Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
XXXIII-B
R.Gantira Dani Pernata Ilin Nurina Rozaleliana Wu Lan Weber Patar 41101014 41101015 41101016 41101018 41101024 41091105
Pendahuluan Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang sangat mudah memberikan suatu manifestasi klinis apabila timbul gangguan pada tubuh Insidensi yang semakin meningkat Obat dapat diperoleh secara bebas Dapat menyebabkan kematian sehingga perlu penanganan yang tepat.
LOGO
LOGO
Definisi Erupsi Obat Reaksi alergi pada kulit atau daerah mukokutan yang terjadi sebagai akibat pemberian obat yang biasanya sistemik.
LOGO
Epidemiologi
Reaksi kulit yang timbul terhadap pemberian obat adalah sekitar 2,7% dari 48.000 pasien yang dirawat pada bagian penyakit dalam dari tahun 1974 sampai 1993 3% seluruh pasien yang dirawat di rumah sakit ternyata mengalami erupsi kulit (eksantem makulopapuler 91,2%,urtikaria 5,9%,vaskulitis1,4%) Amerika Serikat menunjukkan lebih dari 100.000 jiwa meninggal setiap tahunnya
LOGO
Faktor Resiko Jenis kelamin,wanita>pria Sistem imunitas rendah Usia (anak-anak & orang tua) Dosis obat Disertai infeksi & keganasan Riwayat atopik
LOGO
Patogenesis
Melalui proses imunologik pada metabolisme obat yang terdiri dari : Reaksi fase I : reaksi oksidasi reduksi Reaksi fase II : reaksi konjugasi Reaksi oksidasi-reduksi umumnya melibatkan enzim sitokin P450, prostaglandin sintetase dan macam peroksidase jaringan. Reaksi fase III diperantarai oleh enzim, misalnya hidrolase, glutation-S-transferase (GSST) dan N-asetyl-trnsferase (NAT).
LOGO
Patogenesis
Untuk dapat menimbulkan reaksi imunologik, hapten harus bergabung dahulu dengan protein pembawa (carrier) yang ada dalam sirkulasi atau protein jaringan hospes. Carrier diperlukan oleh obat atau metabolitnya untuk merangsang sel limfosit T agar merangsang sel limfosit B membentuk antibodi terhadap obat atau metabolitnya
LOGO
LOGO
Klasifikasi Tipe IV (reaksi alergik seluler tipe lambat) reaksi ini melibatkan limfosit, APC dan sel langerhans yang mempresentasikan antigen kepada limfosit T. Limfosit T yang tersensitasi mengadakan reaksi dengan antigen
LOGO
Gejala Klinis Erupsi makulapapular atau morbiliformis disebabkan oleh ampisilin, NSAID, sulfonamid, dan tetrasiklin Urtikaria dan Angioedema disebabkan oleh penisilin, asam asetilsalisilat dan NSAID. Fixed drug eruption (FDE) disebabkan oleh sulfonamid, barbiturat, trimetropin, dan analgesik.
LOGO
Gejala Klinis Eritroderm (dermatiis eksfoliativa) disebabkan oleh sulfonamid, penisilin, dan fenibutazon. Purpura disebabkan oleh ekspresi tunggal alergi obat Vaskulitis disebabkan oleh penisilin, sulfonamid, NSAID, antidepresan, dan antiaritmia
LOGO
Gejala Klinis Reaksi fotoalergik Pustulosis eksantematosa generalisata akut disebabkan oleh alergi obat, infeksi akut oleh enterovirus, hipersensitivitas terhadap merkuri, dan dermatitis kontak
LOGO
Pemeriksaan in vitro
a. Yang diperantarai antibodi : Hemaglutinasi
pasif,Radio immunoassay,Degranulasi basofil,Tes fiksasi komplemen
Prognosis Prognosis baik bila obat penyebabnya dapat diketahui dan segera disingkirkan Prognosis buruk bila kelainan meliputi 5070% permukaan kulit.
LOGO
Pencegahan
Anamnesis riwayat kemungkinan alergi obat Menjelaskan pada pasien mengenai alergi obat dan membuat surat keterangan alergi obat Pemakaian obat hendaknya dengan indikasi kuat Hindari obat yang dikenal sering memberikan sensitisasi pada kondisi tertentu (misalnya aspirin pada asma bronkial)
LOGO
Pencegahan Mengurangi dan menghilangkan bahan yang potensial dapat menjadi penyebab alergi Uji kulit Memberikan obat alternatif lain
LOGO
LOGO
Definisi SSJ
Merupakan sindrom (kumpulan gejala) yang mengenai kulit, selaput lendir di orifisium, dan mata dengan keadaan umum yang bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura.
LOGO
Epidemiologi Insidensi SJS diperkirakan 2-3% per juta populasi setiap tahun di Eropa dan Amerika Serikat, terjadi pada semua umur, terutama remaja dan dewasa muda, lebih banyak laki-laki daripada perempuan dengan ratio 3:2.
LOGO
Etiologi
Alergi Obat - Obatan Dapat menyebabkan >50% kasus SSJ
Resiko Tinggi
Resiko Rendah
Sulfonamid Antikonvulsan aromatik (20%) Allupurinol NSAID (45%) Lamotrigin Nevirapin Jamu
LOGO
Etiologi
Infeksi
Herpes Simplek Virus, influenza, mumps, cat-scratch fever, histoplasmosis, virus Epstein-Barr, mycoplasma pneumonia atau sejenisnya.
Imunisasi / Vaksin
Transplantasi Organ
Neoplasma
Radiiasi
LOGO
Gejala Klinis
TRIAS :
Kelainan Kulit Kelainan Mukosa Kelainan Mata
LOGO
Gejala Klinis
Gejala konstitusi : Demam, nyeri dan lemah badan serta gangguan pencernaan, dan gangguan pernapasan. Kelainan selaput lendir di orificium : Vesikel di mukosa mulut bula pecah erosi dan ekskoriasi krusta kehitaman Manifestasi kelainan pada mata : hiperemis, erosi, kemosis, fotofobia, dan lakrimasi.
LOGO
Patogenesis
Hipersensitivitas tipe 4
Patogenesis
LOGO
Patogenesis
LOGO
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium tidak khas. Jika terdapat leukositosis, penyebabnya kemungkinan karena infeksi bakterial. Kalau terdapat eosinofilia kemungkinan karena alergi. Jika disangka penyebabnya karena infeksi dapat dilakukan kultur darah.
LOGO
Pemeriksaan Penunjang
Histopatologi Gambaran histopatologiknya sesuai dengan eritema multiforme, bervariasi dari perubahan dermal yang ringan sampai nekrolisis epidermal yang menyeluruh. Kelainan berupa : Infiltrat sel mononuklear di sekitar pembuluh darah dermis superfisial. Edema dan ekstravasai sel darah merah di dermis papilar. Degenerasi hidropik lapisan basalis sampai terbentuk vesikel subepidermal. Nekrosis sel epidermal dan kadang-kadang di adneksa. Spongiosis dan edema intrasel di epidermis.
LOGO
Penatalaksanaan
1. Diagnosis sedini mungkin dan menghentikan obat yang diduga menyebabkan SSJ 2. Pasien sebaiknya ditempatkan di ICU 3. Mengkoreksi kehilangan cairan dan elektrolit 4. Memberikan glukokortikoid sistemik dosis tinggi secepatnya menurunkan morbiditas dan mortalitas 5. Memberikan antibiotik sebagai pencegahan terjadinya infeksi akibat pemberian kortikosteroid 6. Perawatan suportif terhadap fungsi pernafasan & mata
LOGO
Penatalaksanaan
Mengatur keseimbangan cairan/ elektrolit & nutrisi Infus Dektrose 5% : NaCl 0,9% : RL = 1 : 1 : 1 (dalam satu labu tiap 8 jam sekali) Jika dalam 2 hari belum ada perbaikan diberikan transfusi darah sebanyak 300 cc selama 2 hari berturut-turut. Syarat transfusi: bila telah diobati dengan kortikosteroid dengan dosis adekuat selama dua hari belum ada perbaikan, bila terdapat purpura generalisata, dan bila terdapat leukopenia
LOGO
Penatalaksanaan
Kortikosteroid : Pada pasien dengan keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh prednison 30-40 mg/hari Pada pasien gawat darurat dexametason dosis awal: 4-6 x 5 mg /hari; Masa kritis teratasi, tidak timbul lesi baru, lesi lama tampak involusi dosis diturunkan 5 mg/ hari hingga dosis menjadi 5 mg/hari, lalu diganti menjadi tablet kortikosteroid: Prednison 20 mg/hari, esoknya 10 mg/hari, kemudian dihentikan. Lama pengobatan 10 hari.
LOGO
LOGO
LOGO
LOGO
LOGO
Prognosis Bertindak cepat & tepat prognosis baik Bila ada purpura luas , leukopenia , dan bronkopneumonia buruk Kematian 5-15%
LOGO
LOGO
Eritema Multiforme
LOGO
LOGO
Konjungtivitis
LOGO
LOGO
Definisi NET Merupakan penyakit yang berat, lebih berat daripada sindrom Steven-Johnson (SSJ), sehingga jika pengobatanya tidak cepat dan tepat sering menyebabkan kematian. Disebabkan karena gangguan keseimbangan cairan/elektrolit atau karena sepsis.
LOGO
Epidemiologi NET Kejadian di seluruh dunia adalah 0,5 sampai 1,4 kasus per 1 juta penduduk per tahun. Lebih jarang, wanita > pria
LOGO
Etiologi NET Derivat penisilin (24%) Parasetamol (17%) Karbamazepin (14%) Penyebab lain ialah analgetik/antipiretik yang lain, kotrimoksasol, dilatin, klorokuin, seftriakson, jamu dan aditif.
LOGO
Patogenesis NET
Akumulasi metabolit obat pada epidermis secara genetik dipengaruhi oleh proses imunologi setiap individu. Limfosit T CD8+ dan makrofag mengaktifkan proses inflamasi yang menyebabkan apoptosis sel epidermis Sensitisasi imunologik memerlukan pajanan awal dan tenggang waktu beberapa lama (masa laten) sebelum timbul reaksi hipersensitivitas. Setelah pajanan awal maka kompleks obat-karier akan merangsang pembentukan antibodi dan aktivasi sel imun dalam masa laten (10-20 hari)
LOGO
LOGO
LOGO
Gejala Klinis NET Masa prodormal (2-3 hari) : malaise, rash, demam, batuk, arthralgia, mialgia, rhinitis, headache, anorexia, serta mual dan muntah, dengan atau tanpa diare. Masa akut (8-12 hari) : terjadi demam yang persisten, pengelupasan epidermis, dan terlibatnya membran mukosa
LOGO
LOGO
Komplikasi NET
Pada ginjal berupa nekrosis tubular akut, glomerulonefritis. Bronkopneumonia (16%) Kehilangan cairan cairan/darah, gangguan keseimbangan elektrolit, dan syok. Kebutaan karena gangguan lakrimasi. Vakuolisasi dan nekrosis sel-sel basal Nekrosis eosinofilik sel epidermis dengan pembentukan lepuh sub-epidermal. Pneumonia dan gagal pernapasan
LOGO
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium : FBC, U&E, albumin, total protein urin Biopsi kulit dan hapusan immunofluoresensi Screening darah dan kultur kulit
LOGO
Histopatologi Pada stadium dini tampak vakuolisasi dan nekrosis sel-sel basal sepanjang perbatasan dermal-epidermal dengan sedikit limfohistiosit. Pada stadium lanjut terdapat nekrosis eosinofilik sel epidermis dengan pembentukan lepuh subepidermal.
LOGO
Diagnosis Banding Sindrom Stevens Johnson (SSJ) Staphylococcus Scalded Skin Syndrome (SSSS)
LOGO
LOGO
Pengobatan NET
Pengobatan pada NET hampir sama dengan SSJ namun dengan dosis yang berbeda (lebih tinggi). Deksametason 40 mg sehari iv dengan dosis terbagi Sebagai pengobatan topikal dapat digunakan sulfadiazin perak (krim dermazin, silvadene) untuk Gram-negatif, gram-positif dan Candida
LOGO
Prognosis NET Jika penyebabnya infeksi, maka prognosisnya lebih baik daripada jika disebabkan alergi terhadap obat. Bila kelainan kulit luas, meliputi 50-70% permukaan kulit, prognosisnya buruk. Luas kulit yang dikenai mempengaruhi prognosisnya
LOGO
TERIMAKASIH
LOGO