Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Trias Virchow
edema
nyeri, hangat
Diagnosis alternatif termasuk : phlebitis superficial, muscle strain, kaki bengkak pada tungkai yang paralise, insufisiensi vena, edema karena
penyebab sistemik seperti CHF atau cirrhosis, obstruction vena eksternal (misalnya karena tumor), lymphangitis atau lymphedema, hematoma,
pseudoaneurysm atau abnormalitas pada lutut.
jika
Positive
(>400
ug/ml)
duplex
ultrasound
dengan
kompresi
TATALAKSANA
Pada pasien dengan dugaan DVT terlebih dahulu ditentukan clinical probabilty
nya berdasarkan skoring oleh Wells
ILUSTRASI KASUS
Telah
Keluhan
Nyeri
Kaki kanan terasa semakin membesar sejak 6 bulan yang lalu, semakin
membesar sejak 2 bulan ini, berwarna kemerahan, dan sudah tidak dapat
beraktivitas seperti biasa. Bengkak pada kedua pinggang sejak 2 bulan
yang lalu dan bengkak pada kantung buah zakar sejak 2 bulan ini,
Kemudian kaki kiri dirasakan membengkak sejak 5 hari sebelum masuk
rumah sakit, neri tidak ada dan berwarna kemerahan.
Nafsu makan menurun sejak 1 bulan yang lalu, pasien biasa makan 2-3kali
sehari tetapi saat ini hanya makan porsi biasa.
Buang air kecil tersendat tidak ada, berdarah tidak ada, rasa tidak puas
setelah buang air kecil tidak ada dan nyeri pada saat buang air kecil tidak
ada.
Buang air besar encer tidak ada, perubahan pola buang air besar tidak ada,
berlendir tidak ada dan berdarah tidak ada.
Riwayat sering merasa lapar, haus dan buang air kecil disangkal.
Pasien selama ini berobat ke puskesmas di pariaman dan mendapatkan obat untuk
hipertensi yang diderita pasien, tetapi pasien tidak mengetahui nama obat yang di
berikan dan pasien selanjutnya dirujuk ke RS. Dr. M. Djamil dari RSUD pariaman
dengan filariasis DD/ Susp DVT
Pasien sudah menikah, memiliki 4 orang anak. Pasien tinggal bersama istri
dan anak terakhir.
Analisis keuangan
Pasien tidak bekerja, biaya sehari-hari ditanggung oleh anak dan adikadiknya.
Pasien makan 3x perhari, sebanyak satu piring, cemilan ada, susu dan buah
dimakan 2 hari sekali.
Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah
: 130/90 mmHg
Frekuensi Nadi
Suhu : 36.5 0C
VAS Score
BB
: 68 kg
TB
: 165 cm
Sianosis : (-)
:2
Kulit
KGB
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Gigi dan Mulut: Caries (+), hipertropi gingiva (-), atrofi papil (-)
Leher
Dada :
Paru Depan
Palpasi
Auskultasi
Paru Belakang
Palpasi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V, luas 1 jari tidak melebar, tidak kuat
angkat
Auskultasi
: Bunyi jantung murni, irama teratur, , M1 > M2, P2 < A2, Bising (-)
Abdomen
Perkusi : Timpani
Auskultasi
Pinggang
Punggung
Anus
: RT
Anus : tenang, jaringan parut (+), darah, darah (-), pus (-)
Mukosa : licin, teraba benjolan di arah jam 12, dengan diameter 5 cm, teraba pool atas,
permukaan rata, nyeri(-)
Ampula : luas
Anggota Gerak: - kanan : edem (+), pitting, hiperemis(+), nyeri tekan (+), refleks sulit dinilai,
diameter 62 cm, horner sign (+)
- Kiri : edem (+), pitting, nyeri tekan (-), refleks fisiologis (+), diameter 53 cm
Clinical Characteristic
Skor
Wells
Terbaring ditempat tidur > 3 hari atau menjalani bedah mayor dalam 12 mg dengan 0
anastesi regional atau umum
-2
MMSE
: 29 (normal)
ADL Barthel
: 11 (ketergantungan sedang)
MNA
: 19 ( beresiko malnutrisi)
Laboratorium
Hemoglobin
: 12.0 gr/dl
Leukosit
: 5.500/mm3
Hematokrit
: 37 %
Trombosit
: 209.000/mm3
Diffcount
: 0/7/0/68/21/4
LED
Eritrosit
: anisositosis normokrom
Leukosit
Trombosit
Kesan
: eosinofilia
Urinalisis:
Makroskopis
Warna
Kekeruhan
Mikroskopis
Protein : -
Leukosit
: 2-3/LPB
Glukosa : -
Eritrosit
: 5-6/LPB
Bilirubin : -
Silinder
:-
Urobilinogen
:+
Epitel
: kuning
:+
BJ
: 1.015
pH
: 5.0
Kristal : -
: + Gepeng
: 13
Feses rutin :
Makroskopis
Warna
Konsistensi
Darah: -
Lendir
EKG
HR
Aksis : normal
Q patologis (-)
Gel P : normal
SV1+RV6 <35 mm
PR interval
: 0,20 detik
QRS komplek
: 0,12 detik
Mikroskopis:
Eritrosit : 1-2/LPB
:-
: 108x/menit
ST elevasi (-)
ST depresi (-)
R/S di V1 <1
T inverted (+) di lead II, III, AvF
O/
KU
: sedang
Kesadaran : CMC
TD
: 120/80 mmHg
Nafas
: 20 x/ mnt
Nadi
: 80 x/ menit
Suhu
: 36.50 C
VAS : 3
Ukuran kaki
Kanan:
femur : 62 cm
Kruris : 48 cm
kiri : femur : 53 cm
kruris : 41 cm
Hasil laboratorium
PT/APTT
: 10,4/38
GDS
: 160 mg/dl
Advis : konsul sub bagian hematologi onkologi medik untuk kemungkinan DVT
D-Dimer
Ur/Cr
: - mg/L
: 45/1,7 mg/dl
O/
KU
: sedang
Kesadaran
: CMC
TD
: 120/80 mmHg
Nafas
: 20 x/ mnt
Nadi
: 80 x/ menit
Suhu
: 36.50 C
VAS : 3
Ukuran kaki
Kanan:
femur : 62 cm
Kruris : 48 cm
28 maret 2016
O/
KU
: sedang
: CMC
TD
: 130/70 mmHg
Nafas
: 18 x/ mnt
Nadi
: 89 x/ menit
Suhu
: 36.70 C
VAS : 3
Ukuran kaki
Kanan:
femur : 62 cm
Kruris : 48 cm
Kesadaran
Ureum : 69
Creatinin
: 1,6
29 maret 2016
S : nyeri kaki kanan (+) berkurang, batuk (-), demam (-), BAK berwarna
kemerahan
O/ KU
: sedang
Kesadaran
: CMC
TD
: 130/80 mmHg
Nafas
: 22 x/ mnt
Nadi
: 85 x/ menit
Suhu
: 370 C
VAS : 2
Ukuran kaki
Kanan:
femur : 62 cm
Kruris : 48 cm
Augmentasi (+) positif tanpa uji squeeze distal pada vena popliteal, vena tibialis posterior kedua tungkai
Gambaran anatomi pembuluh darah rata dan tidak menebal pada arteri femoralis, arteri poplitea, arteri tibialis
posterior-anterior kedua tungkai
Morfologi kerva doppler triphasik pada arteri femoralis, arteri poplitea kiri, arteri tibialis posterior-anterior kedua
tungkai.
Kesan
Drip 10000 unit (2cc) heparin dalam 50cc NaCl 0,9% dalam syringe pump mulai 5cc/jam
< 35
: naik 2cc
35-45
: naik 1 cc
45-75
: pertahankan
76-90
: turun 1 cc
>90
: stop heparin
USG Abdomen
Ro Thorax
30 maret 2016
O/ KU
: sedang
Kesadaran : CMC
VAS : 2
Ukuran kaki
Kanan:
: 22 x/ mnt
: 85 x/ menit
Suhu : 370 C
femur : 61 cm
kiri : femur : 51 cm
Kruris : 47 cm
kruris : 40 cm
Trachea ditengah
Corakan bronkovesikular kedua paru dalam batas normal. Tidak tampak infiltrat maupun nodul
dikedua lapangan paru
Kedua diafragma licin, kedua sinus costofrenicus lancip. Tulang intak, tidak tampak destruksi
....Cont
Keluar
Hepar
Kantong
empedu
Lien
empedu bentuk dan ukuran normal. Dinding tidaak menebal. Tampak sludge
bentuk dan ukuran normal ekhostruktur homogen. Tidak tampak lesi fokal/SOL
Pankreas
bentuk dan ukuran normal ekhostruktur homogen. Tidak tampak lesi fokal/SOL
Kedua
Kesan
Advice
: CT- scan
31 maret 2016
O/ KU : sedang
TD
Kesadaran
: 130/90 mmHg
: CMC
Nafas : 18 x/ mnt
VAS : 2
Ukuran kaki
Kanan: femur : 61 cm
Hepar : bentuk dan ukuran masih baik, permukaan regular. Densitas homogen. Tak tampak SOL. Sistem biliar dan vaskuler tidak melebar
Kantung empedu : bentuk dan ukuran baik, tak tampak batu maupun penebalan dinding.
Pankreas bentuk dan ukuran baik, densitas homogen. Tak tampak SOL.
Limpa bentuk dan ukuran baik, permukaan regular, densitas homogen. Tak tampak SOL.
Tampak massa besar berdensitas hiperdens ringan inhomogen batas tegas tepi irregular di daerah paraaorta kanan dan kiri terutama kanan yang meluas sampai abdomen tengah
sampai pelvis dan inguinal, menekan ureter kanan sehingga terjadi hidronefrosis kanan dan penekanan vaskuler ( vena femoralis dan iliaca ) sisi kanan
Kedua ginjal, kanan : tampak membesar, tak tampak batu, kaliks melebar. Kiri : bentukdan ukuran baik, permukaan regular, tidak tampak batu maupun pelebaran pelciokalises.
Vesika urinaria bentuk dan ukuran baik, terdorong ke anterioposterior. Dinding tidak menebal. Tidak tampak batu
Kesan : Sugestif Tumor mesentrium (limfoma) dengan hidronefrosis dextra serta menekan vaskuler di daerah sisi kanan dengan susp. Metastase ke paru.
Kesan :
Kesan :
Beresiko malnutrisi
Ketergantungan ringan
Advice :
Tanggal
Jam
PT
APTT
29-03-16
16.00
10,1
39,3
22.00
10,5
>300
30-04-16
04.00
10,8
>300
10.00
10,3
43,2
16.00
10,2
42,7
22.00
31-04-16
04.00
10,4
>300
10.00
16.00
10,4
42,4
22.00
01-04-16
04.00
10.00
11,9
>300
16.00
22.00
10,8
138,1
02-04-16
04.00
10,8
39,8
10.00
DISKUSI
Telah
Diagnosis
pada pasien ini dibuat berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis Deep Vein Thrombosis pada pasien ini ditegakkan karena dari anamnesis didapatkan adanya
bengkak pada kaki kanan dan kiri ,nyeri pada kaki kanan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kaki kanan
lebih besar dibandingkan kaki kiri dengan diameter kaki kanan 63 cm dan diameter kaki kiri 53 cm, pada
perabaan didapatkan nyeri pada kaki kanan, hangat dan ditemukan horner sign. Pada pemeriksaan
penunjang, didapatkan hasil laboratorium D-Dimer 2761,66 ng/ml, dan pada pemeriksaan echo doppler
didapatkan kesan DVT total pada kaki kanan dan DVT partial pada kaki kiri, serta artery flow normal.
Dari kriteria wells score pada pasien ini didapatkan hasil skor 3 dengan kesan kemungkinan besar DVT,
skor didapatkan berdasarkan faktor resiko keganasan pada pasien dimana setelah dilakkan CT Scan pada
pasien didapatkan kesan tumor mesentrium (limfoma) di daerah paraaorta kanan dan kiri, terjadi
Pada pasien ini ditegakkan diagnosa AKI RIFLE F ec renal ec leptospirosis dimana
pada pemeriksaan laboratorium ditemukan kenaikan creatinin serum 3,0 x 5 x
nilai dasar atau penurunan GFR 75 % atau anuria dalam 75 %. Hal ini
memperkuat diagnosis weils disease dimana terjadi gangguan fungsi ginjal. Pada
pasien ini diberikan rehidrasi adekuat IVFD NaCl 0,9% 4 jam per kolf dan
memberikan hasil yang sangat baik, dimana dalam waktu 3 hari fungsi ginjal
pasien sudah menunjukkan hasil yang normal.
Diagnosis gangguan faal hepar ec weils disease ditegakkan pada pasien ini karena
didapatkan anamnesa timbulnya warna kekuningan pada mata dan seluruh tubuh
dan BAK yang sperti teh pekat pemeriksaan fisik berupa laboratorium didapatkan
SGOT dan SGPT yang meningkat, bilirubin direk yang meningkat dan adanya
bilirubinuria. Kondisi ini diharapkan terjadi perbaikan seiring dengan dilakukan
penatalaksanaan penyakit dasar pasien.
Anemia normositik normokrom e.c hemolitik non autoimun pada pasien ini
ditegakkan setelah seminggu rawatan. Hb pasien yang awalnya normal, kemudian
menjadi anemia ringan, yang disertai dengan adanya gambaran normositik
normokrom dan polikromasi pada gambaran darah tepi, adanya retikulositosis juga
mendukung terjadinya anemia hemolitik pada pasien ini. Hasil Coomb test yang
negatif memberikan kesan keadaan non autoimun pada pasien ini. Oleh karena itu
masih dibutuhkan penelusuran penyebab anemia hemolitik non autoimun pada
pasien ini.
Yang paling penting pada penyakit ini adalah edukasi pada pihak keluarga dan
pasien untuk mencegah peningkatan angka kesakitan. Antara lain adalah
dengan memberikan pengarahan tentang kesehatan terhadap keluarga dan
pasien, membersihkan area tempat tinggal (sanitasi ), dan menggunakan
proteksi diri jika bekerja pada daerah daerah yang memiliki resiko tinggi
terjadinya leptospira misal dengan menggunakan sepatu boot, sarung tangan
atau pakaian water proof.
Bengkak pada tungkai kanan yang semakin meningkat sejak 10 hari sebelum
masuk rumah sakit. Bengkak sudah dirasakan pasien sejak 2 minggu yang lalu.
Bengkak terjadi perlahan-lahan pada tungkai kanan, disertai nyeri, terasa
panas dan kemerahan. Nyeri dirasakan hilang timbul, kemudian tungkai
kanan dirasakan tebal, semakin berat dan sulit untuk digerakkan sehingga
mengganggu aktifitas. Pasien dirawat 3 minggu yang lalu, selama 7 hari, di
bangsal saraf RSUP M. Djamil Padang karena stroke, pasien hanya berbaring di
tempat tidur selama dirawat. Bengkak pada tungkai mulai terasa saat hari
rawatan keenam. Kemampuan mengingat pasien berkurang sejak mengalami
stroke 2 minggu yang lalu, namun sebelumnya keluhan ini tidak ada.
Adanya riwayat karsinoma mammae pada pasien ini merupakan probablitas yang
mendukung kejadian DVT, ini termasuk dalam Skor Wells. Walaupun riwayat
keganasan disangkal pasien, namun perlu dicari lebih mendalam mengenai adanya
riwayat keganasan dalam keluarga. Dan perlu juga dicari lebih jauh apakah
terdapat metastase.
Stroke yang terjadi 1 bulan yang lalu ditegakkan dengan stroke infark melalui MRI.
Hemiparese dextra pada pasien jelas disebabkan karena stroke, walaupun
dikatakan sudah membaik, namun perlu rawat bersama dengan bagian neurologi.
Pasien adalah seorang geriatri dengan adanya ketergantungan ringan dan gangguan
ingatan berat. Pasien juga beresiko malnutrisi, sehingga setelah dilakukan
kunjungan rumah, maka disarankan untuk dilakukan pertemuan keluarga dan
pemberian edukasi mengenai penyakit pasien dan pemantauan gizi pasien.