Вы находитесь на странице: 1из 103

MANAJEMEN ASN

Disampaikan pada :
Diklat Prajabatan CPNS
Yang Diangkat Dari Tenaga
Honorer Kategori 1/ 2

BIODATA
Nama : Ir. Hadi Arnowo, MAppSc
NIP : 19651312 199003 1 002
Pengalaman Tugas :
Provinsi Lampung : 1990 2002
Provinsi Jawa Barat : 2003 2006
BPN Pusat : 2006 2011
Provinsi Kalimantan Barat : 2011 2014
Widyaiswara Agustus 2014 - ....
Alamat email : h_arnowo@yahoo.com
No. HP : 0852 9400 8662

PENGERTIAN
1. Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi
bagi pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang
bekerja pada instansi pemerintah.
2. Pegawai Aparatur Sipil Negara (Pegawai ASN)
adalah pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
dan diserahi tugas dalam suatu jabatan
pemerintahan atau diserahi tugas negara
lainnya dan digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
3

3. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah warga negara


Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat
pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan.
4. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu, yang diangkat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi
berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu
tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan.
4

ASAS dan PRINSIP


(NILAI DASAR, KODE
PERILAKU DAN KODE
ETIK)

Manajemen ASN berdasarkan pada asas:


a. kepastian hukum;
b. profesionalitas;
c. proporsionalitas;
d. keterpaduan;
e. delegasi;
f. netralitas;
g. akuntabilitas;
h. efektif dan efisien;
i. keterbukaan;
j. nondiskriminatif;
k. persatuan dan kesatuan;
l. keadilan dan kesetaraan; dan
m. kesejahteraan.
6

ASN SEBAGAI PROFESI BERLANDASKAN PADA


PRINSIP:
a. nilai dasar;
b. kode etik dan kode perilaku;
c. komitmen, integritas moral, dan
tanggung jawab pada pelayanan
publik;
d. kompetensi yang diperlukan sesuai
dengan bidang tugas;
e. kualifikasi akademik;
f. jaminan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas; dan
g. profesionalitas jabatan
http://sinyo19.blogspot.com

Nilai dasar ASN


a. memegang teguh ideologi Pancasila;
b. setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
c. mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
d. menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
e. membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
f. menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
g. memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
h. mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
i. memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah;
j. memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
k. mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
l. menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
m. mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
n. mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
o. meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.
8

Kode Etik dan Kode Perilaku ASN


Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan
kehormatan ASN berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN melaksanakan tugas:
a. jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
b. cermat dan disiplin;
c. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
e. sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;
f. menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien;
h. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;
i. memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
j. tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan,
dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat
bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
k. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN; dan melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan
mengenai disiplin Pegawai ASN.
9

PEGAWAI ASN
PNS

(Pegawai Negeri Sipil)


(Pasal 1 butir 3 & Pasal 7)

PPPK
(Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja)

(Pasal 1 butir 4 & Pasal 7)

Diangkat dengan
Berstatus pegawai
perjanjian kerja sesuai
tetap dan Memiliki NIP
kebutuhan instansi
secara Nasional;
dan ketentuan
Undang-Undang.
Menduduki jabatan
Melaksanakan tugas
pemerintahan.
pemerintahan.
berkedudukan sebagai unsur aparatur negara
melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh
pimpinan
harus bebas dari pengaruh/intervensi golongan &
partai politik

Fungsi, Tugas Dan Peran Pegawai ASN


1. Fungsi sebagai pelaksana kebijakan publik; pelayan publik;
dan perekat dan pemersatu bangsa.
2. Tugas Pegawai ASN :
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
b. memberikan pelayanan publik yang profesional
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan RI
3. Peran Pegawai ASN sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan
pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi
politik, serta bersih dari praktik KKN

11

HAK PEGAWAI ASN


PNS
gaji, tunjangan, dan
fasilitas;
cuti;
jaminan pensiun dan
jaminan hari tua;
perlindungan; dan
pengembangan
kompetensi.

PPPK

gaji dan tunjangan;


cuti;
perlindungan; dan
pengembangan
kompetensi.

CUTI PNS
A. CUTI TAHUNAN
B. CUTI BESAR (Setelah masa kerja 6 tahun
berturut2)
C. CUTI SAKIT
D. CUTI BERSALIN
E. CUTI DENGAN ALASAN PENTING
F. CUTI DILUAR TANGGUNGAN NEGARA
(Setelah masa kerja 5 tahun berturut2)

13

Kewajiban Pegawai ASN


a. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah
yang berwenang;
d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;
f. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di
luar kedinasan;
g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan
h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
14

WNI
diangkat sebagai pns
maka

sejak saat itu dan seketika itu pula


ia (pns)
menyerahkan sebagian
"kedaulatan pribadinya"
kepada Negara dan Pemerintah RI

DISIPLIN
1. Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib
dalam kelancaran pelaksanaan tugas, PNS
wajib mematuhi disiplin PNS.
2. Instansi Pemerintah wajib melaksanakan
penegakan disiplin terhadap PNS serta
melaksanakan berbagai upaya peningkatan
disiplin.
3. PNS yang melakukan pelanggaran disiplin
dijatuhi hukuman disiplin.
(Pasal 86)
16

Pengertian :
1. Disiplin PNS :
Kesanggupan PNS menaati kewajiban &
menghindari larangan Per-UU/Peraturan
kedinasan
jika
dilanggar
dijatuhi
hukuman disiplin.
2. Hukuman Disiplin :
Hukuman yg dijatuhkan kpd PNS
karena melanggar peraturan disiplin
PNS.

Tingkat dan jenis hukuman disiplin:


1. Hukuman disiplin ringan:
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis
2. Hukuman disiplin sedang:
a. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu)
tahun
b. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun
c. Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat
lebih rendah selama 1 (satu) tahun

18

18

3.

Hukuman disiplin berat:


a.Penurunan pangkat pada pangkat
yang setingkat lebih rendah selama 3
(tiga) tahun
b.Pemindahan
dalam
rangka
penurunan jabatan dalam jabatan
setingkat lebih rendah
c. Pembebasan Jabatan
d.Pemberhentian dengan hormat tidak
atas permintaan sendiri sebagai PNS
e. Pemberhentian tidak dengan hormat
sebagai PNS

19

Ketentuan Waktu kerja


kewajiban untuk masuk kerja, dirumuskan secara rinci untuk
menjaring PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan sah
adalah sebagai berikut :
a. selama 5 s/d 15 hari kerja dikenai hukuman ringan.

1) 5 hari kerja dijatuhi hukuman teguran lisan;


2) 6 s/d 10 hari kerja dijatuhi hukuman teguran
tertulis;
3) 11 s/d 15 hari kerja dijatuhi hukuman
pernyatan tidak puas secara tertulis.

20

a. selama 16 s/d 30 hari kerja dikenai


hukuman sedang.
1) 16 s/d 20 hari kerja dijatuhi hukuman
penundaan kenaikan gaji berkala selama 1
(satu) tahun;
2) 21 s/d 25 hari kerja dijatuhi hukuman
penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu)
tahun;
3) 26 s/d 30 hari kerja dijatuhi hukuman
penurunan pangkat setingkat lebih rendah
selama 1 (satu) tahun.
21

c. selama 31 s/d 46 hari kerja atau lebih dikenai


hukuman berat.
1) 31 s/d 35 hari kerja dijatuhi hukuman penurunan
pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
2) 36 s/d 40 hari kerja dijatuhi hukuman pemindahan
dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih
rendah yang menduduki jabatan struktural atau
fungsional tertentu;
3) 41 s/d 45 hari kerja dijatuhi hukuman pembebasan
dari jabatan bagi PNS yang menduduki jabatan
struktural atau fungsional tertentu;
4) 46 hari kerja atau lebih dikenai hukuman
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat
sebagai PNS.
22

Setiap PNS wajib datang, pulang dan


melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan
jam kerja. Keterlambatan akan dihitung
secara kumulatif dan dikonversi 1 hari kerja
sama dengan 7 jam.
Dalam hal PNS tidak masuk kerja secara terusmenerus meskipun telah dipanggil 2 (dua) kali
tetapi tetap tidak hadir, PNS tersebut dijatuhi
HD tanpa melalui pemeriksaan dan jenis
hukumannya
berdasarkan
jumlah
hari
ketidakhadiran secara kumulatif.
23

ORGANISASI ASN
1.Nama : Korps Pegawai ASN
2.Kedudukan: wadah ASN untuk menyalurkan
aspirasinya.
3.Tujuan :
a. Menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan
profesi ASN
b. Mewujudkan jiwa Korps ASN sebagai pemersatu
bangsa.

4.Fungsi :
a. Pembinaan dan pengembangan profesi ASN.
b. Memberikan perlindungan hukum dan advokasi.
c. Memberikan rekomendasi kepada majelis kode
etik instansi.

24

Netralitas PNS
dalam kedudukan sebagai aparatur negara
maka
pns harus netral dari pengaruh semua gol
dan parpol serta tidak diskriminatif dalam
memberikan pelayanan kepada masy
maka

dilarang
menjadi anggota dan/atau pengurus parpol
(Pasal 3 UU Nomor 43 Tahun 1999)

larangan dalam mendukung capres/ cawapres dan anggota


legislatif (DPR, DPD, dan DPRD) sebagaimana amanat
dalam UU No. 10 Tahun 2008 dan UU No. 42 Tahun 2008.
Dan larangan dalam mendukung calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah yang selama ini ditetapkan
di dalam S.E. Menpan, yaitu:

a. Hukuman Sedang :
1) memberikan
dukungan
kpd
calon
Presiden/Wapres, DPR, DPD, atau DPRD dgn
cara ikut serta sbg pelaksana kampanye, menjadi
peserta kampanye dgn menggunakan atribut
partai atau atribut PNS, sbg peserta kampanye
dgn mengerahkan PNS lain
26

2)
memberikan
dukungan
kpd
calon
Presiden/Wapres dgn cara mengadakan kegiatan
yg mengarah kpd keberpihakan thd pasangan
calon yg menjadi peserta pemilu sebelum,
selama, dan sesudah masa kampanye meliputi
pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau
pemberian barang kpd PNS dalam lingk. unit
kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;
3) memberikan dukungan kpd calon anggota
DPD atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah dgn cara memberikan surat dukungan
disertai foto kopi KTP atau Surat Keterangan
Tanda Penduduk sesuai peraturan perundangundangan; dan
27

4) memberikan dukungan kpd calon Kepala Daerah/Wakil


Kepala Daerah dgn cara terlibat dalam kegiatan
kampanye utk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah serta mengadakan kegiatan yg mengarah
kpd keberpihakan thd pasangan calon yg menjadi
peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan,
seruan, atau pemberian barang kpd PNS dalam lingk.
unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.
(yg dimaksud terlibat dlm kegiatan kampanye adalah
seperti PNS bertindak sbg pelaksana kampanye, petugas
kampanye / tim sukses, tenaga hali, penyandang dana,
pencari dana, dll. (penjelasan Pasal 4 Angka 15 huruf a))
28

b.Hukuman Berat :
1) memberikan dukungan kpd calon Presiden/Wapres, DPR,
DPD, atau DPRD dgn cara sbg peserta kampanye dgn
menggunakan fasilitas negara;
2) memberikan dukungan kpd calon Presiden/Wapres dgn
cara membuat keputusan dan/atau tindakan yg
menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan
calon selama masa kampanye; dan
3) memberikan dukungan kpd calon Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah, dgn cara menggunakan fasilitas yg
terkait dgn jabatan dalam kegiatan kampanye dan/atau
membuat
keputusan
dan/atau
tindakan
yg
menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan
calon selama masa kampanye.
29

Penghargaan
PNS
PNS yang telah menunjukkan kesetiaan,
pengabdian,
kecakapan,
kejujuran,
kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam
melaksanakan tugasnya dapat diberikan
penghargaan.
Penghargaan sebagaimana dimaksud
dapat berupa pemberian:
tanda kehormatan;
kenaikan pangkat istimewa;
kesempatan prioritas untuk
pengembangan kompetensi; dan/atau
kesempatan menghadiri acara resmi

30

Syarat Usul Satya Lencana


1. Telah memiliki masa kerja 10, 20 dan 30 tahun ( terhitung
dari masa kerja yg tertera di SK CPNS, berdasarkan tahun
Pengangkatan sebagai CPNS ).
2. Foto Copy SK (CPNS, TERAKHIR, JABATAN)
3. Surat Keterangan Tidak Pernah dijatuhi Hukuman Disiplin
Tingkat Sedang dan Tingkat Berat yang ditanda tangani oleh
Kepala SKPK atau Instansi masing-masing.
4. Surat Rekomendasi dari Kepala Instansi atau SKPK masingmasing.
5. Bagi yang pernah memiliki Satya Lencana, melampirkan
foto copynya.

31

Manajemen ASN

32

Manajemen ASN meliputi


a. penyusunan dan penetapan
kebutuhan;
i. penggajian dan
b. pengadaan;
tunjangan;
c. pangkat dan jabatan;j. penghargaan;
d. pengembangan karier;
k. disiplin;
l. pemberhentian;
e. pola karier;
m. pensiun dan
f. promosi;
tabungan hari tua;
g. mutasi;
perlindungan.
h. Penilaian kinerja
33

PENETAPAN KEBUTUHAN DAN


PENGENDALIAN JUMLAH
1.Dasar penetapan kebutuhan :
a. Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan
berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban
kerja.
b. Perencanaan kebutuhan SDM 5 tahun dengan
rincian per tahun berdasarkan prioritas kebutuhan
c. Ditetapkan oleh Menteri secara nasional.
2.Metode: analisis jabatan dan analisis beban kerja
(Pasal 56 RUU ASN)

34

PENGADAAN PNS
1. Dasar pengadaan:
- pengisian kebutuhan jabatan yang lowong
- sesuai kebutuhan pegawai yang ditetapkan
Menteri
2. Tahapan :
a. Perencanaan
b. Pengumuman lowongan
c. Pelamaran
d. Seleksi (administrasi, kompetensi dasar, dan
kompetensi bidang)
e. Pengumuman hasil seleksi
f. Masa percobaan
g. Pengangkatan menjadi PNS
(Pasal 58)
35

Sistem Penempatan

36

Pangkat dan Jabatan


Pangkat dan Jabatan

PNS diangkat dalam pangkat dan


jabatan tertentu.
Setiap jabatan dikelompokkan dalam
klasifikasi
jabatan
PNS
yang
menunjukkan kesamaan karakteristik,
mekanisme, dan pola kerja.
PNS dapat berpindah antar dan antara
JPT, Jabatan Administrasi, dan Jabatan
Fungsional di Instansi Pusat dan Daerah
berdasarkan kualifikasi, kompetensi,
dan penilaian kinerja.
37

PENILAIAN KINERJA
PNS
Dilakukan berdasarkan:
perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat unit atau
organisasi;
Memperhatikan
target, sasaran, hasil, dan manfaat yang dicapai, serta perilaku PNS.
Metode
objektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan.
Berada di bawah kewenangan PyB, didelegasikan secara berjenjang
kepada atasan langsung dari PNS, dan dapat mempertimbangkan
pendapat rekan kerja setingkat dan bawahannya.
Hasil penilaian kinerja PNS disampaikan kepada Tim Penilai Kinerja
PNS.

PNS yang penilaian kinerjanya tidak mencapai target kinerja


dikenakan sanksi administrasi sampai dengan pemberhentian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
38

PENILAIAN PRESTASI KERJA


Setiap PNS wajib menyusun SKP sebagai
rancangan pelaksanaan kegiatan tugas jabatan
sesuai dengan rincian tugas, tanggung jawab
dan wewenangnya sesuai dengan struktur dan
tata kerja organisasi.
SKP disusun dan ditetapkan sebagai rencana
operasional pelaksanaan tugas jabatan dengan
mengacu pada Renstra dan Renja.
SKP yang telah disusun harus disetujui dan
ditetapkan oleh pejabat penilai.
SKP ditetapkan setiap tahun pada bulan
Januari dan digunakan sebagai dasar penilaian
prestasi kerja.

39

Sasaran Kerja Pegawai Negeri Sipil (SKP)

UNSUR-UNSUR SKP
a. Kegiatan Tugas Jabatan
Tugas jabatan yang dilakukan harus didasarkan pada rincian
tugas, tanggung jawab dan wewenang jabatan sesuai yang
ditetapkan dalam struktur dan tata kerja organisasi.
Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan
dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus
dicapai oleh seorang PNS dalam rangka pembinaan karier
dan jabatannya.
c. Target
Setiap pelaksanaan kegiatan tugas jabatan harus ditetapkan
target yang diwujudkan dengan jelas sebagai ukuran prestasi
kerja, baik dari aspek kuantitas, kualitas, waktu dan/atau
biaya.

40

b. Angka Kredit

Selain melakukan kegiatan tugas jabatan apabila ada


tugas tambahan terkait dengan jabatan dapat ditetapkan
menjadi tugas tambahan. PNS yang melaksanakan tugas
tambahan yang diberikan oleh pimpinan/ pejabat penilai
yang berkaitan dengan tugas jabatan, hasilnya dinilai
sebagai bagian dari capaian SKP.
e. Kreatifitas
PNS yang telah menunjukkan kreatifitas yang
bermanfaat bagi organisasi dalam melaksanakan tugas
jabatan, hasilnya dinilai sebagai bagian dari capaian

SKP

41

d. Tugas Tambahan

a.

Penilaian SKP dilakukan dengan cara membandingkan


antara realisasi kerja dengan target dari aspek kuantitas,
kualitas, waktu dan/atau biaya, dikalikan 100.

b.

Penilaian perilaku kerja dilakukan dengan


pengamatan sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan.

c.

Penilaian prestasi kerja dilakukan dengan cara menggabungkan Penilaian SKP dengan Penilaian Perilaku
Kerja

cara
telah

42

CARA PENILAIAN DAN NILAI SKP

FORMULIR SASARAN KERJA


PEGAWAI NEGERI SIPIL
I. PEJABAT PENILAI

NO

II. PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG DINILAI

Nama

Dra. Sri

Nama

Elisya, SH

NIP

196305221992012001

NIP

196803051999042001

Pangkat/Gol.Ruang

Pembina/ IV/a

Pangkat/Gol.Ruang

Penata Tk I/ III/d

Jabatan

Kabid Kepangkatan dan


Mutasi Lain

Jabatan

Kasubbag Mutasi Kepegawaian

Unit Kerja

Direktorat Kepangkatan

Unit Kerja

Direktorat Kepangkatan

ANGKA
KREDIT

NO

III. KEGIATAN TUGAS POKOK JABATAN

Menetapkan persetujuan kenaikan pangkat gol.ruang


III/d ke bawah Prov. Lampung dan instansi vertikal.

Menetapkan persetujuan peninjauan masa kerja


gol.ruang III/d ke bawah Provinsi Lampung dan
Instansi vertikal

Menetapkan persetujuan mutasi lain-lain gol.ruang


III/d ke bawah Provinsi Lampung dan instansi Vertikal

Membuat konsep SK pindah Instansi pusat dan


daerah

Membuat laporan kenaiakn pangkat, PMK, mutasi lain


dan pindah instansi pusat dan daerah

TARGET
KUANT/
OUTPUT

KUAL/
MUTU

WAKTU

100

12

25 nota

100

12

20 nota

100

12

30 SK

100

12

2 lap

100

12

5000 nota

BIAYA

Jakarta, 4 Januari 2012


Pejabat Penilai

Pegawai Negeri Sipil Yang Dinilai

43

NO

SISTEM KENAIKAN PANGKAT

SISTEM KENAIKAN
PANGKAT

SISTEM KENAIKAN PANGKAT REGULER


SISTEM KENAIKAN PANGKAT PILIHAN

PERIODE 01 APRIL
MASA KENAIKAN
PANGKAT
PERIODE 01 OKTOBER

1. KP REGULER
1. tidak menduduki Jabatan struktural atau

Jabatan fungsional tertentu.

KENAIKAN
PANGKAT REGULER

melaksanakan tugas belajar


sebelumnya tidak menduduki jabatan.
2.

dan

dipekerjakan atau diperbantukan secara


penuh di luar instansi induk.
3.

Syarat :
a. Minimal telah 4 tahun dalam pangkat terakhir
b. Setiap unsur DP-3 minimal bernilai baik dalam 2 tahun
terakhir
c. Tidak melampaui pangkat atasan langsungnya

2. KP PILIHAN
1. menduduki jabatan Struktural atau jabatan Fungsional tertentu.
2. menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan
Dengan Keputusan Presiden
3. menunjukkan prestasi kerja yang luar biasa baiknya.

KENAIKAN
PANGKAT
PILIHAN

4. menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara.


5. diangkat menjadi Pejabat Negara.
6. memperoleh STTB atau Ijazah
7. melaksanakan tugas belajar dan Sebelumnya menduduki jabatan
struktural atau jabatan fungsional.
8. telah selesai dan lulus tugas belajar
9. dipekerjakan atau diperbantukan di luar instansi induknya yang
diangkat dalam jabatan pimpinan atau jabatan fungsional
tertentu.

3. KP. Anumerta
Berlaku TMT ybs tewas.
Diberikan sebelum ybs dimakamkan.
(Keputusan Sementara).
Akibat keuangan baru timbul, setelah
keputusan sementara ditetapkan menjadi
keputusan pejabat ybw.

47

4. KP. Pengabdian
Diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun karena
mencapai BUP atau Meninggal Dunia.
Setiap unsur DP-3 minimal bernilai baik dalam 1 thn terakhir
Tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau
berat dalam 1 (satu) tahun terakhir.
Memiliki masa kerja secara terus menerus sebagai PNS
a) 30 tahun atau lebih dan minimal telah 1 bulan dalam pangkat
terakhir.
b) 20 tahun atau lebih tapi kurang dari 30 tahun dan minimal telah 1
tahun dalam pangkat terakhir.
c) 10 tahun atau lebih tapi kurang dari 20 tahun dan minimal telah 2
tahun dalam pangkat terakhir
48

Sistem Karier PNS

49

PENGEMBANGAN KARIER
1.
2.
3.

4.

Pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi,


kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah.
Pengembangan karier PNS dilakukan dengan mempertimbangkan
integritas dan moralitas.
Kompetensi meliputi:
a. kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi diklat
teknis fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis;
b. kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat diklat struktural
atau manajemen, dan pengalaman kepemimpinan;
c. kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja
berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan
budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan.
Integritas diukur dari kejujuran, kepatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan, kemampuan bekerja sama, dan
pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara.
(Pasal 69)
50

5.
6.
7.
8.

9.

Moralitas diukur dari penerapan dan pengamalan nilai etika


agama, budaya, dan sosial kemasyarakatan
Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk
mengembangkan kompetensi.
Pengembangan kompetensi antara lain melalui diklat, seminar, kursus,
dan penataran.
Pengembangan kompetensi harus dievaluasi oleh Pejabat yang
Berwenang dan digunakan sebagai salah satu dasar dalam
pengangkatan jabatan dan pengembangan karier.
Pengembangan kompetensi setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun
rencana pengembangan kompetensi tahunan yang tertuang dalam
rencana kerja anggaran tahunan instansi masing-masing.

(Pasal 70)
51

52

53

54

55

56

57

Sistem Penggajian
dan Penghargaan
PNS
58

PENGGAJIAN DAN
TUNJANGAN

1. Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak


kepada PNS serta menjamin kesejahteraan PNS.
2. Gaji
dibayarkan
sesuai
dengan
beban
kerja,
tanggungjawab, dan resiko pekerjaan.
3. Gaji PNS yang bekerja pada pemerintah pusat
dibebankan pada APBN.
4. Gaji PNS yang bekerja pada pemerintah daerah
dibebankan pada APBD.
5. Selain gaji, PNS juga menerima tunjangan dan fasilitas.
6. Tunjangan meli puti tunjangan kinerja dan tunjangan
kemahalan.
7. Tunjangan kinerja dibayarkan sesuai pencapaian kinerja.
8. Tunjangan kemahalan dibayarkan sesuai dengan tingkat
kemahalan berdasarkan indeks harga yang berlaku di
daerah masing-masing.
(Pasal

79,80)
59

60

Sistem Pendidikan
dan pelatihan PNS

61

Tujuan Diklat
Meningkatkan
pengetahuan,
keahlian,
ketrampilan dan sikap untuk dapat melaksanakan
tugas jabatan secara profesional dengan
dilandasai kepribadian dan etika PNS sesuai
dengan kebutuhan instansi.
Menciptakan aparatur yang mampu berperan
sebagai pembaharu dan perekat persatuan dan
kesatuan bangsa.
Memantapkan sikap dan semangat pengabdian
yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman
dan pemberdayaan masyarakat.
Menciptakan kesamaan Visi dan dinamika pola
pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan
umum dan pembangunan demi terwujudnya
kepemerintahan yang baik.
62

JENIS DAN JENJANG DIKLAT

Diklat PNS terdiri dari 2 jenis


1.Diklat prajabatan, terdiri dari :
Diklat Prajabatan golongan I untuk menjadi PNS
golongan I.
Diklat prajabatan golongan II untuk menjadi PNS
golongan II.
Diklat prajabatan golongan III untuk menjadi
PNS golongan III.

2.Diklat dalam jabatan, terdiri dari :


Diklat kepemimpinan
Diklat fungsional
Diklat Teknis.
63

Diklat prajabatan
Diklat prajabatan merupakan diklat yang
dipersyaratkan
dalam
pengangkatan
CPNS
menjadi PNS.
Setiap CPNS untuk dapat diangkat menjadi PNS
wajib mengikuti dan lulus diklat prajabatan .
CPNS wajib diikut sertakan dalam diklat
prajabatan selambat lambatnya 2 tahun setelah
pengangkatannya sebagai CPNS.
Diklat
prajabatan
dimaksudkan
untuk
memberikan
pengetahuan
dalam
rangka
pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian
dan etika PNS, disamping pengetahuan dasar
tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan
negara, bidang tugas dan budaya organisasinya
agar
mampu
melaksanakan
tugas
dan
peranannya sebagai pelayan masyarakat.
64

Diklatpim terdiri dari empat


jenjang

1. Pendidikan dan Pelatihan kepemimpinan


tingkat
IV,
yaitu
Diklatpim
yang
dipersyaratkan untuk jabatan eselon IV.
2. Pendidikan dan Pelatihan kepemimpinan
tingkat
III,
yaitu
Diklatpim
yang
dipersyaratkan untuk jabatan eselon III.
3. Pendidikan dan Pelatihan kepemimpinan
tingkat
II,
yaitu
Diklatpim
yang
dipersyaratkan untuk jabatan eselon II.
4. Pendidikan dan Pelatihan kepemimpinan
tingkat
I,
yaitu
Diklatpim
yang
dipersyaratkan untuk jabatan eselon I.
65

Diklat Fungsional
Diklat Fungsional merupakan diklat
yang dilaksanakan untuk mencapai
persyaratan kompetensi yang sesuai
dengan jenis dan jenjang jabatan
fungsional masing-masing.
Jenis dari jenjang diklat fungsional
untuk
masing-masing
jabatan
fungsional tersebut ditetapkan oleh
instansi pembina jabatan fungsional
yang bersangkutan.
66

Diklat Teknis
Diklat Teknis merupakan diklat yang
dilaksanakan untuk mencapai persyaratan
kompetensi teknis yang diperlukan
untuk pelaksanaan tugas PNS .
Kompetensi teknis yang dimaksud adalah
kemampuan PNS dalam bidang-bidang
teknis tertentu untuk pelaksanaan tugas
masing-masing
Bagi PNS yang belum memenuhi
persyaratan kompetensi jabatan perlu
mengikuti Diklat teknis yang berkaitan
dengan persyaratan kompetensi jabatan
masing-masing.
67

PESERTA

DIKLATPIM TINGKAT TERTENTU TIDAK


DIPERSYARATKAN MENGIKUTI DIKLATPIM
DIBAWAHNYA
PESERTA DIKLAT FUNGSIONAL ADALAH
PNS YANG AKAN DAN TELAH MENDUDUKI
JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU
PESERTA DIKLAT TEKNIS ADALAH PNS
YANG MEMBUTUHKAN PENINGKATAN
KOMPETENSI TEKNIS DALAM
PELAKSANAAN TUGAS

68

DIKLATPIM DIIKUTI PNS YANG AKAN DAN


TELAH MENDUDUKI JABATAN STRUKTURAL

DILAKUKAN DENGAN KLASIKAL DAN NON


KLASIKAL

DIKLAT PRA JABATAN DILAKSANAKAN OLEH


LEMBAGA DIKLAT PEMERINTAH YANG
TERAKREDITASI

DIKLATPIM TK IV, III, II DILAKSANAKAN LEMB.


DIKLAT PEMERINTAH YANG TERAKREDITASI

DIKLATPIM TK I DILAKSANAKAN OLEH INSTANSI


PEMBINA

DIKLAT TEKNIS DAN FUNGSIONAL


PEMBIAYAAN
DILAKSANAKAN OLEH LEMBAGA DIKLAT YANG
TERAKREDITASI.

DIBEBANKAN ANGGARAN INSTANSI


MASING-MASING

69

PENYELENGGARAAN

Sistem Pemberhentian
PNS

70

PEMBERHENTIAN DENGAN HORMAT DAN


TIDAK DENGAN HORMAT
1. PNS dapat diberhentikan dengan hormat, karena:
a. Atas permintaan sendiri;
b. Mencapai batas usia pensiun;
c. Perampingan organisasi pemerintah; atau
d. Tidak cakap jasmani atau rohani sehingga tidak dapat
menjalankan kewajiban sbg PNS
menerima hak pensiun dan tabungan hari tua

Pemberhentian Karena Tidak Cakap


Jasmani Atau Rohani
berdasarkan surat keterangan Tim
Penguji Kesehatan dinyatakan:
1. Tidak dapat bekerja lagi dalam
semua Jabatan Negeri karena
kesehatannya;
2. Menderita penyakit atau kelainan
yang berbahaya bagi dirinya sendiri
dan atau lingkungan kerjanya;
3. Setelah berakhirnya cuti sakit, belum
mampu bekerja kembali.
72

2. PNS dapat diberhentikan tidak dengan hormat


karena:
a. Melanggar sumpah/janji PNS dan sumpah/janji
jabatan selain pelanggaran sumpah/janji PNS dan
sumpah/janji jabatan karena tidak setia kepada
Pancasila, UUD45, Negara, dan Pemerintah atau
b. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana
kejahatan yang ancaman hukumannya kurang dari 4
(empat) tahun
Catatan: PNS yg diberhentikan tidak dengan hormat,
tidak berhak menerima pensiun.

Pemberhentian Karena Meninggalkan


Tugas
Pegawai Negeri Sipil yang meninggalkan
tugas selama 2 (dua) bulan berturut-turut
diberhentikan pembayar an gajinya mulai
bulan ketiga. Untuk selanjutnya apabila dalam
waktu 6 (enam) bulan secara terus-menerus
meninggalkan tugasnya secara tidak sah,
maka yang bersangkutan diberhentikan
dengan tidak hormat sebagai Pegawai Negeri
Sipil.
74

Pemberhentian Karena Hal-Hal Lain


Pegawai Negeri Sipil yang tidak melaporkan
diri kembali kepada instansi induknya
setelah habis menjalankan cuti di luar
tanggungan negara, diberhentikan dengan
hormat
sebagai Pegawai Negeri Sipil. Begitu pula
Pegawai Negeri Sipil yang melaporkan ke
instansi induknya setelah habis masa cuti di
luar tanggungan negara, tetapi tidak dapat
dipekerjakan kembali karena tidak ada
lowongan, maka yang bersangkutan
diberhentikan dengan hormat.
75
Pemberhentian ini disertai dengan hak-hak

TERIMA KASIH

Sistem Merit adalah kebijakan dan Manajemen ASN yang


berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil
dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras,
warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan,
umur, ataupun kondisi kecacatan.
Penerapan sistem merit (merit system) yaitu adanya kesesuaian
antara kecakapan yang dimiliki seorang pegawai dengan jabatan
yang dipercayakan kepadanya, meliputi tingkat pendidikan
formal, tingkat pendidikan non formal/diklatpim, pendidikan dan
latihan teknis, tingkat pengalaman kerja, dan tingkat penguasaan
tugas dan pekerjaan. Sedangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi penerapan sistem merit (merit system) dalam
kebijakan promosi jabatan di daerah meliputi regulasi, kontrol
eksternal dan komitmen pelaku.
77

Terhadap jabatan PNS dilakukan penyetaraan:


1. jabatan eselon Ia kepala lembaga pemerintah non
kementerian setara dengan Jabatan Pimpinan Tinggi
utama;
2. jabatan eselon Ia dan eselon Ib setara dengan Jabatan
Pimpinan Tinggi madya;
3. jabatan eselon II setara dengan Jabatan Pimpinan Tinggi
pratama;
4. jabatan eselon III setara dengan jabatan administrator;
5. jabatan eselon IV setara dengan jabatan pengawas;
dan
6. jabatan eselon V dan fungsional umum setara dengan
jabatan pelaksana,
78

MANAJEMEN ASN
1.
2.

Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.


Manajemen Pegawai ASN meliputi Manajemen PNS
Manajemen PPPK.

dan

PEJABAT PEMBINA KEPEGAWAIAN


Presiden selaku pemegang kekuasaan tertinggi pembinaan ASN dapat
mendelegasikan kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan,
dan pemberhentian pejabat selain pejabat pimpinan tinggi utama dan
madya, dan pejabat fungsional keahlian utama kepada:

a. menteri di kementerian;
b. pimpinan lembaga di lembaga pemerintah
nonkementerian;
c. sekretaris jenderal di sekretariat lembaga negara
dan lembaga nonstruktural;
d. gubernur, di provinsi; dan
(Pasal 51,52,53)
e. bupati/walikota, di kabupaten/ kota.
79

PEJABAT YANG BERWENANG


1. Presiden dapat mendelegasikan kewenangan pembinaan
Manajemen ASN kepada Pejabat yang Berwenang di
kementerian, sekretaris jenderal/sekretariat lembaga negara,
sekretariat lembaga nonstruktural, sekretaris daerah provinsi
dan kabupaten/ kota.
2. Pejabat yang Berwenang dalam menjalankan fungsi Manajemen
ASN di Instansi Pemerintah berdasarkan Sistem Merit dan
berkonsultasi dengan PPK di instansi masing-masing.
3. Pejabat yang Berwenang memberikan rekomendasi usulan
kepada PPK di instansi masing-masing.
4. Pejabat yang Berwenang mengusulkan pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian Pejabat Administrasi dan
Pejabat Fungsional kepada PPK di instansi masing-masing.

(Pasal 54)
80

MANAJEMEN PNS
Manajemen PNS meliputi:
1. penyusunan dan penetapan kebutuhan;
2. pengadaan;
3. pangkat dan jabatan;
4. pengembangan karier;
5. pola karier;
6. promosi;
7. mutasi;
8. penilaian kinerja;
9. penggajian dan tunjangan;
10.penghargaan;
11.disiplin;
12.pemberhentian;
13.pensiun dan tabungan hari tua; dan
14.perlindungan.
(Pasal 55)
81

PENYUSUNAN DAN PENETAPAN KEBUTUHAN


1. Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah
dan jenis jabatan PNS berdasarkan analisis jabatan dan
analisis beban kerja.
2. Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS dilakukan
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu)
tahun berdasarkan prioritas kebutuhan.
3. Berdasarkan penyusunan kebutuhan, Menteri menetapkan
kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS secara nasional

(Pasal 56)
82

PENGADAAN PNS
1. Pengadaan PNS merupakan kegiatan untuk mengisi
kebutuhan Jabatan Administrasi dan/atau Jabatan Fungsional
dalam suatu Instansi Pemerintah.
2. Pengadaan
PNS
di
Instansi
Pemerintah
dilakukan
berdasarkan penetapan kebutuhan yang ditetapkan oleh
Menteri.
3. Pengadaan PNS dilakukan melalui tahapan perencanaan,
pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman
hasil seleksi, masa percobaan, dan pengangkatan menjadi
PNS.
4. Peserta yang lolos seleksi diangkat menjadi calon PNS.
5. Pengangkatan calon PNS ditetapkan dengan keputusan
Pejabat Pembina Kepegawaian.
6. Calon PNS wajib menjalani masa percobaan
(Pasal 58,63)
83

7. Masa percobaan dilaksanakan melalui proses pendidikan


dan
pelatihan
terintegrasi
untuk
membangun
integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi
nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian
yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat
profesionalisme serta kompetensi bidang.
8.Masa percobaan bagi calon PNS dilaksanakan selama
1 (satu) tahun.
9. Instansi Pemerintah wajib memberikan pendidikan dan
pelatihan kepada calon PNS selama masa percobaan.
10.Calon PNS yang diangkat menjadi PNS harus memenuhi
persyaratan:
a.
b.

lulus pendidikan dan pelatihan; dan


sehat jasmani dan rohani
(Pasal 63,64,65)
84

PENILAIAN KINERJA PNS


1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan


PNS yang didasarkan sistem prestasi dan sistem karir.
Penilaian kinerja PNS dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja pada
tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi, dengan
memperhatikan target, capaian, hasil, dan manfaat yang dicapai,
serta perilaku PNS.
Penilaian kinerja PNS dilakukan secara objektif, terukur, akuntabel,
partisipatif, dan transparan.
Penilaian kinerja PNS berada di bawah kewenangan Pejabat yang
Berwenang pada Instansi Pemerintah masing-masing.
Penilaian kinerja PNS didelegasikan secara berjenjang kepada atasan
langsung dari PNS.
Penilaian kinerja PNS dapat mempertimbangkan pendapat rekan kerja
setingkat dan bawahannya.
Hasil penilaian kinerja PNS disampaikan kepada tim penilai kinerja
PNS.
Hasil penilaian kinerja PNS digunakan untuk menjamin objektivitas
dalam pengembangan PNS, dan dijadikan sebagai persyaratan dalam
pengangkatan
jabatan
dan kenaikan
pangkat,
pemberian
75,76,77)
tunjangan dan sanksi, mutasi, dan promosi, serta untuk(Pasal
mengikuti
85
diklat.

DISIPLIN
1. Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib
dalam kelancaran pelaksanaan tugas, PNS
wajib mematuhi disiplin PNS.
2. Instansi Pemerintah wajib melaksanakan
penegakan disiplin terhadap PNS serta
melaksanakan berbagai upaya peningkatan
disiplin.
3. PNS
yang
melakukan
pelanggaran
disiplin dijatuhi hukuman disiplin.
(Pasal 86)
86

4. PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena:

a.
b.

c.
d.

melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD


1945;
dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau
tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan
jabatan dan/atau pidana umum;
menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau
dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun
dan pidana yang dilakukan dengan berencana.
(Pasal 87)
87

5. PNS diberhentikan sementara, apabila:


a. diangkat menjadi pejabat negara;
b. diangkat menjadi komisioner atau anggota lembaga
nonstruktural; atau
c. ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana.

6. Pengaktifan kembali PNS


sementara dilakukan oleh PPK
7. Batas usia pensiun yaitu:

yang

diberhentikan

a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Administrasi;


b. 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi;
c. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi
Pejabat Fungsional.

(Pasal 88,90)
88

Batas Usia Pensiun PNS


Surat Kepala BKN No : K.26-30/V.7-3/99 Tgl. 17-1- 2014
dan
Surat Kepala BKN No : K.26-30/V.28-6/99 Tgl. 11-3- 2014

a. Batas usia pensiun PNS yaitu:


bagi pejabat administrasi (sebelumnya dikenal sebagai
pejabat struktural eselon lll ke bawah dan pejabat
fungsional umum) adatah 58 (lima puluh delapan) tahun;
bagi pejabat pimpinan tinggi (sebelumnya dikenal
sebagai pejabat struktural eselon I dan pejabat struktural
eselon ll) adalah 60 (enam
puluh) tahun.
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundangundangan bagi Pejabat Fungsional.

89

b. dalam hal terdapat PNS yang sedang menjalani Masa


Persiapan Pensiun (MPP) maupun tidak sedang menjalani
MPP dan tidak bersedia lagi melaksanakan tugas, baik
Keputusan/Pertimbangan Teknis Pensiun yang telah
ditetapkan maupun yang belum ditetapkan, yang TMT
pensiunnya mulai berlaku 1 Februari 2014 sampai dengan 1
Desember 2015 yang mencapai BUP minimal 56 (lima
puluh enam) tahun, maka Keputusan Pemberhentian dan
Keputusan Pensiun termasuk Keputusan Kenaikan Pangkat
Pengabdian dapat diberikan apabila memenuhi syarat
sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan.
c. dalam hal terdapat PNS yang Keputusan Pemberhentian
/Pertimbangan Teknis Pensiunnya telah ditetapkan dan TMT
pensiunnya rnulai berlaku 1 Februan 2014 sampai dengan 1
Desember 2015 yang mencapai BUP minimal 56 (lima
puluh enam) tahun, apabila bersedia lagi melaksanakan
90
tugas maka keputusan/ Pertimbangan Teknis Pensiun yang

d. dalam hal terdapat PNS yang :


1) menyatakan bersedia lagi melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud pada huruf c, kemudian
mengajukan pemberhentian sebelum mencapai
usia 58 (lima puluh delapan) tahun; atau
2) belum pernah diusulkan pensiunnya, kemudian
mengajukan pemberhentian sebelum mencapai
usia 58 (lima puluh delapan) tahun,
maka diberhentikan dengan hormat sebagai PNS
serta diberikan kenaikan pangkat pengabdian apabila
memenuhi syarat sesuai ketentuan peraturan
perundangan.
91

JAMINAN PENSIUN DAN JAMINAN HARI TUA


1. PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun dan
jaminan hari tua PNS.
2. PNS diberikan jaminan pensiun apabila:
a.
b.
c.
d.
e.

meninggal dunia;
atas permintaan sendiri dengan usia dan masa kerja tertentu;
mencapai batas usia pensiun;
perampingan
organisasi
atau
kebijakan
pemerintah
yang
mengakibatkan pensiun dini; atau
tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan
tugas dan kewajiban.

3. Jaminan pensiun PNS dan jaminan janda/duda PNS dan jaminan hari
tua PNS diberikan sebagai perlindungan kesinambungan
penghasilan hari tua, sebagai hak dan sebagai penghargaan atas
pengabdian PNS.
4. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS mencakup jaminan
pensiun dan jaminan hari tua yang diberikan dalam program
jaminan sosial nasional.
5. Sumber pembiayaan jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS
(Pasal 91)
berasal dari pemerintah selaku pemberi kerja dan iuran PNS
92
yang bersangkutan.

PERLINDUNGAN
1. Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:
a.
b.
c.
d.

jaminan kesehatan;
jaminan kecelakaan kerja;
jaminan kematian; dan
bantuan hukum.

2. Perlindungan berupa jaminan kesehatan, jaminan


kecelakaan kerja, dan jaminan kematian mencakup
jaminan sosial yang diberikan dalam program jaminan
sosial nasional.
3. Bantuan hukum berupa pemberian bantuan hukum dalam
perkara
yang
dihadapi
di
pengadilan
terkait
pelaksanaan tugasnya
(Pasal 92)
93

MANAJEMEN
ASN

94

PEMBINAAN DAN MANAJEMEN ASN


1. Presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan
merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
kebijakan, pembinaan profesi, dan Manajemen ASN.
2. Untuk menyelenggarakan kekuasaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Presiden mendelegasikan
sebagian kekuasaannya kepada:
Menteri/Kementerian PANRB;
KASN;
LAN; dan
BKN.
Pasal 23 RUU ASN

95

KEWENANGAN & HUB OTORITAS


LEMBAGA
Menteri/Kementerian
PANRB

1. Perumusan dan
penetapan kebijakan,
2. Koordinasi dan
sinkronisasi kebijakan,
3. Pengawasan atas
pelaksanaan kebijakan
ASN;

LAN

Penelitian, pengkajian kebijakan


manajemen ASN,
Pembinaan dan
penyelenggaraan Diklat ASN

BKN
1. Penyelenggaraan
manajemen ASN
2. Pengawasan dan
pengendalian
pelaksanaan NSPK
manajemen
KASNASN
( Mengelola Pegawai ASN
Monitoring, evaluasi
) kebijakan,
dan rekomendasi yang mengikat
untuk menjamin perwujudan
sistem merit & pengawasan

penerapan asas, kode etik, dan


kode perilaku ASN

KELEMBAGAAN
1.

2.

Presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan merupakan


pemegang kekuasaan tertinggi dalam kebijakan, pembinaan profesi,
dan Manajemen ASN.
Presiden mendelegasikan sebagian kekuasaannya kepada:
a. Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendayagunaan aparatur negara, berkaitan dengan kewenangan
perumusan dan penetapan kebijakan, koordinasi dan sinkronisasi
kebijakan, serta pengawasan atas pelaksanaan kebijakan ASN;
b. KASN, berkaitan dengan kewenangan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan dan Manajemen ASN untuk menjamin
perwujudan Sistem Merit serta pengawasan terhadap penerapan
asas, kode etik, dan kode perilaku ASN;
c. LAN, berkaitan dengan kewenangan penelitian, pengkajian kebijakan
Manajemen ASN, pembinaan, dan penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan ASN; dan
d. BKN, berkaitan dengan kewenangan penyelenggaraan Manajemen
ASN, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan norma, standar,
prosedur, dan kriteria Manajemen ASN.
(Pasal 25)
97

1. LAN memiliki fungsi:


pengembangan standar kualitas pendidikan dan pelatihan
Pegawai ASN;
b. pembinaan pendidikan dan pelatihan kompetensi
manajerial Pegawai ASN;
c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kompetensi
manajerial Pegawai ASN baik secara sendiri maupun
bersama-sama lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya;
d. pengkajian terkait dengan kebijakan dan Manajemen ASN;
e. melakukan akreditasi lembaga pendidikan dan pelatihan
Pegawai ASN, baik sendiri maupun bersama lembaga
pemerintah lainnya
a.

(Pasal 43)
98

2. LAN bertugas:
a.
b.
c.
d.

e.
f.
g.

meneliti, mengkaji, dan melakukan inovasi Manajemen ASN


sesuai dengan kebutuhan kebijakan;
membina dan menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan Pegawai ASN berbasis kompetensi;
merencanakan dan mengawasi kebutuhan pendidikan dan
pelatihan Pegawai ASN secara nasional;
menyusun standar dan pedoman penyelenggaraan dan
pelaksanaan pendidikan, pelatihan teknis fungsional dan
penjenjangan tertentu, serta pemberian akreditasi dan
sertifikasi di bidangnya dengan melibatkan kementerian dan
lembaga terkait;
memberikan sertifikasi kelulusan peserta pendidikan dan
pelatihan penjenjangan;
membina dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
analis kebijakan publik; dan
membina jabatan fungsional di bidang pendidikan dan
pelatihan.
(Pasal 44)
99

BKN
1. Badan Kepegawaian Negara adalah lembaga pemerintah
nonkementerian yang diberi kewenangan melakukan
pembinaan dan menyelenggarakan Manajemen ASN
secara nasional
2. BKN memiliki fungsi:
a.
b.

c.

pembinaan penyelenggaraan Manajemen ASN;


penyelenggaraan Manajemen ASN dalam bidang pertimbangan
teknis formasi, pengadaan, perpindahan antarinstansi,
persetujuan kenaikan pangkat, pensiun; dan
penyimpan informasi Pegawai ASN yang telah dimutakhirkan
oleh Instansi Pemerintah serta bertanggung jawab atas
pengelolaan dan pengembangan Sistem Informasi ASN.
(Pasal 47)
100

3. BKN memiliki tugas:


a.
b.

c.
d.

e.
f.
g.

mengendalikan seleksi calon Pegawai ASN;


membina dan menyelenggarakan penilaian kompetensi serta
mengevaluasi pelaksanaan penilaian kinerja Pegawai ASN
oleh Instansi Pemerintah;
membina jabatan fungsional di bidang kepegawaian;
mengelola
dan
mengembangkan
sistem
informasi
kepegawaian ASN berbasis kompetensi didukung oleh sistem
informasi kearsipan yang komprehensif;
menyusun norma, standar, dan prosedur teknis pelaksanaan
kebijakan Manajemen ASN;
menyelenggarakan administrasi kepegawaian ASN; dan
mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan norma, standar,
dan prosedur manajemen kepegawaian ASN.

4. BKN berwenang mengawasi dan mengendalikan


pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria
Manajemen ASN
(Pasal 48,49)
101

PENGGAJIAN DAN TUNJANGAN


1. Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS
serta menjamin kesejahteraan PNS.
2. Gaji dibayarkan sesuai dengan beban kerja, tanggungjawab, dan
resiko pekerjaan.
3. Gaji PNS yang bekerja pada pemerintah pusat dibebankan pada
APBN.
4. Gaji PNS yang bekerja pada pemerintah daerah dibebankan pada
APBD.
5. Selain gaji, PNS juga menerima tunjangan dan fasilitas.
6. Tunjangan meliputi tunjangan kinerja dan tunjangan kemahalan.
7. Tunjangan kinerja dibayarkan sesuai pencapaian kinerja.
8. Tunjangan kemahalan dibayarkan sesuai dengan tingkat kemahalan
berdasarkan indeks harga yang berlaku di daerah masing-masing.
9. Tunjangan PNS yang bekerja pada pemerintah pusat dibebankan pada
APBN.
10.Tunjangan PNS yang bekerja pada pemerintahan daerah dibebankan
pada APBD.
(Pasal 79,80)
102

Nilai prestasi kerja PNS dinyatakan dengan angka dan


sebutan.
1)

91 keatas : sangat baik

2)

76 90

: baik

3)

61 75

: cukup

4)

51 60

: kurang

5)

50 kebawah : buruk

e. Penilaian SKP dapat lebih dari 100


f.

Nilai perilaku kerja dapat diberikan paling tinggi 100

g. SKP yang tidak tercapai yang diakibatkan oleh faktor-faktor


diluar kemampuan individu PNS, penilaian didasarkan pada
pertimbangan kondisi penyebabnya.

103

d.

Вам также может понравиться