Вы находитесь на странице: 1из 97

BAHAN KULIAH KEUANGAN

NEGARA DAN DAERAH


Oleh
CHABIB SOLEH

TATAP MUKA KE I
A. Pendahuluan

Tata kelola penyelenggaraan keuangan negara


dan daerah merupakan bagian integral dari tata
kelola pemerintahan yang baik (Good Governance).
Oleh
karena
itu
dalam
menyelenggarakan
keuangan negara dan daerah perlu memperhatikan
berbagai
kaidah
yang
mencirikan
suatu
pemerintahan negara yang baik.

Dalam mewujudkan tata penyelenggaraan


keuangan negara dan daerah yang baik, telah
dikeluarkan UU Nomor 17 Tahun 2003, yakni
Undang-Undang Tentang Keuangan Negara.

Lanjutan

Dalam penyelenggaraan keuangan negara dan daerah perlu


dilakukan pengawasan oleh masyarakat, karena uang (dana) yang
dikelola oleh negara/daerah pada dasarnya adalah uang rakyat
(Public money).
Dilain fihak Pemerintah Pusat/Daerah selaku pengelola dana
publik wajib mempertanggung jawabkan baik dari segi
memperolehnya maupun dari segi penggunaan/pengalokasiannya.
Reformasi di Bidang Keuangan Negara/Daerah, menghendaki agar
keuangan negara/daerah dikelola dengan sebaik-baiknya, yang
pada gilirannya diharapkan dapat mempercepat terwujudnya
tujuan negara.
Reformasi bidang Keuangan negara/daerah dilakukan dengan
cara : (1) Penataan peraturan perundang-undangan, (2) Penataan
kelembagaan, (3) Penataan sistem pengelolaan dan (4)
Pengembangan sunberdaya manusia di bidang keuangan.

PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA DAN


DAERAH BERIKUT RUANG LINGKUPNYA
B. Pengertian Keuangan negara

Dari segi obyeknya keuangan negara adalah semua hak


dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal,
moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan serta segala sesuatu baik berupa uang,
maupun barang yang dapat dijadikan milik negara,
berhubung dengan hak dan kewajiban tersebut.
Dari segi subyek yang dimaksud dengan keuangan
negara
meliputi
seluruh
subyek
yang
memiliki/menguasai obyek (keuangan negara) yakni
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan
Negara/Daerah dan Badan-badan lain yang ada
kaitannya dengan Keuangan Negara.

lanjutan

Dari segi Proses yang dimaksud dengan keuangan Negara


mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolaan obyek (keuangan negara) mulai dari perumusan
kebijakan,
pengambilan
keputusan
sampai
dengan
pertanggungjawabannya.

Dari segi tujuan, Keuangan negara meliputi seluruh kebijakan,


kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan
pemilikan dan / atau pengausaan obyek (keuangan negara)
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.

Berdasarkan pemahaman tersebut, dari pendekatan obyek,


Bidang keuangan negara mencakup : (1) sub bidang
pengelolaan fiskal; (2) sub bidang pengelolaan moneter dan
(3) sub bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.

lanjutan
B.. Ruang Lingkup Keuangan Negara

Hak negara untuk memungut pajak,


mencetak / mengeluarkan dan mengedarkan
uang dan melakukan penjman,

Kewajiban negara untuk menyelenggarakan


tugas layanan umum danmembayar tagihan
fihak ketiga,
penerimaan negara,
pengeluaran negara,
penerimaan daerah,
pengeluaran daerah,

lanjutan

Kekayaan negara/daerah yang dikelola sendiri atau fihak


lain baik yang berupa uang, surat berharga, piutang, barang
serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara/daerah.
Kekayaan fihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam
rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan/dan atau
kepentingan umum.
Kekayaan fihak lain yang diperoleh dengan menggunakan
fasilitas yang diberikan oleh pemerintah, dan
Kekayaan fihak lain yang dikelola oleh orang atau badan
lain
berdasarkan
kebijakan
pemerintah,
yayasan
dilingkungan kementerian negara/lembaga atau perusahaan
negara/daerah

FUNGSI SUB BIDANG PENGELOLAAN FISKAL,


MONETER DAN PENGELOLAAM KEKAYAAN
NEGARA

Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi :


1. Fungsi Pengelollaan kebijakan ekonomi makro
dan fiskal,
2. Fungsi Penganggaran,
3. Fungsi Admnistrasi perpajakan
4. Fungsi Admnistrasi kepabeanan, fungsi
perbendaharaan dan fungsi pengawasan
Sub bidang pengelolaan moneter meliputi: sistem
pembayaran, sistem lalu lintas devisa, dan sistem
nilai tukar rupiah.
Sub bidang pengelolaan kekayaan negara meliputi
pengelolaan Perusahaan Negara/Daerah

lanjutan
C. Pengertian Keuangan Daerah

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah


dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala
bentuk kekayaan daerah tersebut (PP Nomor 58 Tahun 2005)

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah


dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala
bentuk kekayaan daerah yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah dalam kerangka anggaran pendapatan dan
belanja daerah. (Permendagri 13 Tahun 2006)

Kebijakan keuangan daerah diarahkan pada tercapainya


sasaran pembangunan, terciptanya perekonomian daerah
yang mandiri untuk meningkatkan kemakmuran rakyat yang
merata.

PERKEMBANGAN REFORMASI
MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

Era pra otonomi daerah dan desentralisasi fiskal (19741999)


bersifat sentralistis
top down planning and budgeting
penggunaan anggaran tradisional
rezim anggaran berimbang
sistem pembukuan tunggal dan
Akuntansi berbasis kas
Pengelolaan keuangan daerah berdasarkan buku manual adm
nistrasi keuangan daerah ( Makuda 1981)
Era Transisi Otonomi (2000- 2003)

Masa awal pelaksanaan otonomi daerah

perangkat hukum, kelembagaan, infrastruktur dan SDM Daerah


belum mantap.

Sering terjadi uji coba sistem baru dan

sering terjadi revisi perauran perundang-undangan di bidang

lanjutan

Era Pasca Transisi (2004- sekarang)

suatu era dimana setelah diberlakukannya


paket peraturan perundang-undangan yang
merupakan peraturan menyeluruh dan
komprehensif
mulai
dari
perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan pengauditan dan
evaluasi kinerja atas pengelolaan keuangan
daerah.

Ditandai dengan dikeluarkannya UU 32


Tahun 2004, UU 33 tahun 2004, PP 58 Tahun
2005, Permendagri 13 Tahun 2006.

lanjutan
D. Ruang Lingkup Keuangan Daerah

Hak Daerah untuk memungut pajak, retribusi dan pinjaman


daerah,
Kewjiban Daerah untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan daerah dan membayar tagihan fihak ketiga,
Penerimaaan daerah,
Pengeluaran daerah,
Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh fihak lain,
baik berupa uang, surat berharga, barang serta hak-hak lain
yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan daerah
yang dipisahkan, dan
Kekayaan fihak lain yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah
dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah
atau untuk kepentingan umum.

TATAP MUKA KE II
A.
.

Pendahuluan
Penerimaan negara dan Penerimaan Daerah memiliki arti yang sangat
penting bagi terselenggaranya Pemerintahan dan pembangunan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Dalam arti luas penerimaan negara meliputi penerimaan pajak,
penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan barang dan jasa yang
dimiliki dan dihasilkan oleh Pemerintah, pinjaman pemerintah,
mencetak uang dsb.
Pendapatan Negara/Daerah pada dasarnya merupakan bagian dari
penerimaan negara/daerah dalam bentuk peningkatan aktiva atau
penurunan utang dari berbagai sumber dalam pereode tahun
anggaran yang bersangkutan.
Menurut Bastian dalam Suprapto (2002) Pendapatan Negara/Daerah
adalah arus masuk bruto manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
pemerintah/daerah dalam suatu pereode
yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas dan bukan berasal dari pinjaman yang harus
dikembalikan.

lanjutan
B. Sumber penerimaan negara

Sumber Penerimaan dalam negeri terdiri atas pajak, Retribusi,


Keuntungan BUMN, Penjualan Kekayaan Negara, Penerimaan bea dan
cukai, penyitaan.

Sumber penerimaan Luar negeri, terdiri atas penerimaan


dari
lembaga/badan internasional seperti Asian Development Bank (ADB),
World Bank, Investasi Asing dan pinjaman komersial.

Pajak adalah iuran masyarakat atau rakyat kepada Kas Negara


berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum
( Rochmat Sumitro).

Kenyataan membuktikan bahwa penerimaan pajak masih


merupakan sumber penerimaan negara terpenting , bahkan dapat
disebut sebagai tulang punggung APBN.

UU Perpajakan sekarang menganut sistem self-assesment artinya


wajib pajak menaksir pajaknya sendiri. Pemberlakuan sisten
tersebut pada kenyataanya kurang efektif, karena banyak yang
tidak jujur dan dengan memanfaatkan celah-celah kelemahan yang
ada.

lanjutan
Jenis penerimaan pajak pemerintah pusat adalah :
o pajak penghasilan (PPh)
o pajak pertambahan nilai (PPn)
o Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn BM)
o
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), kecuali PBB perkotaan
dan perdesaan yang mulai tahun 2014 menjadi pajak
daerah.
o pajak lainnya.

Menurut sifat penerimaannya pajak dibedakan menjadi pajak


langsung dan pajak tidak langsung. Pajak langsung adalah
pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak
bisa dibebankan kepada orang lain. Contoh PPh. Sementara
pajak tidak langsung adalah pajak yang dapat dibebankan
kepada orang lain contoh (PPn)

lanjutan

Retribusi adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah kepada


orang atau badan yang telah memanfaatkan jasa pemerintah.
Berbeda dengan pajak, retribusi tidak bersifat memaksa, artinya
seseorang hanya akan dipungut apabila yang bersangkutan
mengkonsumsi jasa yang disediakan oleh pemerintah. Jadi dalam
hubungan ini yang bersangkutan menerima kontrapresatasi secara
langsung.
Keuntungan BUMN. BUMN adalah perusahaan negara yang
mengelola sumber daya yang menjadi kekayaan negara. BUMN
bertugas untuk melayani kepentingan umum dan berhak untuk
mendapatkan keuntungan dari pelayanan tsb. Sebagian keuntungan
BUMN merupakan sumber keuangan negara.
Penjualan kekayaan negara. Kekayaan negara dapat berupa barang
tambang, hasil hutan, hasil pertanian dsb, yang dapat dijual ke
negara lain untuk memperoleh tambahan penerimaan negara. BUMN
pada umumnya yang melakukan penjualan.

lanjutan

Penyitaan. Penyitaan dilakukan kepada seseorang atau Badan


karena perbuatan melanggar hukum, sehingga karena perbuatan
tersebut negara dirugikan.
sumber penerimaan luar negeri meliputi bantuan dan atau hutang
baik yang bersumber dari pemerintah maupun swasta yang dilakukan
dengan syarat-syarat yang lunak dan tidak mengikat secara politik.
ADB merupakan lembaga pengembangan keuangan internasional
yang melaksanakan penyaluran dana, menyokong investasi, dan
memberikan kerjasama teknis (technical assistance) kepada NSB
yang menjadi anggotanya.
Bank Dunia didirikan sebagai lembaga investasi internasional untuk
memberikan atau menjamin kredit-kredit yang ditujukan untuk
proyek-proyek rekonstruksi dan pertumbuhan ekonomi yang
produktif. Dana berasal dari modal bank dunia sendiri yang
merupakan kontribusi pemerintah negara-negara asing dan melalui
mobilisasi modal swasta.

lanjutan

Investasi Asing, merupakan salah satu sumber


penerimaan negara dengan tujuan untuk menciptakan
lapangan kerja, proses alih tehnologi dan keterampilan
yang bermanfaat, sumber tabungan dan devisa.
Pinjaman komersial. Sumber dana luar negeri yang
sangat cepat perkembangannya adalah pinjaman
swasta yang berasal dari 3 sumber yaitu, bond lending;
pinjaman komersial dan kredit eksport. Bond lending
merupakan salah satu bentuk dari investasi portofolio.
Bentuk kedua yang relatif baru adalah pinjaman
komersial dari bank bank luar negeri baik dari pasar
Euro currency maupun pinjaman biasa dari luar negeri
dengan menggunakan dana mereka sendiri.

lanjutan

Sumber Penerimaan Daerah


Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dana Perimbangan
Pinjaman Daerah
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang syah.
Pendapatan Asli Daerah merupakan ukuran kemandirian
keuangan daerah. Pendapatan asli daerah terdiri dari hasil
pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik
daerah, hasil pengelolaan kekayaan milik daerah dan lain-lain
pendapatan daerah yang syah.
Dana perimbangan yang terdiri dari bagi hasil pajak dan SDA,
Dana Alokasi Umum ( DAU) dan Dana Alokasi Khusus ( DAK)
Pinjaman daerah dan
Lain-lain Pendapatan daerah yang syah

lanjutan
pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan
sebagai badan hukum publik dalam rangka membelanjai rumah tangga daerah.
Menurut UU 28 Tahun 2009,
pajak daerah provinsi terdiri atas :
.
Pajak Kendaraan Bermotor,
.
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,
.
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ,
.
Pajak air permukaan dan
.
Pajak rokok .
Sementara itu pajak daerah kabupaten/kota terdiri dari :
.
pajak hotel
.
pajak restoran
.
Pajak hiburan
.
Pajak reklame
.
Pajak penerangan jalan
.
Pajak mineral bukan logam dan batuan,
.
Pajak air tanah,
.
Pajak sarang brung walet,
.
PBB perdsesaan dan perkotaan
.
Bea perolehan atas tanah dan bangunan
.
Pajak parkir.

lanjutan

Retribusi Daerah terdiri atas :


Retribusi Jasa umum yang terdiri dari (1) Retribusi
pelayan an kesehatan,
(2) retribusi pelayanan
persampahan / kebersihan, (3) retribusi penggantian bea
cetak KTP dan Akta Capil, (4) retribusi pelayanan
pemakaman dan pengabuan mayat, (5) retribusi
pelayanan parkir di tepi jalan umum, (6) retribusi
pelayanan pasar (7) retribusi pengujian kendaraan
bermotor (8) retribusi pemeriksaan alat pemadam
kebakaran, (9) retribusi penggantian bea cetak peta (10)
retribusi penyediaan/penyedotan kakus (11) retribusi
pengolahan limbah cair (12) retribusi pelayanan tera/tera
ulang (13) retribusi pelayanan pendidikan dan (14)
retribusi pengendalian menara telekomunikasi

lanjutan
.

Retribusi jasa usaha terdiri dari : (1) Retribusi pemakaian


kekayaan daerah (2) Retribusi pasar grosir dan atau
pertokoan, (3) retribusi tempat pelelangan (4) retribusi tempat
parkir
khusus
(5)
retribusi
tempat
penginapan/pesanggrahan/villa (6) retribusi rumah potong
hewan (7) retribusi pelayanan pelabuhan (8) retribusi tempat
rekreasi dan olah raga, (9) retribusi penyeberangan di air (10)
retribusi penjualan produksi daerah.
Retribusi Perijinan Tertentu terdiri dari (1) Retribusi Ijin
mendirikan bangunan (2) Retribusi ijin gangguan, (3) Retribusi
Ijin Trayek dan (4) Retribusi usaha perikanan
Perusahaan Daerah adalah kesatuan produksi yang bersifat
memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum dan
memupuk pendapatan ( Y Wayong). Bagian dari laba
perusahaan daerah merupakan salah satu sumber PAD.

lanjutan

Lain-lain PAD yang syah. Menurut Devas


kelompok penermaan lain-lain APAD yang syah
mencakup
berbagai
penerimaan
kecil-kecil
seperti hasil penjualan alat berat dan jasa,
penerimaan hibah, bunga simpanan giro dan
bank serta penerimaan dari denda. Namun
demikian
penerimaan
daerah
ini
sangat
terbantung pada potensi daerah masing-masing.

TATAP MUKA III


Asas-asas pengelolaan keuangan negara dan
daerah
Asas adalah kebenaran umum yang dijadikan acuan dalam
bersikap dan bertindak.

Asas Pengelolaan keuangan negara dan daerah sebelum Undang


Undang Keuangan Negara adalah :

asas kesatuan, asas yang menghendaki


agar semua
pendapatan dan belanja negara disajikan dalam satu dokumen.

Asas universalitas, asas yang menghendaki


agar setiap
transaksi keuangan ditampilkan secara utuh dalam dokumen
anggaran.

Asas tahunan yaitu asas yang membatasi masa berlakunya


anggaran untuk suatu tahun tertentu dan

asas spesialitas yakni asas yang mewajibkan agar kredit


anggaran yang disediakan terinci secara jelas peruntukannya.

lanjutan
Asas pengelolaan keuangan negara dan daerah pasca UUKN
yaitu :

asas akuntabilitas berorientasi pada hasil, yakni asas yang


menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari pengelolaan
keuangan negara dan daerah harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada rakyat sebagai pemilik kedaulatan.

asas
proporsionalitas
yakni
asas
yang
mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam pengelolaan
keuangan negara dan daerah.

asas profesionalitas yakni asas yang mengutamakan keahlian


berdasarkan kode etik.

asas keterbukaan yakni asas yang membuka diri terhadap hak


masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak
diskriminatif.

asas pemeriksaan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


yang bebas dan mandiri.

lanjutan

Asas pengelolaan keuangan negara dan daerah pasca


UUKN berkembang terus sesuai dengan aturan pokok
keuangan negara dan daerah. Perkembangan dimaksud
adalah :
a. asas tahunan
b. asas universalitas
c. asas kesatuan
d. asas spesialitas
e. asas akuntabilitas
f. asas profesionalitas
g. asas proporsionalitas
h. asas keterbukaan
i. asas pemeriksaan keuangan

lanjutan

Berbagai asas tersebut pada dasarnya sangat diperlukan untuk menjamin


agar pengelolaan keuangan negara dan daerah dapat terselenggara dengan
baik, sesuai dengan prinsip prinsip penyelenggaraan negara dan daerah.

Menurut Mardiasmo, (2002) dalam penyelenggaraan keuangan daerah


diperlukan beberapa asas yaitu :
Akuntabilitas yang mensyaratkan bahwa dalam mengambil suatu
keputusan hendaknya berperilaku seperti mandat yang diterima.
value for money yang menghendaki bahwa keuangan daerah harus
dikelola secara ekonomis, efisien dan efektif.
Kejujuran, yakni pengelolaan keuangan daerah hendaknya dipercayakan
kepada pegawai yang memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi.
transparansi, yakni keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan
keuangan daerah, sehingga dapat diakses oleh masyarakat.
pengendalian, yakni dalam pengelolaankeuangan daerah harus selalu
dimonitor baik terhadap penerimaan maupun pengeluaran daerah.

lanjutan
Pasal 4 PP 58/2005 menyatakan asas umum
pengelolaan keuangan daerah yaitu :
(1)
Keuangan Daerah dikelola secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan
memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan
manfaat untuk masyarakat.
(2)
Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam
suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan
dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
.. Pasal 4 PP 58/2005 tersebut selanjutnya dijelaskan
secara terinci dalam permendagri 13 tahun 2006.

TATAP MUKA IV
Hubungnan Keuangan antara Pusat dan Daerah
. KJ Davey menyatakan, bahwa hubungan keuangan pusat dan
daerah berkenaan ndengan pembagian tanggungjawab untuk
melaksanakan kegiatan kegiatan tertentu antara tingkattingkat pemerintahan dan pembagian sumber penerimaan untuk
menutup pengeluaran akibat dari kegiatan-kegiatan tersebut.
.
Hubungan keuangan pusat dan daerah merupakan tindak lanjut
dari adanya pembagian kekuasaan/kewenangan antara pusat
dan daerah, yakni menyangkut hak dan kewajiban untuk
mengambil
keputusan
mengenai
anggaran
pemerintah
termasuk bagaimana memperoleh dan membelanjakannya.
. Hubungan tersebut mencerminkan tujuan politik yang mendasar
karena perannya sangat menentukan bobot kekuasaan yang
dijalankan pemda dalam keseluruhan sistem pemerintahan.

A.

lanjutan
B. Tujuan Hubungan Keuangan Pusat dengan Daerah

Agar tercipta Pembagian kekuasaan yang rasional antar berbagai


tingkatan pemerintahan dalam memungut dan membelanjakan
sumberdana pemerintah dalam suatu pembagian yang sesuai dengan
pola umum desentralisasi.

Agar diperoleh pembagian yang memadai dari sumberdana secara


keseluruhan untuk membiayai pelaksanaan fungsi-fungsi penyediaan
layanan dan pembangunan yang diselenggarakan pemerintah daerah.

agar terjadi pembagian yang adil antar daerah atas pengeluaran


pemerintah atau sekurang-kurangnya ada perkembangan kerah itu.

agar suatu upaya perpajakan (tax effort) dalam memungut pajak dan
retribusi oleh Pemda sesuai dengan pembagian yang adil atas beban
keseluruhan dari pengeluaran pemerintah dalam masyarakat.

lanjutan
C. Sistem Pendanaan Urusan Pemerintahan

Sistem pendanaan urusan Pemerintahan pada dasarnya mengikuti


asas desentralisasi (dibiayai oleh Pemerintah Daerah) asas
dekonsentrasi (dibiayai oleh Pemerintah Pusat) dan asas tugas
pembantuan (dibiayai oleh fihak yang menugaskan).

sistem pendanaan urusan pemerintahan terlihat pada gambar 4.1


tentang kerangka hubungan keuangan Pusat dan Daerah (lihat
modul Perkuliahan)

Untuk mendanai urusan pemerintahan daerah dilakukan melalui


PAD, Dana Perimbangan (DBH, DUA, DAK) dan lain-lain Pendapatan
daerah yang syah.

Dana Perimbangan dialokasikan ke daerah dalam satu kesatuan


sistem transfer dana pemerintah kepada daerah guna mengurangi
ketimpangan sumber pendanaan antara pusat dan daerah (vertical
imbalance) serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan antar
pemerintah daerah (horizontal imbalance)

lanjutan
D. Penguatan sistem Perpajakan Daerah

Sejak otonomi daerah digulirkan sampai sekarang telah 2


kali terjadi penggantian UU Pajak dan retribusi daerah, yakni
UU 34 Than 2001 sebagai pengganti UU 18 Tahun 1997 dan
UU 28 Tahun 2009 sebagai pengganti UU 34 Tahun 2001.

Penggantian
UU tersebut merupakan manifestasi dari
sistem penguatan pajak daerah, sebagai bagian dari upaya
memperkuan kemampuan fiskal daerah.
Melalui UU 34 tahun 2001 Daerah diberi kewenangan untuk
memungut 11 jenis pajak yaitu 4 jenis pajak provinsi dan 7
jenis pajak kabupaten/kota. Disamping itu daerah masih
diberi kebebasan untuk menetapkan jenis pajak dan retribusi
lain sepanjang memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam UU
34 tahun 2001.

lanjutan

Kemampuan fiskal daerah pasca UU 34 tahun 2001 pada


kenyataanya belum signifikan dalam meningkatkan PAD. Hal
tersebut terindikasi dengan :

belum adanya perubahan yang berarti terhadap komposisi


pendapatan daerah, dimana hanya meningkat dari 11,9 %
menjadi 14,2% - 14,9% saja.

Jenis pajak dan retribusi daerah cenderung kontraproduktif


terhadap perekonomian daerah.

Rendahnya kepatuhan daerah dalam menyampaikan perda


pajak dan retribusi daerah kepada pemerintah pusat,
sehingga sulit bagi pemerintah pusat untuk mengontrol
apakah perda pajak dan retribusi daerah tersebut
bertentangan dengan kepentingan umum atau bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

lanjutan
masih
terbatasnya
basis
pajak
daerah
kabupaten/kota , hal mana sebagai akibat
pengaturan kewenangan perpajakan dan retribusi
daerah
belum
sepenuhnya
mendukung
pelaksanaan otonomi daerah.
Dengan dikeluarkannya UU 28tahun 2009 sebagai
pengganti UU 34 Tahun 2001 telah terjadi perluasan
basis pajak dan retribusi daerah, dimana terdapat 5
jenis pajak provinsi dan 11 pajak kabupaten/kota.
Demikian pula retribusi daerah, telah terjadi
penambahan baisis retribusi daerah sebagaimana
telah dijelaskan pada tatap muka sebelumnya.

lanjutan
E. Kebijakan tranfer ke daerah.

untuk memperkuat pelaksanaan otonomi daerah sejak


tahun 2001 sampai dengan 2007 telah dikeluarkan
kebijakan perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah
sebagai
instrumen
untuk
menciptakan
keseimbangan keuangan antara pusat dan daerah dan
keseimbangan keuangan antar daerah.

Sejak tahun 2008 telah terjadi perubahan nomenklatur


anggaran yang dialokasikan ke daerah dari yang semula
Anggaran Belanja Daerah menjadi Anggaran tranfer
ke daerah, hal ini sejalan dengan prinsip money follow
function.

transfer ke daerah terdiri dari DBH, DAU, DAK serta Dana


otonomi Khusus dan dana penyesuaian.

lanjutan
Kebijakan alokasi transfer ke daerah diarahkan untuk mencapai
tujuan :
a.
Meningkatkan kapasitas fiskal daerah dan mengurangi
kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah serta antar daerah.
b.
menyelaraskan kebutuhan pendanaan di daerah sesuai
dengan pembagian urusan pemerintahan
c.
meningkatkan kualitas layanan publik di daerah, sekaligus
untuk mengurangi kesenjangan pelayanan publik antar daerah.
d.
meningkatkan kemampuan daerah dalam mendorong
kamajuan perekonomian daeran.
e.
mendukung kesinambungan fiskal nasional.
f.
meningkatkan efisiensi pemnafaatan sumberdaya nasional dan
g.
meningkatkan sinkronisasi antar perencanaan pembangunan
pusat dan daerah.

lanjutan
F. Dana darurat

Pasal 46 ayat (1) UU 33 Tahun 2004 menyatakan bahwa Pemerintah


mengalokasikan dana darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan
mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional dan/atau peristiwa
luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh daerah dengan
menggunakan APBD.

Keadaan/kriteria bencana nasional dan/atau keadaan luar biasa


ditetapkan oleh presiden.
dana darurat hanya dapat dipergunakan untuk keperluan mendesak dan
mendanai kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pada tahap pasca
bencana yang menjadi kewenangan daerah sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Menkeu menetapkan alokasi dana darurat bagi daerah yang terkena
bencana nasional dan atau peristiwa luar biasa sebelum tahun anggaran
berakhir setelah mendapat persetujuan DPR. Alokasi tersebut merupakan
bagian dari transfer ke daerah dan disalurkan secara bertahap sesuai
dengan capaian kinerja.

lanjutan
G. Pinjaman Daerah

Pinjaman daerah meruakan salah satu sumber pembiayaan


daerah dalam rangka desentralisasi yang dicatat dan dikelola
dalam APBD.

UU 17 Tahun 2003 menyatakan Pemerintah dapat memberikan


pinjaman dan/atau hibah kepada Pemerintah daerah.

Pemberian pinjaman dan atau hibah dari pemerintah kepada


daerah atau sebaliknya merupakan salah satu wujud dari
hubungan keuangan pusat dan daerah.

pinjaman daerah dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan


yang merupakan inisiatif daerah dan atau digunakan untuk
menutup kekurangan kas daerah.
Pinjaman daerah ditujukan untuk mendanai kegiatan investasi
berupa pengadaan sarana dan prasarana daerah yang
memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat.

lanjutan
H. Hibah Daerah

hibah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah,


negara asing, badan /lembaga asing, badan.lembaga internasional,
badan/lembaga dalam dan luar negeri atau perorangan baik dalam
bentuk devisa, rupiah maupun barang/jasa.

Pemberian
hibah
kepada
daerah
dilakukan
setelah
mempertimbangkan (1) kapasitas fiskal daerah (2) daerah yang
ditentukan oleh pemberi hibah luar negeri, (3) daerah yang memenuhi
persyaratan yang ditentukan oleh fihak yang akan memberi hibah, (4)
daerah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.

Hibah daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip (1) keserasian


hubungan pusat-daerah (2) untuk mendukung pengembangan BUMD,
(3) diprioritaskan peningkatan layanan publik, (4) untuk memperbaiki
stabilitas dan keseimbangan fiskal (5) merupakan diskresi pemerintah
dan (6) disalurkan melalui transfer berbasis kinerja.

lanjutan
Dana dekonsntrasi dan tugas pembantuan
.
Penyerahan beberapa urusan pemerintahan kepada daerah telah
memberikan konsekuensi bahwa kementeraian?lembaga tidak lagi
membentuk instansi vertikal di daerah, sebab urusan tsb akan
dilaksanakan oleh SKPD sesuai bidang tugasnya, kecuali untuk
urusan yang bersifat mutlak menjadi kewenangan pemerintah
pusat.
.
Untuk menyelenggarakan urusan pemerintah pusat di daerah
kementeraian negara dapat menggunakan SKPD melalui dana
dekonsentrasi dan atau dana tugas pembantuan.
.
Pengalokasian dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan
tsb didahului dengan pelimpahan wewenang dan penugasan
kepada Kepala Daerah yang ditunjuk melalui mekanisme
perencanaan dan penganggaran dalam APBN dan APBD. Kepala
Daerah
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan
dana
dekonsentrasi
dan
tugas
pembantuan
kepafa
kementerian/lembaga yang memberikan limpahan wewenang dan
penugasan.

I.

TATAP MUKA KE V
A.

Siklus Anggaran Negara dan Daerah


o.
Anggaran negara adalah suatu pernyataan tentang
perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan
akan terjadi dalam suatu pereode masa depan, serta data
pengeluaran dan penerimaan yang sungguh-sungguh terjadi
dimasa lalu ( John F. Due : 1975)
o.
Anggaran negara (APBN )dan Anggaran Daerah (APBD)
merupakan gambaran dari kebijakan Pemerintah/Daerah
yang dinyatakan dalam ukuran uang, yakni berupa kebijakan
pengeluaran/belanja untuk pereode di masa depan ( 1 tahun)
maupun penerimaan untuk menutup pengeluaran/Belanja
tsb.
o. APBN/APBD
adalah suatu rencana keuangan tahunan
Pemerintah/daerah yang disetujui oleh DPR/DPRD. (UU
17/2003.

lanjutan
o

APBN dan APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu


suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya
pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi
biaya atau input yang ditetapkan.
APBN dan APBD merupakan suatu kegiatan yang berulang
tetap atau siering disebut sebagai siklus anggaran.
Siklus anggaran Negara/Daerah adalah tahapan-tahapan
kegiatan yang dimulai dari perencanaan dan penyusunan
anggaran, pelaksanaan dan penatausahaan anggaran,
pengawasan anggaran dan pertanggungjawaban anggaran.
Melalaui siklus anggaran dari tahun ke tahun akan
diketahui tingkat kemajuan suatu negara/daerah sebagai
bagian dari amanat yang diberikan rakyat kepada
Pemerintah/Daerah.

lanjutan
B. Tahap Penyusunan Rancangan APBN

Proses penyusunan RAPBN berlangsung dari bulan januari


sampai dengan bulan juli tahun n-1.

RAPBN dimulai sejak dikeluarkannya SE pagu indikatif dan


prioritas program dari Dept Keuangan dan Bapenas.
Penyusunan pagu indikatif dan program prioritas didasarkan
pada RKP pada tahun yang bersangkutan yang disampaikan
kepada masing-masing kementerian/Lembaga.

Berdasarkan pagu indikatif dan program prioritas K/L


menyusun RKK/L yang dibuat berdasarkan Renstra masingmasing K/L .

Bulan Mei-Agustus DPR dan Pemerintah membahas pokokpokok kebijakan fiskal dan RKP untuk kemudian disusun
pagu sementara tahun anggaran yad.

lanjutan
Berdasarkan Pagu sementara dan program prioritas,
K/L membuat Rencana Kerja Anggaran RKA K/L, untuk
selanjutnya dibahas bersama dengan Menteri Keuangan
dan Ketua Bapenas.
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, selanjutnya
semua RKA-K/L dihimpun untuk dijadikan lampiran atas
RUU APBN, untuk kemudian disampaikan kepada
presiden untuk dibacakan pada tgl 16 Agustus dalam
sidang paripurna DPR.
Catatan:
Dalam penyusunan APBN ada 3 pendekatan yang
digunakan yaitu unified budget, Pengeluaran jangka
menengah dan penganggaran berbasis kinerja.

lanjutan

sebelum RUU APBN ditetapkan sebagai UU APBN, DPR melakukan


pembahasan RUU tersebut dengan mengacu kepada Arah Kebijakan
Fiskal yang telah ditetapkan, Prioritas program pembangunan dan
plafon anggaran sementara yang telah disepakati.
Dalam hal masih terdapat hal-hal yang masih perlu direvisi, maka
rancangan UU APBN dikembalikan kepada Presiden untuk diperbaiki
dan
dikembalikan
kepada
DPR
untuk
persetujuan
dan
pengesahannya.
Dalam hal DPR menyetujui terhadap RUU APBN, maka RUU APBN
tersebut selanjutnya ditetapkan/disayahkan sebagai UU APBN.
Penetapan/pengesahan RUU APBN paling lambat ditetapkan 31
desember tahun n-1.
Dalam hal presiden tidak melakukan revisi atas RUU APBN yang
direkomendasikan DPR, sampai batas waktu yang ditentukan
Presiden menggunakan pagu anggaran tahun sebelumnya.

lanjutan
C. Tahap Pelaksanaan Anggaran.
Berdasarkan UU APBN, Presiden menetapkan Perpres tentang
rincian APBN, sebagai pedoman pelaksanaan APBN.
Perpres berisi tentang hal-hal yang belum dirinci dalam UU APBN
seperti alokasi anggaran untuk Kantor Pusat/Daerah K/L,
pembayaran gaji, dana perimbangan dan alokasi subsidi.
Pelaksanaan anggaran Pendapatan negara

Penerimaan anggaran adalah penerimaaan K/L yang terjadi di


dalam negeri/luar negeri

K/L tidak diperkenankan untuk mengadakan pungutan diluar


ketentuan yang diatur dalam APBN

K/L menetapkan kebijakan jenis dan besarnya pungutan


dengan persetujuan menteri keuangan.

Penerimaan pajak, bea masuk, bea keluar dan penerimaan


cukai dilakukan oleh Dep Keuangan

Penerimaan non pajak oleh K/L yang mempunyai sumber


penerimaan dengan menunjuk bendahara penerimaan.

lanjutan
Pelaksanaan anggaran belanja negara

Pelaksanaan anggaran belanja didasarkan pada prinsip


hemat, tidak mewah, efisien sesuai dengan kebnutuhan
teknis yang dipersyaratkan.

Efektif, terarah dan terkendali sesuai dengan rencana,


program/kegiatan serta fungsi setiap K/L

Mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri sesuai


dengan kemampuan.

Dilarang melakukan tindakan pengeluaran/belanja yang


tidak tersedia anggaran dan atau tidak sesuai dengan
tujuan pengeluaran negara.

Belanja negara harus didasarkan pada Daftar Isian


Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan dokumen sejenis lainnya
SPD, SPM, SP2D dan atau bukti lainnya yang syah.

lanjutan
D. Tahap Pengawasan Pelaksanaan APBN
Pengawasan anggaran dapat dikelompokkan berdasarkan :

Asal ---------- internal dan eksternal

sifat------------- preventif dan represif

Jarak---------------- dekat dan jauh

Keabsyahan/bukti ----------- kebenaran formil dan kebenaran


materiil

metodenya ----------- langsung dan tidak langsung

obyeknya------------ penerimaan dan belanja negara

Pengawasan Kebijakan dilakukan oleh DPR

Pengawasan masyarakat dan LSM

Pengawasan
dilakukan
dengan
membandingkan
antara
pelaksanaan dengan rencana yang telah ditetapkan

tujuan pengawasan adalah untuk memastikan bahwa pelaksanaan


APBN tidak menyimpang dari rencana yang ditetakan.

lanjutan
E. Tahap Pertanggungjawaban Anggaran

selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran


berakhir, presiden wajib menyampaikan RUU Tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN.

RUU Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN


dilampiri dengan (1) Laporan Realisasi Anggaran, (2)
Neraca, (3) Laporan Arus Kas dan (4) Catatan atas Laporan
Keuangan yang sudah diaudit oleh BPK.

DPR melakukan pembahasan terhadap RUU APBN dan


Laporan Keuangan Pemerintah (LKP) mengacu pada hasil
pemeriksaan BPK.

Berdasarkan hasil pembahasan dan persetujuan DPR,


RUU Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN
ditetapkan/disyahkan menjadi UU.

lanjutan
F. Siklus Anggaran Daerah (APBD)

siklus anggaran Daerah (APBD) pada dasarnya tidak berbeda


dengan siklus anggaran negara. Yang membedakan antara
keduanya hanyalah ruang lingkupnya, karena pada hakekatnya
anggaran daerah merupakan sub sistem dari anggaran negara.

siklus anggaran daerah memberikan informasi kepada kita tentang


tahap-tahap yang harus dilalui dalam proses pengelolaan keuangan
daerah.

setiap tahap berisi tentang serangkaian kegiatan yang harus


dilakukan oleh Pemerintahan Daerah sesuai ketentuan perundangundangan

Prinsip-prinsip dalam setiap tahap dari siklus anggaran mutlak


harus ditaati oleh pemerintah daerah, agar pengelolaan keunagan
daerah yang jumlahnya sangat terbatas itu dapat dilakukan secara
ekonomis efisien, efektif dan memenuhi rasa keadilan dalam
masyarakat.

TATAP MUKA KE VI
Perencanaan, Penetapan, Evaluasi dan Pengesahan
APBN dan APBD
A. Perencanaan.
.
Perencanaan adalah serangkaian aktivitas untuk menentukan
apa yang akan dicapai dan cara-cara untuk mencapainya.
Hasil dari perencanaan adalah rencana.
.
UU 25/2004 tentang sistem perencanaan pembangunan
nasional menjadi (1) Rencana Pembangunan Jangka panjang
Nasional (RPJMN) (2) Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) dan (3) Rencana Kerja
Pembangunan (tahunan)
.
RPJMN merupakan dokumen perencanaan yang merupakan
penjabaran lebih lanjut dari cita-cita bangsa yang tertuang
dalam UUD 1945 yang berisi visi, misi dan arah
pembangunan nasional 20-25 tahun.

lanjutan

RPJMN adalah dokumen perencanaan nasional yang merupakan


penjabaran dari RPJPN yang berisi visi, misi dan program kerja presiden
untuk pereode 5 tahun.
RPJMN diltetapkan dalam bentuk hukum peraturan presiden yang
memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, kerangka
ekonomi makro dan program prioritas pembangunan kementerian /
lembaga, lintas kementerian / lembaga, kewilayahan dan lintas
kewilayahan dan gambaran secara menyeluruh, termasuk arah
kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
RKP adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran
dari RPJMN yang berisi prioritas pembangunan nasional, rencana
ekonomi makro, arah kebijakan fiskal program kementerian/lembaga ,
kewilayahan, lintas wilayah yang memuat kegiatan dalam kerangka
regulasi dan kerangka anggaran.
RKP ditetapkan setiap tahun oleh presiden dalam bentuk keputusan
presdiden paling lambat pertengahan bulan mei .

lanjutan

Disamping dokumen perencanaan tersebut ada juga


dokumen perencanaan kementeraian/lembaga (Renstra K/L
dan Renja K/L yang mempunyai keterkaitan erat dengan
dokumen perencanaan Nasional 5 tahunan dan dokumen
perencanaan tahunan.
Dokumen perencanaan Nasional tahunan (RKP) dan Renja
Kementerian/lembaga pada dasarnya merupakan basis
perencanaan Anggaran/APBN, sehingga dengan demikian
dapat dikatakan bahwa perencanaan anggaran berbasis
aktivitas.
Anggaran (APBN) merupakan insrumen yang sangat
penting yang berisi perkiraan pendapatan, belanja dan
pembiayaan dalam mendanai program pembangunan
nasional tahunan (RKP)

lanjutan
Anggaran negara (APBN) yang telah disusun selanjutnya
disampaikan kepada DPR (pemegang hak budget) untuk dibahas
dan memperoleh persetujuan.
B. Penetapan APBN

sebagai sebuah rencana keuangan tahunan, RAPBN harus


memperoleh persetujuan wakil rakyat (DPR) pasal 23 ayat (2) UUD
1945.

DPR dapat mengajukan ertimbangan/usul yang mengakibatkan


perubahan defisit/surplus anggaran dalam RUU tentang APBN dalam
batas-batas yang dapat diterima secara rasional.

Pengambilan keputusan oleh DPR terhadap RUU APBN dilakukan


selambat-lambatnya 2 bulan sebelum tahun anggaran yang
bersangkutan dilaksanakan (sekitar akhir bulan oktober).

Dalam hal DPR tidak menyetujui terhadap RUU APBN yang diajukan
oleh presdien, pemerintah melakukan pengeluaran setinggitingginya sebesar APBN tahun sebelumnya.

lanjutan

Hasil pembahasan DPR dituangkan dalam berita


acara hasil kesepakatan pembahsan RUU APBN yang
sifatnya final dan atas dasar hal tersebut K/L
melakukan penyesuaian RKA-K/L.
Berdasarkan persetujuan DPR, tugas pemerintah
selanjutnya adalah m,enetapkan alokasi anggaranK/L
sebagai batas tertinggi pengeluaran yang ditetapkan
dalam keputusan presiden paling kambat 30
november yang merupakan bagian tak terpisahkan
dari UU APBN.
Persetujuan DPR atas RUU APBN meniscayakan untuk
dilakukan pengesahan terhadap RUU APBN menjadi
UU APBN.

lanjutan
C.
Penyusunan,
pembahasan,
penetapan
dan
pengesahan Rancangan APBD.
Mekanisme penyusunan, pembahasan penetapan dan
pengesahan RAPBD menjadi Perda tentang APBD pada
dasarnya tidak berbeda dengan dengan mekanisme APBN.
Yang membedakan antara keduanya hanyalah lingkupnya,
dimana APBN berlingkup nasional, sementara APBD
Provinsi berlingup regional dan APBD Kabupaten/Kota
berlingkup lokal. Disamping itu sebelum RAPBD
ditetapkan/disyahkan menjadi Perda APBD terlebih dahulu
dievaluasi oleh Pemerintah Pusat untuk APBD Provinsi dan
oleh Gubernur untuk APBD Kab/Kota.
Tahapan penyusunan Rancangan APBD (lihat hambar 6.1.
buku modul saudara.

lanjutan

Baik penyusunan RAPBN maupun RAPBD dilakukan dengan


pendekatan (berbasis )kinerja. Oleh karena itu beberapa hal perlu
diperhatikan :

indikator kinerja, yakni ukuran keberhasilan yang akan dicapai dari


setiap program/kegiatan yang direncanakan.

target kinerja ,yakni ukuran prestasi kerja yang akan dicapai dalam
wujud kuantitas, kualitas, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan dari
setiap program/kegiatan.

Analisis standar belanja, yakni merupakan ukuran kewajaran atas


beban kerja dengan biaya yang dipergunakan untuk melaksanakan
suatu program/kegiatan.

Standar satuan harga, berkenaan dengan harga satuan unit


barang/jasa yang berlaku di suatu daerah.

Standar Pelayanan Minimal (SPM), berkenaan dengan tolok ukur


kinerja minimal atas suatu jenis dan mutu layanan dasar yang
merupakan urusan wajib.

TATAP MUKA KE VII


Pelaksanaan APBN dan APBD
A. Pelaksanaan APBN

Secara normatif ketentuan mengenai pengelolaan keuangan


negara dalam pelaksanaan APBN diatur dalam UU Nomor
1/2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Setelah APBN ditetapkan menjadi UU, pelaksanaannya


dituangkan lebih lanjut dalam Kepres sebagai pedoman bagi
kementerian/Lembaga dalam melaksanakan APBN.

Kepres tersebut terutama berisi :

alokasi anggaran untuk kantor pusat dan kantor daerah


kementerian/Lembaga Negara.

pembayaran gaji dalam belanja pegawai

pembayaran untuk tunggakan yang menjadi beban


kementerian/Lembaga.

lanjutan
Selain itu penuangan tsb menyangkut alokasi dana perimbangan
untuk provinsi dan kabupaten/kota dan alokasi subsidi sesuai
dengan keperluan perusahaan/badan yang menerima.
Untuk
memberikan
informasi
mengenai
perkembangan
pelaksanaan APBN Pemerintah menyampaikan laporan realisasi
/serapan anggaran semester pertama kepada DPR akhir bulan juli
tahun anggaran ybs sebagai bahan evaluasi yang selanjutnya hasil
evaluasi dipergunakan untuk penyesuaian/perubahan anggaran
untuk semester berikutnya.
Penyesuaian/perubahan APBN dibahas bersama antara DPR dengan
Pemerintah sebelum ditetapkan UU tentang perubahan APBN.
Pembahasan berkenaan dengan
(1) perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan
asumsi yang digunakan dalam APBN sebelum perubahan.

lanjutan
(2)
(3)

(4)

Perubahan pokok-pokok kebijakan


Keadaan
yang
menyebabkan
harus
dilakukannya pergeseran anggaran antar unit
organisasi, antar kegiatan dan antar jenis
belanja
Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran
tahun sebelumnya harus digunakan untuk
pembiayaan anggaran tahun berjalan

lanjutan
A.1. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran

Tahun Anggaran dimulai 1 Januari dan berakhir 31 desember .

APBN dalam satu tahun anggaran meliputi :


(1)
hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih;
(2)
Kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih,
(3)
Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran ybs
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
(. Semua penerimaan dan pengeleluaran negara dilakukan melalui
rekening kas umum negara dengan menggunakan sistem giral.

lanjutan

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DIPA)


Dalam melaksanakan APBN, K/L berpegang pada
Dokumen Anggaran (DIPA) sesuai alokasi
anggaran yang ditetapkan oleh presiden.
Dalam DIPA tsb diuraikan mengenai sasaran
yang hendak dicapai, fungsi , program, rincian
kegiatan dan anggaran yang disediakan untuk
mencapai sasaran, rencana penarikan dana tiaptiap satuan kerja dan perkiraan pendapatan yang
akan diterima.
DIPA dilampiri dengan rencana kerja dan
anggaran BLU masing-masing K/L .

lanjutan

Pelaksanaan anggaran pendapatan


setiap K/L yang mempunyai sumber pendapatan wajib
mengintensifkan perolehan pendapatan yang menjadi wewenang
dan tanggung jawabnya.
Penerimaan harus disetor seluruhnya ke kas negara tepat pada
waktunya.
Penerimaan K/L tidak boleh digunakan langsung untuk membiayai
pengeluaran.
Penerimaan berupa komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai
akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang oleh negara
adalah hak negara, sehingga harus disetor seluruhnya ke kas
negara.
Pelaksanaan Anggaran Belanja
Pengguna Anggaran
(PA) / Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
melaksanakan kegiatan sebagaimana tsb dalam DIPA yang telah
disyahkan.
PA/KPA berwenang mengadakan ikatan/perjanjian dengan fihak lain
dalam batas anggaran yang telah ditetapkan.

lanjutan
PA/KPA berhak untuk menguji, membebankan pada mata anggaran
yang telah disediakan dan memerintahkan pembayaran tagihan
atas beban APBN.
Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen
yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran
atas beban APBN bertanggungjawab atas kebenaran material dan
akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti dimaksud.
Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBN dilakukan oleh
BUN/Kuasa BUN.
Dalam pelaksanaan pembayaran
BUN/Kuasa BUN berkewajiban
untuk :

meneliti kelengkapan surat perintah pembayaran yang


ditetapkan oleh PA/KPA.

menguji kebenaran perhitungan tagihan

menguji ketersediaan dana ybs

memerinthkan pencairan dana dan

menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran tidak


memenuhi syarat yang ditentukan.

lanjutan
Pembayaran atas beban APBN tidak boleh dilakukan sebelum barang
dan /atau jasa diterima.
Untuk kelancaran pelaksanaan tugas kepada PA/KPA dapat diberikan
uang persediaan (UP) yang dikelola oleh bendahara pengeluaran.
Bandahara
pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang
persediaan setelah meneliti :

meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh


PA/KPA

Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam


perintah pembayaran dan

menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.


Bendahara
pengeluaran wajib menolak perintah pembayaran
apabila persyaratan tsb tidak terpenuhi.
Bendahara pengeluaran bertanggung jawab
secara pribadi atas
pembayaran yang dilaksanakannya.

lanjutan

Pengelolaan uang
Pengelolaan kas umum negara

Menteri keuangan selaku BUN berwenang mengatur dan


menyelenggarakan dan membuka rekening kas umum Negara.

uang negra disimpan dalam rekening kas umum negara pada


bank sentral baik yang berupa uang rupiah maupun dalam
bentuk valuta asing.

dalam
operasionalisasinya
BUN
membuka
rekening
penerimaan dan rekening pengeluaran negara pada bank
umum dengan mempertimbangkan asas kesatuan kas dan asas
kesatuan perbendaharaan.

Rekening penerimaan digunakan untuk menampung


penerimaan negara setiap hari, untuk selanjutnya pada setiap
hari kerja disetorkan ke rekening Kas Umum Negara pada bank
sentral.

lanjutan
Rekening pengeluaran pada Bank Umum diisi dengan dana
yang bersumber dari Rekening Kas Umum Negara yang
jumlahnya disesuaikan dengan dengan rencana pengeluaran
untuk membiayai kegiatan pemerintah yang telah ditetapkan
dalam APBN.
Pemerintah memperoleh bunga dan atau jasa giro atas dana
yang disimpan pada bank sentral, dimana jenis bunga dan
atau jasa giro serta biaya berkenaan dengan pelayanan yang
diberikan
oleh
bank
sentral
ditetapkan
berdasarkan
kesepakatan antara Gubernur Bank Sentral dengan menteri
keuangan.
Pelaksanaan penerimaan negara oleh K/L
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA dapat membuka
rekening untuk keperluan pelaksanaan penerimaan di
lingkungan K/L setelah memperoleh persetujuan Menteri
Keuangan.
Pembukaa rekening dapat dilakukan oleh KPA atau pejabat
lain yang ditunjuk.
Menteri
/Pimpinan
Lembaga
mengangkat
bendahara

lanjutan

Pengelolaan uang persediaan untuk keperluan K/L


Menteri/Pimpinan Lembaga dapat membuka rekening untuk
keperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungan K/L
setelah memperoleh persetujuan BUN.
Untuk
kelancaran pelaksanaan tugas
satuan kerja
dilingkungan K/L dapat diberik uang persediaan (UP) yang
dikelola oleh bendahara pengeluaran untuk keperluan
pembayaran yang tidak dilakukan langsung oleh Kuasa BUN
kepada fihak yang menyediakan barang dan/jasa. Oleh
karena
itu
diperlukan
pembukaan rekening untuk
menyimpan uang persdiaan sebelum dibayarkan kepada
yang berhak.
Tata cara pembukaan rekening serta penggunaan dan
mekanisme
pertanggungjawaban
uang
persediaan
ditetapkan oleh BUN sesuai PP tentang pengelolaan uang
negara.
Dalam rangka pengelolaan kas BUN dapat memerintahkan
pemindahbukuan
dan atau penutupan rekening uang

lanjutan
Pengelolaan Piutang dan Utang.
Pengelolaan Piutang

Pengelolaan Piutang negara diatur mulai dari pasa 33 37 UU


Nomor 1 Tahun 2004

Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah


kepada daerah/BUMN/D serta kepada lembaga asing sesuai
dengan yang tercantum dalam UU APBN yang tata cara
pemberiannya diatur dengan PP.

Setiap pejabat yang diberi kuasa untuk mengelola pendapatan,


belanja dan kekayaan negara wajib mengusahakan agar setiap
piutang negara diselesaikan tepat waktu.

Piutang negara jenis tertentu seperti piutang pajak dan piutang


yang diatur dalam UU tersendiri, mempunyai hak mendahului
sesuai dengan ketentuan UU yang berlaku.

Hak mendahului adalah hak menagih piutang negara yang


mendapat prioritas utama sebelum dilakukan pembayaran
kepada kreditor lainnya.

lanjutan

Piutang negara yang timbul sebagai akibat hubungan


keperdataan dapat dilakukan melalui perdamaian, kecuali
untuk piutang negara yang cara penyelesaiannya diatur
tersendiri dengan UU.
Piutang negara dapat dihapuskan secara mutlak atau
bersyarat dari pembukuan pemerintah, kecuali mengenai
piutang yang cara penyelesaiannya diatur dalam UU
tersendiri.

Pengelolaan Utang
Menteri Keuangan dapat menunjuk pejabat yang diberi
kuasa atas nama MenKeu untuk mengadakan utang negara
atau menerima hibah yang berasal dari dalam/luar negeri
sesuai dengan ketentuan UU APBN.
Uang/hibah
tsb
dapat
diteruspinjamkan
kepada
Pemda/BUMN/D .
Biaya proses pengadaan utang/hibah tsb dibebankan pada
anggaran belanja negara.

lanjutan

Tata cara pengadaan utang negara dan atau penerimaan


hibah baik yang berasal dari dalam dan atau luar negeri
serta
penerusan
utang
atau
hibah
kepada
daerah/BUMN/D diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Hak tagih mengenai utang atas beban negara
kedaluwarsa setelah lima tahun sejak utang tsb jatuh
tempo, kecuali ditetapkan lain oleh UU.
Kedaluwarsa dimaksud tertunda apablia pihak yang
berpiutang mengajukan tagihan kepada negara sebelum
berakhirnya masa kedaluwarsa. Kedaluwarsa dihitung
sejak tgl 1 januari tahun berikutnya. Ketentuan
kadaluwarsa dimaksud tidak berlaku untuk pembayaran
kewajiban bunga dan pokok pinjaman negara.

lanjutan
Pengelolaan investasi

Pemerintah dapat melakukan investasi jangka panjang


untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial dan atau
manfaat lainnya.

Investasi tersebut dilakukan dalam bentuk saham, surat


utang dan investasi langsung.

Investasi dan penyertaan modal Pemerintah pada


perusahaan negara/daerah /swasta ditetapkan dengan
peraturan pemerintah.
Pengelolaan barang Milik Negara.

Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil


Pemerintah pusat dalam kepemilikan aset negara
mengatur pengelolaan barang milik negara.

Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pengguna barang bagi


K/L yang dipimpinnya. Kepala Unit Kerja di lingkungan K/L
adalah kuasa pengguna barang di lingkungan unit kerja
ybs.

lanjutan

Penggna barang/Pengguna barang wajib mengelola barang dan


menatausahakan barang milik negara yang berada dalam
penguasaannya.
Barang milik negara yang diperlukan bagi penyelenggaraan tugas
pemerintahan tidak dapat dipindahtangankan.
Barang milik negara yang berupa tanah yang dikuasai
pemerintah harus disertifikatkan atas nama pemerintah.
Men Keu selaku BUN dalam menentukan ketentuan pelaksanaan
pensertifikatan tanah yang dimiliki dan dikuasai berkoordinasi
dengan lembaga yang bertanggungjawab di bidang pertanahan
nasional.
Bangunan milik negara harus dilengkapi dengan bukti status
kepemilikan yang ditatausahakan secara tertib.
Tanah dan bangunan milik negara yang tidak dimanfaatkan untuk
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi instansi, wajib
diserahkan kepada MenKeu.
Barang milik negara dilarang untuk diserahkan kepada fihak lain
sebagai pembayaran atas tagihan kepada pemerintah, serta tidak
boleh digadaikan atau dijadikan jaminan.

lanjutan

Penatausahaan APBN
Akuntansi Keuangan

Menteri Keuangan selaku BUN menyelenggarakan akuntansi atas


transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas dana, termasuk
transaksi pembiayaan dan perhitungannya.

Yang dimaksud dengan aset adalah sumberdaya, antara lain


uang, tagihan, investasi dan barang yang dapat diukur dalam
satuan uang serta dikuasai dan/atau dimiliki oleh Pemerintah dan
diharapkan memberi manfaat ekonomi/sosial di masa depan.

Menteri/Pimpinan K/L dan Kepala Satuan kerja selaku pengguna


barang/Kuasa pengguna anggaran menyelenggarakan akuntansi
atas transaksi keuangan, aset,utang dan ekuitas dana, termasuk
trnsaksi pendapatan dan belanja yang berada dalam
tanggungjawabnya.

Akuntasi dimaksud digunakan untuk menyusun Laporan


Keuangan sesuai dengan SAP.

Tiap-tiap K/L merupakan entitas pelaporan yang tidak hanya


wajib
menyelenggarakan
akuntansi,
tetapi
juga
wajib
menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban berupa Laporan
Keuangan.

lanjutan

Pengendalian Internal Pemerintah


Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, pasal 58 UU Nonor
1 tahun 2004 mengamanatkan kepada Pemerintah untuk
melaksanakan pengendalian internal dengan sebaik-baiknya.
Presiden
selaku
Kepala
Pemerintah
mengatur
dan
menyelenggarakan sistem pengendalian internal di lingkungan
pemerintahan secara menyeluruh.
Menteri Keuangan selaku BUN menyelenggarakan sistem
pengendalian internal di bidang perbendaharaan.
Menteri/Pimpinan K/L selaku Pengguna Anggaran dan Pengguna
Barang menyelenggarakan sistem pengendalian internal di
lingkungan kerjanya masing-masing.
Sistem pengendalian internal dimaksud ditetapkan dengan PP
dengan berkonsultasi dengan BPK.

lanjutan

Laporan Pertanggung jawaban Pelaksanaan


Anggaran Negara

Menjelang berakhirnya tahun anggaran Men Keu


selaku
PPKN
meminta
kepada
K/L
untuk
menyempaikan Laporan Keuangan K/L
atas
realisasi anggaran pada masing-masing K/L.

Berdasarkan Laporan Keuangan K/L disusunlah


Laporan secara menyeluruh atas Laporan Keuangan
Pelaksanaan APBN untuk disampaikan kepada
Presiden untuk selanjutnya disampaikan kepada
DPR untuk dibahas dan memperoleh persetujuan
dan pengesahan sebagai UU Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBN.

TATAP MUKA VIII


Pelaksanaan APBD
Prinsip dan tahapan pelaksanaan APBD.

Pada prinsipnya pelaksanaan APBD sama dengan


pelaksanaan APBN. Yang membedakan antara keduanya
hanyalah subyek pelaksana dan ruang lingkupnya,
dimana APBN berlingkup nasional, APBD Provinsi
berlingup regional dan APBD Kab/Kota berlingkup Lokal.

PPKD paling lama 3 hari sejak APBD ditetapkan,


memberitahukan kepada semua Kepala SKPD agar
menyusun rancangan DPA-SKPD.

Rancangan DPA-SKPD memerinci sasaran yang hendak


dicapai, program, kegiatan dan anggaran yang
disediakan untuk mencapai sasaran tsb dan rencana
penarikan dana tiap-tiap SKPD serta perkiraan
pendapatan yang akan ditarik oleh SKPD ybs.

lanjutan

Ketua SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada


PPKD paling lama 6 hari kerja setelah pemberitahuan.
TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD bersama
sama dengan Kepala SKPD paling lama 15 hari kerja sejak
ditetapkannya
Peraturan
Kepala
Daerah
tentang
penjabaran APBD.
Berdasarkan hasil verifikasi, PPKD mengesahkan rancangan
DPA-SKPD dengan persetujuan Sekretaris daerah.
DPA-SKPD yang telah disyahkan disampaikan kepada
Kepala SKPD, Satuan Kerja Pengawasan Daerah dan BPK
paling lama 7 hari kerja sejak tanggal disyahkan.
Berdasarkan DPA-SKPD ,Kepala SKPD melaksanakan
Program/kegiatan SKPD yang direncanakan.

lanjutan
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah

Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau


menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan
pemungutan berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk


membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh
peraturan perundang-undangan.

Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke


rekening kas umum daerah paling lama 1 hari kerja oleh
bendahara penerimaan dengan didukung oleh bukti yang
syah.

Semua penerimaan daerah dilakukan melalui rekening


kas umum daerah.

SKPD dilarang melakukan pungutan selain yang


ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

lanjutan

SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau


menerima
dan/atau
kegiatannya
berdampak
pada
penerimaan daerah wajib mengintensifkan pemungutan
dan penerimaan daerah tsb.
Komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama
dan dalam bentuk apapun yang dapat dinilai dengan uang
merupakan pendapatan daerah.
Semua penerimaan daerah dalam bentuk uang harus
segera disetor ke kas umum daerah, sedang yang
berbentuk barang menjadi milik/aset daerah yang dicatat
sebagai inventaris daerah.
Pengembalian atas kelebihan pajak, retribusi, pengembalian
tuntutan ganti rugi dan sejenisnya dilakukan dengan
membebankan pada rekening penerimaan ybs, kecuali
untuk pengembalian penerimaan yang terjadi tahun-tahun
sebelumnya dibebankan pada rekening belanja tidak
terduga.

lanjutan

Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah

Jumlah belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD


merupakan batas tertinggi untuk setiap pengeluaran.

Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran


belanja, jika untuk pengeluaran tsb, tidak tersedia atau
tidak cukup tersedia dana dalam APBD.

Setiap SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas


beban anggaran belanja daerah untuk tujuan lain dari
yang telah ditetapkan dalam APBD.

Pengeluaran daerah memperhatikan prinsip hemat,


tidak mewah, efektif, efisien sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.

Setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang


lengkap dan syah mengenai hak yang diperoleh fihak
penagih.

Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak


dapat dilakukan sebelum Raperda APBD ditetapkan
hanyalah pengeluaran yang bersifat mengikat dan yang
bersifat wajib.

lanjutan

Pembayaran
atas
beban
APBD
dapat
dilakukan
berdasarkan SPD atau DPA-SKPD atau dokuemn lain yang
dipersmakan dengan SPD.
Belanja Pegawai (gaji PNSD) dibebankan pada APBD.
Pemerintah
daerah
dapat
memberikan
tambahan
penghasilan kepada PNSD berdasarkan pertimbangan
obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan
daerah dan telah memperoleh persetujuan DPRD.
Dalam pelaksanaan pembayaran yang terkena pajak,
(PPh) dan pajak lainnya, bendahara pengeluaran sebagai
wajib pungut , wajib memungut dan menyetorkan seluruh
pungutannya ke rekening kas negara pada bank
pemerintah atau bank lain yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan dalam jangka waktu yang ditentukan.

lanjutan

Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah


Pengelolaan anggaran pembiayaan daerah dilakukan oleh
PPKD
Semua penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah
dilakukan melalui rekening kas umum daerah.
Untuk pencairan dana cadangan, pemindahbukuan dari
rekening dana cadangan ke rekening kas umum daerah
dilakukan berdasarkan rencana kegiatan, setelah jumlah dana
cadangan yang ditetapkan dalam Perda Dana cadangan
berkenaan mencukupi.
Pemindahbukuan tsb paling tinggi sejumlah pagu dana
cadangan yang akan digunakan untuk mendanai pelaksanaan
pelaksanaan anggaran dalam tahun anggaran berkenaan.
Pemindahbukuan dari rekening dana cadangan ke rekening
kas umum daerah
dilakukan dengan surat perintah
pemindabukuan oleh kuasa BUD atas persetujuan PPKD.

lanjutan

Penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan dilakukan sesuai


dengan ketentuan perndang-undangan yang barlaku.
Pencatatan penerimaan atas penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan didasarkan pada bukti penerimaan yang syah.
Penerimaan pinjaman daerah didasarkan pada jumlah
pinjaman yang akan diterima dalam tahun anggaran ybs,
sesuai dengan yang ditetapkan dalam perjanjian pinjaman
berkenaan.
Pinjaman dalam bentuk mata uang asing dibukukan dalam
nilai rupiah.
Penerimaan kembali pemberian pinjaman didasarkan pada
perjanjian pemberian pinjaman daerah sebelumnya, untuk
kesesuaian pengembalian pokok pinjaman dan kewajiban
lainnya yang menjadi tanggung jawab pihak peminjam.

lanjutan

Pelaksanaan pengeluaran pembiayaan mencakup


pelaksanaan
pembentukan
dana
cadangan,
penyertaan modal, pembayaran pokok utang dan
pemberian pinjaman daerah.
Jumlah
pendapatan
yang
disishkan
untuk
pembentukan
dana
cadangan
dalam
tahun
anggaran ybs, sesuai dengan jumlah yang
ditetapkan dalam peraturan daerah.
Pemindahbukuan jumlah pendapatan daerah yang
disihkan dan ditransfer dari rekening kas umum
daerah ke rekening dana cadangan dilakukan
dengan surat perintah pemindabukuan oleh kuasa
BUD atas persetujuan PPKD.

PEMERIKSAAN KEUANGAN
NEGARA
1.

2.

3.
4.

5.

Kompleksitas transaksi ekonomi dalam suatu


entitas dan banyak orang yang berminat thd lap.
Keu. tetapi tidak akrab dengan akuntansi.
Jarak fisik dan sempitnya waktu para stakeholder
dlm menguji data yang menjadi dasar dalam Lap.
Keu. dan tidak memiliki pengetahuan langsung
mengenai organisasi dan aktivitasnya.
Motif penyedia Lap. Keu. terlalu optimis sengaja
atau tidak.
Keterbatasan Lap. Keu. tidak bisa menjamin
bebas dari salah saji material dari pengolahan
data akuntansi.
Teori kontrak antara agen dan principle

KONSEP PEMERIKSAAN KEUANGAN


NEGARA
1.
2.
3.

4.
5.

6.

Proses yang sistematis (terencana dan logis).


Dalam mengumpulkan dan mengevaluasi BUKTIBUKTI secara obyektif.
Untuk menentukan apakah ASERSI yang sedang
periksa disajikan sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
Dan mengkomunikasikannya kepada stakeholder
(ATESTASI).
ASERSI adalah pernyataan/deklaralasi oleh pihak
yang bertanggung jawab tentang tindakan dan
peristiwa ekonomi yang terangkum dalam Lap. Keu.
ASERSI
akan
diuji
keberadaannya
dan
kelengkapannya.

HUBUNGAN ANTARA AUDITING DENGAN


AKUNTANSI

Perencanaan Audit
entitas organisasi melakukan proses akuntansi
atas semua transaksi yang terjadi dalam satu
tahun anggaran guna menyusun laporan keuangan.
Pemeriksa melakukan pengumpulan dan menguji
validitas dan reliabilitas bukti-bukti transaksi yang
dilaporkan dalam Laporan keuangan entitas.
Pemeriksa melnyusun hasil pemeriksaan (audit)
dan melaporkan kepada Seluruh Pemangku
Kepentingan,
guna
mengambil
keputusan
keuangan sesuai dengan kepentingannya di masa
yang akan datang.

PERBEDAAN ANTARA AKUNTANSI


DENGAN AUDITING
Akuntansi merupakan proses pecatatan dan
penyusunan
Laporan
Keuangan
berdasarkan
standar
akuntansi
yang
ditetapkan.
Auditing
merupakan
proses
penilaian/menguji
semua
bukti
bukti
transaksi terhadap laporan keuangan sesuai
standar akuntansi yang ditetapkan.

PEMERIKSAAN

Pemeriksaan dapat didefinisikan sebagai proses identifikasi,


analisis dan evaluasi masalah yang dilakukan secara
independen obyektif dan prefsional berdasarkan standar
pemeriksaan
untuk
menilai
kebenaran,
kecermatan,
kredibilitas dan keandalan informasi mengenai pengelolaan
dan tanggungjawab keuangan negara/daerah.
Keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat
pengelola keuangan negara/daerah sesuai dengan kedudukan
dan kewenangannya yang meliputi perencanaa, pelaksanaan,
pengawasan dan pertanggungjawaban atas keuangan negara
yang dilekolanya.
Tanggungjawab pengelolaan keuangan negara/daerah adalah
kewajiban pemerintah/daerah untuk mengelola keuangan
negara sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditentukan.

LINGKUP PEMERIKSAAN
1.PEMERIKSAAN ATAS PENGELOLA KEUANGAN NEGARA
2.PEMERIKSAAN ATAS TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA
1 & 2 meliputi unsur-unsur keuangan Negara yaitu :
A. HAK NEGARA UNTUK :
..
Memungut Pajak
..
Mengeluarkan Dan Mengedarkan Uang
..
Melaksanakan Pinjaman
B. KEWAJIBAN NEGARA UNTUK :
..
Memberikan pelayanan umum,
..
Membayar kepada pihak ketiga
C. PENERIMAAN NEGARA DAN DAERAH;
D. PENGELUARAN NEGARA DAN DAERAH;
E. EKAYAAN NEGARA YANG DIKELOLA SENDIRI DAN YANG DIPISAHKAN;
F. KEKAYAAN PIHAK LAIN YANG DIKUASAI OLEH PEMERINTAH;
G. KEKAYAAN PIHAK LAIN YANG DIPEROLEH DENGAN MENGGUNAKAN FASILITAS
YANG DIBERIKAN PEMERINTAH

PEMERIKSAAN KEUANGAN
Adalah pemeriksaan atas Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah Daerah
yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
dalam rangka memberikan pernyataan Opini
tentang tingkat kewajaran informasi yang disebutkan
dalam laporan keuangan.
Laporan Keuangan yang dimaksud adalah :
a. Laporan realisasi Anggaran;
b. Laporan operasional
c. Neraca
d. Laporan Arus Kas
e. Laporan Saldo Anggaran Lebih
f. Laporan Perubahan Ekuitas
g. Catatan atas Laporan Keuangan di atas
h. Lampiran yang terdiri dari Laporan Keuangan BUMN/BUMD,
i. Laporan Badan Layanan Umum

OPINI HASIL PEMERIKSAAN


Adalah pernyataan profesional pemeriksa mengenai
kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam
Laporan Keuangan berdasarkan beberapa kriteria
yaitu sebagai berkut :
a. Sesuai dengan standar Akuntansi Pemerintahan
b. Kecukupan dalam pengungkapannya
c.Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan
d. Efektifitas dalam sistem Pengendalian Intern
Jenis Opini BPK meliputi: (1) WTP; (2) WDP; (3) Tidak Wajar dan
(4) menolak memberikan Opini.

PEMERIKSAAN KINERJA

adalah proses yang sistmatis untuk memperoleh dan mengevaluasi


bukti-bukti secara objektif agar dapat melakukan penilaian atas
aspek ekonomis, efisiensi, dan efektivitas operasi atau kegiatan dan
kepatuhan terhadap kebijakan serta peraturan yang berlaku,
menentukan kesesuaian antara kinerja yang dicapai dengan target
kinerja
yang
ada
serta
kinerja
masa
lalu
serta
mengkomunikasikannya kepada pihak pengguna laporan tersebut.
(Malan, Marsdiasmo 2002).

adalah Pemeriksaan atas aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas


yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat
pengawasan intern pemerintah. Tujuan Pemeriksaan Kinerja ini
adalah untuk mengidentifikasi hal-hal yang perlu menjadi perhatian
Dewan Perwakilan Rakyat. Sedangkan bagi Pemerintah Pemeriksaan
ini dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai oleh keuangan
Negara/Daerah diselenggarakan seekonomis mungkin, efisien dan
efektif. (Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004)

Menurut The General Accounting Standart


Pemeriksaan ekonomis dan efisiensi dilakukan untuk
mengetahui apakah entitas yang diperiksa telah :
a. Mengikuti pelaksanaan pengadaan barang dan
jasa
secara sehat
b. Melakukan pengadaan sumber daya sesuai
dengan jumlah, jenis, dan mutu yang di butuhkan
dan ditetapkan dengan biaya yang paling rendah.
c. Menghindari penyusunan program dan kegiatan
yang
duplikatif.
d. Menggunakan prosedur kerja yang efisien.

UNTUK MENGETAHUI APAKAH TELAH


MENGHASILKAN
OUTPUT YANG OPTIMAL

Pemeriksa dapat membandingkan dengan :


a. Standar Output yang telah ditetapkan
b. Kinerja tahun yang lalu
c. Kinerja organisasi lain yang fungsinya hampir
sama.

PEMERIKSAAN ATAS ASPEK EKONOMI


DAN EFEKTIVITAS
Pemeriksaan terhadap aspek ekonomi dilakukan
dengan cara membandingkan dan mencermati
dari dekat antara input anggaran yang diproses
menjadi input bahan mentah, peralatan, tenaga
kerja/personel dan jasa lainnya apakah dapat
dilaksanakan dengan menghindari pemborosan
penggunaan sumber-sumber ekonomi
Pemeriksaan
terhadap efektivitas dilakukan
dengan membandingkan secara lebih dekat
apakah output yang dihasilkan dapat digunakan
dan dimanfaatkan sebagaimana tujuan program

Вам также может понравиться