Вы находитесь на странице: 1из 14

Bab Satu

Pendahuluan, Konsep Dasar dan Terminologi Beton Pratekan

1.1.

Pendahuluan
Beton adalah suatu bahan yang kuat dalam menahan gaya tekan (compression), tetapi

lemah dalam gaya tarik (tension). Sehubungan kapasitas menahan gaya tarik yang lemah sedemikian itu, retak-retak lentur mulai timbul bahkan pada tahap pembebanan sedang yang relatif jauh dibawah kapasitas momen nominal, Mn (lihat Gbr. 1.1. dan Gbr. 1.2.).

Daerah Tekan (compression)

Daerah Tarik (tensile)

Gambar 1.1. Perilaku tarik dan tekan dalam penampang beton pada tahap pembebanan sedang dan timbulnya retak lentur

Gambar 1.2. Diagram Momen Kurvature (kelengkungan) beton bertulang. momen retak (cracking moment) sudah dicapai jauh sebelum tercapainya momen nominal (Mn) atau pun kapasitas momen layan.

Pendahuluan, Konsep Dasar dan Terminologi Beton Pratekan Dalam beton bertulang, penampang beton yang diperhitungkan untuk memikul tegangan tekan adalah bagian di atas garis netral (bagian yang diarsir) , sedangkan bagian di bawah garis netral adalah bagian tarik yang tidak diperhitungkan untuk memikul gaya tarik karena kuat tarik beton yang relatif lemah (ft = 8 - 14% x fc). Gaya tarik pada beton bertulang praktis seluruhnya dipikul oleh batang tulangan baja atau rebar (= reinforcing bar). Untuk mengatasi ini pada beton diberi tekanan awal sebelum beban-beban bekerja, sehingga seluruh penampang beton dalam keadaan tertekan seluruhnya. Dalam rangka mencegah atau mengurangi timbulnya retak-retak lentur, suatu gaya konsentris atau eksentris diberikan dalam arah memanjang (longitudinal) elemen struktur. Gaya ini mencegah retak-retak dari perkembangannya dengan menghilangkan total atau mengurangi mayoritas tegangan tarik yang terjadi pada pertengahan bentang kritis dan pada bagian tumpuan dalam kondisi layan, dengan demikian suatu penampang beton dapat mencapai kapasitas optimal untuk menahan lenturan, geser dan torsi. Penampang beton kemudian tetap dapat berperilaku elastik, dan dengan hampir keseluruhan kapasitas penampang beton dalam bagian tekan (compressive area) bisa dimanfaatkan secara efisien. Gaya longitudinal itu disebut gaya prategang (prestressing force), yakni suatu gaya tekan yang menegangkan penampang disepanjang bentang elemen struktur sebelum bekerjanya gaya-gaya tranversal akibat beban mati (berat sendiri) dan beban-beban hidup atau beban-beban horizontal lainnya. Jadi, penegangan beton atau pemberian tegangan pada beton (prestressing concrete) adalah suatu teknik memberi tegangan-tegangan tekan yang nilainya telah ditentukan sebelumnya ke dalam elemen struktural guna meningkatkan perilaku beton. Berdasarkan mekanisme gaya-gaya dalam pada penampang maka perbedaan utama antara beton bertulang dan beton pratekan dapat diberikan sbb., Beton bertulang : Mekanisme beton bertulang adalah mengkombinasikan antara beton dan baja tulangan dengan membiarkan kedua material tersebut bekerja sendiri-sendiri, dimana beton bekerja memikul tegangan tekan dan baja penulangan memikul tegangan tarik. Jadi dengan menempatkan baja-baja tulangan pada tempat yang tepat, beton bertulang dapat sekaligus memikul baik tegangan tekan maupun tegangan tarik. Beton pratekan : Pada beton pratekan, beton bermutu tinggi dan baja bermutu tinggi dikombinasikan dengan cara aktif, sedangan pada beton bertulang kombinasinya secara pasif. Cara aktif ini dapat dicapai dengan cara menarik baja dengan menahannya ke beton, sehingga beton dalam keadaan tertekan. Karena penampang beton sebelum beban bekerja telah dalam kondisi tertekan, maka bila beban bekerja tegangan tarik yang terjadi dapat dieliminir oleh tegangan tekan yang telah diberikan pada penampang sebelum beban bekerja.

Y. Soleman, 2011

Pendahuluan, Konsep Dasar dan Terminologi Beton Pratekan

Gambar 1.3. Prinsip-prinsip penegangan linear dan melingkar. (a) Penegangan linear dari suatu rangkaian blok untuk membentuk sebuah balok (beam). (b) Tegangan tekan pada pertengahan bentang penampang C dan pada penampang ujung A atau B. (c) Penegangan melingkar dari suatu tong kayu dengan cara menarik strip-strip logam. (d) Gaya pratekan melingkar pada sebuah papan tong kayu. (e) Gaya tarik F pada setengah lingkaran pita/strip logam akibat tekanan radial, yang harus diimbangi oleh gaya pratekan melingkar.

Konstruksi beton prategang (prestressed concrete, PSC) mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan konstruksi beton bertulang biasa (RC), antara lain :
a. Terhindarnya retak terbuka di daerah tarik, sehingga beton prategang akan lebih tahan terhadap korosi. b. Lebih kedap terhadap air, cocok untuk pipa dan tangki air. c. Karena terbentuknya lawan lendut akibat gaya prategang sebelum beban rencana bekerja, maka lendutan

akhir setelah beban rencana bekerja, akan lebih kecil dari pada beton bertulang biasa.
d. Penampang struktur akan lebih kecil/langsing, sebab seluruh luas penampang digunakan secara efektif. e. Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil dari pada jumlah berat besi penulangan pada konstruksi

beton bertulang biasa.


f.

Ketahanan geser balok dan ketahanan puntirnya bertambah.

Dengan demikian maka suatu struktur dengan bentangan besar penampangnya akan lebih langsing, hal ini mengakibatkan perioda getar alami dari struktur menjadi lebih panjang, sehingga menjadi lebih tidak stabil apabila terkena pembebanan dinamik getaran gempa atau angin, kecuali bila struktur itu memiliki redaman yang cukup atau kekakuannya ditambah. Bila ditinjau dari segi biaya, maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, sbb.:
a. Jumlah volume beton yang diperlukan lebih kecil. b. Jumlah tulangan baja (rebar=reinforcing bar) yang dipergunakan hanya 20 35% dari

Y. Soleman, 2011

Pendahuluan, Konsep Dasar dan Terminologi Beton Pratekan beton bertulang biasa.
c. Biaya awal pembuatan beton pratekan memang tidak sebanding dengan pengurangan beratnya. Harga

baja dan beton mutu tinggi lebih mahal daripada penghematan akibat reduksi volume beton dan baja, selain itu formwork dan penegangan baja prategang perlu tambahan biaya. Maka, perbedaan biaya awal ini akan menjadi lebih kecil, jika beton prategang yang dibuat adalah beton pracetak dalam jumlah yang besar (fabrikasi beton).
d. Sebaliknya beton prategang hampir-hampir tidak memerlukan biaya pemeliharan, lebih tahan lama karena

tidak adanya retak-retak, berkurangnya beban mati yang diterima pondasi, dapat mempunyai bentang yang lebih besar, dan tinggi penampang konstruksinya berkurang (65 80% x Hreinforced concrete). Beberapa keuntungan dari beton prategang bila dibandingkan dengan beton bertulang biasa sbb.,
1. Karena pada beton prategang dipergunakan material yang bermutu tinggi dengan kontrol kualitas yang

pada umumnya jauh lebih baik, baik beton dan baja prategang, maka volume material yang dipergunakan lebih sedikit bila dibandingkan dengan beton bertulang biasa untuk beban yang sama.
2. Pada beton prategang seluruh penampang beton aktif menerima beban, sedangkan pada beton bertulang

biasa hanya penampang yang tidak retak saja yang menerima beban.
3. Beton pratekan akan lebih ringan atau langsing (karena volumenya lebih kecil) sehingga secara estetika

akan lebih baik. Untuk bentangan-bentangan yang besar seperti jembatan dimana pengaruh berat sendiri sangat besar, maka penggunaan beton prategang akan sangat menguntungkan, karena lebih ringan sehingga dapat menghemat dimensi pondasi. Beton prategang hanya membutuhkan tinggi total girder sekitar 65 85% dari beton bertulang biasa.
4. Karena tidak terjadi retak pada beton prategang, maka baik baja penulangan dan baja prategang akan

lebih terlindungi terhadap bahaya korosi, sehingga akan lebih cocok untuk struktur yang berada di daerah korosif.
5. Lendutan efektif untuk beban jangka panjang dapat terkontrol lebih baik pada beton prategang penuh

maupun prategang sebagian.

1.2. Konsep Dasar Beton Prategang


Konsep penegangan beton telah dimulai pada tahun 1886 (P.H. Jackson) di Amerika Serikat tetapi sistem beton pratekan dalam bentuknya yang matang baru ditemukan pada tahun 1926 oleh seorang ahli struktur jembatan dari Perancis yang bernama Eugene Fressynet. Sesudah itu beberapa inovasi berhasil diciptakan oleh para ahli hingga tahun 1940, dan praktek beton pratekan sejak itu meningkat dengan cepat sampai masa sekarang ini. Dalam perioda perkembangan aktif selama 1940-an dan 1950-an sistem pratekan baru

ditekankan pada metoda analisis dan desain berdasarkan konsep elastisitas, dan nanti beberapa tahun terakhir ini analisis plastis sistem pratekan mulai dikembangkan. Ada tiga konsep yang berbeda-beda yang dapat dipakai untuk menjelaskan dan menganalisis sifat-sifat dasar dari beton prategang: a. Konsep pertama:

Y. Soleman, 2011

Pendahuluan, Konsep Dasar dan Terminologi Beton Pratekan Sistem pratekan/prategang untuk mengubah beton yang getas (brittle) menjadi bahan yang elastis. Dari konsep ini lahirlah kriteria tidak ada tegangan tarik pada beton. Pada umumnya telah diketahui bahwa jika tidak ada tegangan tarik pada beton, berarti tidak akan terjadi retak, dan beton tidak merupakan bahan yang getas lagi melainkan berubah menjadi bahan yang elastis.

Ambil suatu balok persegi panjang yang diberi gaya prategang horizontal oleh sebuah tendon sentris (cgs berimpit cgc), lihat Gbr.1.4. Akibat gaya prategang F, akan timbul tegangan tekan merata sebesar,

F ........................................................................ (1.1) A

Jika M adalah momen eksternal pada penampang akibat beban dan berat sendiri balok, maka tegangan pada setiap titik sepanjang penampang akibat M, =

M v .............................................................. (1.2) I

dimana y adalah jarak dari sumbu yang melalui titik berat dan I adalah momen inersia penampang. Jadi distribusi tegangan yang dihasilkan adalah: =

F M v ................................................................. A I

(1.3)

Gambar 1.4. Distribusi tegangan beton prategang sentris

Bila tendon ditempatkan eksentris (sebesar e), maka distribusi tegangannya (lihat Gbr. 1.5.) menjadi,

Y. Soleman, 2011

Pendahuluan, Konsep Dasar dan Terminologi Beton Pratekan

= dimana

F F ev M v + + ............................................................... .. A I I

(1.4)

F ev adalah tegangan akibat momen eksentris. I

akibat gaya prategang pengaruh beban langsung

akibat gaya prategang eksentris

akibat momen eksternal M

akibat gaya prategang eksentris dan momen eksternal M

Gambar 1.5. Distribusi tegangan beton prategang eksentris

b.

Konsep kedua

Sistem prategang untuk menggabungkan (kombinasi) baja mutu tinggi dengan beton.
Konsep ini mempertimbangkan beton prategang sebagai kombinasi dari baja dan beton, seperti pada beton bertulang, dimana baja menahan tarikan (tensile, T) dan beton menahan tekanan (compression, C), dengan demikian kedua bahan membentuk kopel penahan untuk melawan momen eksternal (Gbr. 1.6). Pada beton prategang, baja mutu tinggi dipakai dengan jalan menariknya sebelum kekuatannya dimanfaatkan sepenuhnya. Jika baja mutu tinggi ditanam pada beton, seperti pada beton bertulang biasa, beton disekitarnya akan menjadi retak berat sebelum seluruh kekuatan baja digunakan (Gbr. 1.7). Oleh karena itu, baja perlu ditarik sebelumnya (sistem pre-tensioning) terhadap beton. Dengan menarik dan menjangkarkan baja ke beton dihasilkan tegangan dan regangan yang diinginkan pada kedua bahan, tegangan dan regangan tekan pada beton serta tegangan dan regangan pada baja. Kombinasi ini memungkinkan pemakaian yang aman dan ekonomis dari kedua bahan dimana hal ini tidak dapat dicapai jika baja hanya ditanamkan dalam bentuk seperti pada beton bertulang biasa.

Y. Soleman, 2011

Pendahuluan, Konsep Dasar dan Terminologi Beton Pratekan

C T
Bagian balok prategang (PSC) Bagian balok bertulang (RC)

C T q

q C T
kabel prategang Bagian Balok Pratekan (PSC)

C T
baja tulangan Bagian Balok Bertulang (RC)

Gambar 1.6. Momen tahanan internal pada Beton Prategang (PSC) dan Beton Bertulang (RC)

A. Beton bertulang biasa (RC) Retak-retak dan lendutan besar

B. Beton prategang (PSC) Tanpa retak dan lendutan kecil

Gambar 1.7. Balok beton menggunakan baja mutu tinggi

c. Konsep ketiga

Sistem prategang untuk mencapai perimbangan beban.


Konsep ini terutama untuk menggunakan prategang sebagai usaha untuk membuat seimbang gaya-gaya pada sebuah batang atau balok (Gbr. 1.8 dan Gbr. 1.9). Pada keseluruhan desain struktur beton prategang, pengaruh dari prategang dipandang sebagai keseimbangan berat sendiri sehingga elemen yang mengalami lenturan seperti pelat (slab), balok (beam), dan gelagar (girder) tidak akan mengalami tegangan lentur pada kondisi pembebanan yang terjadi. Ini memungkinkan transformasi dari elemen lentur menjadi elemen yang mengalami tegangan langsung dan sangat menyederhanakan persoalan baik didalam desain maupun analisis dan desain struktur yang rumit. Penerapan dari konsep ini mengasumsikan bahwa beton dapat diambil sebagai benda bebas dan menggantikan tendon dengan gaya-gaya ekivalen yang bekerja pada beton sepanjang bentang.

Y. Soleman, 2011

Pendahuluan, Konsep Dasar dan Terminologi Beton Pratekan


lintasan tendon berbentuk parabola

beban merata, wb

wb Gambar 1.8. Balok prategang dengan tendon parabola yang dapat digantikan dengan beban ekivalen merata
Suatu balok beton diatas dua perletakan (simple support) yang diberi gaya prategang F melalui suatu kabel prategang dengan lintasan parabola. Beban akibat gaya prategang yang terdistribusi secara merata kearah atas dinyatakan sebagai,

dimana: wb h L F = = = = beban merata kearah atas, akibat gaya prategang F tinggi parabola lintasan kabel prategang. panjang bentangan balok. gaya prategang.

Jadi beban terdistribusi merata akibat beban (arah ke bawah) diimbangi oleh gaya merata akibat prategang wb yang berarah ke atas. lintasan tendon membengkok (deflected)

gaya-gaya ekivalen

Gambar 1.9. Balok prategang dengan tendon membengkok (deflected) yang dapat digantikan dengan gaya-gaya ekivalen

Y. Soleman, 2011

Pendahuluan, Konsep Dasar dan Terminologi Beton Pratekan

1.3. Terminologi Beton Pratekan


Banyak istilah teknik yang perlu diketahui untuk memahami suatu subyek dengan baik. Berikut ini diberikan beberapa istilah yang berhubungan dengan beton pratekan. Beton Pratekan Suatu tipe beton dalam mana tegangan-tegangan internal permanen yang sifatsifat, besar dan distribusi tertentu secara sengaja diatur, biasanya melalui penarikan baja, untuk melawan sampai pada tingkat tertentu, tegangantegangan yang tidak diinginkan yang timbul pada elemen dalam kondisi beban layan. Berdasarkan tipe konstruksi, beton pratekan dapat diklasifikasikan sebagai beton penarikan-awal atau beton penarikan-purna. Tegangan-tegangan yang secara sengaja diciptakan tersebut bersifat tekan dan tegangan-tegangan tekan ini mengurangi atau menghilangkan keseluruhan tegangan-tegangan tarik yang tidak diinginkan yang timbul akibat pembebanan luar. Kawat (Wires) Kawat prategang adalah suatu unit tunggal yang terbuat dari baja. Untaian (Strands) Dua, tiga atau tujuh kawat terbuka untuk membentuk sebuah untaian prategang. Tendon Suatu elemen baja, seperti kawat, kabel, batang atau untaian yang disediakan, dalam bentuk memanjang, untuk menanamkan kekuatan penegangan dalam beton. Bagaimana sebuah tendon memindahkan gaya prategang ke dalam beton gergantung pada tipe elemen pratekan, apakah penarikan-awal atau penarikan-purna. Kabel (Cable) Suatu kelompok tendon yang membentuk sebuah kabel prategang. Batang (Bars) Sebuah tendon dapat dibuat dari sebuah batang baja. Diameter sebuah batang baja jauh lebih besar daripada diameter kawat. Gaya Prategang Sehubungan peregangan tendon, tegangan-tegangan tarik timbul di dalam tendon. Resultan gaya prategang di dalam tendon dapat dihitung dengan mengalikan tegangan-tegangan tarik ini dengan luas penampang tendon. Pada saat gaya tarik prategang dari tendon ditransfer ke beton, gaya itu menghasilkan tekanan yang setara dalam beton. Penarikan-awal, Pra-penarikan (Pre-tensioning) Suatu metoda penegangan beton dalam mana tendon ditarik atau ditegangkan sebelum pengecoran beton. Dalam bentuk konstruksi ini, beton mengembangkan suatu ikatan dengan permukaan tendon yang teregang. Apabila kekuatan ikatan/rekatan telah cukup dikembangkan dalam beton untuk menahan tendon-tendon yang teregang dalam bentuk tertarik, tendon dipotong dari luar. Panjang tendon yang tertanam di dalam mempertahankan bentuk teregangnya di dalam beton karena adanya rekatan dan gaya prategang yang tertahan di dalam beton. Penarikan-purna, Pasca-penarikan (Post-tensioning) Suatu metoda penegangan beton dalam mana tendon ditempatkan, di dalam selubung atau saluran yang disediakan dalam beton, sesudah beton mencapai kekuatan yang cukup. Tendon kemudian diregangkan dan diangkur pada ujung-ujung elemen beton. Mekanisme transfer gaya prategang dalam bentuk

Y. Soleman, 2011

Pendahuluan, Konsep Dasar dan Terminologi Beton Pratekan penegangan ini berbeda dari kasus Pra-penarikan. Dalam prategang bentuk ini, gaya prategang ditransfer ke beton melalui pengangkuran yang dibuat pada ujung-ujung elemen bukan melalui ikatan antara beton dan tendon. Pengangkuran, Penjangkaran Peralatan yang digunakan untuk mengangkurkan tendon pada ujung elemen beton (pengangkuran pada kasus pasca-penarikan). Dalam sistem prapenarikan, pengangkuran atau penjangkaran adalah peralatan yang digunakan untuk mengangkurkan tendon yang teregang selama terjadinya pengerasan beton. Elemen perekat Suatu elemen beton dalam mana tendon-tendon terikat/terekat pada beton. Mereka dapat langsung terikat pada beton seperti dalam kasus pra-penarikan atau secara tidak langsung dengan menginjeksi ruang dalam saluran tendon dalam kasus pasca-penarikan. Penarikan-purna Terekat Dalam konstruksi pasca-penarikan, saluran, dimana tendon ditempatkan, kadang-kadang diinjeksi sesudah pelaksanaan penarikan. Jadi, meskipun mekanisme transfer prategang tetap melalui pengangkuran/penjangkaran, injeksi saluran dapat melindungi tendon terhadap korosi. Beton Prategang Tanpa-Rekatan Adalah suatu metoda konstruksi dalam mana tendon-tendon tidak terekat ke dalam beton. Dalam kasus ini, saluran, rumah tendon, tidak diinjeksi. Penegangan Penuh, Pratekan Penuh, Prategang Penuh Suatu elemen beton pratekan disebut prategang penuh apabila cukup gaya prategang diberikan sehingga tegangan-tegangan tarik dalam elemen sepenuhnya dihilangkan. Penegangan Terbatas, Prategang Terbatas atau Prategang Parsial/Sebagian Suatu bentuk penegangan dalam mana tegangan-tegangan tarik dibolehkan, sampai batas tertentu, dalam beton di bawah pengaruh beban kerja. Karena tegangan tarik yang diijinkan boleh terjadi akibat beberapa kondisi, meretakkan beton, sejumlah penulangan non-prategang juga disediakan sepanjang tendon. Penegangan Moderat/Sedang, Prategang Sedang Dalam bentuk prategang ini, tidak ada batas yang diberikan terhadap besarnya tegangan-tegangan tarik yang dapat dihasilkan di dalam elemen pada kondisi beban kerja. Faktanya, ini bukan merupakan beton pratekan dalam arti yang sebenarnya sebab perilakunya lebih menyerupai beton bertulang. Direkomendasikan bahwa elemen struktural yang termasuk tipe ini harus dianalisis menurut konsep dan peraturan yang berlaku untuk elemen struktur beton bertulang. Penegangan Aksial atau Penegangan Konsentris Apabila sentroid (pusat) dari luas penampang melintang tendon tepat berada pada sentroid penampang melintang elemen beton, suatu tegangan tekan merata dihasilkan pada seluruh penampang melintang beton. Bentuk penegangan ini disebut penegangan aksial atau penegangan konsentris. Penegangan Eksentris Dalam bentuk penegangan ini, pusat dari luas penampang melintang tendon tidak sama dengan pusat bidang penampang beton. Jarak antara pusat penampang melintang beton dan pusat gravitasi tendon disebut eksentrisitas tendon. Sehubungan eksentrisitas ini, suatu momen, yang besarnya setara

10

Y. Soleman, 2011

Pendahuluan, Konsep Dasar dan Terminologi Beton Pratekan dengan hasil kali gaya prategang dan eksentrisitas, diterapkan pada penampang melintang beton. Profil Tendon Bentuk jalur tendon sepanjang dimensi panjang elemen beton. Penegangan tanpa-distorsi Elemen beton melendut akibat berat sendiri. Bilamana gaya prategang diterapkan dalam suatu cara yang menghilangkan lendutan-lendutan tersebut akibat aksi gaya prategang, hal itu disebut penegangan tanpa-distorsi. Dalam kasus demikian, momen prategang dan momen berat-sendiri seimbang satu sama lain dan elemen beton hanya memikul gaya aksial dan momen lentur yang berhubungan dengan beban luar saja. Penegangan Uniaksial, Biaksial dan Triaksial Istilah ini merujuk pada kasus ketika beton ditegangkan masing-masing hanya dalam satu arah saja, dalam dua arah yang saling tegak lurus dan dalam tiga arah yang saling tegak lurus. Penegangan Melingkar Istilah ini merujuk pada kasus bilamana profil tendon dibuat dalam bentuk bulat, seperti dalam tangki air, pipa, dll. Beban Karakteristik Beban dengan kemungkinan 95% tidak akan terlampaui selama umur rencana struktur. Kekuatan Karakteristik, Kuat Karakteristik Kekuatan material yang tidak memenuhi syarat dimana tidak melampaui 5% yang mengalami kegagalan. Tulangan Tambahan atau Tulangan Tanpa-penegangan Penulangan yang disediakan dalam elemen beton prategang, yang tidak diregangkan seperti tendon. Transfer Aksi pemindahan tegangan-tegangan dalam tendon prategang ke elemen beton. Dalam kasus elemen beton penegangan-awal, tahap ini muncul pada saat jack (yang meregangkan tendon sampai beton memiliki kekuatan yang cukup) dilepaskan. Dalam kasus elemen beton penegangan-purna, tahap ini muncul pada saat tendon yang teregang diangkurkan/dijangkarkan pada ujung-ujung elemen beton. Prategang Awal/Inisial Dari tahap transfer, tegangan-tegangan tarik dalam tendon mengerjakan tegangan-tegangan tekan pada beton. Nilai-nilai awal tegangan-tegangan ini (di dalam tendon atau di dalam beton) disebut gaya prategang awal (dalam tendon atau dalam beton, mana yang dipertimbangkan). Tegangan Tarik Awal/Inisial Tegangan maksimum yang timbul dalam tendon prategang pada saat operasi tegangan. Gaya tarik awal biasanya lebih besar dari gaya prategang awal karena selama tahap transfer sejumlah kehilangan prategang seketika dimulai. Kehilangan Prategang Pada tahan transfer, tendon menghasilkan tegangan-tegangan tekan di dalam beton. Cepat atau lambat, besar tegangan-tegangan ini mengalami pengurangan karena sejumlah alasan. Reduksi dalam gaya prategang atau penegangan-penegangan disebut kehilangan prategang.

11

Y. Soleman, 2011

Pendahuluan, Konsep Dasar dan Terminologi Beton Pratekan Prategang Akhir/Final Tegangan yang ada sesudah semua kehilangan prategang yang substansial terjadi disebut prategang akhir. Hal ini dapat ditentukan dengan mengurangi kehilangan-kehilangan prategang dari nilai prategang awal. Tegangan Tarik Akhir/Final Tegangan tarik dalam tendon sesudah kehilangan prategang berlangsung disebut tegangan tarik akhir. Tegangan tarik akhir ini diambil dalam hubungannya dengan tahap prategang akhir. Perpendekkan Elastik Beton Pada tahap transfer, gaya prategang tekan dipindahkan ke beton. Sehubungan gaya tekan ini, beton mengalami suatu perpendekkan panjang elastik yang seketika dalam arah gaya ini dan bergantung pada besarnya gaya prategang. Kehilangan Prategang akibat Perpendekkan Elastik Beton Sehubungan perpendekkan elastik beton, tendon dapat mengurangi panjang teregangnya pada tingkat yang sama dalam mana pengurangan panjang terjadi pada beton. Sehubungan hal ini, regangan-regangan dalam tendon (dan karena itu tegangan-tegangan) berkurang, menyebabkan kehilangan prategang. Rangkak (Creep) Suatu peristiwa yang berhubungan dengan bertambahnya regangan bahan akibat waktu di bawah tegangan-tegangan konstan. Koefisien Rangkak Rasio regangan rangkak terhadap regangan elastik suatu bahan. Kehilangan Prategang akibat Rangkak dalam Beton Sehubungan peristiwa rangkak, prategang tekan yang mempengaruhi regangan beton mengalami peningkatan. Karena itu, regangan-regangan tendon berkurang dan sebagai konsekuensi kehilangan prategang dimulai di dalam tendon. Kehilangan Prategang akibat Susut (Shrinkage) dalam Beton Kehilangan prategang akibat susut beton, yang dimulai dalam tahap awal pengerasan beton. Sehubungan susut beton, regangan-regangan tekan dalam beton meningkat (mengakibatkan regangan-regangan tarik dalam tendontendon berkurang pada tingkat yang sama) dan konsekuensinya terdapat suatu kehilangan prategang dalam elemen beton. Kehilangan Prategang akibat Relaksasi Baja Apabila regangan dalam baja tetap konstan, terlihat bahwa tegangantegangan didalamnya berkurang seiring waktu. Hal ini disebut relaksasi baja. Tendon-tendon di dalam beton prategang tersedia dengan suatu regangan tertentu (akibat penarikan) dan regangan ini tetap konstan di dalam beton. Sehubungan relaksasi baja, tegangan-tegangan dalam tendon berkurang seiring waktu dan menyebabkan apa yang dikenal sebagai kehilangan prategang akibat relaksasi baja. Kehilangan relaksasi di dalam baja prategang bervariasi berdasar tipe baja, prategang awal, usia, temperatur, dll. Slip (=Gelincir) dalam Pengangkuran/Penjangkaran Dalam kasus beton prategang-purna, pada saat tendon-tendon diangkur pada ujung-ujung elemen beton, suatu slip (=gelincir) tendon dimulai. Kadang-kadang, angkur/jangkar menetap di bagian dalam dari ujung-ujung beton pada suatu jarak tertentu. Kedua hal ini diperhitungkan sebagai slip (=gelincir) dalam pengangkuran/penjangkaran. Ini adalah salah satu alasan terjadinya kehilangan prategang dalam elemen beton penegangan-purna (pasca-tarik).

12

Y. Soleman, 2011

Pendahuluan, Konsep Dasar dan Terminologi Beton Pratekan Panjang Transmisi Adalah jarak yang diperlukan dari ujung elemen beton untuk mengembangkan tegangan maksimum tendon dengan ikatan (bond). Zona Ujung Adalah panjang elemen beton penegangan-purna (pasca-tarik), pada ujung, yang dibutuhkan untuk mendapatkan suatu distribusi prategang pada seluruh bagian penampang melintang elemen beton. Pada ujung-ujung beton penegangan-purna, pengangkuran mengerjakan gaya prategang hanya pada suatu bagian dari penampang beton. Apabila kita bergerak dari suatu ujung ke pertengahan penampang, distribusi prategang longitudinal menempati daerah yang lebih dan lebih luas dari penampang melintang. Zona yang terletak diantara suatu ujung elemen dan penampang dimana luas penampang penuh beton menerima prategang longitudinal (= horizontal) disebut zona ujung. Zona Ujung Adalah panjang elemen beton penegangan-purna (pasca-tarik), pada ujung, yang dibutuhkan untuk mendapatkan suatu distribusi prategang pada seluruh bagian penampang melintang elemen beton. Pada ujung-ujung beton penegangan-purna, pengangkuran mengerjakan gaya prategang hanya pada suatu bagian dari penampang beton. Apabila kita bergerak dari suatu ujung ke pertengahan penampang, distribusi prategang longitudinal menempati daerah yang lebih dan lebih luas dari penampang melintang. Zona yang terletak diantara suatu ujung elemen dan penampang dimana luas penampang penuh beton menerima prategang longitudinal (= horizontal) disebut zona ujung. Gaya Tarik Hancur (Bursting) Adalah gaya-gaya tarik yang dihasilkan oleh aplikasi gaya-gaya prategang longitudinal terpusat pada zona ujung elemen beton penegangan-purna (posttensioning). Hal ini berarah lateral langsung dan bisa menyebabkan hancurnya beton dalam arah lateral akibat tarikan. Untuk melawan gaya-gaya ini, penulangan lateral harus tersedia pada zona ujung elemen beton peneganganpurna. Keadaan Batas (Limit State) Batas penerimaan untuk keadaan dan kemampulayanan yang diperlukan, sebelum timbulnya kegagalan struktural. Keadaan Batas Keruntuhan (Limit State of Collapse) Keadaan batas yang menggambarkan kegagalan atau keruntuhan struktur berbasarkan kondisi-kondisi kritis tertentu. Kondisi-kondisi tertentu seperti runtuhnya penampang-penampang kritis akibat lenturan, geser, torsi, tekanan dan tarikan, tekukan akibat ketidakstabilan elastik atau plastis (termasuk efek pergoyangan bila ada) dan bukaan, dll., dipertimbangkan dalam menentukan keadaan batas keruntuhan. Keadaan Batas Kemampulayanan (Limit State of Serviceability) Keadaan batas yang menggambarkan ketidakmampuan struktur atau komponen struktural untuk berfungsi sebagaimana mestinya sebagaimana yang dimaksud. Secara normal, efek-efek lendutan, retakan, getaran dan tegangan tekan maksimum harus dipertimbangkan dalam menentukan keadaan batas kemampulayanan. Beton Prategang Tipe-1 Adalah beton prategang (pratekan) dimana tegangan tarik tidak dibolehkan. Beton Prategang Tipe-2 Adalah beton prategang (pratekan) dimana tegangan tarik dibolehkan tetapi retak yang terlihat tidak diijinkan.

13

Y. Soleman, 2011

Pendahuluan, Konsep Dasar dan Terminologi Beton Pratekan Beton Prategang Tipe-3 Adalah beton prategang (pratekan) dimana retak dibolehkan tetapi hal itu harus tidak mempengaruhi penampakkan dan daya tahan struktur. Batas penerimaan retak akan bervariasi berdasarkan tipe struktur dan lingkungan. Untuk elemen sedemikian, sebagai panduan kasar, lebar permukaan retak harus, secara umum, tidak melebihi 0.1 mm untuk elemen yang terekspos kepada suatu lingkungan tertentu yang agresif, dan tidak melebihi 0.2 mm untuk semua elemen lainnya. Efek Jangka Pendek Adalah variasi jenis efek yang dihasilkan, hampir seketika, sehubungan aplikasi beban luar pada struktur-struktur. Sebagai contoh dalam hal ini adalah defleksi (lendutan) akibat beban luar dalam struktur beton. Efek Jangka Panjang Efek jangka panjang pembebanan pada struktur-struktur memperhitungkan semua efek termasuk rangkak (creep) dan susut (shrinkage).

14

Y. Soleman, 2011

Вам также может понравиться