Вы находитесь на странице: 1из 22

PEMILIHAN SUMBER PEMBIAYAAN

(BAGIAN 2)

FACTORING , LEASI N
G , DAN
HYBRID FINANC I AL
By :
INST
RUM
ENT
Akhmad
Nurhadi
Putranto
Annisa Sabrina Djunaedy

Factoring (Anjak Piutang)


Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
84/PMK.012/2006 Tentang Perusahaan Pembiayaan
pasal 1 (e) bahwa Anjak Piutang (Factoring) adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang
dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut
pengurusan atas piutang tersebut.
Perusahaan
Anjakdalam
Piutang
( Piutang :
Pihak-pihak
yang terkait
Anjak

Jenis Jenis Anjak Piutang


1. Anjak Piutang Non Financing
. Credit Investigation

.Sales Ledger Administration


.Credit control termasuk Collection
.Protection again st Credit Risk
2.

Anjak Piutang Financing

Perpajakan
untuk
Anjak
Dari sisi
Piutang
Factor
Pajak Penghasilan
Penghasilan dari perusahaan anjak piutang yang dilakukan
oleh perusahaan pembiayaan, tidak dikenakan pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 23 oleh perusahaan yang
membayarkan.
Pajak Pertambahan Nilai
Penyerahan Jasa Anjak Piutang terutang Pajak Pertambahan
Nilai
Dari
sisiadalah
Klien sebesar 10% x 5% x jumlah seluruh imbalan
yang diterima

Pajak Penghasilan
Klien tidak boleh memotong pajak penghasilan pasal 23
yang terutang oleh factor

Sewa Guna Usaha ( Leasing )


Sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara
lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna
barang modal), dimana lessor memberikan hak kepada
lessee untuk menggunakan barang modal selama
jangka waktu tertentu dengan suatu imbalan berkala
dari lessee yang besarnya tergantung dari perjanjian
antara lessor dan lessee.
Finance Lease

Jenis- Jenis Sewa Guna Usaha :

Kegiatan sewa guna usaha digolongkan sebagai sewa


guna usaha dengan hak opsi (finance lease) apabila
memenuhi semua kriteria berikut:
Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa
sewa guna usaha pertama ditambah dengan nilai sisa
barang modal, harus dapat menutup harga perolehan
barang modal dan keuntungan lessor;
Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya
sebagai berikut:
- 2 (dua) tahun untuk barang modal Golongan I,
- 3 (tiga) tahun untuk barang modal II dan III
- 7 (tujuh) tahun untuk Golongan bangunan.
Penggolongan jenis barang modal ini mengacu kepada
ketentuan dalam Undang-undang Pajak Penghasilan;
Perjanjian sewa guna usaha membuat ketentuan

kegiatan sewa guna usaha digolongkan sebagai sewa


guna usaha tanpa hak opsi apabila memenuhi semua
kriteria berikut:
Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa
sewa guna usaha pertama tidak dapat menutupi harga
perolehan barang modal yang disewa guna usahakan
ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor;
Perjanjian sewa guna usaha tidak membuat ketentuan
mengenai opsi bagi lessee.

Perlakuan Pajak Penghasilan Pada Sewa


Guna Usaha dengan Hak Opsi bagi Lessor
Penghasilan lessor (obyek PPh) adalah imbalan jasa
Sewa Guna Usaha (pendapatan bunga), yaitu dihitung
dari seluruh pembayaran Sewa Guna Usaha dikurangi
angsuran pokok.
Lessor tidak boleh menyusutkan atas barang modal
yang disewagunausahakan dengan hak opsi;
Dalam hal masa sewa guna usaha lebih pendek dari
masa yang ditentukan yaitu sekurang-kurangnya 2
(duua) tahun untuk barang modal Golongan I, 3 (tiga)
tahun untuk barang modal Golongan II dan III, dan 7
(tujuh) untuk Golongan bangunan, maka Direktur Jendral
Pajak melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan
pihak lessor.

Lessor dapat membentuk dana cadangan piutang


tak tertagih yang dapat dikurangkan dari

Kerugian yang diderita karena piutang sewa guna usaha


yang tidak dapat ditagih dibebankan pada cadangan
piutang tak tertagih yang telah dibentuk pada awal
tahun pajak yang bersangkutan;
Dalam hal cadangan piutang tak tertagih tersebut tidak
atau tidak sepenuhnya dibebani untuk menutup
kerugian yang dimaksud maka sisanya dihitung sebagai
penghasilan, sedangkan apabila cadangan tersebut
tidak mencukupi maka kekurangannya dapat
dibebankan sebagai biaya yang dikurangkan dari
penghasilan bruto.
Angsuran PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan Laporan
Keuangan Triwulanan yang disetahunkan.
Pembayaran Sewa Guna Usaha tidak dikenakan PPN.

Perlakuan Pajak Penghasilan Pada Sewa


Guna Usaha dengan Hak Opsi bagi Lessee
Selama masa sewa guna usaha, lessee tidak boleh
melakukan penyusutan atas barang modal yang
disewagunausahakan, sampai saat lessee menggunakan
hak opsi untuk membeli;
Setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli
barang modal tersebut, lessee melakukan penyusutan
dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa (residual
value) barang modal yang bersangkutan;
Pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau
terutang oleh lessee kecuali pembebanan atas tanah,
merupakan biaya yang dapat diakui sebagai biaya
sehingga dapat menjadi pengurang bagi penghasilan
bruto lessee sepanjang transaksi sewa guna usaha
tersebut memenuhi kebutuhan dalam Pasal 3 keputusan

Lessee tidak memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 atas


pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau
terutang berdasarkan perjanjian sewa guna usaha
dengan hak opsi.
Dalam Rekonsiliasi Fiskal lessee harus melakukan
Koreksi Fiskal atas Laporan Keuangannya sbb:
Melakukan koreksi biaya penyusutan, yaitu tidak
membebankan biaya penyusutan atas aktiva tetap
SGU.
Melakukan koreksi biaya angsuran SGU, yaitu dengan
memasukkan angsuran pokok SGU sebagai biaya
(pengurang penghasilan bruto).
Biaya bunga tetap dapat diakui sebagai biaya (sama
antara akuntansi komersial dengan akuntansi Fiskal)

Perlakuan Pajak Penghasilan Pada Sewa


Guna Usaha tanpa Hak Opsi bagi Lessor
Seluruh pembayaran sewa guna usaha tanpa hak opsi
yang diterima atau diperoleh lessor merupakan obyek
Pajak penghasilan;
Lessor melakukan penyusutan atas barang modal yang
disewagunausahakan tanpa hak opsi, sesuai dengan
ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan
1984 beserta peraturan pelaksanaannya
Lessor wajib mengenakan PPN atas jasa sewa tersebut.

Perlakuan Pajak Penghasilan Pada Sewa


Guna Usaha tanpa Hak Opsi bagi Lessee
Pembayaran sewa guna usaha tanpa hak opsi yang
dibayar atau terutang oleh lessee adalah biaya
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
Lessee wajib memotong Pajak Penghasilan Pasal 23
atas pembayaran sewa guna usaha tanpa hak opsi
yang dibayarkan atau terutang kepada lessor.
Lessee tidak berhak melakukan penyusutan atas
barang modal sewa guna usaha

Perlakuan Pajak Penghasilan Pada Sewa


Guna Usaha tanpa Hak Opsi bagi Lessee
Membeli Secara Langsung atau Melalui Sewa Guna Usaha
dengan hak Opsi
Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pajak
untuk hal ini, antara lain sebagai berikut:
Apabila membeli secara langsung, maka jumlah yang dapat
dibiayakan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak
adalah beban penyusutan
Besarnya beban penyusutan antara lain ditentukan oleh
metode penyusutan dan umur ekonomis yang telah
ditetapkan oleh peraturan perpajakan
Apabila secara sewa guna usaha, maka semua biaya yang
dikeluarkan untuk membayar sewa guna usaha tersebut
dapat dibiayakan pada tahun yang bersangkutan
Masa sewa guna usaha bisa lebih pendek dari umur ekonomis
sehingga perusahaan dapat membiayakan perolehan aset

Hybrid Financial Instruments


Hybrid Financial Instruments merupakan sebuah
instrumen keuangan yang memiliki sifat ganda
potensi ekuitas dan utang, dan mereka
memungkinkan untuk bisnis untuk menerbitkan
utang dengan karakteristik opsi pada nilai masa
depan ekuitas perusahaan.

a.
b.

c.

d.
e.

Tujuan perpajakan yang dapat dicapai dengan


menggunakan instrumen keuangan hibrid dalam
perencanaan pajak adalah sebagai berikut:
Memperoleh pengurangan ganda (double dipping) atas
pembayaran bunga
Perusahaan yang memungkinkan pembebanan bunga
pada suatu negara dan tidak dikenakan pajak di negara
lainnya
Mengatasi tax avoidence rule dengan struktur
pembiayaan yang menghindari permasalahan thincapitalization rule atau aturan back-to-back loan
Menghindari atau mengurangi tarif pemotongan pajak
penghasilan dan pajak atas laba pengalihan harta
Menunda penerimaan penghasilan atau mendapatkan
pengurangan pajak secara dini

Suatu instrumen keuangan hybrid yang bertujuan


memanfaatkan perbedaan sistem perpajakan di antara
dua negara dan tidak memiliki tujuan komersial yang
bonafide mengakibatkan dasar pengenaan pajak dalam
negeri suatu negara bisa terkikis sehingga hal ini
dianggap sebagai bentuk penghindaran pajak yang
menjadi ancaman serius berbagai negara dan saat ini
berupaya diatasi melalui reformasi pajak
Saat ini, Indonesia belum memiliki ketentuan
pencegahan penghindaran pajak baik secara khusus
maupun umum yang dapat menangkal praktik
penghindaran pajak melalui penggunaan instrumen
keuangan hybrid. Walaupun otoritas pajak Indonesia
memiliki wewenang untuk merekarakterisasi transkasi
utang sebagai modal, namun dengan tidak adanya

Contoh kasus leasing


Dalam rangka meningkatkan produksinya, PT ABC
merencanakan menambah sebuah mesin dengan harga
Rp 1.000.000.000. PT ABC sedang mempertimbangkan
untuk membeli langsung atau menggunakan sewa guna
usaha dengan hak opsi. Dengan diketahui tingkat suku
bunga sebagai berikut:
Bunga pinjaman
: 20% (digunakan sebagai
tingkat diskon)
Bunga sewa guna usaha : 22%
Melakukan
pengadaan
Umur
aset
: 4 tahunmesin melalui Sewa
Guna Usaha dengan Hak Opsi atau membeli
mesin baru ?

Pengadaan Mesin Melalui Sewa Guna usaha


dengan Hak Opsi
Setelah melakukan perhitungan biaya angsuran
pengadaan mesin melalui sewa guna usaha dengan hak
opsi yang menggunakan tingkat suku bunga 22% dan
tingkat diskon 20% selama 4 tahun atau 48 bulan, maka
didapat hasil berikut:

Penyusutan Mesin yang di Beli dan di sewa guna


usahakan dengan hak opsi dengan tingkat diskon 20%.
Nilai aset
: Rp100.000.000
Metode penyusutan : saldo menurun
Umur Aset
: 8 tahun

Pengadaan Mesin Melalui Pembelian


Langsung

Beban Penyusutan dan Nilai Tunainya


Nilai Aset
: Rp 1.000.000.000
Umur mesin
: 8 tahun
Metode Penyusutan
: Saldo menurun
Tingkat diskon : 20%

Вам также может понравиться