Вы находитесь на странице: 1из 16

THE EMERGENCE OF DESAKOTA REGIONS IN ASIA: EXPANDING A HYPOTESIS

T . G . MCGEE

I Gusti Ayu Andani 25412074


PL 5102

Pola Struktur dan Keruangan

Latar Belakang

Menjelaskan asal mula munculnya daerah baru yang berperan sebagai kegiatan perkotaan di sekitar kotakota inti di banyak negara Asia

Populasi perkotaan di Asia adalah yang terbesar dari negaranegara berkembang (34% populasi perkotaan di negara berkembang berada di Bangladesh, India, China, Indonesia, dan Pakistan)

Menggunakan ide-ide sebelumnya yang diajukan oleh McGee dan Ginsburg dalam menantang pandangan konvensional transisi perkotaan, yang mengasumsikan bahwa perbedaan antara pedesaan dan perkotaan yang telah diterima secara luas akan tetap ada seiring dengan kemajuan proses urbanisasi.

Transisi Perkotaan

Wilayah dengan kegiatan tertentu, seperti pertanian maupun non-pertanian muncul berdampingan pada/diantara pusat kota. Merupakan respon langsung terhadap kondisi yang sudah ada, perubahan kondisi ekonomi, perkembangan teknologi, dan perubahan kondisi tenaga kerja yang terjadi dengan cara yang berbeda dan bercampur dengan faktorfaktor lain. Umumnya terjadi pada negara-negara industri barat pada abad ke-19 dan awal abad ke-20

Pandangan konvensional terhadap Transisi Perkotaan tidak sesuai jika meninjau tiga hal:
a.

Pendapat bahwa pemisahan spasial antara kegiatan perkotaan dan pedesaan akan tetap berlangsung seiring dengan berlangsungnya urbanisasi, terlalu sempit. Tidak memadainya asumsi bahwa transisi urbanisasi tidak dapat dihindari karena adanya aglomerasi ekonomi dan keunggulan komparatif yang memfasilitasi konsentrasi penduduk terhubung dengan perkotaan megalopolis (Gottmann, 1961)

b.

a.

Adanya pandangan barat terhadap transisi perkotaan, dengan logika dari pengalaman historis urbanisasi di Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad ke-19 dan 20. Hal ini tentu saja tidak sesuai diterapkan pada proses urbanisasi di negara berkembang

Konsep transisi perkotaan perlu diposisikan dalam paradigma dari transisi ekonomi spasial yang lebih luas.
Meningkatkan

sensitivitas pada elemen historis dari transisi perkotaan dan pertanian Apresiasi terhadap basis ekologi, demografi, dan ekonomi transisi perkotaan dan pertanian. Investigasi komponen kelembagaan Evaluasi komponen transaksional, yang meliputi aliran transportasi, komoditas, dan penduduk

Definisi dan Parameter


Model of The Spacial Configuration of A Hypothetical Asian Coountry

(1)

Kota-kota utama, di Asia didominasi oleh satu atau dua kota besar
Wilayah Peri-Urban, daerah sekitar kota dengan jarak komuting kurang dari sehari (30 km dari pusat kota). Desakota, merupakan daerah campuran antara kegiatan pertanian dan nonpertanian. Berada pada koridor diantara dua kota besar. Pedesaan padat penduduk, kegiatan utama pertanian basah.

(2)

(3)

(4)

(5)

Wilayah perbatasan berpenduduk jarang

3 Jenis Transisi Ekonomi Spasial


1.

Terdapat negara yang mengalami penurunan tingkat hunian, guna lahan, dan populasi penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian di kawasan pedesaan. Disebut Desakota Tipe I atau Konjuka. Ciri: lanskap pedesaan dengan kegiatan perekonomian non-pertanian. Terdapat daerah-daerah yang mengalami peningkatan produktivitas di bidang pertanian dan industri, serta pergeseran kegiatan dari pertanian ke non-pertanian. Disebut Desakota Tipe II dengan ciri laju pertumbuhan ekonomi yang cepat dibandingkan wilayah lainnya. Daerah dengan kepadatan tinggi dan pertumbuhan ekonomi lambat. Disebut Desakota Tipe III dengan ciri pertumbuhan pendapatan yang lambat dan kegiatan ekonomi yang tidak direncanakan.

2.

3.

Munculnya Kawasan Metropolitan di ASIA

Kondisi dan Proses yang Mendasari Munculnya Wilayah Baru dari Interaksi Ekonomi: Desakota

Hampir semua wilayah ditandai dengan populasi yang padat, bermata pencaharian pertanian (umumnya pertanian lahan basah) yang melibatkan pengelolaan air. Kepadatan 1000 orang/km2 Hampir semua daerah pusat padi/pertanian terdapat di kota-kota besar atau cluster kota besar. Daerah tersebut sering dicirikan oleh kondisi infrastruktur, seperti jalan dan kanal yang baik, memungkinkan pergerakan barang dan orang. Pada awal 1950 hampir semua wilayah ini memiliki tenaga kerja yang besar dan murah. Semua wilayah desakota dicirikan oleh integrasi lingkungan dalam hal pergerakan orang dan barang.

Karakteristik Utama Desakota:


1.

2.

3.
4.

5.

6.

Populasi yang besar dan terkait dengan kegiatan pertanian lahan basah. Peningkatan kegiatan nonpertanian di daerah-daerah yang sebelumnya sebagian besar merupakan lahan pertanian Aliran mobilitas penduduk yang ekstrim. Guna lahan campuran, seperti pertanian, industri, real estate, perkembangan pinggiran kota, dan penggunaan lainnya. Peningkatan partisipasi tenaga kerja wanita di sektor non-pertanian. Dipandang sebagai zona abu-abu (invisible zones) oleh otoritas terkait.

Fenomena desakota mencangkup makna yang lebih luas dari istilah peri-urban. Hal ini mengacu pada lingkungan rural-urban, transportasi, komunikasi, dan sistem ekonomi yang saling terkait. dan pedesaan. (Moench dan Gyawali, 2008) Dalam sistem ini, sebagian besar penduduk menjalankan ekonomi skala rumah tangga campuran yang melintasi kawasan urban dan rural, baik dalam bentuk formal maupun informal

GAMBAR 1. Kurva Rural-Urban Desakota (a) dan Proses Pengaruh Desakota (b)

Isu Pengambilan Kebijakan


Kebijakan seperti apa yang bisa diadopsi untuk wilayah desa kota?

Adanya isu fundamental mengenai kegunaan pendefinisian urban dan rural. Rural-urban tidak hanya kategorisasi spasial. Namun geografis (perumahan, kepadatan), pekerjaan, sektoral, dan kategorisasi rumah tangga. (Lipton, 1984)

Kemunculan Wilayah Desakota di Asia


(1) Lebih dari 50% -- kontribusi kegiatan nonpertanian terhadap spasial GDP -- tenaga kerja di sektor non-pertanian (3) Kurang dari 50% -- kontribusi kegiatan nonpertanian terhadap spasial GDP -- tenaga kerja di sektor non-pertanian

Most urban

(2) Lebih dari 50%. kontribusi kegiatan nonpertanian terhadap GDP Kurang dari 50%, tenaga kerja sektor non-pertanian

(4) Kurang dari 50%. kontribusi kegiatan nonpertanian terhadap GDP Lebih dari 50%, tenaga kerja sektor non-pertanian

Less urban

Prioritas kebijakan negara-negara Asia untuk mengenali pentingnya wilayah desa kota:

Pemerintah harus membuat keputusan yang sesuai dengan kebijakan sektor pertanian. Secara serius memikirkan kondisi ketika tenaga kerja sektor pertanian beralih. Mengenali interaksi urban-rural dari zona-zona ini dan mengarahkan investasi ke zona ini. Mengawasi pertumbuhan kegiatan ekonomi di zona ini yang dapat meningkatkan konflik terkait ketidaksesuaian fungsi lahan dan polusi lingkungan. Meningkatkan akses zona ini dengan memperbaiki infrastruktr jalan dan komunikasi. Mengembangkan sistem pengumpulan data keruangan .

Kesimpulan

Konsep transisi perkotaan dalam paradigma yang lebih luas. Transisi ekonomi spasial Munculnya kawasan metropolitan di Asia. Kondisi dan proses yang mendasari munculnya desa kota dari interaksi ekonomi Karakteristik utama wilayah desakota Isu pengambilan kebijakan untuk wilayah desa kota.

TERIMA KASIH

Вам также может понравиться