Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Latar belakang
Definisi:
Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia
yaitu sel Limfosit T, khususnya cluster of differentiation 4
(CD4+)
Epidemiologi:
Tahun 2011 34 orang hidup dengan HIV diseluruh dunia
September 2012 92.251 kasus HIV di Indonesia
Jumlah kasus tertinggi di DKI Jakarta, kemudia Jawa Timur,
Papua, Jawa barat, dan Sumatra Utara
HIV
Etiologi:
HIV merupakan kelompok retrovirus, subfamili Lentivirus
Memiliki lapisan kapsid, protein matriks, dan inti virus
Kapsid terdiri dari lipid dan 2 glikoprotein yaitu
Glikoprotein eksternal (GP120)
Glikoprotein transmembran (GP41)
HIV
HIV
Patogenesis:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
HIV
HIV
Individu
terinfeksi
HIV
HIV
Respon
imun
selular (sel
T) dan
humoral
(sel B)
VIREMIA
AKUT
(aktivasi
CD8+)
Window
period
Penurunan
jumlah
CD4+
sampai
<200
sel/mm3
Asimptomatik/
Clinical Latency
HIV tetap aktif
diproduksi tetapi
dalam jumlah
yang sangat
rendah
AIDS
dengan
berbagai
infeksi
oportunistik
8 minggu setelah
terinfeksi
5 tahun
setelah
terinfeksi
HIV
Klasifikasi (WHO):
Infeksi HIV Primer
- Asimtomatik (tanpa gejala)
Stadium Klinis 3
- Kehilangan berat badan berat tanpa alasan (>10% dari berat badan yang
diperkirakan atau diukur)
- Diare kronik tanpa alasan yang berlangsung lebih dari 1 bulan
- Demam berkepanjangan tanpa alasan yang berlangsung lebih dari 1 bulan
- Tuberkulosis paru
Stadium Klinis 2
- Kehilangan berat badan sedang tanpa alasan (<10% dari berat badan yang
- Infeksi saluran napas bagian atas berulang (sinusitis, tonsilitis, ototis media dan
faringitis)
- Herpes zoster
- Kheilitis angularis
- HIV wasting syndrome
- Pneumonia Pneumocystis
- Pneumonia bakteri berat yang berulang
- Infeksi herpes simplex kronik (orolabial, kelamin, atau anorektal lebih dari 1
bulan atau visceral pada bagian tubuh manapun)
- Kandidiasis esofagus (atau kandidiasis pada trakea, bronkus atau paru)
Diagnosis:
Dibutuhkan waktu 3-12 minggu untuk mendeteksi antibodi
HIV pada darah
1.
2.
3.
4.
HIV
Diagnosis:
Jumlah CD4+ didalam darah untuk mengetahui keadaan
imun pasien
Kadar CD4+total
Normal:
Jumlah sel CD4+ pada orang yang tidak terinfeksi HIV biasanya
berkisar antara 600 - 1500 sel per mikroliter (L).
Abnormal:
HIV
Diagnosis:
AIDS (Aquired immunodeficiency syndrome):
Minimal 2 dari kriteria mayor dan 1 dari kriteria minor harus dipenuhi, tanpa
ditemukannya penyebab lain dari penurunan sistem kekebalan tubuh seperti
kanker dan malnutrisi berat.
Ditemukannya sarkoma kaposi generalisata atau kriptokokal meningitis saja
sudah cukup untuk diagnosis AIDS.
Kriteria Mayor
Kehilangan berat badan >10%
Diare kronik > 1 bulan
Demam kronik > 1 bulan (intermiten atau konstan)
Kriteria Minor
Batuk persisten > 1 bulan
Dermatitis generalisata
Herpes zoster rekuren
HIV
Kandidiasis orofaringeal
Infeksi virus herpes simplex progresif kronik dan diseminata
Limfadenopati generalisata
Tatalaksana
Nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTIs)
=Menggantikan substrat yang dibutuhkan enzim reverse
transcriptase dan akan menghambat polimerisasi DNA
Contoh: Abacavir, Didanosine, Emtricitabine
Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NNRTIs)
=Berikatan dengan enzim reverse transcriptase dan akan
menghambat replikasi virus
Contoh: Delavirdine, Efavirenz, Etravirine
Protease inhibitors
=Menghambat aktivitas enzim protease
Contoh: Atazanavir, Darunavir, Lopinavir
HIV
Tatalaksana
Integrase inhibitors
=Hambat penyisipan DNA virus ke DNA sel inang
Contoh: Raltegravir
Fusion inhibitor
=Menghambat kemampuan HIV untuk berfusi dengan sel CD4+
Contoh: Enfuvirtide
CCR5 antagonist
=Menghambat pemasukan virus melalui reseptor CCR5
Contoh: Maraviroc
HIV
Definisi:
Keadaan dimana satu atau lebih organ tubuh yang terinfeksi bakteri
tuberkulosa menjadi sakit dan menunjukan tanda dan gejala klinis
Epidemiologi:
Di Indonesia ditemukan 235 kasus setiap 100.000 penduduk pada
tahun 2010
Etiologi:
Mycobacterium tuberculosis
Bakteri tahan asam berbentuk batang lurus, tidak berspora dan tidak
berkapsul
TB
Faktor resiko:
1.
2.
3.
4.
TB
TB
Menyebar
Limfogen
Perkontinuatum
Hematogen
Bronkogen
Diresorpsi kembali
tanpa cacat
Meluas membentuk
sarang pneumoni baru
TB
Meluas dan
membentuk jaringan
kaseosa (dapat
membentuk kavitas)
Sembuh
Open healed
cavity
Kavitas
tertutup
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi penyakit
1.
2.
TB Paru
TB Ekstraparu
Pasien baru
Pasien yang sudah diterapi sebelumnya
Pasien dengan riwayat terapi TB sebelumnya yang tidak diketahui
Monoresistance :
Resisten terhadap 1 OAT lini pertama
2.
Polydrug resistance:
Resisten terhadap lebih dari 1 OAT lini pertama selain terhadap INH dan R
3.
Multidrug resistance:
Resisten terhadap paling tidak isoniazid dan rifampisin
TB
4.
5.
Rifampisin resistance
Klasifikasi
Berdasarkan patogenesis
TB
0:
Tidak ada riwayat paparan terhadap TB, uji tuberkulin negatif, tidak
terinfeksi TB.
I:
Terdapat riwayat paparan terhadap TB, uji tuberkulin negatif, tidak ada
tanda akan infeksi TB.
II:
III:
IV:
V:
Terdapat tanda dan gejala penyakit TB, tetapi evaluasi belum lengkap.
Manifestasi Klinis:
1. Infeksi awal:
Tanpa gejala
Demam, limfadenopati paratrakeal, sesak
2. TB progresif primer:
3. TB ekstrapulmonal:
4. TB Laten:
TB
Manifestasi Klinis
TB
Diagnosis
1. Manifestasi klinis
TB
Gejala Respiratori:
Gejala Sistemik:
Demam
Malaise
Keringat malam
Anoreksia
Penurunan BB
Gejala Ekstraparu:
Diagnosis
2.
Pemeriksaan Fisik
TB Paru:
3.
TB
Pemeriksaan bakteriologi
Didapatkan dari dahak (3 spesimen: SPS)/ cairan
pleura/ serebrospinal
Dengan cara
Mikroskopis (BTA): Ziehl-Nielsen
Biakan kuman
1x positif dengan 2
x negatif
Ulang BTA
3x
1x positif dengan 2x
negatif
BTA positif
3x negatif
BTA negatif
4. Pemeriksaan Radiologi
Bagian apex menunjukkan bayangan berupa bercak atau noduler
(satu atau 2 sisi)
Kavitas/ lubang
Bayangan titik-titik yang tersebar
TB
5. Pemeriksaan Tuberkulin
Penyuntikan protein turunan M.tuberculosis pada permukaan
belakang lengan bawah secara intradermal
48-72 jam setelah penyuntikan diukur diameter dari
pembengkakkan atau indurasi
Positif: indurasi berukuran diameter 10 mm atau lebih
TB
TB
Tatalaksana
Prinsip pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu:
1.
Tahap intensif
2.
Tahap lanjutan
TB
2 RHZE
Setiap hari
Pasien menjadi tidak menular dalam 2 minggu
Konversi BTA menjadi negatif dalam 2 bulan
Membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadi
kekambuhan
Durasi lebih panjang dengan oabt yang lebih sedikit
Tatalaksana
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di
Indonesia:
i.
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
ii.
Karegori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya.
Obat lini 2 digunakan jika obat lini 1 tidak berhasil dalam mengobati TB. Tetapi, pengobatan
TB dengan menggunakan obat lini 2 membutuhkan waktu yang lebih lama dan memiliki
toksisitas yang lebih tinggi dibandingkan obat lini 1. Beberapa obat lini 2 adalah
kapreomisin, kanamisin, amikasin, etionamid, para-aminosalicylic acid, sikloserin,
siprofloksasin, levofloksasin, dan klofazimin.
TB
Definisi
Pada pasien dengan HIV, dimana sistem pertahanan tubuhnya
menurun, maka infeksi TB laten tersebut dengan mudah
berkembang menjadi TB aktif
Epidemiologi
60% pasien dengan HIV terinfeksi kuman TB akan menjadi TB
aktif
3% pasien TB dengan memiliki status HIV positif
Infeksi penyerta terbanyak pada pasien HIV/AIDS adalah TB
yaitu sebanyak 11.835 kasus atau 49% dari seluruh pasien
HIV/AIDS
KO-INFEKSI TB - HIV
Diagnosis
1. Manifestasi Klinis
Tidak spesifik
Paling sering: demam, penurunan berat badan >10%, gejala
ekstraparu seperti diare berkepanjangan, pembesaran KGB, dll
Sifat batuk tidak harus >=2 minggu
2. Radiografi
KO-INFEKSI TB - HIV
Tidak Tipikal
Infiltrat di interstitial (selain apeks paru)
Kavitas
Limfadenopati intratoraks
KO-INFEKSI TB - HIV
Diagnosis
3. Mikroskopis bakteri (BTA)
4. Biakan
5. Serologis
Antibodi, Antigen
Tuberculin test sebagian besar ODHA menunjukkan hasil negatif karena adanya
keadaan anergi
KO-INFEKSI TB - HIV
Diagnosis Banding:
Pneumonia Bakterial
Sarkoma Kaposi
Pneumonia Pneumocystis Jirovecii (PCP)
Mycobacterium Avium Complex (MAC)
Infeksi Jamur (Cryptococcus sp dan Nocardia sp)
KO-INFEKSI TB - HIV
Penatalaksanaan
1. Prevensi TB pada ODHA
KO-INFEKSI TB - HIV
Penatalaksanaan
OAT:
Kasus baru: 2RHZE/ 4RH
Kasus lama (relaps/ gagal pengobatan): 2RHZES atau 1RHZE /
5RHE
ARV
WHO kombinasi 2 NRTIs dengan 1 NNRTI sebagai lini pertama
Penggunaan Rifampisin dan ARV secara bersamaan dapat
menurunkan efisiensi obat antiretroviral dosis antiviral harus
dinaikan
Anjuran ARV untuk pasien HIV dan TB dengan OAT Efavirenz
dengan dosis 600 mg/ hari
KO-INFEKSI TB - HIV
Pengobatan TB
Dimulai segera
Dimulai segera
TB Paru
(CD4 = 200 350 sel/
mm3)
Dimulai segera
TB Paru
(CD4 > 350 sel/mm3)
Dimulai segera
ARV
Mulai ART segera
setelah pengobatan TB
telah tertoleransi
(2 minggu 2 bulan)*
Mulai ART setelah
fase terapi insiasi TB
selesai (mulai lebih
awal jika terdapat
penurunan imun
parah)
Monitor jumlah CD4
Pertimbangkan ART
jika umlah CD4 turun
dibawah 350 sel/mm3
KO-INFEKSI TB - HIV
3.
KO-INFEKSI TB - HIV
KO-INFEKSI TB - HIV
KESIMPULAN