Вы находитесь на странице: 1из 22

CEKUNGAN BELAKANG BUSUR SUMATRA SELATAN

K
E
L
O
M
P
O
K
2

Oleh :
IKDHAM NURUL KHALIK (410012051)
I PUTU EKA PRATAMA (410012128)
ILHAM FADILLAH (410012126)
DARYONO (410011106)
DEDI MULYO SAPUTRO (410011123)
DWI SAPITRA S (410011139)
FEBRYAN PRASETYAWAN P ( 410010042)
FERDIAN RANDI P ( 410011117)
HAYYAT ISLAMI P (410011107)
INDIAN DWI H ( 410011014)

UNSUR TEKTONIK JALUR SUBDUKSI

PALUNG (TRENCH)
CEKUNGAN MUKA BUSUR (FORE-ARC BASIN)
BUSUR VOLKANIK/KEPULAUAN
(VOLCANIC/ISLAND ARC)
Cekungan Antar Busur (Intra-Arc Basin)
CEKUNGAN BELAKANG BUSUR (BACK-ARC BASIN)
Cekungan Muka Daratan (Fore-Land Basin)

SOUTH SUMATRA
utara : Peg. Tigapuluh dan pegunungan Duabelas
Barat : Peg. Barisan
Timur : pulau-pulau Bangka Belitung
Selatan : Tinggian Lampung

TEKTONIK REGIONAL
CEKUNGAN SUMATERA SELATAN
Struktur Cekungan Sumatera Selatan yang ada saat ini
merupakan hasil dari 3 periode, yaitu :

Periode 1, terbentuknya horst graben berarah timurlaut


baratdaya dan utara selatan selama periode ekstensional
Kapur Akhir Oligosen Awal. Sedimen pengisinya merupakan
sedimen klastik kasar dan vulkanuklastik, serta
lingkungannya pengendapannya darat atau lakustrin.

Periode 2, graben yang terbentuk mengalami subsidence


sampai periode dimana tektonik tidak aktif (Oligosen Akhir
Miosen Awal), kemudian cekungan berada pada lingkungan
laut. Pada Miosen Awal Miosen Tengah mulai terjadi
aktivitas tektonik yang menghasilkan lipatan kompresional
dikarenakan adanya subduksi oblique dari lempeng
samudera yang berada di sebelah tenggara pulau Sumatera.

TEKTONIK REGIONAL
CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

Periode 3, pada Pliosen Plistosen terjadi tektonik


kompresional yang sangat kuat disertai uplifting
busur vulkanik ke arah barat sehingga mengaktifkan
kembali fitur-fitur struktur sebelumnya, yaitu sesar
normal menjadi sesar naik.

Kerangka Tektonik Cekungan


Sumatera Selatan

STRUKTUR UTAMA
CEKUNGAN SUMATERA SELATAN
Menurut Suta dan Xiaoguang (2005; dalam Satya, 2010)
perkembangan struktur maupun evolusi cekungan sejak
Tersier merupakan hasil interaksi dari ketiga arah struktur
utama yaitu:

berarah timurlaut-baratdaya atau disebut Pola Jambi

berarah baratlaut-tenggara atau disebut Pola Sumatra

berarah utara-selatan atau disebut Pola Sunda.

Elemen Struktur Utama pada Cekungan Sumatra Selatan (Ginger dan Fielding,
2005).

PERKEMBANGAN TEKTONIK

Fase kompresi yang berlangsung dari Jurasik awal sampai Kapur.


Tektonik ini menghasilkan sesar geser dekstral WNW ESE
seperti Sesar Lematang, Kepayang, Saka, Pantai Selatan
Lampung, MusiLineamentdanN S trend. Terjadiwrench
movementdan intrusi granit berumur Jurasik Kapur.

Fase Kompresi Jurasik Awal Sampai Kapur dan Elipsoid Model (Pulonggono dkk, 1992).

Fase tensional pada Kapur Akhir sampai Tersier Awal yang


menghasilkan sesar normal dan sesar tumbuh berarah N S dan
WNW ESE. Sedimentasi mengisi cekungan atau terban di atas
batuan dasar bersamaan dengan kegiatan gunung api. Terjadi
pengisian awal dari cekungan yaitu Formasi Lahat.

Fase Tensional Kapur Akhir Sampai Tersier Awal dan Elipsoid Model
(Pulonggono dkk, 1992).

Fase ketiga yaitu adanya aktivitas tektonik Miosen atau Intra Miosen
menyebabkan pengangkatan tepi-tepi cekungan dan diikuti
pengendapan bahan-bahan klastika. Yaitu terendapkannya Formasi
Talang Akar, Formasi Baturaja, Formasi Gumai, Formasi Air Benakat,
dan Formasi Muara Enim.

Fase keempat berupa gerak kompresional pada Plio-Plistosen


menyebabkan sebagian Formasi Air Benakat dan Formasi Muara Enim
telah menjadi tinggian tererosi, sedangkan pada daerah yang relatif
turun diendapkan Formasi Kasai. Selanjutnya, terjadi pengangkatan
dan perlipatan berarah barat laut di seluruh daerah cekungan yang
mengakhiri pengendapan Tersier di Cekungan Sumatra Selatan. Selain
itu terjadi aktivitas volkanisme pada cekungan belakang busur.

Fase Kompresi Miosen Tengah Sampai Sekarang dan Elipsoid Model


(Pulonggono dkk, 1992).

STRATIGRAFI
CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan (De Coastal, 1974)

POTENSI HIDROKARBON

Hidrokarbon Play Cekungan Sumatera Selatan

BATUAN INDUK
Batuan Induk yang potensial berasal dai batulempung
hitam Formasi Lahat, lignit (batubara), batulempung Formasi
Talang Akar dan Batulempung Formasi Gumai.

Formasi Lahat dapat bertindak sebagai batuan induk yang


baik dengan kandungan material organiknya 1.2 - 5%.
Kedalaman pembentukan minyak yang komersil terdapat
pada kedalaman 2000 3000 m.

Fomasi yang paling banyak menghasilkan minyak yang


diketahui hingga saat ini adalah Formasi Talang Akar,
dengan kandungan material organic yang berkisar 0.5
1.5%. Diperkirakan dibagian tengah cekungan Formasi
Talang Akar telah encapai tingkatan lewat matang.

Formasi Gumai mempunyai kandungan material organik


yang berkisar 1 1.38% di Subcekungan Jambi.

KUALITAS TOC
Dan
DEPOSITIONAL
ENVIRONMENT
Vitrinite reflectance adalah indicator
kematangan batuan induk yang paling
sering digunakan, dilambangkan
dengan Ro (Reflectance in oil).
- Ro < 0.55 belum matang (immature)
- 0.55 < Ro < 0.8 telah menghasilkan
minyak dan gas bumi
- 0.8 < Ro < 1.0 minyak berubah
menjadi gas bumi (zona kondensat gas)
- 1.0 < Ro < 2.5 dry gas

(Suseno et al, 1992)

BATUAN RESERVOAR

Lapisan batupasir yang terdapat dalam Formasi Lahat, Talang Akar, Gumai,
Air Benakat, dan Muara Enim dapat merupakan batuan resevoar, selain itu
batugamping Formasi Baturaja juga dapat berlaku sebagai batuan
reservoar.

Pada Subcekungan Jambi, produksi terbesar terdapat pada batuan


reservoar Formasi Air Benakat. Batupasir alasnya mempunyai porositas
27%, batupasir delta porositasnya 20% dan batupasir laut dangkal
mempunyai porositas 10%.

Batupasir konglomeratan dari Formasi Talang Akar merupakan reservoar


kedua yang berproduksi minyak dengan porositas 30% dan permeabilitas 12
180 md. Batugamping Formasi Baturaja berproduksi minyak hanya
dibagian Tenggara Subcekungan Jambi dengan porositas 19%.

Pada Subcekungan Palembang produksi minyak terbesar terdapat pada


batuan reservoar Formasi Talang Akar dan Formasi Baturaja. Porositas
lapisan batupasir berkisar 15 28%. Reservoar dari Formasi Air Benakat dan
Muara Enim merupakan penghasil minyak kedua setelah kedua formasi
tersebut diatas. Batugamping Formsi Baturaja menghasilkan kondensat dan
gas ditepi sebelah Barat dan Timur dari Subcekungan Palembang.

BATUAN TUDUNG (BATUAN PENUTUP)


Batuan

tudung pada umumnya merupakan lapisan


batulempung yang tebal dari Formasi Gumai, Air Benakat dan
Muara Enim.

PERANGKAP DAN MIGRASI

Struktur sesar, baik normal maupun geser, dapat bertindak sebagai


perangkap. Migrasi umumnya terjadi kearah lateral dan vertical
dengan melalui sesar-sesar yang ada.

KESIMPULAN
Cekungan

Sumatera Selatan merupakan cekungan


belakang busur yang terbentuk pada Pra Tersier,
pada Mesozoikum Tengah (Jura) sampai Mesozoikum
Akhir (Kapur Akhir) . Pengisian cekungan oleh
sedimen dimulai dari Eosen Awal hingga saat ini .

Dari

data data cekungan sumatera selatan memiliki


potensi sebagai minyak dan gas bumi .

Struktur

sesar, baik normal maupun geser, dapat


bertindak sebagai perangkap . Migrasi umumnya
terjadi kearah lateral dan vertical dengan melalui
sesar-sesar yang ada.

Вам также может понравиться