Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TKS - 4023
Sesi 2:
Universitas Brawijaya
Pendahuluan
Analisis kehilangan prategang (loss of prestress)
merupakan bagian penting dari perencanaan konstruksi beton prategang. Sampai saat ini analisis kehilangan prategang selalu berpedoman pada peraturan beton prategang negara-negara yang sudah memilikinya.
Pendahuluan (lanjut)
Diantara peraturan-peraturan tersebut ada yang
dengan mudah dapat disesuaikan dengan keadaan di Indonesia dan ada pula yang sulit dilaksanakan karena peraturan tersebut khusus dibuat untuk negara yang bersangkutan. Kehilangan prategang jangka waktu panjang harus dianalisis lebih dalam karena kehilangan ini erat sekali hubungannya dengan keadaan lingkungan bangunan tersebut berada.
Pendahuluan (lanjut)
Pada umumnya sumber kehilangan prategang
dapat dibedakan 2 (dua) bagian besar, tergantung dari waktu terjadinya, yaitu kehilangan jangka waktu pendek (immediate losses of prestress) dan kehilangan jangka waktu panjang (long term losses of prestress).
Pendahuluan (lanjut)
Pada umumnya sumber kehilangan prategang
dapat dibedakan 2 (dua) bagian besar, tergantung dari waktu terjadinya, yaitu kehilangan jangka waktu pendek (immediate losses of prestress) dan kehilangan jangka waktu panjang (long term losses of prestress).
Deformasi elstis pada beton. Pada sistem post-tensioning berupa : Deformasi elastis pada beton jika tendon ditegangkan (ditarik) secara berurutan. Jika tendon ditarik secara bersamaan, maka kehilangan akibat deformasi elastis beton tidak akan terjadi. Gesekan. Pergelinciran angker (anchorage slip).
beton tergantung kepada perbandingan modulus serta tegangan rata-rata dalam beton ketinggian baja. Kondisi ini bisa terjadi pada kondisi titik berat tendon berhimpit dengan titik berat beton (cgs = cgc) ataupun mempunyai eksentrisitas (cgs cgc).
Jika tendon hanya 1 batang dan ditarik sekaligus, begitu selesai penarikan perpendekan elastis sudah terjadi karena dongkrak menekan beton (jadi tidak ada kehilangan prategang). Kalau tendon banyak (ditarik satu persatu), maka yang ditarik paling awal akan kehilangan prategang akibat penarikan berikutnya. Apabila titik berat tendon tidak berhimpit dengan titik berat beton eksentrisitas (cgs cgc), maka beton pada cgs mengalami deformasi akibat beban total (Mtot).
Jika tendon hanya 1 batang dan ditarik sekaligus, begitu selesai penarikan perpendekan elastis sudah terjadi karena dongkrak menekan beton (jadi tidak ada kehilangan prategang). Kalau tendon banyak (ditarik satu persatu), maka yang ditarik paling awal akan kehilangan prategang akibat penarikan berikutnya. Apabila titik berat tendon tidak berhimpit dengan titik berat beton eksentrisitas (cgs cgc), maka beton pada cgs mengalami deformasi akibat beban total (Mtot).
Sistem post-tensioning : Kehilangan prategang akibat gesekan antara tendon dan dinding saluran. Gesekan dalam saluran tendon disebabkan oleh : Gesekan fisis yang normal terjadi antara dua benda yang bergeser, dalam hal ini tendon yang bergerak terhadap dinding saluran yang diam, terutama pada bagian lengkung. Melendutnya letak saluran tendon (tidak tepatnya tracee saluran), biasanya disebut dengan Wobble-effect. Adanya karat (korosi) pada tendon dan dinding saluran tendon yang terbuat dari baja. Kemungkinan adanya spesi beton yang masuk (bocor) dalam saluran tendon. Kebersihan saluran.
Sistem post-tensioning :
Kehilangan prategang akibat penggelinciran angker
dapat terjadi jika kabel ditegangkan dan dongkrak dilepaskan untuk memindahkan pratekan kepada beton (tidak bisa terjadi 100% tanpa adanya suatu perubahan bentuk sama sekali pada peralatan angker). Tentu ada slip sedikit antara angker dan tendons yang besarnya untuk tiap jenis sistem angker akan berbeda. Untuk berbagai jenis angker sudah ditentukan berdasarkan atas banyak percobaan, yang perlu mendapat perhatian adalah makin panjang bentang balok (panjang tendon), maka makin kecil prosentase kehilangannya.
post-tensioning, kehilangan prategang panjang berupa : Susut (shrinkage) pada beton. Rangkak (creep) pada beton. Relaksasi (relaxation) pada baja.
jaga
beberapa hal, antara lain : Hilangnya air dari beton karena mengeras Pemadatan kurang sempurna Perubahan temperatur Komposisi adukan kurang sempurna Sifat-sifat fisis dari bahan penyusun beton Bila menderita tekanan, maka beton akan menyusut dan memendek akibat adanya sifat-sifat di atas
Kehilangan prategang akibat rangkak beton adalah meregangnya/memendeknya beton tanpa adanya pertambahan tegangan.
Kehilangan prategang akibat relaksasi baja : Merupakan reaksi pertahanan diri dari bahan, bila bekerja gaya luar terhadap bahan tersebut. Karena reaksi internal tersebut atom-atom bahan tersebut menyesuaikan diri dengan berkurangnya tegangan internal. Terhadap baja prategang, relaksasi merupakan kehilangan tegangan tarik pada tendon yang dibebani gaya tarik pada panjang tendon tetap dan suhu tertentu.
Kehilangan prategang akibat relaksasi baja. Kehilangan prategang relaksasi jangka waktu panjang dihitung berdasarkan kehilangan relaksasi jangka waktu yang relatif pendek (umumnya pengamatan dilakukan selama 1000 jam pada suhu tertentu dan beban awal tertentu). Kehilangan relaxasi berdasarkan pengamatan tersebut adalah kehilangan relaxasi-murni, karena tidak dipengaruhi oleh regangan medium sekitarnya.
Kehilangan prategang akibat relaksasi baja. Kehilangan jangka waktu panjang beton prategang oleh susut beton, rangkak beton dan relaksasi baja terjadi bersama-sama menurut perkembangan waktu (regangan susut beton dan regangan rangkak beton akan mempengaruhi relaksasi baja). Kehilangan relaxasi nyata yang terjadi kurang dari relaksasi murni.
Kehilangan prategang akibat relaksasi baja. Berdasarkan atas hasil beberapa percobaan, T.Y. Lin menganjurkan bahwa kehilangan prategang baja akibat relaksasi baja adalah sebesar : Sistem pre-tensioning =8% Sistem post-tensioning =8%
7 8 25
6 8 20
Didalam rekomendasi pelaksanaan dianggap bahwa telah dilakukan pemberian tegangan lebih secara sementara untuk mengimbangi kehilangan-kehilangan akibat geseran dan slip pada angker. Besarnya kehilangan prategang tidak mungkin dapat diketahui secara pasti, karena banyaknya faktor yang turut menentukan dan saling mempengaruhi selama terjadinya kehilangan tersebut. Dari analisis kehilangan prategang, terlihat bahwa kehilangan prategang jangka waktu panjang sangat dipengaruhi oleh lingkungan bangunan tersebut berada. Oleh karena itu penggunaan peraturan beton prategang negara lain, belum tentu sesuai untuk Indonesia, sehingga perlu dicarikan formulasi yang lebih sesuai dan mudah dipergunakan di Indonesia.
and
NO
NAMA
NIM
3
5 24 31 33
0810610015
0810610027 0810613029 0810613071 0810613076
35
0810617003
Kelompok 1
NO 8 9 17 26 NAMA EDWARD PAMBUDI GIGIH ADY PRABOWO TITIN TRIANING MULIA ELSANITA CHRISTIAFANI NIM 0810610045 0810610051 0810610094 0810613040
27
32
GIGIH EKKYUADIDTYA
TIAS SYARAFINA FITRI
0810613043
0810613074
Kelompok 2
NO 1 10 13 14 22 23
NAMA ANYTA OKTAVIASARI IZZATUL MURTAFI NUR AINI WARDANA RAHMA DIAN ARIANTI RINDU EVELINA YENY SETYOWATI
Kelompok 3
NO 11 15 18 21 NAMA KRIS NAEDI RIO ANGGORO WINNER SAQPANG P. GEDE NGURAH DARMAJAYA NIM 0810610063 0810610086 0810610098 0810613009
34
36
BENNY KURNIAWAN
ISOM BAHRI
0810617001
0910612005
Kelompok 4
NO 2 12 19 20 29 30
NAMA DINDA SESARIA MAYA AYU AZHARI RAHISTYA HYDRA W RAMAWAN ADI SURYA P. MUHAMMAD ALVAN RIZKI RAHADYAN HENDRASTA
Kelompok 5
NO 4 6 7 16 NAMA WAHYU RESTRIONO ARIEF LUKITO DEDY PUPUT PURBAYA SATRIO YULIAWAN NIM 0810610022 0810610033 0810610040 0810610091
25
28
0810613039
0810613058
Kelompok 6