Вы находитесь на странице: 1из 17

Fracsination and identification Tanin on

Leaf Belimbing wuluh


(Averrhoa blimbi)
Fraksinasi dan identifikasi senyawa tanin
dalam daun Belimbing wuluh
(Averrhoa blimbi)
Present by :
Moh. Aprianto Paneo
(821 411 089)

Latar belakang
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan salah satu
jenis tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional.
Tanaman ini banyak dimanfaatkan mengatasi berbagaipenyakit
seperti batuk, diabetes, rematik gondongan, sariawan, sakit
gigi, gusiberdarahjerawat, diare sampai tekanan darah tinggi.
Ekstrak daun belimbing wuluh mengandung flavonoid, saponin,
triterpenoid dan tanin(Faharani, 2009; Hayati, et al., 2010).
Bahan aktif pada daun belimbing wuluh yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat adalah tanin. Tanin merupakan
suatu senyawa fenol yang memiliki berat molekul besar yang
terdiri
dari
gugus
hidroksi
dan
beberapa
gugus
yangbersangkutan seperti karboksil untuk membentuk
kompleks kuat yang efektif dengan proteindan beberapa
makromolekul (Horvart, 1981).

Rumusan masalah
1. Apakah fungsi tanin bagi manusia?
2. Berapa % kadar tanin pada
Belimbing wuluh (Averrhoa blimbi
L)?
3. Berapa besar penggunaan
Belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L)
sebagai obat tradisional dikalangan
masyarakat?

Tujuan
1. Untuk Mengetahui fungsi tanin bagi
manusia
2. Untuk mengetahui berapa % kadar
tanin dalam Belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.)
3. Untuk mengetahui berapa besar
penggunaan Belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) sebagai obat
tradisional dikalangan masyarakat

Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui fungsi
tanin bagi manusia
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui %
kadar tanin dalam daun Belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.)
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui
seberapa besar pengunaan daun
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
sebagai obat tradisional dikalangan
masyarakat

Tinjauan teori
Klasifikasi Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

Kingdom: Plantae
Divisi : Spermatphyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo : Oxalidales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : A.bilimbi L. (belimbing wuluh)
(Prihatman, 2000)

Belimbing wuluh disebut Averrhoa bilimbi


L..
yang
termasuk
kedalamfamily
Oxalidaceae. Tanaman ini dikenal dengan
nama
daerah
limeng,
selemeng,
baliembieng,blimbing buloh, limbi, libi,
tukurela, dan malibi. Nama asingnya bilimbi,
cucumber tree,kamias. Tumbuhan ini kaya
dengan berbagai kandungan kimia yang
sudahdiketahui,a.batang : saponin, tanin,
glucoside, calsium oksalat, sulfur, asam
format,peroksidaseb.daun : Tanin, sulfur,
asam format, peroksidase, calsium oksalat,
kalium sitrat.

Morfologi Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)


Tanaman belimbing manis merupakan semak, perdu atau pohon.
Habitus tanaman ini tegak, tinggi 5-12 m. Ciri-ciri daun belimbing
manis adalah daun menyirip ganjil, daun tersebar, majemuk, anak
daun tepi rata, daun penumpu tidak ada, anak daun bulat telur
memanjang, meruncing, ke arah poros semakin besar, bawah hijau
biru. Ciri-ciri bunga belimbing manis adalah bunga dalam ketiak
daun yang masih ada atau yang sudah rontok atau pada kayu tua,
beraturan, berkelamin 2, malai bunga pada ranting yang langsing,
kerap kali dalam ketiak daun yang telah rontok, malai bunga
kebanyakan terkumpul rapat, panjang 1,5-7,5 cm, bunga sebagian
dengan benang sari pendek dan tangkai putik panjang, sebagian
dengan benang sari panjang dan tankai putik pendek, benang sari
10, lepas atau bersatu pada pangkal, kepala sari beruang 2,
berkelopak 5, kelopak tingginya lebih kurang 4 mm, daun mahkota
5, daun mahkota di tengah bergandengan, bulat telur terbalik
memanjang, dengan pangkal dan tepi pucat, terpuntir waktu dalam
kuncup, rontok, panjang daun mahkota 6-8 mm dan bunga
berwarna merah ungu.

Sambungan >>
Buah kotak atau buni, buah buni bulat memanjang,
dengan 5 rusuk yang tajam, kuning muda, panjang 413 cm, bakal buah menumpang, persegi 5 atau
berlekuk 5 dan tangkai putik 5. Buah belimbing
berwarna kuning kehijauan. Saat baru tumbuh,
buahnya berwarna hijau. Jika dipotong, buah ini
mempunyai penampang yang berbentuk bintang.
Berbiji kecil dan berwarna coklat. Buah ini renyah
saat dimakan, rasanya manis dan sedikit asam. Buah
ini mengandung banyak vitamin C. Tanaman
belimbing manis ditanam sebagai pohon buah dan
kadang-kadang menjadi liar. Buah belimbing manis
mengandung glukosida, vitamin B, dan vitamin C.

Tanin merupakan substansi yang


tersebar luas dalam tanaman , seperti
daun, buah yang belum matang ,
batang dan kulit kayu. Pada buah yang
belum matang ,tanin digunakan
sebagai energi dalam proses
metabolisme dalam bentuk oksidasi
tannin. Tanin yang dikatakan sebagai
sumber asam pada buah.
(Faharani, 2009)

Sifat kimia Tanin :


1. Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk
campuran polifenol yang sukar dipisahkan sehingga
sukar mengkristal.
2. Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi.
3. Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi
adstrigensia, antiseptic dan pemberi warna
. Identifikasi Tanin dapat dilakukan dengan cara :
1. Diberikan larutan FeCl3 berwarna biru tua / hitam
kehijauan.
2. Ditambahkan Kalium Ferrisianida + amoniak berwarna
coklat.
3. Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan
Kalium Bikromat berwarna coklat.

Senyawa tanin pada Belimbing wuluh


Ekstrak daun belimbing wuluh mengandung flavonoid,
saponin, triterpenoid dan tanin (Faharani, 2009; Hayati, et
al., 2010).
Bahan aktif pada daun belimbing wuluh yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat adalah tanin. Tanin merupakan
suatu senyawa fenol yang memiliki berat molekul besar yang
terdiri dari gugus hidroksi dan beberapa gugus yang
bersangkutan seperti karboksil untuk membentuk kompleks
kuat yang efektif dengan protein dan beberapa
makromolekul (Horvart, 1981).
Tanin terdiri dari dua jenis yaitu tanin terkondensasi
dan tanin terhidrolisis. Kedua jenis tanin ini terdapat dalam
tumbuhan, tetapi yang paling dominan terdapat dalam
tanaman adalah tanin terkondensasi. Kadar tanin yang tinggi
pada daun belimbing wuluh muda sebesar 10,92% (Ummah,
2010).

Secara kualitatif pengujian fitokimia senyawa tanin terhadap


esktrak aseton-air (7:3) daun belimbing wuluh dengan reagen
FeCl3, gelatin dan campuran formalin : HCl menunjukan adanya
golongan senyawa tannin. Ekstrak tannin pada daun belimbing
wuluh mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Escherichia coli , Staphylococcus aureus, (Hayati, et al., 2009),
Pseudomonas fluorescens dan Micrococcus luteus (Hayati, et
al.,2010).
Adanya potensi aktif terhadap beberapa bakteri dapat
dimanfaatkan sebagai obat diare dan pengawet alami. Tanin
dapat diisolasi dari daun belimbing wuluh menggunakan metode
maserasi, sedangkan salah satu cara untuk memisahkan
senyawa tannin adalah dengan kromatografi lapis tipis
preparatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui eluen
terbaik dalam pemisahan senyawa tanin dari daun belimbing
wuluh dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dan mengetahui
jenis senyawa tanin yang terdapat dalam daun belimbing wuluh.

Metode
Bahan utama yang digunakan adalah daun
belimbing wuluh, dipilih daun muda yang segar
dan diambil diujung ranting dari daerah Malang.
Bahan-bahan kimia yang digunakan berderajat
pa meliputi: aseton, akuades, asam askorbat 10
mM, kloroform, etil asetat, gelatin, formaldehid
3 %, natrium asetat, HCl pekat,FeCl3 1 %, FeCl3
5 %, toluen, ferri sulfat, asam asetat glasial,
asam asetat, n-butanol, metanol, NaOH 2 M,
AlCl3 5 %, AlCl3 1 %, H3BO3, peletKBr, plat KLT
silika G60 F254.

Peralatan
Alat penelitian yang digunakan pada
penelitian ini meliputi seperangkat alat
gelas, vacum rotary evaporator,
bejana pengembang, lampu UV 254
dan 366 nmm, seperangkat alat UV-Vis
merk Shimadzu, seperangkat alat FTIR
merk IR Buck M500 Scientific.

Cara Kerja
Daun belimbing wuluh yang muda dicuci
bersih dengan air dan diiris kecil-kecil
kemudian dikeringkan di dalam oven
pada suhu 30-37 C selama 5 jam dan
diblender sampai diperoleh serbuk. Hasil
yang diperoleh digunakan sebagai
sampel penelitian. Serbuk daun belimbing
wuluh ditimbang sebanyak 50 gram
kemudian direndam dengan 400 mL
pelarut aseton : air (7:3) dengan
penambahan 3 mL asam askorbat 10 mM.

Ekstrak tanin dipekatkan dengan


menggunakan
vakum rotary evaporator dan pemanasan di atas
waterbath pada suhu 40-50C. Cairan hasil
ekstrak kemudian diekstraksi dengan kloroform
(4x25 mL) menggunakan corong pisah sehingga
terbentuk 2 lapisan.
Lapisan kloroform (bawah) dipisahkan dan
lapisan air 1 (atas) diekstraksi dengan etil asetat
(1x25 mL) dan terbentuk 2 lapisan. Lapisan etil
asetat 1 (atas) dipisahkan dan lapisan air 2
(bawah) dipekatkan dengan vacum rotary
evaporator (Makkar, 1998).

Вам также может понравиться