Вы находитесь на странице: 1из 36

Abses Septum Nasi

Bilateral
Linda. S
20090310160

Identitas Pasien

Jenis Anamnesis

: Autoanamnesa

Anamnesis tanggal : 12 Februari 2015


Ruang : Flamboyan
Nama : Ny. S
Umur
JK

: 47 th

: Perempuan

Alamat : Tambangan, Sumogawe


Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Masuk RS

: 11 Februari 2015

Anamnesis
Keluhan utama: Hidung tersumbat
Keluhan tambahan : Pusing, nyeri pada hidung
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli THT RSUD Salatiga dengan benjolan yang terasa sangat nyeri pada kedua
hidung dalam bagian depan. Benjolan disertai keluhan pusing, susah bernafas, dan suara
sengau. Benjolan mulai ada sejak 3 minggu yang lalu. Awalnya benjolan mulai ada setelah pasien
mengangkat kayu yang dipikul pada kepalanya, kemudian pasien merasa pusing dan demam
selama 2 hari. Sebelumnya pasien sudah pergi ke dokter sebanyak 2x, demam turun namun
benjolan masih tetap ada. Pasien tidak mengeluh batuk dan pilek, mimisan (-) rasa bau pada
hidung (-) rasa ada lendir yang jatuh ke tenggorok (-) Riwayat korek hidung (+)
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat operasi hidung (-)Riwayat rawat inap (-) Riwayat Asam urat (+) Riwayat jatuh (-)Riwayat
Hipertensi (-) Riwayat stroke (-) Riwayat DM (-) Riwayat jantung (-) Riwayat alergi obat (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi (-) Riwayat stroke (-) Riwayat DM (-) Riwayat jantung (-) Riwayat alergi obat (-)

Pemeriksaan Fisik
Vital sign

Denyut nadi

: 84 x/menit

Tekanan darah

: 150/ 90 mmHg

Pernapasan

: 24 x/menit

Suhu

: 36,5 C

Status THT
Telinga
Dekstra

Sinistra

normotia

normotia

lapang

lapang

Serumen

Darah

Discharge

utuh

utuh

Aurikula
Liang Telinga

Membran Timpani

Hidung
Dekstra

Sinistra

pelana

pelana

Deformitas

Cavum nasi

sempit

sempit

sde

sde

Darah

Discharge

Terdapat benjolan
bentuk bulat,
hiperemis
Fluktuasi tes (+)
nyeri tekan (+)

Terdapat benjolan
bentuk bulat,
hiperemis
Fluktuasi tes (+)
nyeri tekan (+)

Bentuk

Konka Inferior

Septum nasi

Tenggorok
Dekstra

Sinistra

Tonsil

T1

T1

Uvula

ditengah

ditengah

tenang

tenang

DPP

Kepala : Mesochepal, bentuk simetris, bekas luka (-)


Leher

: limfonodi tak teraba, massa (-)

Toraks : dbn
Jantung : dbn
Paru-paru : dbn
Abdomen : dbn
Ekstremitas

: dbn

Pemeriksaan Penunjang
AL

: 6,46 MCV : 81,6

PTT 15, 4

AE

: 4,91 MCH : 28,5

APTT 31,2

HT

: 40,1

HB

: 12 g/dLAT : 409

EKG : NSR

MCHC: 34,9

Ratio 1,22
INR 1,30

Diagnosis
Diagnosis banding
Hematom septum
Deviasi septum
Furunkulosis
Diagnosis
Abses septum nasi bilateral

Penatalaksanaan
Infus RL 20 tpm
Injeksi Ceftriaxon 2x1 gram
Injeksi Methylprednisolon 2x125 mg
Injeksi Asam Tranexamat 2x1 gram
Injeksi Dycinon 2x1 A
Injeksi Ketorolac 3x 30 mg
Dilakukan insisi abses septum nasi bilateral dan tampon anterior

Abses Septum Nasi


Bilateral

Anatomi
Septum nasi terdiri dari tiga bagian:
Septum kolumellar
Septum kolumellar dibentuk oleh kolumella yang terdiri dari crura medial dari alar
cartilage yang bersatu dengan jaringan fibrous dan diselimuti oleh kulit.
Septum membrane
Septum membrane terdiri dari dua lapisan kulit tanpa disokong oleh tulang atau
kartilago. Septum ini terletak diantara kolumella dan batas kaudal kartilago septal.
Bagian kolumela dan membrane adalah bagian yang gampang digerakkan.
Septum yang sebenarnya
Septum ini terdiri dari kerangka osteokartilago, yang diselimuti oleh membrane
mukosa nasal.

Hidung Luar :
Kerangka tulang : os nasal,proc frontalis os
maksila,proc nasalis os frontal
Tulang rawan yang dilapisi oleh kulit : kartilago
nasalis lateralis superior
kartilago nasalis lateralis inferior (alar mayor)
tepi anterior kartilago septum
Jaringan ikat dan otot

Batas rongga hidung


Inferior : dasar rongga hidung (os
maksila dan os palatum)
Superior : lamina kribriformis
(tempat masuknya serabut
n.olfaktorius)
Posterior : os sfenoid

Septum dibentuk oleh


Tulang :
Lamina perpendikularis os etmoid
Vomer
Krista nasalis os maksila
Krista nasalis os palatina

Tulang rawan:
Kartilago septum (Lamina kuadrangularis)
Kolumela

Fungsi Hidung :
Sebagai jalan nafas
Pengatur kondisi udara (air conditioning)
Mengatur kelembaban udara.
Mengatur suhu.
Sebagai penyaring dan pelindung
Indra penghirup
Resonansi suara
Proses bicara
Refleks nasal

ABSES SEPTUM

Definisi
Kumpulan nanah yang berada di antara tulang rawan dan mukoperikondrium atau
diantara tulang septum dan mukoperiosteum yang melapisinya.
Epidemiologi
Sering terjadi pada laki-laki. Sebanyak 74% mengenai umur dibawah 31 tahun, dan 42 %
mengenai umur diantara 3-14 tahun. Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada
bagian anterior tulang rawan septum.
Etiologi
Trauma (75%)
Akibat penyebaran dari sinusitis ethmoid dan sinusitis sfenoid
Akibat penyebaran dari infeksi gigi
Organism yg berperan:

Staphylococcus aureus

Streptococcus pneumoniae

Streptococcus hemolyticus

Haemophilus influenzae

Organisme anaerob

Trauma pada hidung yang menyebabkan pembuluh darah di mukoperitoneum robek

Darah akan berkumpul diantara tulang rawan dan mukoperitoneum


Tulang rawan tertekan -> iskemik -> nekrosis -> destruksi

Infeksi

Terjadi proses supurasi

Terbentuk abses

Inspeksi: tampak benjolan pada septum nasi bilateral, bentuk bulat, licin, hiperemis (+)
Palpasi : nyeri tekan. Fluktuasi tes (+)
Rhinoskopi anterior : tampak benjolan pada septum nasi bilateral, hiperemis (+)
Aprirasi menggunakan jarum tidak dilakukan

Benjolan di dalam hidung


Hidung tersumbat progresif
Nyeri hebat terutama terasa di puncak hidung
Demam
Pusing
Riwayat korek hidung
Riwayat angkat beban berat di kepaka

Pemeriksaan
Fisik
Anamnesa

Penegakan Diagnosis

Diagnosis banding :
Hematom septum
Deviasi septum
Furunkulosis
Vestibulosis
Diagnosis :
Abses septum nasi bilateral

Infus RL 20 tpm
Injeksi Ceftriaxon 2x1 gram
Injeksi Methylprednisolon 2x125 mg
Injeksi Asam Tranexamat 2x1 gram
Injeksi Dycinon 2x1 A
Injeksi Ketorolac 3x 30 mg

Farmakologi
Antibiotik, anti inflamasi, anti nyeri

Tampon
anterior
Pada kedua rongga hidung dipasang tampon anterior (dipertahankan selama 2 sampai 3 hari)

Incisi dilakukan dengan anestasi umum Insisi dilakukan 2 mm dari kaudal kartilago kira-kira perbatasan antara kulit dan mukosa
(hemitransfiksi) atau caudal septal incision (CSI) pada daerah sisi kiri septum nasi. Septum nasi dibuka secara perlahan-lahan tanpa
merusak mukosa. Semua jaringan kartilago, granulasi, dan debris diangkat dengan menggunakan kuret dan suction. Semua jaringan
kartilago yang patologis diangkat. (tidak dilakukan rekonstruksi untuk hidung pelana)

Insisi

Penatalaksanaan

Komplikasi :
hidung pelana, retraksi kolumela dan pelebaran dasar
perforasi septumpenyebaran infeksi melalui darah meningitis,
trombosis sinus kavernosis dan sepsis.

Saddle nose :
Klasifikasi hidung pelana, menurut Emsen seperti yang dikutip oleh
Mao,6 :
derajat I: hilangnya penyangga septum dan retraksi kolumela,
derajat II: hilangnya proyeksi pun-cak hidung dan nostril,
derajat III: datarnya puncak hidung, hidung memendek dan
deformitas pada dasar hidung
derajat IV: telah melibatkan tulang dengan hilangnya penyangga
lobular, hilangnya pun-cak hidung, memendek dan berputar

Hidung pelana derajat I dan II, dengan kehilangan minimal


penyangga dorsum, puncak hidung, proyeksi, retraksi
kolumelar dan nostril memerlukan graft kartilago atau tulang
septum atau kartilago konka aurikuler untuk augmentasi
dorsum nasi.
Hidung pelana derajat III dan IV biasanya membutuhkan
struktur yang lebih kaku seperti tulang atau iga.6

Conchal cartilage

Pemilihan bahan yang dipakai untuk augmentasi dosum nasi


penting dalam koreksi kelainan hidung pelana.
Bahan yang dipakai dapat berupa
Autograft (kartilago seperti septum, konka aurikular, iga, tulang
seperti kalvaria, iliaka, hidung, jaringan lunak seperti dermis, fasia
dan lemak)

Homograft (kartilago iga yang diradiasi dan alloderm)

Alloplast (polimer seperti silikon, polietilen, politetrafluoroetilen,


poliester, poliamides, bahan yang dapat diserap seperti benang,
metise-lulosa dan gelfoam)

Daftar Pustaka
Damayanti S. dan Retno W.S. Sumbatan Hidung dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2007: 118-119
Peter A. Hilger. Hidung dalam Boies : Buku Ajar Penyakit THT (ed. Harjanto Effendi). EGC.
Jakarta 1997:182.
Soepardi Arsyad, et al. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher, edisi 6. FKUI: Jakarta. Hal 126-7

Jacky Munilson, Effy Huriyati, Sri Mulyani. 2014; 3(3). Augmentasi Silikon pada Hidung
Pelana. Jurnal Kesehatan Andalas.

Sarika, Sudir. 2010.Nasal Septal Abcess : A retrospective study of 20 cases in KGV Medical
College and Hospital, Sullia. Departement of ENT and Head and Neck Surgery India.
Budiman B.J, Diagnosis dan Penatalaksanaan Abses Septum Nasi. Jurnal Kesehatan
Andalas. 2013; (2) : 51-56.

Вам также может понравиться