Вы находитесь на странице: 1из 17

1.

Pengertian Akta
Akta dibawah tangan Akta Otentik

2. Fungsi Akta
a. b.

Fungsi formal (Formalitas Causa) Sebagai alat bukti

3. Daya Pembuktian Akta


a. b.

Akta dibawah tangan (1875 dan 1880 KUH Perdata) Akta Otentik

Kekuatan pembuktian lahiriah Kekuatan pembuktian formal Kekuatan pembuktian materiil Akta Otentik (1870 KUH Perdata) Akta dibawah tangan (1875 KUH Perdata)

4. Manfaat Akta :

Pasal 1868 KUH Perdata :

Suatu akta otentik adalah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya. dari ketentuan diatas mengandung pengertian : Akta Otentik adalah akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu ditempat dimana akta itu dibuat. Implementasi pasal ini dituangkan dalam UU nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan notaris. Pada pasal 15 ayat 1 UU Jabatan Notaris ditegaskan notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perjanjian, perbuatan dan ketetetapan, yang termasuk dalam lingkup tindakan hukum keperdataan, sehingga notaris tidak berwenang membuat akta otentik dalam lapangan hukum publik. Berdasarkan ketentuan pasal 1868 KUH.Perdata jo Pasal 15 ayat 1 UU jabatan Notaris, akta otentik hanya dapat lahir dengan bantuan atau media notaris dan tanpa bantuan notaris tidak mungkinn lahir suatu akta otentik yang memuat tindakan dalam lingkungan hukum perdata.

NOTARIS ?
Pasal 1 UU No. 30 tahun 2004 1. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. 2. Pejabat sementara Notaris adalah seorang yang untuk sementara menjabat sebagai Notaris untuk menjalankan jabatan Notaris yang

meninggal dunia, diberhentikan, atau diberhentikan sementara (Pasal 33, 35 ayat 3).
3.

Notaris pengganti adalah seseorang yang untuk sementara diangkat sebagai Notaris yang sedang cuti, sakit atau untuk sementara

berhalangan menjalankan jabatannya sebagai Notaris ( Pasal 25 ayat 3, pasal 33 ).


4.

Notaris pengganti khusus adalah seorang yang diangkat sebagai notaris khusus untuk membuat akta tertentu sebagai mana disebutkan dalam surat penetapannya sebagai notaris karena

didalam satu daerah kabupaten atau kota terdapat hanya seorang notaris, sedangkan notaris yang bersangkutan menurut ketentuan undang ini tidak boleh membuat akta dimaksud (Pasal 33, 34).

KEWENANGAN NOTARIS DAN PRODUK HUKUMNYA


Pasal 15 ayat 1 UU Jabatan Notaris berbunyi:

Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua PERBUATAN, PERJANJIAN dan KETETAPAN, yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, , memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang

Kewenangan Notaris
Pasal 15 UU Nomor 30 tahun 2004

ayat (1) :
Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua PERBUATAN, PERJANJIAN dan KETETAPAN, yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, , memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.

ayat (2) Notaris berwenang pula :


a. b. c.

d. e. f. g.

Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus; Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus; Membuat copi dari asli surat-surat dibawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan; Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya; Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta; Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau Membuat akta risalah lelang.

ayat ( 3 ) selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Kewenangan Notaris membuat akta otentik


Mengacu pada pasal 1868 KUH.perdata jo Pasal 15 ayat 1 UUJN, dapat dikaji beberapa hal mengenai kewenangan notaris berkaitan dengan produk hukumnya yaitu:
a.

Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetepan, yang termasuk dalam lingkungan hukum perdata dan tidak dapat membuat akta dalam lapangan hukum publik. Suatu akta notaris memuat perbuatan hukum dari pihakpihak yang minta atau menghendaki perbuatan hukum mereka dituangkan dalam suatu akta otentik. Jadi pihakpihak dalam akta itulah yang terikat kepada isi dari suatu akta otentik sedangkan notaris berada diluar perbuatan hukum para pihak itu. Jika dari suatu akta lahir hak dan kewajiban, maka para pihak-lah yang terikat akan hak dan kewajiban yang muncul adanya akta itu dan notaris hanyalah media untuk lahirnya suatu akta otentik, serta tanpa bantuan notaris akta otentik itu tidak akan pernah lahir. Ketentuan dalam UUJN yang membuktikan notaris bukan pihak dan isi akta memuat perbuatan hukum dibidang perdata yaitu:

Pasal 53 UUJN, telah menegaskan bahwa akta notaris tidak boleh memuat penetapan atau ketentuan yang memberikan hak atau keuntungan bagi notaris, suami atau istri notaris dan mereka yang mempunyai hubungan darah dalam garis lurus keatas atau kebawah tanpa pembatasan derajat dan dalam hubungan perkawinan sampai derajat ketiga. Maksud pasal ini notaris bukan pihak dalam akta otentik yang dibuatnya. 2) Pasal 15 ayat 1 UUJN menegaskan notaris berwenang membuat akta otentik atas kehendak atau permintaan yang berkepentingan, maksudnya isi akta merupakan kehendak para pihak dan hanya memuat tindakan hukum keperdataan.
1)

b.

Ada 2 jenis akta otentik yaitu : (Pasal 1868 KUH.Perdata sebagai sumber lahirnya UU Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, menegaskan bahwa ada 2 macam akta otentik yaitu akta yang dibuat oleh atau dihadapan Pejabat Umum). Pasal 1 angka 7 UU Nomor 30 tahun 2004 : Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam UU ini
1.

Akta yang dibuat oleh Notaris (akta Pejabat atau Relaas Akta) adalah Akta Pejabat yang memuat / berisi uraian secara otentik mengenai sesuatu tindakan yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan, dan didengar oleh notaris sendiri dalam menjalankan jabatannya sebagai notaris. Dalam akta ini notaris menceritakan dan menerangkan suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak lain atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh notaris sendiri dalam menjalankan jabatannya. (contoh : berita acara penarikan undian, RUPS)

2.

Akta yang dibuat dihadapan Notaris (akta Partij) adalah Akta yang memuat / berisi uraian secara otentik apa yang diterangkan oleh penghadap (pihak) kepada notaris dalam menjalankan jabatannya dan untuk keperluan itu penghadap (pihak) tersebut sengaja datang dihadapan notaris dan memberikan keterangan itu, agar keterangan itu oleh notaris dikonstattir (dinyatakan) dalam akta otentik. (contoh : sewa menyewa, jual beli )

BENTUK DAN SIFAT AKTA NOTARIS


Pasal 16 ayat 1 huruf b : mewajibkan notaris untuk

membuat akta dalam bentuk minuta akta dan menyimpannya sebagai bagian dari protokol notaris Mengenai bentuk dan sifat akta Notaris, pasal 38 UU nomor 30 tahun 2004 menetapkan sebagai berikut :

1. Setiap akta Notaris terdiri atas : awal akta atau kepala akta; badan akta; dan akhir atau penutup akta

2. Awal akta atau kepala akta memuat :

judul akta; nomor akta; jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan nama lengkap dan tempat kedudukan notaris.

3. Badan akta memuat :


nama

lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang mereka wakili; keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap; isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang berkepentingan; dan nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan serta jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiaptiap saksi pengenal.

4. Akhir atau penutup akta memuat :


uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 16 ayat (1) huruf I atau pasal 16 ayat (7); uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penerjemahan akta apabila ada; nama lengkap, tempat tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta; dan uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan akta atau uraian tentang adanya perubahan yang dapat berupa penambahan, pencoretan, atau penggantian.

5. Akta Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat Sementara Notaris, selain memuat ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), juga memuat nomor dan tanggal penetapan pengangkatan, serta pejabat yang mengangkatnya.

Awal Akta/Kepala Akta.

I. Awal Akta/Kepala Akta, yang memuat :


A.

judul akta;

B. C. D.

nomor akta; jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris;

A. JUDUL AKTA. Dalam setiap akta pada bagian awal akta berdasarkan pasal 38 ayat 2 UUJN mencantumkan judul dan nomor akta, pemberian judul akta harus mencerminkan isi yang termaktub dalam akta itu, sehingga judul akta merupakan ringkasan yang mencerminkan isi akta.

B. NOMOR AKTA.

Penomoran akta dimulai dari nomor urut 01 (nomor numerik 01) dan seterusnya setiap bulannya, dan pada bulan berikutnya dimulai kembali dengan nomor 01 dan seterusnya. Penulisan nomor pada setiap akta untuk tertib administrasi jabatan Notaris dalam pembuatan akta pada setiap bulannya. Penomoran akta tersebut juga untuk mempermudah Notaris dalam mencari akta yang pernah dibuat oleh atau dihadapan Notaris tersebut dikemudian hari.

C. TANGGAL DAN JAM PENANDATANGAN AKTA.


Disamping judul dan nomor akta, awal akta juga berisi tentang hari,

tanggal kalender pada bulan berjalan, bulan, tahun dan jam pembuatan akta tersebut oleh atau dihadapan Notaris. Penulisan tanggal dimulai dengan angka dan kemudian diikuti dengan huruf, dan penulisan bulan dalam bentuk huruf, serta penulisan bulan dimulai dengan angka dan kemudian diikuti dengan huruf, sedangkan penulisan waktu/jam pembuatan akta juga dimulai dengan angka dan kemudian diikuti dengan huruf serta wilayah jam pada Indonesia, penulisan dalam akta Notaris dilakukan sebagai berukut : tahun 2012 (dua ribu dua belas), jam 09.05 (sembilan lewat lima menit) Waktu Indonesia Barat. pada akta merupakan awal dimulainya pembuatan dan pembacaan akta tersebut oleh atau dihadapan Notaris kepada para penghadap dan para saksi.

pada hari ini, hari Senin, tanggal 12 (dua belas) bulan November

Pencantuman penulisan jam (waktu)

Вам также может понравиться