Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
201410401011050
SMF MATA
RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
BAB 1
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. AM
Usia : 53 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Semolowaru Utara
Pekerjaan : PNS
Status : Menikah
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal pemeriksaan : 12 Juni 2015
No. Registrasi : 703427
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Mata perih
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan mata perih. Mata perih
dirasakan di kedua mata sejak 2 bulan yang lalu dan hilang
timbul. Mata perih disertai rasa panas dan terasa tidak nyaman
dan terasa mengganjal / ngeres seperti ada benda asing. Gatal
(-) mata merah (-) sulit menggerakkan palpebra (-) pandangan
kabur (-) nrocoh (-). 1 tahun yang lalu pasien pernah ke Poli
Mata RSU Haji Surabaya dengan keluhan yang sama kemudian
diberi obat tetes Cendo Lyteers dan obat salep. Keluhan
menghilang kemudian sekitar 2 bulan yang lalu keluhan
muncul kembali. Pasien juga mengeluh mata kabur sejak 1
bulan yang lalu. Mata kabur saat melihat jarak dekat. Pasien
sudah memakai kacamata namun sudah tidak nyaman.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak baik
Kesadaran : Compos mentis
Status Lokalis :
Visus :
VOD : 0,2 cc S +1,00 / C + 0,50 x 180 1,0
VOS : 0,2 cc S + 1,00 / C + 0,50 x 180 1,0
Add +2,50
PD 64/62 mm
Segmen anterior :
Palpebra : edema (-)/(-), spasme (-)/(-)
Konjungtiva : hiperemi (-)/(-)
Kornea : keruh (-)/(-)
edema : (-)/(-)
Bilik mata depan : dangkal (-)/(-), keruh (-)/(-)
Iris : Radier (+)/(+)
Pupil : Reflek cahaya langsung/tak langsung
(+)/(+), ODS normal 3 mm
Lensa : kesan jernih (+)/(+)
Pemeriksaan Lain
AR :
OD : S +2,00 / C 0,50 x 110
OS : S + 3,00 / C 2,00 x 91
Schirmer Test :
OD : 3 mm
OS : 0 mm
Daftar Masalah
Wanita, 53 tahun
kedua mata perih
mata panas
mata terasa mengganjal / ngeres
ODS mata kabur
Schirmer Test :
OD : 3 mm
OS : 0 mm
VOD : 0,2 cc S +1,00 / C + 0,50 x 180 1,0
VOS : 0,2 cc S + 1,00 / C + 0,50 x 180 1,0
Add +2,50
Diagnosis
- ODS Sindroma Mata Kering
- ODS Astigmatisma Hipermetropia
Compositus + Presbiopia
Planning diagnosis : Planning terapi :
Cendo Lyteers eye drop 4 dd gtt 1 ODS
Kacamata jauh dan dekat
Planning monitoring :
-
Keluhan pasien
Visus pasien
Segmen Anterior
Penggunaan Obat
Planning Edukasi
Menjelaskan pada pasien bahwa pasien mengalami Sindroma
Mata Kering dan rabun jauh dan dekat
Menjelaskan tentang terapi obat tetes yang akan diberikan
kepada pasien serta cara penggunaannya
Menghimbau pasien untuk rutin menggunakan obat tetes mata
Menjelaskan bahwa pasien harus mengganti kacamata lama
dengan kacamata yang baru
Menjelaskan pasien utnut memakai kacamata terus kecuali
mandi, tidur dan olahraga
Menjelaskan pasien kontrol kacamata 1 tahun atau jika
kacamata sudah tidak nyaman
Memberi informasi kepada pasien jika ada keluhan segera
kontrol ke poli mata.
PEMBAHASAN KASUS
Anamnesis :
Pada kasus ini pasien dengan identitas Ny. AM, Usia 53 tahun , Hal ini
sesuai dengan pustaka yang menyatakan bahwa SMK (Sindroma Mata
Kering) sering terjadi pada usia > 50 tahun.
Pemeriksaan Oftalmologi :
Visus :
Visus
Pada pasien ini didapatkan
Astigmatisma Hipermetropia Compositus
+ Presbiopia. Pasien juga mengeluh
mata kabur sejak 1 bulan yang lalu.
Mata kabur saat melihat jarak dekat.
Pasien sudah memakai kacamata
namun sudah tidak nyaman. Hal ini
kemungkinan diakibatkan proses
degenerasi dimana pada pasien usia tua
terdapat gejala-gejala kelainan refraksi
hipermetropia.
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Apparatus
Lakrimalis
Apparatus lakrimal
terdiri :
- kel. Lakrimal
utama
- kel. Lakrimal
aksesori
- bagian lakrimal :
puncta
kanalikuli
kantung lakrimalis
duktus
nasolakrimal
sakus lakrimal
duktus nasolakrimal
AIR MATA
Air mata membentuk lapisan tipis
setebal 7 10 um yang menutupi
epitel kornea dan konjungtiva.
Isotonik dengan pH rata rata 7,35
Volum air mata normal : 7+/-2 uL
pada setiap mata
Fungi dari air mata :
1. Menghapus benda asing dari
permukaan kornea
2. Sumber oksigen terhadap epitel
kornea dan konjuntiva
3. Pelicin antara kelopak mata dan
permukaan kornea mata
4. Jalur untuk selsel leukosit menuju
ke bagian sentral kornea avaskuler
bila terjadi trauma kornea
5. Sebagai anti bakterial
6. Media untuk membuang debris dan
sel yang mengalami deskuamasi
DEFINISI
Sindrom mata kering (DES), juga
dikenal sebagai keratokonjungtivitis
sicca (KCS) atau keratitis sicca,
adalah penyakit multifaktorial dari air
mata dan permukaan mata yang
mengakibatkan
ketidaknyamanan,
gangguan visual dan ketidakstabilan
air mata dengan potensi kerusakan
pada permukaan mata
ETIOLOGI
KONDISI
PENYAKIT
Hipofungsi kelenjar
lakrimal
Defisiensi musin
Defisiensi Lipid
Evaporasi berlebihan
a. Kelainan palpebra
(Coloboma, Ektropion atau entropion, Keratinisasi tepian palpebra,
Kedipan berkurang (gangguan neurologik, hipertiroid, lensa
kontak, keratitis herpes simpleks, lepra), Lagophthalmos )
b. Kelainan konjungtiva (Pterygium, Symblepharon)
c. Proptosis
EPIDEMIOLOGI
Penelitian berdasarkan populasi Beaver Dam
menemukan tingkat prevalensi Sindroma Mata
kering 14% pada orang usia 48-75 tahun. Studi
Epidemiologi dari Womens Health Study and
Physicians HealthStudy di Amerika Serikat sekitar
7% pada wanita dan 4% pada pria dengan usia
diatas 50 tahun dari populasi 3,2 juta wanita dan
1,05 juta pria. Di Australia terjadi peningkatan
yang signifikan pada pasien usia 50-59 tahun oleh
karena penurunan produksi air mata. Di Indonesia
prevalensi mata kering sebanyak 27,5% terjadi
lebih banyak wanita daripada pria. 4
Patofisiologi
2 mekanisme yang menyebabkan
mata kering:
1. Hiperosmolaritas air mata
kurangnya aliran aqueous ataupun penguapan
air mata yang berlebihan
osmolaritas
cedera epitelium permukaan
okuler
Inflamasi akut
dapat dengan
mengakibatkan
peningkatan
pengaktifan mediator inflamasi
ke
dalam air
refleks lakrimasi dan berkedip
mata
inflamasi kronis dapat
menyebabkan berkurangnya
sensitisasi pada kornea dan
penurunan refleks lakrimasi yang
berujung pada peningkatan
penguapan dan ketidakstabilan
lapisan air mata
Kelainan musin
Gangguan produksi musin mengakibatkan penyebaran air
mata yang tidak merata pada permukaan mata. Gangguan
disebabkan oleh hilangnya sel goblet konjungtiva.
Kelainan lipid
Kekurangan lapisan lipid pada anatomi air mata
menyebabkan
evaporasi yang berlebihan.
Disfungsi kelenjar meibomia, meibomitis, infeksi kelopak
mata, blepharitis dapat menghambat lipid yang penting
untuk
mengurangi penguapan lapisan aqueous.
GEJALA KLINIS
Sensasi gatal atau berpasir (benda
asing)
Sekresi mukus berlebihan
Tidak mampu menghasilkan air
mata
Sensasi terbakar
fotosensitivitas
merah
sakit dan sulit menggerakkan
DIAGNOSIS
Tes Schirmer
Tear film break-up time
Tes Ferning Mata
Sitologi Impresi
Pemulasan Flourescein
Penguji Kadar Lisozim Air Mata
Osmolalitas Air Mata
Lactoferrin
PENATALAKSANAAN
1. Pemberian air mata buatan
Air mata buatan diberikan 1-2 tetes pada dewasa maupun anak
- anak apabila terjadi defisiensi komponen air. Air mata buatan
ini berfungsi sebagai pelumas pada permukaan mata.
2. Salep / gel, sebagai pelumas jangka panjang, terutama saat
tidur
3. Kacamata pelembab bilik
apabila penyebabnya lingkungan yang terlalu panas atau
dingin. Usahakan kaca mata hitam yang dipakai adalah yang
mempunyai bentuk yang cukup lebar dan menutupi daerah
samping mata, sehingga penguapan air mata dapat dihindari.
4. Agen anti-inflamasi
- Siklosporin A topikal : diberikan 1 tetes pada setiap mata per
12 jam.
KOMPLIKASI
Pada awal perjalanan keratokonjungtivitis
sicca, penglihata sedikit terganggu. Dengan
memburuknya keadaan, ketidaknyamanan
sangat menggangu. Pada kasus lanjut,
dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea,
dan perforasi. Kadang-kadang terjadi infeksi
bakteri sekunder, dan berakibat parut dan
vaskularisasi pada kornea, yang sangat
menurunkan penglihatan. Terapi dini dapat
mencegah komplikasi-komplikasi ini
PROGNOSIS
Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada
pasien dengan sindrom mata kering adalah baik.
Sebagian besar pasien dengan derajat keparahan
ringan hingga sedang dapat diobati gejalanya dengan
pemberian lubricant, dan gejalanya bisa teratasi.
Pada mata kering yang berat, bisa mengganggu
kualitas hidup karena seringkali pasien mengeluhkan
penglihatan kabur, iritasi berat sehingga mereka
kesulitan membuka mata dan mereka aktivitas kerja
menjadi terganggu