Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Keratitis sika
Suatu bentuk keratitis yang disebabkan
oleh kurangnya sekresi kelenjar
lakrimale atau sel goblet yang berada
di konjungtiva.
Keratitis lepra
Suatu bentuk keratitis yang diakibatkan
oleh gangguan trofik saraf, disebut juga
keratitis neuroparalitik.
Keratitis nummularis
Bercak putih berbentuk bulat pada
permukaan kornea biasanya multiple
dan banyak didapatkan pada petani.
Bentuk-bentuk klinik keratitis profunda
antara lain adalah :
Keratitis interstisialis luetik atau
keratitis sifilis congenital
Keratitis sklerotikans.
Patofisiologi
Karena kornea avaskuler, maka
pertahanan pada waktu peradangan tidak
segera datang, seperti pada jaringan lain
yang mengandung banyak vaskularisasi.
Maka badan kornea,wandering celldan
sel-sel lain yang terdapat dalam stroma
kornea, segera bekerja sebagai makrofag,
baru kemudian disusul dengan dilatasi
pembuluh darah yang terdapat dilimbus
dan tampak sebagai injeksi perikornea.
Diagnosa
Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea. Sering
dapat diungkapkan adanya riwayat traumakenyataannya,
benda asing dan abrasi merupakan dua lesi yang umum
pada kornea. Adanya riwayat penyakit kornea juga
bermanfaat. Keratitis akibat infeksi herpes simpleks sering
kambuh, namun karena erosi kambuh sangat sakit dan
keratitis herpetik tidak, penyakit-penyakit ini dapat
dibedakan dari gejalanya. Hendaknya pula ditanyakan
pemakaian obat lokal oleh pasien, karena mungkin telah
memakai kortikosteroid, yang dapat merupakan predisposisi
bagi penyakit bakteri, fungi, atau oleh virus, terutama
keratitis herpes simpleks. Juga mungkin terjadi imunosupresi
akibat penyakit-penyakit sistemik, seperti diabetes, AIDS,
dan penyakit ganas, selain oleh terapi imunosupresi khusus
Temuan Klinis
a. Keratitis Pneumokokus
Ulkus kornea pneumokokus biasanya muncul 24-48 jam
setelah inokulasi pada kornea yang lecet. Infeksi ini secara
khas menimbulkan sebuah ulkus berbatas tegas warna kelabu
yang cenderung menyebar secara tak teratur dari tempat
infeksi ke sentral kornea. Batas yang maju menampakkan
ulserasi aktif dan infiltrasi sementara batas yang ditinggalkan
mulai sembuh. (Efek merambat ini menimbulkan istilah ulkus
serpiginosa akut.) Lapis superfisial kornea adalah yang
pertama terlibat, kemudian parenkim bagian dalam. Kornea
sekitar ulkus sering bening. Biasanya ada hipopion. Kerokan
dari tepian depan ulkus kornea pneumokokus mengandung
diplokokus berbentuk-lancet gram-positif
KeratitisPseudomonas
Ulkus kornea pseudomonas berawal sebagai infiltrat ke
labu atau kuning di tempat epitel kornea yang retak.
Nyeri yang sangat biasanya menyertainya. Lesi ini
cenderung cepat menyebar ke segala arah karena
pengaruh enzim protcolitik yang dihasilkan organisme
ini. Meskipun pada awalnya superfisial, ulkus ini dapat
mengenai seluruh kornea. Umumnya terdapat hipopion
besar yang cenderung membesar dengan berkembang
nya ulkus. Infiltrat dan eksudat mungkin berwarna hijau
kebiruan. Ini akibat pigmen yang dihasilkan organisme
dan patognomonik untuk infeksiP aeruginosa.
KeratitisStreptokokus
Khas sebagai ulkus yang menjalar dari
tepi ke arah tengah kornea
(serpinginous). Ulkus bewarna kuning
keabu-abuan berbentuk cakram dengan
tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat
menjalar ke dalam dan menyebabkan
perforasi kornea, karena eksotoksin yang
dihasilkan oleh streptokok pneumonia.
Terapi
Terapi antibiotika
Tetes mata antibiotik mampu mencapai tingkat
jaringan yang tinggi dan merupakan metode yang
banyak dipakai dalam pengobatan banyak kasus.
Salep pada mata berguna sewaktu tidur pada kasus
yang kurang berat dan juga berguna sebagai terapi
tambahan. Antibiotik subkonjungtiva dapat
membantu pada keadaan ada penyebaran segera
ke sclera atau perforasi atau dalam kasus di mana
kepatuhan terhadap rejimen pengobatan
diragukan.
Terapi kortikosteroid
Terapi topikal kortikosteroid memiliki peran bermanfaat dalam
mengobati beberapa kasus menular keratitis. Keuntungan
potensial adalah penekanan peradangan dan pengurangan
pembentukan jaringan parut pada kornea, yang dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan. Antara kerugiannya pula
termasuk timbulnya aktivitas infeksi baru, imunosupresi lokal,
penghambatan sintesis kolagen dan peningkatan tekanan
intraokular. Meskipun berisiko, banyak ahli percaya bahwa
penggunaan kortikosteroid topikal dalam pengobatan keratitis
bakteri dapat mengurangi morbiditas. Terapi kortikosteroid pada
pasien yang sedang diobati dengan kortikosteroid topikal pada
saat adanya curiganya keratitis bakteri hendaklah diberhentikan
dahulu sampai infeksi telah dikendalikan.
Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakuti dari keratitis bakteri ini
adalah penipisan kornea, dan akhirnya perforasi kornea
yang dapat mengakibatkan endophthalmitis dan hilangnya
penglihatan.
2.4.6 Prognosis
Prognosis visual tergantung pada beberapa faktor, seperti
diuraikan di bawah ini, dan dapat mengakibatkan
penurunan visus derajat ringan sampai berat.
- Virulensi organisme yang bertanggung jawab atas
keratitis
- Luas dan lokasi ulkus kornea
- Hasil vaskularisasi dan / atau deposisi kolagen
Keratitis virus
Keratitis Herpes Simplek
Keratitis herpes simpleks merupakan salah satu
infeksi kornea yang paling sering ditemukan dalam
praktek. Disebabkan oleh virus herpes simpleks,
ditandai dengan adanya infiltrasi sel radang &
edema pada lapisan kornea manapun. Pada mata,
virus herpes simplek dapat diisolasi dari kerokan
epitel kornea penderita keratitis herpes simpleks.
Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan
cairan dan jaringan mata, rongga hidung, mulut,
alat kelamin yang mengandung virus
Temuan klinis
Kelainan mata akibat infeksi herpes simpleks dapat bersifat
primer dan kambuhan. lnfeksi primer herpes simplek primer pada
mata jarang ditemukan ditandai oleh adanya demam, malaise,
limfadenopati preaurikuler, konjungtivitis folikutans, bleparitis,
dan 2/3 kasus terjadi keratitis epitelial. Kira-kira 94-99% kasus
bersifat unilateral, walaupun pada 40% atau lebih dapat terjadi
bilateral khususnya pada pasien-pasien atopic (Vaughan, 2009).
Bentuk ini umumnya dapat sembuh sendiri, tanpa menimbulkan
kerusakan pada mata yang berarti. Terapi antivirus topikal dapat
dipakai unutk profilaksis agar kornea tidak terkena dan sebagai
terapi untuk penyakit kornea. Infeksi primer dapat terjadi pada
setiap umur, tetapi biasanya antara umur 6 bulan-5 tahun atau
16-25 tahun. Keratitis herpes simpleks didominir oleh kelompok
laki-laki pada umur 40 tahun ke atas (American academy, 2006).
Gejala Klinis
Gejala utama umumnya iritasi, fotofobia, mata
berair. Bila kornea bagian pusat yang terkena
terjadi sedikit gangguan penglihatan. Karena
anestesi kornea umumnya timbul pada awal
infeksi, gejala mungkin minimal dan pasien
mungkin tidak datang berobat. Sering ada
riwayat lepuh lepuh, demam atau infeksi
herpes lain, namun ulserasi kornea kadang
kadang merupakan satu satunya gejala
infeksi herpes rekurens
Patogenesa
Keratitis herpes simplek dibagi dalam 2 bentuk
yaitu epitelial dan stromal Kerusakan terjadi
pada pembiakan virus intraepitelial,
mengakibatkan kerusakan sel epitelial dan
membentuk tukak kornea superfisial. Pada yang
stromal terjadi reaksi imunologik tubuh terhadap
virus yang menyerang yaitu reaksi antigen
antibodi yang menarik sel radang kedalam
stroma. Sel radang ini mengeluarkan bahan
proteolitik untuk merusak virus tetapi juga akan
merusak jaringan stroma disekitarnya.
Terapi
Bertujuan menghentikan replikasi virus didalam kornea,
sambil memperkecil efek merusak akibat respon
radang.
Debridement
Cara efektif mengobati keratitis dendritik adalah
debridement epitelial, karena virus berlokasi di dalam
epitel. Debridement juga mengurangi beban antigenik
virus pada stroma kornea. Epitel sehat melekat erat
pada kornea, namun epitel terinfeksi mudah dilepaskan.
Debridement dilakukan dengan aplikator berujung kapas
khusus. Yodium atau eter topikal tidak banyak manfaat
dan dapat menimbulkan keratitis kimiawi
Terapi obat
Agen anti virus topikal yang di pakai pada keratitis herpes
adalah idoxuridine, trifluridine, vidarabine, dan acyclovir.
Trifluridine dan acyclovir jauh lebih efektif untuk penyakit
stroma dari pada yang lain. Idoxuridine dan trifluridine
sering kali menimbulkan reaksi toxik. Acyclovir oral ada
mamfaatnya untuk pengobatan penyakit herpes mata
berat, khususnya pada orang atopik yang rentan terhadap
penyakit herpes mata dan kulit agresif (eczema
herpeticum). Study multicenter terhadap efektivitas
acyclovir untuk pengobatan kerato uveitis herpes
simpleks dan pencegahan penyakit rekurens kini sedang
dilaksanakan (herpes eye disease study)
Bedah
Keratolasti penetrans mungkin diindentifikasi
untuk rehabilitasi penglihatan pasien yang
mempunyai parut kornea berat, namun hendaknya
dilakukan beberapa bulan setelah penyakit herpes
non aktif. Pasca bedah, infeksi herpes rekurens
dapat timbul karena trauma bedah dan
kortikosteroid topikal yang diperlukan untuk
mencegah penolakan transplantasi kornea. Juga
sulit dibedakan penolakan transplantasi kornea
dari penyakit stroma rekurens (Vaughan, 2009).
Prognosis
Prognosis akhirnya baik karena tidak terjadi parut atau
vaskularisasi pada kornea. Bila tidak diobati, penyakit ini
berlangsung 1-3 tahun dengan meninggalkan gejala sisa.
2.3.7Keratitis Virus Varisela Zoster
Infeksi virus varicella zoster terjadi dalam 2 bentuk: primer
(varicella) dan rekuren (zoster). Manifestasi pada mata
jarang terjadi pada varicella namun sering pada zoster
ophthalmic. Pada varicella, lesi mata umumnya pada kelopak
dan tepian kelopak. Jarang ada keratitis (khas lesi stroma
perifer dengan vaskularisasi), dan lebih jarang lagi keratitis
epithelial dengan atau tanpa pseudodendrite. Pernah
dilaporkan keratitis disciformis, dengan uveitis yang lamanya
bervariasi
Keratitis fungi
Keratitis jamur dapat menyebabkan
infeksi jamur yang serius pada
kornea dan berdasarkan sejumlah
laporan, jamur telah ditemukan
menyebabkan 6%-53% kasus
keratitis ulseratif. Lebih dari 70
spesies jamur telah dilaporkan
menyebabkan keratitis jamur
Etiologi
Secara ringkas dapat dibedakan :
Jamur berfilamen (filamentous fungi) : bersifat
multiseluler dengan cabang-cabang hifa.
a) Jamur bersepta :Furasium sp, Acremonium sp,
Aspergillus sp, Cladosporium sp, Penicillium sp,
Paecilomyces sp, Phialophora sp, Curvularia sp,
Altenaria sp.
b)Jamur tidak bersepta :Mucor sp, Rhizopus sp,
Absidia sp.
Jamur ragi (yeast)yaitu jamur uniseluler dengan
pseudohifa dan tunas :Candida albicans,
Cryptococcus sp, Rodotolura sp.
Diagnosa Laboratorik
Sangat membantu diagnosis pasti, walaupun bila negatif
belum menyingkirkan diagnosis keratomikosis. Yang utama
adalah melakukan pemeriksaan kerokan kornea (sebaiknya
dengan spatula Kimura) yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan
biomikroskop. Dapat dilakukan pewarnaan KOH, Gram, Giemsa
atau KOH + Tinta India, dengan angka keberhasilan masingmasing 20-30%, 50-60%, 60-75%dan 80%. Lebih baik lagi
melakukan biopsi jaringan kornea dan diwamai denganPeriodic
Acid SchiffatauMethenamine Silver,tapi sayang perlu biaya
yang besar. Akhir-akhir ini dikembangkanNomarski differential
interference contrast microscopeuntuk melihat morfologi
jamur dari kerokan kornea (metode Nomarski) yang dilaporkan
cukup memuaskan. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar
Sabouraud atau agar ekstrak maltosa