Definisi : 1. Induksi adalah usaha untuk menimbulkan his / memulai persalinan yang sebelumnya belum terjadi 2. Stimulasi adalah usaha untuk menambahkan kekuatan his karena dinilai his terlalu lemah dan tidak efektif untuk menambah pembukaan
Indikasi 1. Hamil postterm (lebih dari 42 minggu) (protokol) 2. Ketuban pecah dini (Protokol) 3. Janin mati dlm kandungan (Protokol) 4. Preklamsia berat / eklamsia yg tidak membaik dengan obat obatan (Protokol) 5. Perdarahan antepartum yg bukan plasenta previa totalis, parsialis & plasenta letak rendah kebelakang (Protokol) 6. Partus tidak maju (Protokol) Kontra Indikasi
1. Absolut a. DKP b. Placenta previa totalis / plasenta letak rendah belakang c. Gawat janin d. Uterus yg cacat - Post seksio kelasik / seksio sesare yg tidak diketahui jenisnya - Post histerorafi akibat rupture uteri - Post seksio sesarea transperitosealis profuna, yg kurang dari 2 tahun dll
2. Relatif a. Grandemultigravida b. Kelainan letak / presentasi c. Overdistensi uterus d. Presentasi bokong murni Cara Kerja
1. Induksi dimulai pagi hari, antara jam 06.00 08.00 persiapan rutin, termasuk enema, stimulasi dapat dilakukan kapan saja, tergantung kondisi saat itu 2. Catat Vital sign sebelum tetesan dimulai 3. Berikan stillbestrol 10 mg im 4. Pasang infus dektrose 5% catat Vital Sign setiap jam sampai dosis oksitosin konstan, lalu setiap jam 5. Periksa dalam, tentukan nilai biskop 6. Posisi ibu, miring kiri, kecuali bila akan dilakukan pemeriksaan 7. Catat urine yg keluar 8. Amniotomi hanya dikerjakan apabila penderita benar-benar sudah dalam persalinan, kepala sudah masuk panggul dan pembukaan sekurang-kurangnya 2-3 cm. Hubungi dulu konsultan sebelum memecah ketuban 9. Pasang CTG 15 menit sebelum tetesan dimulai, dan 45 menit setelahnya, dan buat rekamannya. Selanjutnya his dan DJJ diawasi secara konvensional setiap 15 menit (His : lama&kekuatan, DJJ, frekuensi&keteraturannya) bila terjadi tanda-tanda tetania uteri dan / atau gawat janin, monitor kembali CTG 10. Periksa dalam, dikerjakan segera setelah tetesan habis, bila ada indikasi, misal : ketuban pecah atau penderita ingin mengejan 11. Dokter jaga bertanggung jawab penuh atas jalannya induksi / stimulasi. V. DOSIS DAN KECEPATAN TETESAN
1. Baik untuk induksi maupun stimulasi, gunakan 5 oksitosin (cyntocinon R) dalam 500 cc Dektrose 5% (bila 1cc = 20 tetes, maka 1 tetes mengandung m) 2. Dosis/kecepatan yg dianjurkan untuk mulai persalinan pada kehamilan aterm adalah 2 m/menit, atau 4 tetes 3. Pada kehanilan preterm, dosis inisial dapat lebih tinggi, misal 4 m/menit.Dosis inisial tidak boleh lebih dari 5 m/menit 4. Naikkan dosis dengan 2 m/menit, atau 4 tetes setiap 15 menit, sampai tercapai kontraksi yg baik, yaitu his dgn interval 2-3 menit, lama 50-60 detik 5. Tidak jarang setelah persalinan mulai, uterus menjadi lebih sensitive terhadap oksitosin eksogen shg tetesan perlu dikurangi atau bahkan distop sama sekali. Dosisi maksimal adalah 30 m/menit (60 tetes) 6. Pada keadaan tertentu (misal pd IUFD, dibutuhkan suatu disis yg lebih tinggi. Untuk itu digunakan 10 oksitosin dalam 500 cc Ringer Dektrose 5%. Hubungi lebih dahulu konsultan 7. Bila dengan 30-40 m tdk juga menghasilkan kontraksi yg baik, tetesan tidak boleh dinaikkan lagi karena tidak akan memberikan hasil. Hubungi konsultan untuk langkah berikutnya.
VI. Lama Induksi
1. Bila dosis total 5 (satu botol 500cc) habis tidak memberikan respons, maka : a. Penderita dgn ketuban utuh, dapat diistirahatkan dan diinduksi kembali besok paginya dengan persiapan yang sama Bila ada urgensi melaahirkan dengan segera (misal : preeklamsia berat/eklamsia kerjakan seksio sesaria) 2. Bila dengan botol pertama (dosisi total 5) terdapat respons tetapi belum lengkap, langsung disambung dgn botol kedua (5 dalam 500cc RD 5%) dengan tetesan sesuai dengan tetesan terakhir botol pertama 3. Untuk penderita dengan ketuban yg telah pecah persalinan harus berakhir dalam waktu 24 jam 4. Pacuan disebut gagal, apabila : a. dalam waktu 24 jam belum mencapai / pembukaan lengkap b. Bila dengan kecepatan 30 m / menit selama beberapa waktu (sampai satu botol habis) tidak terdapat respons 5. Kebanyakan pasien akan menjadi kelelahan (exhausted) bila lama pacuan lebih dari 8 jam VII. KOMPLIKASI 1. Kontraksi yang hipertonik dan gawat janin : a. His dengan interval kurang dari 2 menit, lama lebih dari 60 detik, kuat dan DJJ kurang dari 120/menit atau lebih dari 160/menit b. Di stop segera tetesan, ganti dengan Dektrose 5% tanpa oksitosin c. Oksigen 6-8 liter/menit d. Terbutalin 1 amp, (0,25 mg) interval dalam 1-2menit , ( kalau tdk ada diusulkan orciprenaline 1 amp iv pelan, 1-2 menit ) e. Bila dalam 5 menit keadaan tdk membaik, dipertimbangkan untuk melakukan seksio sesaria 2. Intoksikasi air yang ditandai dengan sakit kepala, nousea, muntah, bingung, konvulsi, koma dan dapat mengalami kematian a. Pencegahan : penderita dengan infus oksitosin tidak boleh mendapat cairan bebas elektrolit lebih dari 1 liter / 24 jam b.Stop oksitosin dan tangguhkan semua cairan c. Pada kasus yang berat, selain dari yang tersebut diatas, berikan infuse Natrium Klorida Hipertonik (3.0%) tetesan harus pelan, dan stop apabila fase diuresis tercapai 3. Segera lapor konsultan Bagan Induksi