Вы находитесь на странице: 1из 34

Kolelitiasis Pembimbing dr. Yuli Hermansyah Sp.

pd Tofan Margaret Dwi Saputra 062011101060

Pendahuluan

Di Amerika Serikat, 10-20 % populasi memiliki batu empedu Perbandingan wanita dan laki-laki di Amerika 4:1 sedangkan di indonesia wanita 1,8 lebih banyak dibandingkan laki-laki 2/3 pasien dengan batu empedu asimptomatik Dengan berubahnya gaya hidup di negara Asia, maka insidensi batu empedu semakin banyak, sehingga harus mendapatkan perhatian.

Tinjauan Pustaka

Batu empedu merupakan gabungan dari beberapa unsur yang membentuk suatu material mirip batu yang dapat ditemukan dalam kandung empedu (kolesistolitiasis) atau di dalam saluran empedu (koledokolitiasis) atau pada kedua-duanya

Anatomi

Fisiologi

Kandung empedu menyimpan sekitar 45 ml empedu. Pada saat tidak makan empedu dipekatkan dengan cara absorpsi air dan natriun. Pengosongan dipengaruhi oleh hormon kolesistokinin, saraf vagus dan enterik. Yang menyebabkan pengosongan adalah kontraksi ritmik dinding kandung empedu, dan relaksasi sfingter oddi. Kandung empedu dapat kosong secara sempurna dalam waktu 1 jam

Fisiologi

Garam empedu, lesitin dan kolesterol merupakan komponen terbesar dalam cairan empedu. . Sisanya adalah bilirubin, asam lemak, dan garam anorganik

Epidemiologi

Insiden kolelitiasis di negara barat adalah 20% sedangka angka kejadian di Indonesia tidak berbeda jauh dengan negara lain di Asia Tenggara (syamsuhidayat). Peningkatan insiden batu empedu dapat dilihat dalam kelompok resiko tinggi yang disebut 4 F : female (wanita), fertile (subur)-khususnya selama kehamilan, fat (gemuk), dan forty (empat puluh tahun)7.

Faktor Resiko Batu Kolesterol

Genetik

Batu empedu lebih sering ditemukan pada orang kulit putih dibandingkan kulit hitam Usia rata-rata terjadinya batu empedu adalah 4050 tahun. Pada umur 90 tahun kemungkinan menderita kolelitiasis menjadi 1 dari 3 orang

Umur

Faktor Resiko Batu Kolesterol

Jenis Kelamin

Lebih sering terjadi pada wanita dengan perbandingan 2-4:1 Peningkatan insidensi pada wanita mulai tampak pada pubertas, hal ini terkait dengan peningkatan ekskresi estrogen dan progresteron yang mempengaruhi saturasi dari empedu Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen lebih dari 50 mcg dapat meningkatkan terjadinya kolelitiasis 2 kali lipat Wanita multipara memiliki kemungkinan menderita kolelitiasis 2 kali lipat daripada primipara.

Faktor Resiko Batu Kolesterol

Obesitas

Oranf yang mengalami kelebihan berat badan 20% dari berat badan ideal memiliki resiko 2 kali lebih besar daripada populasi yang tidak menderita obesitas Pada penelitian epid, otopsi dan penelitian klinis ada relasi antara obesitas dengan peningkatan terjadinya batu empedu. Supersaturasi dapat terjadi pada keadaan obesitas biasa ataupun pada fase penurunan berat badan

Diet dan makanan

Konsumsi kalori yang berlebihan dan karbohidrat jenuh merupakan faktor pada pembentukan batu empedu

Faktor Resiko Batu Pigmen

Usia dan jenis kelamin Diet Infeksi Anemia hemolitik Sirosis hepatik

Patogenesis

Etiologi belum diketahui secara sempurna Faktor presdiposisi yang paling pentinga adalah perubahan susunan empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu Batu empedu dapat berpindah kedalam duktus koledokus melalui duktus sistikus, dalam perjalanan melalui duktus sistikus batu tersebut dapat menimbulakn sumbatan aliran empadu dan dapat terjadi kolik empedu

Patofisiologi

Batu Kolesterol

Batu yang murni jarang ditemukan, karena dapat mengandung pigmen dan kalsium Batu yang murni kolesterol biasana tunggal dan permukaanya halus, sedangakan campuran batu biasanya multiple, tidak treratur, berbentuk seperti murbei dan lunak. Penyebab utamanya adalah supersaturasi dengan kolesterol, oleh karena itu, kadar kolesterol tinggi dan batu empedu kolesterol dianggap satu penyakit

Patofisiologi

Patofisiologi

Batu Pigmen

Batu pigmen mengandung kolesterol <20% dan bewarna gelap karena terdapat kandungan bilirubinate kalsium. Batu pigmen hitam biasanya kecil, rapuh, hitam, dan kadang-kadang spiculated. Mereka dibentuk oleh supersaturasi bilirubinate kalsium, karbonat, dan fosfat Batu cokelat biasanya <1 cm, kuning kecoklatan, lunak , dan sering lembek biasanya akibat sekunder terhadap infeksi bakteri yang disebabkan oleh stasis empedu.

Patofisiologi

Manifestasi Klinis

Anamnesis

Dispesia disertai dengan intoleransi makanan berlemak Nyeri di epigastrium, kuadaran kanan atas, dapat menjalar ke punggung atau ekrtemitas. Mendadak dan bertahan selama 15 menit-1 jam. Dapat disertai mual muntah, apabila terjadi kolestitis dapat terjadi keluhan menetap dan bertambah waktu menarik napas

Pemeriksaan Fisik

Batu kandung empedu

Pada pemeriksaan ditemukan nyeri tekan dengan punktum maksimum didaerah letak anatomis kandung empedu. Tanda Murphy positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik nafas panjang karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik nafas. Nyeri kolik, serta dapat terjadi ikterik.

Batu saluran empedu

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi leukositosis. Kadar bilirubin serum dapat meningkat. Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar amilase serum biasanya meningkat

Radiologis

Foto polos abdomen tidak memberikan gejala yang khas. Hanya 10-15 persen batu yang bersifat radio opak

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang

USG

Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatik maupun ekstra hepatik . Kelebihan lain dari usg adalah tidak mengunakan ion radiasi dan tidak dibutuhkan contrast, serta persiapan pasien yang dibutuhkan sangat minimal. Jadi dapat digunakan pada keadaan emergency.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang

Kolesistografi

Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal pada keadaan ileus paralitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2 mg/dl, okstruksi pilorus, dan hepatitis karena pada keadaan-keadaan tersebut kontras tidak dapat mencapai hati.

Pemeriksaan Penunjang

Differential Diagnosis

Appendicitis Bile Duct Strictures Bile Duct Tumors Cholangiocarcinoma Cholecystitis Gallbladder Cancer Gastric Ulcers Gastritis and Peptic Ulcer Disease Gastroenteritis Pancreatic Cancer Pancreatitis, Acute

Penatalaksanaan

Penanangan profilaktik untuk batu empedu asimtomatik tidak dianjurkan. Pada batu empedu simptomatik diberikan pengobatan umum termasuk istirahat total, pemberian nutrisi parenteral, diet ringan, obat penghilang rasa nyeri seperti petidin dan antispasmodik. Pemberian antibiotik pada fase awal sangat penting untuk mencegah komplikasi peritonitis, kolangitis dan septisemia.

Penatalaksanaan

Batu kandung empedu simptomatik dianjurkan menjalani kolesistektomi Kolesistektomi


Indikasi : kolelitiasis simptomatik Kontraindikasi absolut : koagulopati yang tidak terkontrol dan penyakit liver stadium terminal Pada pasien dengan PPOK atau pasien dengan gagal jantung kongestif tidak dapat dilakukan laparoskopik kolesistektomi

Penatalaksanaan

Apabila setelah dilakukan kolesistektomi nyeri tidak hilang, maka sebab dari nyeri antara lain adalah :
Batu yang rekuren Striktur duktus hepatikus komunis

Diagnostik pre operatif tidak adekuat.

Kolesistektomi asimptomatik dapat di indikasikan pada beberapa pasien:


Pasien dengan batu yang berdiameter lebih besar dari 2 cm
Pasien dengan gallbladder yang nonfungsional atau gallbladder yang mengalami kalsifikasi yang dibuktikan dengan hasil foto dan orang yang memiliki

Penatalaksanaan konservatif

Disolusi medis

Chenodeoxycholic acid atau ursodeoxycholic acid, dapat diberikan untuk melerutkan batu empedu Kriteria yang harus dipenuhi pasien antaralain :
Batu kolesterol yang diameternya kurang dari 20 mm Jumlahnya kurang dari 4 Kandung empedu masih berfungsi baik Duktus cystikus patent Gejala yang tidak parah

Disolusi kontak

Metode yang dilakukan adalah menyermprotkan infus pelarut kolesterol yang poten (Metil-TerButil-Eter (MTBE) ke dalam kandung empedu.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan

ESWL

Terapi ini dapat digunakan pada pasien yang menolak operasi atau terdapat kontra indikasi untuk melakukan operasi Kolesistotomi berfungsi untuk mendekompresi dan sebagai drain dari kandung empedu yang distended, meradang, atau purulent

Kolesistotomi

Penatalaksanaan

Diet dan Pencegahan

Terapi dengan menggunakan Ursodeoxycholic acid dapat mencegah pembentukan batu, Pasien disarankan mengurangi intake lemak, ini dapat menurunkan insidensi dari serangan kolik. Olah raga yang teratur dapat juga mengurangi insidensi dari batu empedu

Prognosis dan Komplikasi

Sampai saat ini belum ada terapi yang dapat menjamin tidak terjadi rekurensi pada batu empedu Angka kematian pada elektif kolesistektomi adalah 0,5%. Pada cito colesistektomi angka kematiannya adalah 3-5%

Terima Kasih

Вам также может понравиться