Вы находитесь на странице: 1из 17

ABSES RETROFARING

PAMELA ANDRIA PUTRI


K.S
E24

DEFINISI
Abses Retrofaring adalah suatu peradangan
yang disertai pembentukan pus pada daerah
retrofiring, dimana keadaan ini merupakan
salah satu infeksi pada leher bagian dalam
(deep neck infection).

ANATOMI
Superficialis

Fasia
Servikalis

Superficial

Profunda

Media

Divisi Muskular
Divisi Viscera

Profunda

Divisi Alar
Divisi
Prevertebrae

RUANG RETROFARING
Ruang retrofaring : bagian posterior faring

Retrofaring

Anterior

Fasia bukkofaringeal, trakea,


esophagus, tiroid

Posterior

Divisi alar lapisan profunda


fasia servikalis profunda

Lateral

Selubung carotid dan daerah


parafaring

Daerah retrofiring meluas dari dasar tengkorak s/d mediastinum setinggi bifurkasio trakea (VT I
atau II) dimana divisi alar dan visceral bersatu. Daerah ini terbagi 2 bagian yang terpisah oleh
midline raphe, dimana tiap bagian mengandung 2- 5 kelenjar limfe retrofiring dan hilang setelah
umur 4 5 tahun

ETIOLOGI
AKUT

KRONIS

Sering pada anak umur 4-5 tahun ,


Akibat Infeksi saluran napas yang
meluas ke kelenjar limfe retrofiring
supurasi

Dewasa atau anak-anak >5 tahun


Akibat TB Servikalis pus langsung
menyebar ke lig. Longitudinal
anterior. Akibat TB limfe retrofaring
menyebar ke Limfe servikalis

Adenoid
Nasofaring
Rongga Hidung
Sinus Paranasal
Tonsil

Pada Dewasa
Infeksi langsung oleh karena trauma
instrument (intubasi endotrakea, endoskopi)
atau adanya benda asing

Kuman Penyebab
Aerob : SBHA (Paling sering), S.
pneumoniae, S. non hemolyticus,
Staphylococcus aureus, Haemophilus
sp
Anaerob : Bacteroides sp, Veillonella,
Peptostreptococcus, Fusobacteria

SIGN AND SYMPTOMS


ANAK
1. Infeksi saluran napas atas
2. Demam
3. Susah dan nyeri telan
4. Suara sengau
5. Bulging (dinding posterior faring
bengkak) disertai hiperemi
6. Palpasi teraba massa lunak,
fluktuatif, nyeri tekan (+)
7. Pembesaran Kel. Limfe unilateral
8. Pada anak dapat memburuk, ditandai
dengan : Kekakuan leher dan Nyeri
gerak, drooling, Obstruksi saluran
napas (mengorok, stridor, dyspnea)

DEWASA
1. Riwayat tertusuk benda asing pada
dinding posterior faring/pasca
tindakan endoscopi/batuk kronis
2. Demam
3. Susah dan nyeri telan
4. Nyeri leher
5. Keterbatasan gerak leher
6. Dyspneu
7. Kronis perjalanan penyakit lambat,
tidak khas, s/d terjadi pembengkakan
besar yang menyumbat hidung serta
saluran napas

DIAGNOSIS BANDING
1. Adenoiditis
2. Abses Peritonsil
3. Epiglotitis
4. Croup
5. Aneurisma arteri
6. Tonjolan korpus vertebrae

DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
2. PEMERIKSAAN KLINIS
3. LABORATORIUM

DL Leukositosis
Kultur hasil aspirasi

4. RADIOLOGIS

Foto jaringan lunak leher lateral


CT Scan
MRI

PENATALAKSANAAN
PRINSIP
Mempertahankan jalan nafas yang adekuat dengan cara:
1. posisi pasien supine dengan leher ekstensi
2. pemberian O2
3. intubasi endotrakea dengan visualisasi langsung / intubasi fiber
optik
4. trakeostomi / krikotirotomi

MEDIKAMENTOSA
1. ANTIBIOTIK
2. SIMPTOMATIS
3. Jika ada dehidrasi Koreksi Cairan
4. Infeksi TB Terapi sesuai TB
OPERATIF
5. ASPIRASI PUS
6. INSISI dan DRAINASE

Intra oral (Trans Oral) abses kecil dan terlokalisir


Eksternal Anterior / Posterior abses besar dan meluas ke hipofaring

INSISI ABSES RETROFARING


ALAT
1. Spruit dengan jarum no.
18
2. Pisau bedah lurus
3. Alat penghisap
4. Mouth gag
5. Laryngoskop direct

INSISI TRANSORAL
1. Posisikan pasien pada posisi trendelenburg, leher hiperekstensi
dan kepala lebih rendah dari bahu
2. Insisi vertical dilakukan pada daerah yang paling fluktuasi, pus
yang keluar segera dihisap dengan suction untuk menghindari
aspirasi
3. Insisi diperlebar dengan forcep atau klem arteri untuk
memudahkan evakuasi pus

INSISI EKSTERNAL
ANTERIOR
1. Pasien posisi Trendelenburg
2. Lakukan insisi secara horizontal mengikuti garis kulit setingkat krikoid
atau pertengahan antara tulang hyoid dan klavikula
3. Kulit dan subcutis dielevasi untuk memperluas pandangan sampai terlihat
m.sternokleidomastoideus
4. Lakukan insisi pada batas anterior m.sternokleidoamastoideus
kemudian sisihkan bersama selubung karotis ke arah lateral
menggunakan klem arteri
5. Setelah abses terlihat, buka abses dengan cunam tumpul kemudian pus
dikeluarkan. Bila diperlukan insisi diperluas untuk evakuasi pus
6. Kemudian pasang drain (Penrose Drain)

INSISI EKSTERNAL
POSTERIOR
1. Insisi dilakukan pada batas posterior m.sternokleidomastoideus.
2. Kepala pasien diputar ke arah berlawanan dari abses.
3. Fasia di belakang m.sternokleidomastoideus yang terletak di atas
abses dipisahkan.
4. Dengan diseksi tumpul, pus dikeluarkan dari belakang selubung
karotis.

KOMPLIKASI
KOMPLIKASI ABSES RETROFARING
1. Massa itu sendiri obstruksi jalan napas
2. Ruptur Abses Asfiksia, aspirasi pneumonia, abses paru
3. Penyebaran infeksi ke daerah sekitarnya

Inferior : edema laring, mediastinitis, pleuritis, empyema, abses mediastinum


Lateral :Trombosis vena jugularis, rupture arteri kronis, abses parafaring
Posterior : osteomyelitis dan erosi kolumna spinalis

4. Infeksi itu sendiri : necrotizing fasciitis, sepsis, dan kematian

PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis abses retrofaring baik apabila dapat
didiagnosis secara dini dengan penanganan yang tepat dan
komplikasi tidak terjadi. Pada fase awal dimana abses masih kecil
maka tindakan insisi dan pemberian antibiotika yang tepat dan
adekuat menghasilkan penyembuhan yang sempurna. Apabila
telah terjadi mediastinitis, angka mortalitas mencapai 40 - 50%,
walaupun dengan pemberian antibiotik. Ruptur arteri karotis
mempunyai angka mortalitas 20 40% sedangkan trombosis vena
jugularis mempunyai angka mortalitas 60%.

TERIMA KASIH

Вам также может понравиться