuai dengan perspektif masing-masing dalam mengklasifikasikan jenis-jenis khiyar,di antara pendapt tersebut sebagi berikut : Ulama Malikiyah[1] : 1.khiyar al-taammul(melihat,meneliti) :Khiyar mutlak 2.Khiyar naqish (kurang) :apabila terjadi kekuranggan atau aib pada barang yang di jual Ulama syafiiyah [2]: 1.Khiyar at-tasyahi : khiyar yang menyebabkan pembeli memperlama transaksi sesuai seleranya terhapad barang,baik dalam majlis maupun syarat. 2.Khiyar naqisah : khiyar yang disebabkan adanya perbedaan dalam lafadz atau adanya kesalahan dalam perbuatan atau adanya pengantian. Adapun khiyar yag didasarkan kepada hukum syara menurut ulama syafiiyah ada 16( enam belas) dan menurut ulama hanafiyah ada 8(delapan),namun yang dibahas disini adalah khiyar yang yang paling masyhur (yang paling dikenal ),di antaranya sebagai berikut :

. Secara harfiah, qardh[1] berarti bagian, bagian harta yang diberikan kepada orang

lain, atau dalam kamus al-Mufid lafadz memiliki makna pinjaman atau hutang.
Secara istilah, qardh merupakan akad peminjaman harta kepada orang lain dengan dengan adanya kembalian semisal.[2]

[3]

Dalam literatur fiqh Salaf ash Shalih, qardh dikategorikan dalam aqd tathawwui atau akad saling bantu-membnatu dan bukan transaksi komersial. [4] Menurut ahli fikih/ulama: hutang /pinjaman adalah transaksi antara dua pihak, yang satu menyerahkan uangnya kepada yang lain secara sukarela untuk dikembalikan lagi kepadanya oleh pihak kedua dengan hal yang serupa. Atau seseorang menyerahkan uangnya kepada pihak yang lain untuk dimanfaatkan dan kemudian orang ini mengembalikan penggantinya.[5] Dalam definisi tersebut terdapat kalimat untuk mengembalikan dengan hal yang serupa dan kedua menyatakan mengembalikan penggantinya, sedangkan sudah dimaklumi bahwa uang atau harta itu serupa. Dan biasannya hutang itu berupa uang atau barangbarang yang serupa.

Salam dalam Islam (Assalamualaikum / / assalmu `alaykum) adalah sebuah sapaan yang didalamnya terdapat doa keselamatan, Assalamualaikum ini artinya adalah semoga kamu terselamatkan dari segala duka, kesulitan dan nestapa. Ibnu Al-Arabi di dalam kitabnya Al-Ahkamul Quran mengatakan bahwa Salam adalah salah satu ciri-ciri Allah SWT dan berarti Semoga Allah menjadi Pelindungmu, dengan dasar ini mari kita sejenak mengupas tata cara salam dalam Islam yang baik dan benar, karena tidak sedikit saya secara pribadi banyak sekali menemukan kesalahan-kesalahan dalam penyampaian salam, dan tidak menutup kemungkinan juga kita secara tidak disadari pernah menyampaikan salam yang salah, jadi mari kita evaluasi bersama-sama mengenai salam ini.

Ar-Rahn (gadai) secara bahasa artinya adalah ats-tsubt wa ad-dawm (tetap dan langgeng)(1); dan bisa juga berarti al-ihtibas (2) wa al-luzum (3) (tertahan dan keharusan). Sedangkan secara syari, ar-rahn (gadai) adalah harta yang dijadikan jaminan utang (pinjaman) agar bisa dibayar dengan harganya oleh pihak yang wajib membayarnya, jika dia gagal (berhalangan) melunasinya.(4) Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan, Gadai ialah harta benda yang dijadikan sebagai jaminan (agunan) utang agar dapat dilunasi (semuanya), atau sebagiannya dengan harganya atau dengan sebagian dari nilai barang gadainya itu.(5) Landasan Disyariatkannya Gadai: Gadai diperbolehkan dalam agama Islam baik dalam keadaan safar maupun mukim. Hal ini berdasarkan dalil Al-Quran, Al-Hadits dan Ijma (konsensus) para ulama. Di antaranya: a. Al-Quran: :Firman Allah Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). (QS. AlBaqarah: 283) menyebutkan barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Dalam dunia finansial, barang tanggungan biasa dikenal sebagai jaminan atau obyek pegadaian.Di dalam ayat tersebut, secara eksplisit Allah b. Al-Hadits: Aisyah Radhiyallahu Anha berkata: Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam pernah membeli makanan dari orang Yahudi dengan tempo (kredit) dan beliau menggadaikan kepadanya baju besi. (HR Bukhari II/729 (no.1962) dalam kitab Al-Buyu, dan Muslim III/1226 (no. 1603) dalam kitab Al-Musaqat). : Anas Radhiyallahu Anhu berkata: Sesungguhnya Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam pernah menggadaikan baju besinya di Madinah kepada orang Yahudi, sementara Beliau mengambil gandum dari orang tersebut untuk memenuhi kebutuhan keluarga Beliau. (HR. Bukhari II/729 (no. 1963) dalam kitab Al-Buyu). c. Ijma (konsensus) para ulama: Para ulama telah bersepakat akan diperbolehkannya gadai (ar-rahn), meskipun sebagian mereka bersilang pendapat bila gadai itu dilakukan dalam keadaan mukim.(6) Akan tetapi, pendapat yang lebih rajih (kuat) ialah bolehnya melakukan gadai dalam dua keadaan tersebut. Sebab riwayat Aisyah dan Anas radhiyallahu anhuma di atas jelas menunjukkan bahwa Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam melakukan muamalah gadai di Madinah dan beliau tidak dalam kondisi safar, tetapi sedang mukim.

Вам также может понравиться