Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Asesmen adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). (Depdiknas, 2004:11-12)
Tujuan Asesmen
Tujuan utama penggunaan asesmen dalam pembelajaran (classroom assessment) adalah membantu guru dan siswa dalam mengambil keputusan propesional untuk memperbaiki pembelajaran. Menurut Popham (1995:4-13) asesmen bertujuan untuk antara lain untuk: 1. Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar, 2. Memonitor kemajuan siswa, 3. Menentukan jenjang kemampuan siswa, 4. Menentukan efektivitas pembelajaran, 5. Mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran, 6. Mengevaluasi kinerja guru kelas, 7. Mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru
Agar penggunaan asesmen dalam kelas sesuai dengan pembelajaran dan dapat meningkatkan pembelajaran tersebut Cottel (1991) menggagaskan 5 petujuk bagi guru penggunaan asesmen dalam kelas yaitu: Senantiasa menganggap bahwa pembelajaran terus berlangsung; Selalu meminta siswa untuk menunjukkan buktibukti bagaimana mereka belajar; Memberi siswa umpan balik tentang respon kelas serta rencana pengajar tentang respon tersebut; Melakukan penyesuaian-penyesuaian yang tepat untuk meningkatkan pembelajaran; dan Menilai ulang bagaimana penyesuaianpenyesuaian tersebut bekerja cukup baik.
Asesmen Otentik
Asesmen otentik merupakan penilaian alternatif yang memungkinkan siswa untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas, menyelesaikan masalah atau juga mengekspresikan pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata. Puckett dan Black (1994) (dalam BPTP, 2004:2) menjelaskan bahwa teknik dan strategi penilaian otentik dapat dilakukan dengan formal dan informal. Dalam penilaian formal biasanya menggunakan tes-tes standar, sedangkan informal menekankan pada penilaian otentik 4P, yaitu penampilan (performance), proses, produk, dan portofolio.
Asesmen otentik bertujuan untuk menyediakan informasi yang absah/valid dan akurat mengenai hal yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa. Aktifitas siswa terdiri dari aktivitas nyata yang dapat diamati dan aktifitas tersembunyi yang tidak dapat diamati seperti berpikir, dan tanggapan siswa terhadap pengalaman tertentu. Aktifitas ini dapat meliputi keduanya baik nyata maupun tersembunyi, yang pada dasarnya meliputi 3 aspek: kognitif, yaitu proses mengetahui dan berpikir, afektif atau perasaan dan emosi, serta psikomotor, yaitu keterampilan.
Pemilihan metode asesmen harus didasarkan pada target informasi yang ingin dicapai. Informasi yang dimaksud adalah hasil belajar yang dicapai siswa. Stiggins (1994:3,67) mengemukakan lima kategori target hasil belajar yang layak dijadikan dasar dalam menentukan jenis asesmen yang akan digunakan oleh pengajar. Kelima hasil belajar tersebut adalah: Knowledge Outcomes, merupakan penguasaan siswa terhadap substansi pengetahuan suatu mata pelajaran Reasoning Outcomes, yang menunjukkan kemampuan siswa dalam meng-gunakan pengetahuannya dalam melakukan nalar (reason) dan memecahkan suatu masalah. Skill Outcomes, kemampuan untuk menunjukkan prestasi tertentu yang berhubungan dengan keterampilan yang didasarkan pada penguasaan pengetahuan. Product Outcomes, kemampuan untuk membuat suatu produk tertentu yang didasarkan pada penguasaan pengetahuan Affective Outcomes, pencapaian sikap tertentu sebagai akibat mempelajari dan mengaplikasikan pengetahuan.
Stiggins (1994: 83) menawarkan empat jenis metode asesmen dasar. Keempat metode asesmen tersebut adalah: Selected Response Assessment, termasuk ke dalamnya pilihan ganda (multiple-choice items), benar-salah (true-false items), menjodohkan atau mencocokkan (matching exercises), dan isian singkat (short answer fill-in items) Essay Assessment, dalam asesmen ini siswa diberikan beberapa persoalan kompleks yang menuntut jawaban tertulis berupa paparan dari solusi terhadap persoalan tersebut. Performance Assessment, merupakan pengukuran langsung terhadap prestasi yang ditunjukkan siswa dalam proses pembelajaran. Asesmen ini terutama didasarkan pada kegiatan observasi dan evaluasi terhadap proses dimana suatu keterampilan, sikap, dan produk ditunjukkan oleh siswa. Personal Communication Assessment, termasuk ke dalamnya adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru selama pembelajaran, wawancara, perbincangan, percakapan, dan diskusi yang menuntut munculnya keterampilan siswa dalam mengemukakan jawaban/gagasan.
Jenis-jenis Asesmen
Asesmen Kinerja / Unjuk Kerja Asesmen Sikap Asesmen Produk Asesmen Proyek Asesmen Portofolio Asesmen Penilaian Diri
Asesmen Kinerja
Asesmen kinerja atau dikenal dengan unjuk kerja ini merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu dan bertujuan untuk menilai unjuk kerja siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Asesmen ini pada prinsipnya lebih ditekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan sehingga penilaian unjuk kerja dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya sebab melibatkan aktivitas siswa yang membutuhkan unjuk keterampilan tertentu dan/atau penciptaan hasil yang telah ditentukan.
Untuk merealisasikan penilaian unjuk kerja ini, dimulai dengan membuat perencanaan penilaian kinerja yang meliputi tiga fase penting, yaitu :
Pada tahap ini ditentukan jenis kinerja apa yang ingin dinilai. Misalnya kemampuan menggunakan mikroskop dapat diurai menjadi membawa mikroskop dengan benar, menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih dahulu, mengatur pencahayaan, memasang preparat, dan memfokuskan bayangan benda.
Setelah kinerja yang akan dinilai ditentukan tahap berikutnya adalah menyediakan pembelajaran yang memungkinkan aspek kinerja yang akan dinilai dapat muncul. Misalnya guru akan menilai kemampuan menggunakan mikroskop, maka KBM yang dipersiapkan adalah praktikum dengan menggunakan mikroskop.
2. Skala Penilaian (Rating Scale) Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten 4 = sangat kompeten. Untuk memperkecil faktor subjektivitas, perlu dilakukan penilaian lebih dari satu orang, agar hasil penilaian lebih akurat.
Penilaian Sikap
Penilaian sikap adalah penilaian terhadap perilaku dan keyakinan siswa terhadap suatu objek, fenomena, atau masalah. . Sikap dapat dibentuk dan merupakan ekspresi perasaan, nilai, atau pandangan hidup yang terkait dengan kecenderungan bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/objek.
Komponen konatif
Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek Komponen konatif kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan caracara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut:
Sikap terhadap materi pelajaran Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri peserta didik, akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan
Sikap terhadap guru/pengajar Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru, akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap guru akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut
Sikap terhadap proses pembelajaran; Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran di sini mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman, dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
Sikap berkaitan dengan nilai-nilai atau normanorma tertentu berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Misalnya: kasus atau masalah lingkungan hidup, berkaitan dengan materi Biologi atau Kimia. Sikap-sikap lain yang dimuat dalam tujuan pendidikan. Misalnya: mandiri, kreatif, bertanggung jawab, demokratis, dan lain-lain yang secara umum
2.
3. 4.
Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadiankejadian berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah. Selain itu, dalam observasi perilaku dapat juga digunakan daftar cek yang memuat perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan muncul dari peserta didik pada umumnya atau dalam keadaan tertentu.
Perhatian
1. 2. 3. 4. Ruri Udin . .
sistematis
Catatan: Kolom perilaku diisi dengan angka yang sesuai: 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = sedang, 4 = baik, 5 = amat baik 2. Pertanyaan langsung
Pertanyaan Langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai Peningkatan Ketertiban. Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta didik.
Laporan Pribadi
Melalui penggunaan teknik ini di sekolah, peserta didik diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, peserta didik diminta menulis pandangannya tentang Perubahan Iklim yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat oleh peserta didik tersebut dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.
Aspek yang diukur Sikap siswa dalam menerima pendapat. Sikap siswa dalam menerima kritikan. Kesopanan dalam memberikan kritikan kepada siswa lain. Kemauan untuk membantu teman yang lain yang mengalami kesulitan dalam mengemukakan pendapat. Kesabaran untuk mendengarkan usul teman.
Skala 1 2 3 4
Keterangan: Aspek 1: 1 = jika sama sekali tidak mau menerima pendapat teman, meskipun pendapat tersebut benar 2 = jika mau menerima pendapat teman, meskipun dengan berat hati atau menunjukkan sikap tidak senang atau lebih banyak mempertahankan pendapatnya 3 = jika mau mendengarkan pendapat teman, meskipun sedikit kurang senang atau setelah teman yang lain juga menyatakan bahwa pendapat yang disampaikan benar 4 = jika rela menyatakan atau mau menerima atau mengharap orang lain memberikan pendapat Aspek 2: 1 = jika sama sekali tidak mau menerima kritikan teman, meskipun kritikan yang diberikan memang benar 2 = mau menerima kritikan teman tetapi menunjukan sikap tidak senang atau lebih banyak mempertahankan pendapatnya 3 = jika mau menerima kritikan teman, meskipun sedikit kurang senang atau setelah teman yang lain juga menyatakan bahwa pendapat yang disampaikan benar 4 = jika rela mau menerima atau mengharap orang lain memberikan masukan Aspek 3 1 = jika tidak pernah/tidak mau mendengarkan pembicaraan orang lain 2 = jika mau memberikan kritikan dengan kalimat yang sedikit masih berkesan menyalahkan 3 =jika mau mendengarkan pendapat orang lain, dengan meminta agar yang disampaikan harus jelas fokusnya 4 = jika mau meminta kesempatan berpendapat dan rela jika pendapatnya tidak diterima
Aspek 4: 1 = jika dirinyapun tidak pernah memberi pendapat 2 = jika mau memberikan bantuan/kesempatan kepada teman untuk menyampaikan pendapat tetapi setelah diingatkan teman lain/guru 3 = jika mau membantu/memberi kesempatan kepada teman untuk menyampaikan pendapat tetapi dengan kalimat yang bernada menyalahkan 4 = jika rela membantu, mendorong atau memberikan kesempatan teman untuk berpndapat Aspek 5: 1 = jika selalu berupaya memotong pembicaraan teman 2 = jika sesekali masih berupaya memotong pembicaraan teman 3 = jika mau mendengarkan pembicaraan (informasi, pertanyaan, argumentasi), meskipun kurang serius dalam mendengarkan 4 = jika mau mendengarkan pembicaraan (informasi, pertanyaan, argumentasi) sampai teman yang menyampaikannya selesai berbicara Jika kemudian lembar observasi ini dilakukan oleh siswa sesama anggota kelompok, akan dapat diubah menjadi lembar penilaian antar teman (peer assessment) dalam format sebagai berikut.
Asesmen Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk yaitu suatu cara penilaian yang dilakukan dengan mengamati dan menilai keterampilanketerampilan peserta didik dalam menghasilkan sebuah produk dan kualitas dari produk tersebut. Penilaian produk ini tidak hanya kualitas produk yang dihasilkan oleh peserta didik, tetapi juga pada kualitas keterampilan-keterampilan siswa dalam menyiapkan dan proses membuat produk tersebut.
Penilaian produk dilaksanakan dengan langkah-langkah sebaga berikut: Persiapan Siswa membuat rencana, mengumpulkan gagasan, dan kemudian membuat desain (rancangan) produk apa yang akan dibuat. Guru memberi saran-saran untuk melengkapi gagasan atau meyempurnakan desain. Pada akhir tahap ini guru melakukan penilaian tentang kemampuan siswa merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, serta mendesain produk. Pembuatan Produk Siswa memilih dan menggunakan bahan, alat, dan teknik yang sesuai dengan desain yang telah disusun. Dalam proses pembuatan dimungkinkan siswa membutuhkan bantuan berupa saran-saran dari guru. Pada akhir tahap ini guru melakukan penilaian tentang kemampuan siswa menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik. Penyerahan Siswa menyajikan produk atau memamerkannya kepada komunitas sekolah disertai uraian tertulis mengenai seluk-beluk produk tersebut, seperti maksud, ciri-ciri, proses perancangan dan pembuatan, dan lainlain. Pada akhir tahap ini guru melakukan penilaian tentang kemampuan siswa membuat produk sesuai kegunaan dan memenuhi kriteria yang telah disepakati.
Menilai penguasaan keterampilan siswa yang diperlukan sebelum mempelajari keterampilan berikutnya. Menilai tingkat kompetensi yang sudah dikuasai siswa pada setiap akhir jenjang/ kelas di sekolah kejuruan. Menilai keterampilan siswa yang akan memasuki institusi pendidikan kejuruan. Menilai kemampuan siswa dalam bereksplorasi dan mengembangkan gagasan dalam mendesain, memilih bahan-bahan yang tepat, menggunakan alat, menunjukkan inovasi dan kreasi, memilih bentuk dan gaya dalam karya seni.
Asesmen Portofolio
Portofolio penilaian (assessement) diartikan sebagai kumpulan Fakta / bukti dan dokumen berupa tugastugas yang terogarnisir secara sistematis dari seseorang secara individu dalam proses pembelajaran. Selain itu juga diartikan sebagai koleksi sistematis dari siswa dan guru untuk menguji proses dan prestasi belajar. Penilaian ini diharapkan mampu mendorong interaksi antar lingkungan terkait seperti interaksi antar siswa dan guru yang saling melengkapi serta menggambarkan belajar siswa secara mendalam yang pada akhirnya dapat membantu siswa menjadi sadar untuk meningkatkan dirinya sebagai pembaca dan penulis yang baik.
4. Satisfaction (kepuasan) artinya, semua dokumen dalam rangka pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indicator harus dapat memuaskan semua pihak, baik guru, orang tua maupun peserta didik 5. Relevance (kesesuaian), artinya dokumen yang ada harus sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator yang diharapkan
Merupakan karya siswa yang berisi kemajuan dan penyelesaian tugastugas secara terus menerus dalam usaha pencapaian kompetensi pembelajaran. Mengukur setiap prestasi siswa secara individu dan menyadari perbedaan diantara siswa. Merupakan pendekatan kerja sama. Mempunyai tujuan untuk menilai diri sendiri. Memperbaiki dan mengupayakan prestasi. Adanya keterkaitan antara penilaian dan pembelajaran.
Portofolio proses yaitu jenis portofolio yang menunjukkan tahapan belajar dan menyajikan catatan perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu. Portofolio Produk yaitu jenis penilaian portofolio yang hanya menekankan pada penguasaan (masteri) dari tugas yang dituntut dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, dan sekumpulan indikator pencapaian hasil belajar
Dapat menutupi proses kekurangan proses pembelajaran. Seperti keterampilan memecahkan masalah, mengemukakan pendapat, berdebat, menggunakan berbagai sumber informasi, mengumpulkan data, membuat laporan dan sebagainya. Mendorong adanya kolaborasi (komunikasi dan hubungan) antra siswa dan antara siswa dan guru. Memungkinkan guru mengakses kemampuan siswa membuat atau menyusun laporan, menulis dan menghasilkan berbagai tugas akademik Meningkatkan dan mengembangkan wawasan siswa mengenai isu atau masalah kemasyarakatan atau lingkungan nya. Mendidik siswa memiliki kemampuan merefleksi pengalaman belajarnya, sehingga siswa termotivasi untuk belajar lebih baik dari yang sudah mereka lakukan Pengalaman belajar yang tersimpan dalam memorinya akan lebih tahan lama karena sudah melakukan serangkaian proses belajar dari mengetahui, memahami diri sendiri, melakukan aktifitas dan belajar bekerjasama dengan rekan-rekan dalam kebersamaan.
Membutuhkan waktu yang relatif lama Memerlukan ketekunan, kesabaran dan keterampilan guru Memerlukan adanya jaringan komunikasi yang erat antara siswa, guru, sekolah.
Rolheiser dan Ross (2005) merancang model teoretik untuk menunjukkan kontribusi penilaian diri terhadap pencapaian tujuan.
Model tersebut menekankan bahwa, ketika menilai sendiri performansinya, peserta didik terdorong untuk menetapkan tujuan yang lebih tinggi (goals). Untuk itu, peserta didik harus melakukan usaha yang lebih keras (effort). Kombinasi dari goals dan effort ini menentukan prestasi (achievement); selanjutnya prestasi ini berakibat pada penilaian terhadap diri (selfjudgment) melalui kontemplasi seperti pertanyaan, Apakah tujuanku telah tercapai? Akibatnya timbul reaksi (self-reaction) seperti Apa yang aku