Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
FARMAKOTERAPI IV
Disusun Oleh:
ROBBY KURNIAWAN-1211012032
MONA ADE LISA-1211012033
AGNES SIMBOLON-1211012034
FAURIZA RIVANDRA-1211012037
Kelas-A
Defenisi
Kata "malaria" berasal dari bahasa Itali "Mal" yang artinya buruk
dan "Aria" yang artinya udara, sehingga "malaria" berarti udara
buruk (bad air). Hal ini disebabkan oleh karena malaria terjadi
secara musiman di daerah yang kotor dan banyak tumpukan air.
Malaria merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang
disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan
ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles
species betina yang bertindak sebagai vektor malaria. Nyamuk
ini terutama menggigit manusia pada malam hari mulai senja
(dusk) sampai fajar (dawn). Pada manusia dikenal ada 4
genus Plasmodium
yaitu,
Plasmodium
falciparum,
Plasmodium
vivax,
Plasmodium ovale dan Plasmodium
malariae.
Epidemiologi
Pada negara beriklim dingin sudah tidak
ditemukan lagi daerah endemik malaria. Namun
demikian, malaria masih merupakan persoalan
kesehatan yang besar di daerah tropis dan
subtropis seperti di Brazil, Asia Tenggara dan
seluruh Sub-Sahara Afrika.
Di Indonesia, malaria ditemukan hampir di semua
wilayah. Pada tahun 1996 ditemukan kasus
malaria di Jawa-Bali dengan jumlah penderita
sebanyak 2.341.401 orang
Etiologi
Jenis-jenis plasmodium:
1. Plasmodium falciparum, yang menyebabkan malaria tropika.
Plasmodium falciparum berbeda dengan Plasmodium lain
pada manusia, hanya ditemukan bentuk-bentuk cincin dan
gametosit dalam darah tepi, kecuali pada infeksi berat, ada
bentuk yang khas pada cincin halus, seringkali dengan titik
kromatin rangkap walaupun tidak ada gametosit. Bentuk
skizon lonjong atau bulat jarang sekali ditemukan dalam
darah tepi. Skizon ini menyerupai skizon Plasmodium vivax,
tetapi tidak mengisi seluruh eritrosit. Gametosit yang muda
mempunyai bentuk lonjong sehingga memanjang dinding sel
darah merah, setelah mencapai perkembangan akhir parasit
ini menjadi bentuk pisang yang khas, yang disebut dengan
bentuk sabit. (pribadi wita,Saleha sungkar,1994)
Host definitif
Host definitif yang paling berperan dalam
penularan penyakit malaria dari orang yang sakit
malaria kepada orang yang sehat adalah nyamuk
Anopheles spp betina. Hanya nyamuk Anopheles
spp betina yang menghisap darah untuk
pertumbuhan telurnya. Host definitif ini sangat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : perilaku
nyamuk itu sendiri dan faktor-faktor lain yang
mendukung (Depkes, 1999).
Patofisiologi:
Patofisiologi pada malaria masih belum diketahui dengan pasti. Berbagai
macam teori dan hipotesis telah dikemukakan. Perubahan patofisiologi pada
malaria terutama mungkin berhubungan dengan gangguan aliran darah
setempat sebagai akibat melekatnya erotrosit yang mengandung parasit
pada endotelium kapiler. Perubahan ini cepat reversibel pada mereka yang
dapat tetap hidup (survive). Peran beberapa mediator humoral masih belum
pasti, tetapi mungkin terlibat dalam patogenesis demam dan peradangan.
Skizogoni eksoeritrositik mungkin dapat menyebabkan reaksi leukosit dan
fagosit, sedangkan sporozoit dan gametosit tidak menimbulkan perubahan
patofisiologik. Patofisiologi malaria adalah multifaktorial dan mungkin
berhubungan dengan hal-hal:
Penghancuran eritrosit
Mediator endotoksin-makrofag
Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi.
Gejala klinis
Serangan demam malaria biasanya dimulai dengan gejala prodromal, yaitu lesu,
sakit kepala, tidak nafsu makan, kadang-kadang disertai dengan mual dan muntah.
Serangan demam yang khas terdiri dari beberapa stadium:
Stadium menggigil dimulai dengan perasaan dingin sekali, sehingga menggigil.
Penderita menutupi badannya dengan baju tebal dan dengan selimut. Nadinya
cepat, tetapi lemah, bibir dan jari-jari tangannya menjadi biru, kulitnya kering dan
pucat. Kadang-kadang disertai dengan muntah. Pada anak sering disertai kejangkejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
Stadium puncak demam dimulai pada saat perasaan dingin sekali berubah menjadi
panas sekali. Muka menjadi merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar,
sakit kepala makin hebat, biasanya ada mual dan muntah, nadi penuh dan berdenyut
keras. Perasaan haus sekali pada saat suhu naik sampai 41 0C (1060F) atau lebih.
Stadium ini berlangsung selama 2 sampai 6 jam.
Stadium berkeringat dimulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga tempat
tidurnya basah. Suhu turun dengan cepat, kadang-kadang sampai di bawah ambang
normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak dan waktu bangun, merasa lemah
tetapi sehat. Stadium ini berlangsung 2 sampai 4 jam.
Serangan demam yang khas ini sering dimulai pada siang hari dan berlangsung 8
12 jam. Setelah itu terjadi stadium apireksia. Lamanya serangan demam ini untuk
tiap spesies malaria tidak sama.
Diagnosis
Anamnesis
Keluhan pertama yang sering muncul adalah demam lebih dari dua
hari, menggigil, berkeringat (sering disebut juga trias malaria).
Demam pada keempat jenis malaria berbeda sesuai dengan proses
skizogoninya. Demam karena P. falciparum dapat terjadi setiap
hari, pada P. vivax atau ovale demamnya berselang satu har,
sedangkan demam P. malariae menyerang berselang dua hari.
Kecurigaan adanya tersangka malaria berat dapat dilihat dari
adanya satu gejala atau lebih, yaitu gangguan kesadaran, kelemahan
atau kelumpuhan otot, kejang-kejang, kekuningan pada mata atau
kulit, adanya pendarahan hidung atau gusi, muntah darah atau
berak darah. Selain itu adalah keadaan panas yang sangat tinggi,
muntah yang terjadi terus menerus, perubahan warna air kencing
menjadi seperti teh, dan volume air kencing yang berkurang sampai
tidak keluar air kencing sama sekali.
Pemeriksaan fisik
Pasien mengalami demam 37,5-40C,s erta anemia
yang dibuktikan dengan konjungtiva palpebra yang
pucat. Penderita sering disertai dengan adanya
pembesaran limpa (splenomegali) dan pembesaran
hati (hepatomegali). Bila terjadi serangan malaria
berat, gejala dapat disertai dengan syok yang ditandai
dengan menurunnya tekanan darah, nadi berjalan
cepat dan lemah, serta frekuensi nafas meningkat.
Penderita malaria berat, sering terjadi penurunan
kesadaran, dehidrasi, manifestasi pendarahan,
gangguan fungsi ginjal, pembesaran hati dan limpa,
serta bisa diikuti dengan munculnya gejala neurologis
(refleks patologis dan kaku kuduk).
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut teknis
pembuatannya dibagi menjadi preparat darah (SDr, sediaan darah)
tebal dan preparat darah tipis, untuk menentukan ada tidaknya
parasit malaria melalui pemeriksaan ini dapat dilihat jenis dan
plasmodium dan stadiumnya serta keadaan parasit.
Kepadatan parasit dapat dilihat melalui dua cara yaitu semikuantitatif dan kuantitatif. Metode semi-kuantitatif adalah
menghitunng parasit dalam LPB (Lapangan Pandang Besar)d engan
rincian:
(-)
: SDr negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)
(+)
: SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++)
: SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100
LPB)
(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalm 1 LPB)
(++++) : SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan penyakit malaria,
diantaranya :
Berbasis masyarakat
Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus selalu ditingkatkan melalui penyuluhan
kesehatan, pendidikan kesehatan, diskusi kelompok maupun melalui kampanye masal untuk
mengurangi tempat sarang nyamuk (pemberantasan sarang nyamuk, PSN (Tapan, 2004).
Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu mencegah penularan
(Widoyono, 2005).
Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomik
Anopheles seperti waktu kebiasaan menggigit , jarak terbang, dan resistensi terhadap insektisida (Widoyono,
2005).
Berbasis pribadi
Pencegahan gigitan nyamuk, antara lain (1) tidak keluar rumah antara senja dan malam hari, bila terpaksa
keluar, sebaiknya menggunakan kemeja dan celana panjang berwarna terang karena nyamuk lebih
menyukai warna gelap (Widoyono, 2005). (2) menggunakan repelan yang mengandung dimetiltalat atau
zat antinyamuk lainnya, (3) membuat kontruksi rumah yang tahan nyamuk dengan memasang kasa
antinyamuk pada ventilasi pintu dan jendela (Widoyono, 2005). Mereka yang tinggal di daerah endemis,
sebaiknya memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah serta menggunakan kelambu saat tidur
(Prabowo, 2008 dalam Natalia, 2010). (4) menggunakan kelambu yang mengandung insektisida
(insecticide-treated mosquito net, ITN) (Widoyono, 2005). Upaya penggunaan kelambu juga merupakan
salah satu cara untuk menghindari gigitan nyamuk. Kelambu merupakan alat yang telah digunakan sejak
dahulu (Yatim, 2007 dalam Natalia 2010). (5) menyemprot kamar dengan obat nyamuk atau
menggunakan obat anti nyamuk bakar (Widoyono,2005)
Tujuan terapi
Adalah diagnosis cepat dari dari plasmodium
dengan blood smear(diulang setiap 12 jam
untuk 3 hari) sehingga untuk memulai terapi
antimalaria tepat waktu untuk membasmi
infeksi dalam waktu 48 sampai 72 jam sehingga
menghindari komplikasi seperti hipoglikemia,
edema paru, dan gagal ginjal yang bertanggung
jawab untuk peningkatan mortalitas malaria
Terapi Farmakologi
Pada orang dewasa (termasuk wanita hamil), kemoprofilaksis
yang untuk semua spesies plasmodium klorokuin fosfat 300 mg
sekali seminggu awal 1 minggu sebelum keberangkatan dan
terusselama 4 minggu setelah meninggalkan daerah endemik.
Pada anak dosis klorokuin fosfat adalah 5 mg per kilogram dari
berat badan (maksimum 300 mg). Ketika mengunjungi atau
meninggalkan daerah endemik
Untuk P.vivax atau P.ovale, primakuin fosfat (Primakuin) 15 mg
setiap hari selama 14 hari mulai 2 minggu terakhir dari klorokuin
profilaksis harus ditambahkan ke rejimen. Dosis pediatrik dari
primakuin adalah 0,3 mg per kilogram berat badan per hari untuk
14 hari. Dosis pediatrik dari klorokuin dapat didasarkan dihitung
pada berat badan, dan tablet dapat ditumbuk dan ditempatkan di
gelatin kapsul. Orang tua dapat diperintahkan untuk menangguhkan
dosis dalam makanan, sederhana sirup, susu coklat, atau minuman.
Source:
THANK YOU!