Вы находитесь на странице: 1из 101

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Mata Kuliah
: Termodinamika
Jumlah SKS
: 2 (SKS)
Kode Mata Kuliah
:
Program Studi
: Pendidikan IPA
Ming
gu ke

Kompetensi
yang
diharapkan
Memahami dan
mengerti hak dan
Kewajiban
Mahasiswa

I dan
II

Mampu menerapkan
syarat Euler untuk
menentukan diferensial
total suatu besaran
termodinamis itu
diferensial eksak atau
tak eksak, mampu
mendiferen-sialkan dan
mengintegral-kan, serta
mampu meng-gambar
grafik fungsi hubungan
antar besaran
termodinamis

Pokok Bahasan

Kontrak Perkuliahan

1. Ruang lingkup
Termodinamika
2. Diferensial Eksak
dan Tak Eksak
3. Integral
Diferensial Eksak
dan Tak Eksak
4. Konversi Grafik p
vs V, V vs T, p vs
T, dan T vs S

Aktivitas
Dosen

Aktivitas
Mahasiswa

Menjelaskan
tentang Tujuan
Pembelajaran,
Kriteria
Penilaian, dan
Standar
Penilaian

Mendengarkan
Mencatat
bertanya

Menjelaskan
dengan
Metode
Ceramah
Memberi tugas
mahasiswa

Mendengarkan
Mencatat
bertanya
Mencatat
Tugas

Ming
gu ke

III

IV

Kompetensi
yang
diharapkan
Mampu
menjelaskan
pengaruh kalor
terhadap
perubahan
karakteristik
besaran termodinamis,
mempresentasikan, dan
mengambil kesimpulan

Mampu
menjelaskan
pengaruh
kalor terhadap
perubahan
temperatur
zat,
mempresentasikan, dan

Pokok Bahasan

1. Konsep Kalor
2. Kalorimetri

1. Hukum ke-nol
Termodinamika
2. Termometri

Aktivitas
Dosen

Aktivitas
Mahasiswa

Menjelaskan
dengan
metode
ceramah

Mendengark
an Mencatat
bertanya

Memberi
tugas
makalah
kelompok

Mencatat
judul tugas
kelompok

Mengamati,
menilai,
memberi
penguatan

Memimpin
diskusi,
presentasi,
diskusi
ilmiah dan
tanya jawab.

Ming
gu ke

Kompetensi
yang
diharapkan

Mampu
menjelaskan
pengaruh kalor
terhadap
perubahan fase
zat,
mempresentasikan
, dan mengambil
kesimpulan serta
mampu
mendeskripsikan
dan menerapkan
persamaan
Clausius Clapeyron
dalam kehidupan
sehari-hari

DK

VI
DK

Mampu
menghubungkan
sifat-sifat sistem
dengan
persamaan
keadaan sistem
dan
menerapkannya

Pokok Bahasan

1. Perubahan Fase
Zat
2. Persamaan
Clausius
Clapeyron

1. Sistem
Termodinamika
2. Persamaan
Keadaan Sistem

Aktivitas
Dosen

Aktivitas
Mahasiswa

Mengamati,
menilai,
memberi
penguatan

Memimpin
diskusi,
presentasi,
diskusi
ilmiah dan
tanya jawab.

Mengamati,
menilai,
memberi
penguatan

Memimpin
diskusi,
presentasi,
diskusi
ilmiah dan
tanya jawab.

Ming
gu ke

VII

VIII

Kompetensi
yang
diharapkan
Mampu
menjelaskan
pengaruh kalor
terhadap
perubahan fase
zat,
mempresentasikan
, dan mengambil
kesimpulan serta
mampu
mendeskripsikan
dan menerapkan
persamaan
Clausius Clapeyron
dalam kehidupan
sehari-hari
Mampu
mendeskripsikan
dan menerapkan
konsep hukum II
Termodinamika
dalam kehidupan
sehari-hari,
teknologi, dan

Pokok Bahasan

1. Usaha Luar
2. Hukum I
Termodinamika

1. Hukum II
Termodinamika
2. Penerapan
Hukum II Termodinamika

Aktivitas
Dosen

Aktivitas
Mahasiswa

Mengamati,
menilai,
memberi
penguatan

Memimpin
diskusi,
presentasi,
diskusi
ilmiah dan
tanya jawab.

Mengamati,
menilai,
memberi
penguatan

Memimpin
diskusi,
presentasi,
diskusi
ilmiah dan
tanya jawab.

Ming
gu ke

Kompetensi
yang
diharapkan

Mampu
mendeskripsik
an dan
menerapkan
konsep
efisiensi mesin
IX dan pemanas
X
Carnot dan
koefisien
performansi
mesin pendingin Carnot,
serta mesinmesin
pemanas
lainnya dalam
kehidupan
sehari-hari,
teknologi, dan

Pokok Bahasan

Aktivitas
Dosen

Aktivitas
Mahasiswa

1. Siklus Carnot
2. Entropi Sistem
3. Efisiensi siklus
Otto, Diesel,
Stirling, Sargent,
dan siklus Joule
4. Tugas Mandiri

Mengamati,
menilai,
memberi
penguatan

Memimpin
diskusi,
presentasi,
diskusi
ilmiah dan
tanya jawab.

Ming
gu ke

XI

XII

Kompetensi
yang
diharapkan

Mampu
mendeskripsik
an potensial
termodinamis
dan
menghubungk
an persamaanpersamaan
Maxwell
Mampu
menghubungk
an dasar-dasar
teoritis hukum
III
Termodinamik
a dengan
pernyataan
hukum III Ter-

Pokok Bahasan

1. Potensial
Termodinamis
2. Persamaan
Maxwell

1. Dasar-Dasar
Teoritis Hukum III
Termodinamika
2. Hukum III
Termodinamika

Aktivitas
Dosen

Aktivitas
Mahasiswa

Mengamati,
menilai,
memberi
penguatan

Memimpin
diskusi,
presentasi,
diskusi
ilmiah dan
tanya jawab.

Mengamati,
menilai,
memberi
penguatan

Memimpin
diskusi,
presentasi,
diskusi
ilmiah dan
tanya jawab.

Ming
gu ke

XIII

XIV

Kompetensi yang
diharapkan

Pokok Bahasan

Aktivita
s Dosen

Aktivitas
Mahasiswa

Mampu
mendeskripsikan
siklus tenaga uap
Carnot dan siklus
tenaga uap
Rankine dan
menerapkan-nya
dalam kehidupan
sehari-hari melalui
latihan soa-soal

1. Konsep Dasar
Siklus Tenaga Uap
2. Siklus Tenaga
Uap Carnot
3. Siklus Tenaga
Uap Rankine
4. Siklus Tenaga
Uap Rankine
dengan Pemanas
Lanjut

Mengam
ati,
menilai,
memberi
penguat
an

Memimpin
diskusi,
presentasi,
diskusi
ilmiah dan
tanya jawab.

Mengam
ati,
menilai,
memberi
penguat
an

Memimpin
diskusi,
presentasi,
diskusi
ilmiah dan
tanya jawab.

Mendeskripsikan
perpin-dahan kalor
secara konduksi,
konveksi, dan
radiasi serta
mampu
menerapkannya
dalam kehidupan
sehari-hari,
teknologi, dan

1. Perpindahan
Kalor secara
Konduksi,
Konveksi, dan
Radiasi
2. Hukum
Pergeseran Wien,
Hukum StefanBoltzmann,

REFERENSI :
1

Zemansky M.W., and R.H. Dittman, 1982, Heat and


Thermodynamics,Sixth Edition, London: McGraw-Hill
Book Company.

Sears F.W., 1963, An Introduction to Thermodynamics, The


Kinetic Theory of Gases, and Statistical Mechanics, First Printed,
Reading: Addison-Wesley Publishing Company.

Purwanto, A. 2007. Fisika Statistik. Gaya Media, Jogjakarta.

Holman J.P., 1988, Thermodynamics, Fourth Edition, New York:


McGraw-Hill Book Company.

Reif F., 1985, Fundamental of Statistical and Thermal Physics,


International Edition, London: McGraw-Hill Book Company.

Sears F.W. and Gerhard L. Salinger, 1975, Thermodynamics,


Kinetic Theory, and Statistical Thermodynamics, Third Edition,
Reading: Addison-Wesley Publishing Company.

The Physics Coaching Class University of Science and


Technology of China, 1990, Problems and Solutions on
Thermodynamics and Statistical Mechanics, Edited by: Yung Kuo
Lim, Singapore: World Scientific.

1.1. PANDANGAN
MAKROSKOPIS
Kuantitas yang diacu sebagai ciri umum atau sifat
skala besar dari sistem disebut koordinat makroskopis.
Contoh: dalam sebuah silinder mesin mobil dapat
diperinci empat kuantitas yakni: komposisi, volume,
tekanan dan temperatur.
Koordinat makroskopis memiliki ciri khas mencakup :
1. koordinat tidak menyangkutkan pengandaian
khusus mengenai struktur materi,
2. jumlah koordinatnya sedikit,
3. koordinat ini dipilih melalui daya terima indera kita
secara langsung,
4. koordinat ini dapat diukur

1.2. PANDANGAN
MIKROSKOPIS
Dalam mekanika statistik, sistem diandaikan
terdiri dari sejumlah besar N molekul (tidak
nampak dengan mata atau mikroskopis).
Koordinat mikroskopis memiliki ciri khas
mencakup :
1. terdapat pengandaian mengenai struktur
materi, yaitu molekul dianggap ada,
2. banyak kuantitas yang harus diperinci,
3. kuantitas yang diperinci tidak didasarkan
penerimaan indera kita,
4. kuantitas ini tidak dapat diukur.

1.3. RUANG LINGKUP


TERMODINAMIKA
Kuantitas makroskopis (P, V, ) yang
berkaitan dengan keadaan internal
suatu
sistem
disebut
koordinat
termodinamika.
Tujuan termodinamika adalah mencari
hubungan umum antara koordinat
termodinamika yang taat asas dengan
hukum pokok termodinamika.

1.4. KESETIMBANGAN TERMAL


Kesetimbangan termal adalah
keadaan yang dicapai oleh dua
(atau lebih) sistem yang dicirikan
oleh
keterbatasan
harga
koordinat sistem itu setelah
sistem saling berinteraksi (salah
satu contoh: asas Black)

1.5. KONSEP TEMPERATUR


Sistem temperatur adalah suatu
sifat yang menentukan apakah
sistem dalam kesetimbangan
termal dengan sistem lainnya.

TEMPERATUR
Temperatur adalah ukuran panas-dinginnya dari
suatu benda. Panas-dinginnya suatu benda
berkaitan dengan energi termis yang terkandung
dalam benda tersebut. Makin besar energi
termisnya, makin besar temperaturnya.

Kontak termal.
Dua buah benda dikatakan dalam keadaan kontak
termal bila energi termal dapat bertukar diantara
kedua benda tanpa adanya usaha yang dilakukan

Hukum ke-nol
Thermodinamika

Jika benda A dan B masing-masing dalam keadaan


setimbang thermal dengan benda ke tiga C, maka benda A
dan B dalam keadaan setimbang thermal terhadap satu
sama lain.
Benda ketiga C ini nanti yang akan kita sebut thermometer.
Dua benda A dan B yang dalam kesetimbangan thermal
mempunyai tempertur yang sama.

TERMOMETER
Mengukur temperatur sebuah benda secara
kuantitatif dengan menggunakan termometer.
Termometer ini terbuat dari bahan yang bersifat
termometrik (sifat fisiknya bervariasi terhadap
temperatur).
volume cairan
panjang kawat
hambatan kawat
volume gas pada tekanan konstan
tekanan gas pada volume konstan
warna pijar dsb.

Thermometer gas volume


konstan.
Sifat termometrik dari termometer ini
adalah tekanan gas yang bervariasi
terhadap
temperatur
pada
volume
konstan.
T = aP + b
a dan b konstan. Konstanta ini dapat
ditentukan dengan mengguna-kan dua
titik tertentu.
Dari eksperimen ternyata untuk semua
gas mempunyai nilai b yang sama (pada
tekanan nol mempunyai temperatur yang
sama, yaitu pada temperatur -273,15 oC

Tahun
1954,
dibuat
ketentuan
referensi
temperatur yaitu titik tripel air, yaitu air, uap air
dan es dapat berada dalam kesetimbangan, yaitu
pada temperatur 0,01 oC dan tekanan 0,61 kPa.
Titik tripel air pada skala baru menjadi 273,16 K.
Jika b = 0 dan P3 adalah tekanan pada titik triple
maka :
a = 273,16 K/ P3
maka
T = (273,16 K/ P3) P
pada tekanan rendah dan temperatur tinggi gas
real dapat dipandang sebagai gas ideal, maka:
T = 273,16 K lim P/ P3
(Temperatur gas
ideal )

Skala Temperatur Celcius dan


Fahrenheit
Pergeseran skala Celcius dengan
temperatur absolut kelvin T sebesar
273,15 , maka
Tc = T - 273,15
Oleh karena itu titik beku air (273,15 K)
berhubungan dengan 0,00 C dan titik didih
air (373,15 K) berhubungan dengan
100,00 C

Hubungan antara skala celcius dan skala Fahrenheit :


TF = 9/5 TC + 32

Termometer yang lain


Termometer hambatan platina: perubahan
hambatan 0,3 % setiap
1 K. Dapat
digunakan pada rentang : 14 K - 900 K dan
dapat dikalibrasi untuk 0,0003 K pada
titik triple air.
Termokopel:
Sambungan
dari
dua
logam/alloy
yang
berbeda.
Dapat
mengukur pada rentang -180 C sampai
1500 C tergantung pada logamnya.
Thermistor : dari bahan semikonduktor.
Rentang temperatur yang terukur -50 C
sampai 100 C dengan ketelitian 0,001 C

2.1. PERSAMAAN
KEADAAN
Dalam keadaan nyata, sangat sulit
mengungkapkan kelakuan lengkap zat
dalam seluruh pengukuran harga
koordinat termodinamika (P, V, ) dengan
memakai persamaan sederhana.
Terdapat lebih dari 60 persamaan
keadaan yang telah diajukan untuk
menggambarkan cairan saja, uap saja
dan daerah uap-cairan.

Di antaranya:
1. Persamaan gas ideal:
yang hanya berlaku pada tekanan (P)
rendah dalam daerah uap dan gas.
2. Persamaan keadaan van der Waals:

yang berlaku dengan baik dalam daerah


cairan, uap dan di dekat serta di atas titik
kritis.

2.2. PERUBAHAN DIFERENSIAL


KEADAAN
Setiap
infinitesimal
dalam
koordinat
termodinamika (P, V, ) harus memenuhi
persyaratan
bahwa
ia
menggambarkan
perubahan
kuantitas
yang
kecil
terhadap
kuantitasnya sendiri tetapi perubahan kuantitas
yang besar terhadap efek yang ditimbulkan oleh
kelakuan beberapa molekul.
Persamaan
keadaan
suatu
sistem
dapat
dibayangkan bahwa persamaan keadaan tersebut
dapat dipecahkan untuk menyatakan setiap
koordinatnya dalam dua koordinat lainnya.

Analisisnya :
1. V = fungsi (, P) (2.3)
Maka diferensial parsialnya :

Kuantitas kemuaian volume rata


didefinisikan:

pada kondisi tekanan tetap

Jika perubahan temperatur dibuat sangat kecil,


maka perubahan volume juga menjadi sangat
kecil, maka :
kemuaian volume sesaat () dirumuskan:

Sebenarnya merupakan fungsi dari , P), tetapi


dalam percobaan menunjukkan bahwa banyak
zat yang nya tidak peka pada perubahan
tekanan (dP) dan hanya berubah sedikit terhadap
suhu ()

Efek
perubahan
tekanan
pada
volume sistem hidrostatik etjika
temperaturnya
dibuat
tetap,
dinyatakan oleh kuantitas yang
disebut ketermampatan isotermik (
dibaca kappa) yang dirumuskan:

TEOREMA MATEMATIS

2.4. KUANTITAS INTENSIF DAN EKSTENSIF


Kuantitas dalam bagian sistem yang tetap sama (massanya sama)
disebut kuantitas intensif (tekanan dan temperatur). Kuantitas
dalam bagian sistem yang berubah (massanya berubah) disebut
kuantitas ekstensif (volume).
Koordinat termodinamika
dirangkum dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kuantitas intensif dan ekstensif
Tabel 2.1. Kuantitas intensif dan ekstensif

Latihan soal :

Persamaan keadaan adalah persamaan yang


menyatakan hubungan antara state variable
yang menggambarkan keadaan dari suatu
sistem pada kondisi fisik tertentu
State variable
adalah Property
dari sistem yang
hanya
tergantung pada
keadaan sistem
saat ini, bukan
pada jalannya

Temperatur
Tekanan
Density
Enthalpy
Entropy
Kapasitas Panas
Energi bebas Gibbs
Fugasitas

GAS IDEAL
HUKUM BOYLE
(1662)
Merkuri ditambahkan,
volume gas diukur dengan
teliti
Tekanan diukur
berdasarkan beda
permukaan merkuri
PV = konstan

HUKUM CHARLES DAN GAY-LUSSAC


(1787)

V1 V2

T1 T2

Pada tahun1834 mile Clapeyron


menggabungkan Hukum Boyle dan Hukum
Charles menjadi:
Hukum Gas Ideal.
PV RT

Asumsi:
Molekul/atom gas identik
dan tidak menempati
ruang
Tidak ada gaya antar
molekul
Molekul/atom
penyusunnya menabrak
dinding wadah dengan
tabrakan yang P
elastis
Keberlakuan:
0
sempurna (P < 1,5 bar)

25.0

20.0

15.0

P (bar)
10.0

5.0

0.0

50

100

150

V (l/mol)

200

250

300

GAS NYATA
P
D
liquid
C

liquid +
vapor

bubble
point

dew
point
B
vapor
A
V

Perbedaan antara gas ideal dan gas nyata


Pideal gas > Preal gas
Vreal, empty = Vcontainer Vmolecule

Perlu faktor koreksi untuk membandingkan


Gas nyata dan gas ideal

Copressilbility factor (Z)

Definisi compressibility factor

Volume gas ideal

Persamaan keadaan gas nyata

V
Z
Videal

RT
Videal
P

PV ZRT

PERSAMAAN VIRIAL

P
Pc

P > 1,5 bar


C

T > Tc
T = Tc

Jarak antar atom


<<
Interaksi >>

T1 < Tc
T2 < T c
Vc

Gas Ideal
tidak berlaku

Sepanjang garis isotermal T1: P >> V <<


(Contoh untuk steam pada temperatur 200C)
P (bar)

V (m3/kg)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

2.1724
1.0805
0.7164
0.5343
0.4250
0.3521
0.3000
0.260881
0.230421
0.206022
0.186029
0.169339
0.155187
0.143025
0.132454

16
14
12
10

P (bar)

8
6
4
2
0
0.0

0.5

1.0

1.5

V (m3/kg)

2.0

2.5

PV

2.17243
2.16096
2.149272
2.137336
2.12516
2.112726
2.100028
2.087048
2.073789
2.06022
2.046319
2.032068
2.017431
2.00235
1.98681

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

16
14
12

f(x) = - 65.37x^2 + 196.53x - 117.41


R = 1

10

PV

8
6
4
2
0
1.95

2.05

2.1

2.15

2.2

Pada contoh di atas:


PV = 117,4 + 196,5 P 65,37 P2

Secara umum:
PV = a + bP + cP2 +
Jika b aB, c aC, dst, maka
PV = a (1 + BP + CP2 + . . . )

PV
Z
RT

Compressibility
factor

Persamaan virial:Z = 1 + BP + CP2 + DP3 + . .

Bentuk lain:

Untuk gas ideal:

B C D
Z 1 2 3 ...
V V V
PV = RT

Z=1

PV (l bar mol-1)

UNIVERSAL GAS
CONSTANT
T = 273,16 K
(Triple point air)
H2
N2
Udara
(PV)t* = 22,7118 l bar mol-1

O2

45
40
35

(PV)* (bar l/mol)

30

Slope = 0,083145
25
R = 0,083145 bar l mol-1 K-1
20
200 300 400 500 600

T (K)

CONTOH SOAL
Diketahui koefisien virial untuk uap
isopropanol pada 200C:
B = 388 cm3 mol1 C = 26.000 cm6
mol2
Hitung Z dan V dari uap isopropanol pada
200C dan 10 bar dengan menggunakan
persamaan
sbb.:
a) Persamaan keadaan gas ideal
b) Persamaan keadaan virial dengan 2 suku
c) Persamaan keadaan virial dengan 3 suku

PENYELESAIAN
T = 200C = 473,15K
R = 83,14 cm3 bar mol1 K1
a) Persamaan gas ideal
Z=1
RT 83,14 473
,15
V

3.934cm3 mol1
P
10

a) Persamaan virial 2 suku


PV
BP
Z
1
RT
RT

10 3.546
PV
Z

0,9014
RT 83,14 473
,15
83,14 473,15
RT
V
B
388 3.546cm3 mol1
P
10

a) Persamaan virial 3 suku


PV
B C
Z
1 2
RT
V V
RT
B C
V
1 2
P
V V
Persamaan diselesaikan secara iteratif.
RT
B C
1 2
Vi1
P
Vi Vi

RT
B C
1 2
Iterasi 1: V1
P
V0 V0

bagai tebakan awal digunakan V0 = Vgas ideal = 3.934

Iterasi 2:

388 26.000

V1 3.934 1

2 3.539
3.934 3.934

RT
B C
1 2
V2
P
V1 V1
388 26.000

V2 3.934 1

2 3.495
3.539 3.539

asi diteruskan sampai selisih antara Vi+1 Vi sangat


elah iterasi ke 5 diperoleh hasil : V = 3.488 cm3 mo
Z = 0,8866

PERSAMAAN KEADAAN KUBIK: VAN DER WAAL


Terobosan
van der Waals (1873):
baru
pengusul pertama
terhadap
persamaan keadaan
pers. gas
kubik
ideal
Molekul dipandang sebagai partikel yang
memiliki volume, sehingga V tidak boleh
kurang dari suatu konstanta V diganti
dengan (V b)
Pada jarak tertentu molekul saling
berinteraksi mempengaruhi tekanan, P
a+ a/V2)
P(P
diganti dengan
2 V b RT
V

RT a
P
2
V b V

P a V b RT

2
V

Kondisi kritikalitas:


2
V V

0
Tc ,Pc

Derivat parsial pertama dari P terhadap V

RT
2a

2 3
V b V
T

Derivat parsial kedua dari P terhadap V

2P

2
V

2RT 6a

3 4
V b V
T

Pada titik kritis, kedua derivat sama dengan nol:

RTc
2a

2 3 0
Vc b Vc
2RTc
6a
3 4 0
Vc b Vc

27R2Tc2
R2Tc2
a
a
64 Pc
Pc
1 RTc
RTc
b
b
8 Pc
Pc

Ada 2 persamaan dengan 2 bilangan anu (a dan b)

Mengapa disebut persamaan kubik?

RT a
P
2
V b V
Samakan penyebut ruas kanan:
RTV2 a V b
P
V2 V b
Kalikan dengan V2 (V b):
PV2 (V b) = RTV2 a (V b)
RT 2 a
ab

V b
V V 0
P
P

P
3

V1

Vliq

V2

V3

Vvap

Jika dikalikan dengan (P/RT)3:


Z3

bP 2 aP
abP2
1
Z 2 2 Z
30
RT
RT
RT

Z3 1 B Z2 AZ AB 0
dengan:

2 2
R Tc

aP
P
Pr

2 2 a 2
A 2 2 a
Pc R T
RT
Tr
bP
RTc P
Pr

B
b
b
RT
Pc RT
Tr

PERSAMAAN KEADAAN REDLICH-KWONG


Redlich & Kwong (1949) mengusulkan
perbaikan untuk pers. kubik lainnya
Persamaan RK ini cukup akurat untuk
prediksi sifat-sifat gas untuk kondisi:
P T

Pc 2Tc
RT
a
P
0,5
V b T V V b

R2Tc2,5
a 0,42748
Pc
RTc
b 0,08662
Pc

Bentuk kubik (dalam Z) dari persamaan RK:


2

Z Z A B B Z AB 0
3

dengan:
Pr
A a 2.5
Tr
Pr
B b
Tr

ERSAMAAN KEADAAN SOAVE-REDLICH-KWON


Soave (1972)mengusulkan perbaikan pers. RK

RT
a
P

V b V V b
R2Tc2
a 0,42748
Pc

RTc
b 0,08662
Pc

1 0,48508
1,55171
0,15613

2

1 Tr0,5

Untuk
H2 : 1,202exp 0,30288
Tr
T
Tr
Tc

Bentuk kubik (dalam Z) dari persamaan SRK:


2

Z Z A B B Z AB 0
3

dengan:

Pr
A a 2
Tr
Pr
B b
Tr

PERSAMAAN KEADAAN PENG-ROBINSON


Peng & Robinson (1976): mengusulkan
persamaan yang lebih baik untuk
memenuhi tujuan-tujuan:
1. Parameter-parameter yang ada harus dapat
dinyatakan dalam sifat kritis dan faktor asentrik.
2. Model harus bisa memprediksi berbagai macam
property di sekitar titik kritis, terutama untuk
perhitungan faktor kompresibilitas dan density
cairan.
3. Mixing rule harus menggunakan satu binary
interaction parameter yang tidak tergantung pada
T, P, dan komposisi.
4. Persamaan harus berlaku untuk semua perhitungan

RT
a
P
2
V b V 2bV b2
2 2
R Tc

(12)

a 0,45724
Pc

RTc
b 0,07780
Pc

1 0,37464
1,54226
0,2699

T
Tr
Tc

1 Tr0,5

Bentuk kubik (dalam Z) dari persamaan PR:

Z3 1 B Z2 A 2B 3B2 Z AB B2 B3 0
dengan:

Pr
A a 2
Tr
Pr
B b
Tr

PERSAMAAN DALAM TERMODINAMIKA


Pada hakikatnya, dalam Termodinamika
hanya dibahas 8 (delapan) besaran fisis,
yaitu: energi bebas Gibbs (G), tekanan (p),
entalpi (H), entropi (S), energi dalam (U),
volume (V), energi bebas Helmholtz (F),
dan temperatur (T).

H
T

Potensial termodinamis ada empat, yaitu: dG


(perubahan
energi
bebas
Gibbs),
dH
(perubahan entalpi), dU (perubahan energi
dalam), dan dF (perubahan energi bebas
Helmholtz).
Untuk
mengingat-ingat,
memahami,
dan
menjabarkan
keempat
potensial termodinamis dapat digunakan segi
delapan gambar, perjanjian singkat, dan
analisis satuan. Adapun perjanjian singkat
yang dimaksud adalah:

Adapun perjanjian singkat yang dimaksud adalah:

1. jika kita berjalan dari titik yang kita teliti ke


tetangga dekatnya dengan arah ke atas,
diberi tanda positif,
2. jika kita berjalan dari titik yang kita teliti ke
tetangga dekatnya dengan arah ke bawah,
diberi tanda negatif,
3. jika kita berjalan dari titik yang kita teliti ke
tetangga dekatnya dengan arah ke kanan,
diberi tanda positif, dan
4. jika kita berjalan dari titik yang kita teliti ke
tetangga dekatnya dengan arah ke kiri,
diberi tanda negatif.

Sebagai contoh. Energi bebas (G), perubahan


energi bebasnya dG, tetangga dekatnya adalah
tekanan (p) dengan arah ke kanan, sehingga dp
bertanda positif. Tetangga dekatnya yang lain
adalah temperatur (T) yang arahnya ke bawah,
sehingga
dT
bertanda
negatif.
Dengan
menggunakan perjanjian ini dapat dituliskan
persamaan:
dG=... dp - ... dT

(1)

Dengan menggunakan analisis satuan, diperoleh


G adalah energi bebas dengan satuan joule = N
m, sehingga dp juga harus bersatuan joule.
Tekanan (p) sendiri satuannya pascal (N/m2),
sehingga untuk menjadi N m harus dikalikan
dengan m3 yang tidak lain adalah satuan volume
(V). Untuk dT satuannya Kelvin (K), sehingga
agar menjadi N m harus dikalikan dengan joule/
Kelvin (J/K) yang tidak lain adalah satuan entropi
(S). Dengan analisis satuan ini, persamaan (1)
dapat ditulis menjadi:
dG = V dp S dT

(2)

Persamaan (2) inilah yang mendeskripsikan


konsep potensial termodinamis I

Dengan menggunakan segi delapan di atas, dH


tetangga dekatnya dS dengan arah ke kanan,
sehingga dS bertanda positif. Tetangga dekatnya
yang lain adalah dp dengan arah ke atas, sehingga
dp bertanda positif. Dengan ini dapat dituliskan
persamaan:
dH = . . . dS + . . . dp
(3)
Dengan analisis satuan, diperoleh bahwa dH dengan
satuan N m, maka dS harus dikalikan dengan
temperatur (T) dan dp harus dikalikan dengan volume
(V). Dengan demikian, persamaan (3) dapat ditulis
sebagai persamaan:
dH = T dS + V dp

(4)

Persamaan (4) inilah yang mendeskripsikan


konsep potensial termodinamis II

Dengan menggunakan segi delapan di atas, dU


tetangga dekatnya adalah dS dengan arah ke atas,
sehingga dS bertanda positif. Tetangga dekatnya yang
lain adalah dV dengan arah ke kiri, sehingga dV
bertanda negatif. Dengan ini dapat dituliskan
persamaan:
dU = . . . dS - . . . dV
(5)
Dengan analisis satuan, diperoleh bahwa dU dengan
satuan N m, maka dS harus dikalikan dengan
temperatur (T) dan dV harus dikalikan dengan tekanan
(p). Dengan demikian persamaan (5) dapat ditulis
sebagai persamaan:
dU = T dS - p dV
(6)
Persamaan (6) inilah yang mendeskripsikan konsep
potensial termodinamis III.

Dengan menggunakan segi delapan di atas, dF


tetangga dekatnya adalah dV dengan arah ke bawah,
sehingga dV bertanda negatif. Tetangga dekat lainnya
adalah dT dengan arah ke kiri, sehingga dT bertanda
negatif. Dengan ini dapat dituliskan persamaan:
dF = - . . . dV - . . . dT
(7)
Dengan analisis satuan, diperoleh bahwa dF dengan
satuan N m, maka dV harus dikalikan dengan tekanan
(p) dan dT harus dikalikan dengan entropi (S). Dengan
demikian persamaan (7) dapat ditulis sebagai
persamaan:
dF = - p dV - S dT
(8)
Persamaan (8) inilah yang mendeskripsikan konsep
potensial termodinamis IV.

POTENSIAL TERMODINAMIKA
dG = V dp - S dT . . . (9). Sedangkan dH = T dS + V
dp, sehingga V dp = dH T dS . . . (10). Jika
persamaan (10) disubstitusikan ke persamaan (9)
akan diperoleh persamaan: dG = dH T dS S dT
= dH d (T S). Ini berarti, G = H T S . . . (11)
Persamaan (11) ini merupakan definisi dari energi
bebas Gibbs (G) yang sama dengan entalpi (H)
dikurangi dengan perkalian antara temperatur (T)
dan entropinya (S).

dH = T dS + V dp . . . (12), sedangkan T dS = dU + p
dV . . . (13). Jika persamaan (13) disubstitusikan ke
persamaan (12) akan diperoleh persamaan: dH = dU +
p dV + V dp atau dH = dU + d (p V). Dengan ini
diperoleh definisi tentang entalpi, yaitu:
H = U + p V . . . (14)
Entalpi sistem (H) sama dengan energi
dalam
sistem
(U)
ditambah
dengan
perkalian antara tekanan (p) dan volume
sistem (V).

dU = T dS p dV . . . (15), sedangkan T dS = dQ dan


p dV = dW, sehingga persamaan (15) dapat ditulis:
dU = dQ + dW, yang berarti:
U = Q + W . . . (16)
Persamaan (16) merupakan definisi energi dalam
sistem (U) yang sama dengan kalor yang terlibat
pada sistem (Q) ditambah dengan usaha luar sistem
(W)

dF = - p dV - S dT . . . (17), sedangkan dQ = dU + p
dV atau - p dV = dU T dS . . . (18). Jika
persamaan (18) disubstitusikan ke persamaan (17)
akan diperoleh persamaan: dF = dU - T dS - S dT
atau dF = dU d(T S) yang berarti:
F=U-TS

(19)

Persamaan (19) merupakan definisi energi bebas


Helmholtz (F) yang sama dengan energi dalam
sistem (U) dikurangi dengan temperatur sistem (T)
kali entropi sistem (S).

Вам также может понравиться