Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DEFINISI
Abses Retrofaring adalah suatu peradangan
yang disertai pembentukan pus pada daerah
retrofiring, dimana keadaan ini merupakan
salah satu infeksi pada leher bagian dalam
(deep neck infection).
ANATOMI
Superficialis
Fasia
Servikalis
Superficial
Profunda
Media
Divisi Muskular
Divisi Viscera
Profunda
Divisi Alar
Divisi
Prevertebrae
RUANG RETROFARING
Ruang retrofaring : bagian posterior faring
Retrofaring
Anterior
Posterior
Lateral
Daerah retrofiring meluas dari dasar tengkorak s/d mediastinum setinggi bifurkasio trakea (VT I
atau II) dimana divisi alar dan visceral bersatu. Daerah ini terbagi 2 bagian yang terpisah oleh
midline raphe, dimana tiap bagian mengandung 2- 5 kelenjar limfe retrofiring dan hilang setelah
umur 4 5 tahun
ETIOLOGI
AKUT
KRONIS
Adenoid
Nasofaring
Rongga Hidung
Sinus Paranasal
Tonsil
Pada Dewasa
Infeksi langsung oleh karena trauma
instrument (intubasi endotrakea, endoskopi)
atau adanya benda asing
Kuman Penyebab
Aerob : SBHA (Paling sering), S.
pneumoniae, S. non hemolyticus,
Staphylococcus aureus, Haemophilus
sp
Anaerob : Bacteroides sp, Veillonella,
Peptostreptococcus, Fusobacteria
DEWASA
1. Riwayat tertusuk benda asing pada
dinding posterior faring/pasca
tindakan endoscopi/batuk kronis
2. Demam
3. Susah dan nyeri telan
4. Nyeri leher
5. Keterbatasan gerak leher
6. Dyspneu
7. Kronis perjalanan penyakit lambat,
tidak khas, s/d terjadi pembengkakan
besar yang menyumbat hidung serta
saluran napas
DIAGNOSIS BANDING
1. Adenoiditis
2. Abses Peritonsil
3. Epiglotitis
4. Croup
5. Aneurisma arteri
6. Tonjolan korpus vertebrae
DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
2. PEMERIKSAAN KLINIS
3. LABORATORIUM
DL Leukositosis
Kultur hasil aspirasi
4. RADIOLOGIS
PENATALAKSANAAN
PRINSIP
Mempertahankan jalan nafas yang adekuat dengan cara:
1. posisi pasien supine dengan leher ekstensi
2. pemberian O2
3. intubasi endotrakea dengan visualisasi langsung / intubasi fiber
optik
4. trakeostomi / krikotirotomi
MEDIKAMENTOSA
1. ANTIBIOTIK
2. SIMPTOMATIS
3. Jika ada dehidrasi Koreksi Cairan
4. Infeksi TB Terapi sesuai TB
OPERATIF
5. ASPIRASI PUS
6. INSISI dan DRAINASE
INSISI TRANSORAL
1. Posisikan pasien pada posisi trendelenburg, leher hiperekstensi
dan kepala lebih rendah dari bahu
2. Insisi vertical dilakukan pada daerah yang paling fluktuasi, pus
yang keluar segera dihisap dengan suction untuk menghindari
aspirasi
3. Insisi diperlebar dengan forcep atau klem arteri untuk
memudahkan evakuasi pus
INSISI EKSTERNAL
ANTERIOR
1. Pasien posisi Trendelenburg
2. Lakukan insisi secara horizontal mengikuti garis kulit setingkat krikoid
atau pertengahan antara tulang hyoid dan klavikula
3. Kulit dan subcutis dielevasi untuk memperluas pandangan sampai terlihat
m.sternokleidomastoideus
4. Lakukan insisi pada batas anterior m.sternokleidoamastoideus
kemudian sisihkan bersama selubung karotis ke arah lateral
menggunakan klem arteri
5. Setelah abses terlihat, buka abses dengan cunam tumpul kemudian pus
dikeluarkan. Bila diperlukan insisi diperluas untuk evakuasi pus
6. Kemudian pasang drain (Penrose Drain)
INSISI EKSTERNAL
POSTERIOR
1. Insisi dilakukan pada batas posterior m.sternokleidomastoideus.
2. Kepala pasien diputar ke arah berlawanan dari abses.
3. Fasia di belakang m.sternokleidomastoideus yang terletak di atas
abses dipisahkan.
4. Dengan diseksi tumpul, pus dikeluarkan dari belakang selubung
karotis.
KOMPLIKASI
KOMPLIKASI ABSES RETROFARING
1. Massa itu sendiri obstruksi jalan napas
2. Ruptur Abses Asfiksia, aspirasi pneumonia, abses paru
3. Penyebaran infeksi ke daerah sekitarnya
PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis abses retrofaring baik apabila dapat
didiagnosis secara dini dengan penanganan yang tepat dan
komplikasi tidak terjadi. Pada fase awal dimana abses masih kecil
maka tindakan insisi dan pemberian antibiotika yang tepat dan
adekuat menghasilkan penyembuhan yang sempurna. Apabila
telah terjadi mediastinitis, angka mortalitas mencapai 40 - 50%,
walaupun dengan pemberian antibiotik. Ruptur arteri karotis
mempunyai angka mortalitas 20 40% sedangkan trombosis vena
jugularis mempunyai angka mortalitas 60%.
TERIMA KASIH