Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Akhmad Kurniadi 03010016 Bima Ghovaroliy 03010056 Gita Citra Pratiwi 03010116 Kamilah Nasar 03010146 Maria Yosephina 03011176 Meiria Sari 03011186 Nadya Marsha 03011206 Noor Hasbil Hakim 03011216 Olga Andrienne 03011226 Putri Nadhira 03011236 Reynold Yusmar 03011246 Risadayanti 03011256
LAPORAN KASUS
Seorang pasien berusia 62 tahun datang ke rumah sakit dengan karsinoma kolon yang telah terminal. Pasien yang masih cukup sadar berpendidikan cukup tinggi. Ia memahami benar tentang kondisi kesehatannya dan keterbatasan kemampuan ilmu kedokteran saat ini. Ia juga memiliki pengalaman pahit sewaktu kakaknya menjelang ajalnya dirawat di ICU dengan peralatan bermacam-macam tampak sangat menderita dan alat-alat tersebut tampaknya hanya memperpanjang penderitaan saja. Oleh karena itu, ia meminta kepada dokter apabila ia mendekati ajalnya agar menerima terapi minimal saja (tanpa antibiotika, tanpa peralatan ICU dll) dan ia ingin mati dengan tenang dan wajar. Namun ia tetap setuju apabila ia menerima obat-obatan penghilang rasa sakit bila memang dibutuhkan.
Identitas pasien
Nama Usia Jenis Kelamin Alamat Pekerjaan
: 62 tahun : Perempuan
identifikasi masalah
Pasien 62 tahun Karsinoma kolon stadium terminal Pasien masih cukup sadar Pasien berpendidikan cukup tinggi Pasien meminta terapi minimal saja (tanpa antibiotika, tanpa peralatan ICU, dll)
ASPEK HUKUM
PERMENKES No.1419/MENKES/PER/2005 tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi
Pasal 17 :
Hak pasien atas informasi penyakit & tindakan medis dari aspek hukum kedokteran Menerima pelayanan praktik kedokteran mempunyai hak mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis yang akan diterimanya (Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 52)
mencakup : Diagnosis dan tata cara tindakan medis Tujuan tindakan medis yang dilakukan Alternatif tindakan lain dan resikonya Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan (pasal 45 ayat 3).
EUTHANASIA
Euthanasia aktif : tindakan dokter mempercepat kematian pasien dengan memberikan suntikan ke dalam tubuh pasien tersebut.
Alasan : Pengobatan yang diberikan hanya akan memperpanjang penderitaan pasien Tidak mengurangi keadaan sakitnya yang memang sudah parah.
Euthanasia pasif Tindakan dokter berupa penghentian pengobatan pasien yang menderita sakit keras, yang secara medis sudah tidak mungkin lagi dapat disembuhkan dan berakibat mempercepat kematian pasien.
Alasan : Karena keadaan ekonomi pasien yang terbatas Fungsi pengobatan menurut perhitungan dokter sudah tidak efektif lagi.
Tindakan upaya dokter menghentikan pengobatan terhadap pasien yang menurut penelitian medis masih mungkin bisa sembuh.
Alasan : Ketidakmampuan pasien dari segi ekonomi padahal biaya pengobatannya yang dibutuhkan sangat tinggi.
Voluntary euthanasia : euthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien atau korban itu sendiri (secara yuridis formal dalam hukum pidana positif di indonesia hanya dikenal voluntary euthanasia)
EUTHANASIA
Pasal 344 KUHP barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.6 Pasal 338 KUHP Barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain diancam, karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun
Pasal 340 KUHP Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dulu merampas nyawa oranglain diancam, karena pembunuhan berencana, dengan pidana mati atau pidana penjaraseumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun Pasal 356 (3) KUHP Penganiayaan yang dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa dan kesehatan untuk dimakan atau diminum Pasal 304 KUHP Barang siapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seorang dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan, dia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah Pasal 306 (2) KUHP Jika mengakibatkan kematian, perbuatan tersebut dikenakan pidana penjara maksimal sembilan tahun
aspek etika
etik deskriptif : bidang sains yang mempelajari moralitas merupakan pengatuan empiris tentang moralitas dan menjelaskan pandangan moral tentang isu-isu yang terjadi pada ketika itu.
1. Etika normatif : Penegakan terhadap apa yang benar secara moral dan mana yang salah secara moral dalam kaitannya. 2. Etika metaetik : Memperlihatkan analisis dari kedua konsep moral yang telah disebutkan.
Pasal 7d : setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup insani Setiap tindakan dokter harus bertujuan untuk memelihara kesehatan dan kebahagiaaan manusia.
aspek etika
Sumpah dokter yang dikenal sumpah hippocrates Berisi : kewajiban-kewajiban dokter dalam berperilaku dan bersikap atau seperti code of conduct bagi dokter.1 Kode Etik Kedokteran Indonesia (kodeki) Dibuat dengan mengacu kepada kode etik kedokteran internasional yang berunsurkan tentang kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap sesame dan kewajiban terhadap diri sendiri.
2. Teori TELEOLOGI
baik buruk suatu tindakan dilihat dari hasil atau akibatnya
(penalaran (reasoning) dan pembenaran (justifikasi) kepada azas manfaat (aliran utilitarian)
Rules derivatnya adalah 1. veracity (berbicara benar, jujur dan terbuka) 2. privacy (menghormati hak privasi pasien) 3. confidentiality (menjaga kerahasiaan pasien) 4. fidelity (loyalitas dan promise keeping)
2)
Doktrin informed consent tidak berlaku pada : 1) 2) 3) keadaan darurat medis ancaman terhadap kesmas pelepasan hak memberikan consent
4)
5)
clinical privilage
pasien tidak kompeten
Komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien Bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien Persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain Pemberian informed consent : Dinyatakan secara lisan Dinyatakan secara tertulis Tidak dinyatakan
Informed Consent
Threshold elements Pemberi consent haruslah orang yang kompeten Information element Pengertian berdasarkan pemahaman yang adekuat Consent elements Voluntariness (kesukarelaan, kebebasan) Autohorization (pesetujuan) pasien juga harus bebas dari tekanan
1. Threshold elements
memberikan informasi kepada pasien dapat mencapai pemahamannya yang adekuat. Informasi dilihat dari 3 standart :
o standart praktek profesi o standart subyektif o standart pada reasonable person
2. Information element
1. voluntariness (kesukarelaan, kebebasan ) 2. autohorization (pesetujuan) Pasien juga harus bebas dari tekanan
Consent dapat diberikan : Lisan Tertulis : dalam tindakan yang invasif / yang beresiko mempengaruhi kesehatan pasien secara bermakna. Tidak ditanyakan : consent ini yang tidak dimiliki bukti, banyak dilakukan dalam praktek sehari-hari
3. Consent elements
PROSEDUR TERAPI
1. 2. 3. 4. Tindakan medis Reseksi bedah Kemoterapi Paliatif
TERAPI KEMOTERAPI AJUVANS tujuannya : mengeradikasi metastasis mikroskopik pada pasien yang telah direseksi secara kuratif tapi masih beresiko tinggi untuk kambuh karena adanya metastasis ke KGB atau pasien dengan prognosis buruk.
diberikan :
PALIATIF
1. Meredakan nyeri akibat kanker 2. Mengantarkan pasien dengan proses kematian yang lebih manusiawi 3. Bukan untuk menunda kematian 4. Merupakan terapi terintegrasi baik fisik, psikologis dan spiritual 5. Menyediakan konseling bagi keluarga pasien yang merawatnya
Rekam Medis
PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 Berkas yang berisi catatan dan dokumen : identitas pasien hasil pemeriksaan pengobatan yang telah diberikan tindakan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. berupa manual yaitu tertulis lengkap dan jelas.
Pasien Rawat Jalandata pasien rawat inap yang dimasukkan dalam medical record :
Pasien Rawat Inapdata pasien rawat inap yang dimasukkan dalam medical record :
kepemilikan bekas rekam medis adalah milik sarana kesehatan sedangkan isi rekam medis milik pasien (UU praktik kedokteran) memperoleh isi rekam medis = salah satu hak pasien.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil skenario yang kami dapatkan.Kelompok kami berpendapat bahwa kami setuju atas hak pasien yang telah disahkan dalam Declaration of Lisbon World Medical Association the right to accept or to refuse treatment after receiving adequate information dengan kata lain bahwa tidakan dokter telah melalui prosedur yang tepat, kami memberikan informasi yang sejelasjelasnya serta akibatnya kepada pasien beserta keluarganya.
Daftar Pustaka
1. Sampurna B, Syamsu Z, Dwidja T. Bioetik dan Hukum Kedokteran. 2nd Ed. Pustaka Dwipar. Jakarta: 2007. 2. Guwandi, J., 1995. Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent), Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 3. Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Rineka Cipta, Surabaya, 2005.
TERIMA KASIH