Вы находитесь на странице: 1из 30

Kelompok 2

Study Islam
Psik B 2015
Nida Fauziyah 11151040000057
Salma Zahidah 11151040000058
Ani Selfi Yulianti 11151040000059
Farah Nur Azizah 11151040000060

Aspek Filsafat dalam Islam


Secara etimologis,kata filsafat atau falsafah
berasal dari bahasa Yunani,yakni dari kata philo yang
berarti cinta,suka dan senang, serta kata Sophia yang
berarti pengetahuan dan kebijaksanaan. Dengan
demikian,philosophia berarti cinta,senang atau duka
kepada pengetahuan,hikmah dan kebijaksanaan.

Selanjutnya kata Islam berasal dari bahasa


Arab aslama, yuslimu islaman yang berarti
patuh, tunduk, berserah diri, serta memohon
selamat dan sentosa. Kata tersebut berasal dari
salama yang berarti selamat, sentosa, aman, dan
damai. Selanjutnya Islam menjadi suatu istilah
atau nama bagi agama yang ajaran-ajarannya
diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia
melalui Nabi Muhammad Saw.

Yang dimaksud dengan filsafat Islam itu sendiri


terdapat beberapa pengertian dari sejumlah pakar.
Musa Asyari misalnya, berpendapat bahwa filsafat
Islam dapatlah diartikan sebagai kegiatan pemikiran
yang bercorak Islami. Islam disini menjadi jiwa yang
mewarnai suatu pemikiran. Filsafat disebut Islami
bukan Karena yang melakukan aktvitas kefilsafatan
itu orang yang beragama Islam, atau orang yang
berkebangsaan Arab atau dari segi objeknya yang
membahas mengenai pokok-pokok keislaman.

Amin Abdullah. Dalam hubungan ini ia


mengatakan: Meskipun saya tidak setuju untuk,
mengatakan bahwa Filsafat Islam tidak lain dan tidak
bukan adalah rumusan pemikiran Muslim yang
ditempeli begitu saja degan konsep filsafat Yunani,
namun sejarah mencatat bahwa mata rantai yang
menghubungkan gerakan pemikiran filsafat Islam era
kerajaan Abbasiyah dan dunia luar di wilayah Islam,

tidak lain adalah proses panjang asimilasi dan


akulturasi kebudayaan Islam dan kebudayaan Yunani
lewat karya-karya filosof Muslim, seperti Al-Kindi (185
H/801 M 260 H/873 M), Al- Farabi (258 H/870 M
339 H/950 M), Ibn Miskawaih (320 H/923 M 421
H/1030 M). Ibn Sina (370 H/980 M 428 H/1037 M),
Al-Ghazali (450 H/1058 M 505 H/1111 M), dan Ibn
Rusyd (520 H/1126 M 595 H/1198 M),

Filsafat pofetik (kenabian), sebagai contoh,


tidak dapat kita peroleh dari karya-karya Yunani.
Filsafat kenabian adalah trade mark filsafat Islam.
Juga karya-karya Ibn Bajjah (wafat 533 H/1138 M),
Ibn Tufail (wafat 581 H/1185 M) adalah spesifik dan
orisinal karya filosof Muslim. Memang Al-Quran
membawa cara yang sama sekali baru untuk melihat
Tuhan dan alam, dan juga membahas hukum-hukum
yang tidak dapat diredusir dalam filsafat Yunani.

Damardjati Supadjar berpendapat bahwa dalam


istilah filsafat Islam terdapat dua kemungkinan
pemahaman konotatif. Pertama, filsafat Islam dalam arti
filsafat tentang Islam yang dalam bahasa Inggris kita
kenal sebagai Philosophy of Islam. Dalam hal ini Islam
menjadi bahan telaah, objek material suatu studi dengan
sudut pandang atau objek formalnya, yaitu filsafat.

Jadi, disini Islam menjadi genetivus objectivus.


Kemungkinan kedua, ialah filsafat Islam dalam arti
Islamic Philosophy, yaitu suatu filsafat yang Islami.
Disini Islam menjadi genetivus objectivus, artinya
kebenaran Islam tersebar pada daratan kefilsafatan.

Tokoh-tokoh filsafat muslim


Nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Yaqub Ibn Ishaq
al-Kindi. Ia lahir di Kufah (796 M), dan meninggal di
Baghdad (873 M). Ia berasal dari keluarga bangsawan
Arab dan Kindah di Arabia Selatan. Orang tuanya
sebagai Gubernur Bashrah. Dimasa kecil ia belajar di
Bashrah kemudian pindah ke Baghdad. Dialah satusatunya filsuf Islam yang berasal dari keturunan Arab
dan karenanya ia disebut Failasauf al-Arab (Filsuf
Orang Arab).

Al-Kindi bukan hanya sebagai seorang filsuf, tetapi


juga seorang ilmuwan yang menguasai ilmu-ilmu
pengetahuan yang ada pada zamannya. Buku buku yang
ditinggalkannya mencakup berbagai cabang ilmu
pengetahuan, seperti matematika, geometri, astronomi,
farmakologi (teori dan cara pengobatan), ilmu
hitung,ilmu jiwa.optika,politik dan music.

Berkaitan dengan pemikiran filsafatnya, antara


lain berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Filsafat tentang Tuhan
Menurut al-Kindi, bahwa Tuhan tidak mempunyai
hakikat dalam arti aniah dan mahiah. Tidak aniah karena
Tuhan tidak termasuk dalam benda benda yang ada
dalam alam, bahkan Ia adalah Pencipta alam. Ia tidak
tersusun dari materi dan bentuk (al-hayula wa alshurah). Tuhan bagi al-Kindi adalah pencipta dan bukan
penggerak sebagai pendapat aristoteles.

2. Filsafat tentang Alam


Alam bagi al-Kindi bukan kekal di zaman lampau
(qadim), tetapi mempunyai permulaan. Karena itu, ia
lebih dekat dalam hal ini pada filsafat Plotinus yang
mengatakan bahwa Yang Mahasati adalah sumber dari
alam ini dan sumber dari segala yang ada. Alam ini
adalah emanasi dari Yang Mahasatu. Tetapi paham
emanasi ini kelihatannya tidak jelas dalam filsafat alKindi.

3.

Hubungan Filsafat dan Agama


Menurut al-Kindi bahwa antara filsafat dan agama tidak
ada pertentangan,ilmu tauhid atau teologi adalah cabang
termulia dari filsafat. Filsafat membahas tentang kebenaran
atau hakikat sesuatu. Kalau ada hakikat hakikat mesti ada
hakikat pertama (Al-Haqq al-Awwal). Hakikat pertama itu
adalah Tuhan. Dengan demikian, pemikiran filsafat sejalan
dengan agama yang juga membicarakan tentang adanya
Tuhan.
4. Falsafah tentang jiwa
Menurut al-Kindi, bahwa jiwa manusia mempunyai tiga
daya, yaitu daya bernafsu yang berpusat diperut, daya berani
yang

berpusat didada, dan daya berpikir yang berpusat di kepala.


Daya berpikir inilah yang selanjutnya disebut akal. Dalam
pemikiran filsafatnya ini, al-Kindi banyak dipengaruhi oleh
Aristoteles, Plato dan Plotinus.
2. Al-Farabi
nama lengkapnya adalah Abu Nasr Muhammad Ibn
Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzlagh al-Farabi. Ia lahir di
Farab, Transoxania (872 M), dari keturunan Turki dan
meninggal di Damsyik (950 M), dalam usia 80 tahun.
Ayahnya seorang panglima perang dinasti Samani yang
dapat memperoleh kekuasaan otonom atas daerah
Transoxania dan Persia dari tahun 874 M hingga tahun 999
M.

Al-Farabi menulis sejumlah buku antara lain


berkaitan dengan logic, ilmu politik, etika, fisika, ilmu
jiwa, metafisika, matematika, kimia, music, dan
sebagainya. Berkaitan dengan pemikiran filsafatnya
dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Filsafat tentang pencipta alam
Dalam filsafat emanasi (pancaran) ini ia menerangkan
bahwa segala yang ada memancar dari zat Tuhan
melalui akal-akal yang berjumlah sepuluh.

2. Filsafat tentang Jiwa dan Akal


Menurut pemikrannya, bahwa akal mempunyai tiga
tingkatan, yaitu akal al-hayulani (materi), bi al-fiil
(actual) dan al-mustafad (adeptus,acquired). Akal
pada tingkat terakhir inilah yang dapat menerima
pancaran yang dikirim Tuhan melalui akal-akal
tersebut.
3. Filsafat tentang Politik
Filsafatnya mengenai politik ia dijelaskan dalam
buku Arau Ahl al-Madinah al-Fadhilah. Menurutnya,
bahwa Negara yang

terbaik adalah Negara yang dipimpin oleh seorang rasul


dan kemudia yang dipimpin oleh filsuf.
4. Filsafat tentang Wujud
Menurutnya bahwa wujud dapat dibagi kedalam
wujud yang wajib dan mungkin. Wujud yang wajib
adalah wujud yang tidak mempunyai sebab bagi
wujudnya, dan itulah yang selanjutnya disebut Tuhan.

3. Ibnu Sina
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Husain Ibn
Abdillah Ibn Sina. Ia lahir pada tahun 980 M di Isfahan,
suatu tempat di dekata Bukhara. Orang tuanya sebagai
pegawai tinggi pada pemerintahan dinasti Usmani. Ia
meninggla dunia di Isfahan (1073 M). Dimasa kecil
iabelajar tentang bahasa Arab, geometri,fisika, logika,
ilmu hukum islam,teologi islam dan ilmu kedokteran.
Dalam usia 17 tahun ia telah menjadi seorang dokter
yang terkenal dan berhasil mengobati pangeran Saman
Nuh Ibn Mansur.

Setelah orang tuanya meninggal dunia, ia


meninggalkan Bukhara dan pergi ke Jurjan untuk
bekerja di Istana Pangeran Ali Ibn al-ma,mum.
Adapun pemikirannya dalam bidang filsafat
meliputi paham emanasi, wujud, jiwa dan akal.
Paham emanasi dan akal-akal baginya adalah
melekat. Adapun wujud ia bagi kedalam tiga
bagian, yaitu wujud yang wajib, mungkin dan
mustahil. Adapun filsafatnya tentang jiwa dan akal
lebih terperinci dan sempurna dari filsafat al-Farabi
sebagaimana telah disinggung sebelumnya.

Tentang Roh dan Kelangsungan hidup


Gambaran tentang pembagian roh secara lebih terang
dan lebih baik kedalam beberapa bagian dan tentang
daya yang ada padanya, diberikan oleh Ibn Sina sebagai
berikut :
1. Roh tumbuh tumbuhan yang memiliki daya makan
(al-ghaziyah), tumbuh (al-munmiyah) dan berkembang
(al-muwalidah).
2. Roh binatang (al-hayawanat) yang memiliki daya
gerak (al-muharrikah), dan menangkap yang terbagi
dua, yaitu :

1. Menangkap dari luar dengan menggunakan


pancaindra
2. Menangkap dari dalam yang menggunakan :
a. Indra bersama (al hiss al musytarak) yang
menerima segala apa yang ditangkap oleh pancaindra.
b. Representasi (al-khayal) yang menyimpan segala
apa yang diterima indra bersama
c. Imajinasi (al-mutakhayyilah) yang menyusun apa
yang tersimpan dalam representasi

d. Estimasi (al-wahmiyah) yang menangkap hal hal


abstrak yang terlepas dari materinya, umpamanya
keharusan lari bagi kambing yang melihat serigala
Rekoleksi (al-hafidzah) yang menyimpan hal-hal
asbtrak yang disusun oleh estimasi.
C. Roh manusia dengan dua daya yaitu :
Praktis (al-amilah) yang hubungannya dengan badan
dan materi
Teoritis
(al-amilah atau al-nadzariyah) yang
hubungannya dengan hal-hal abstrak.

Daya ini mempunyai tingkatan tingkatan :


1. Akal materiil (al-aql al-hayulaniy) yang baru
mempunyai potensialitas untuk berfikir dan belum
dilatih walaupun sedikit
2. Intellectus in habitu (al-aql bi al-malakah) yang telah
mulai dilatih untuk berfikir tentang hal-hal yang abstrak
3. Akal actual (al-aql bi al-fil) yang tekah dapat
berpikir tentang hal hal abstrak
4. Acquired intellect (al-mustafad) yang telah sanggup
berpikir tentang hal hal abstrak dengan tak perlu lagi
pada daya upaya.

Kalau filosof-filosof tersebut di atas menyesuaikan


filsafat mereka dengan Al- Quran, ada seoranf
filosof dalam Islam, yaitu Abu Bakr Muhammad Ibn
Zakaria Al- Razi (864-925 M), yang tidak mengambil
sikap demikian. Falsafatnya berkisar sekitar doktrin
Lima Kekal yaitu Tuhan, Roh Universal, Materi
Pertama, Ruang Absolut, dan Masa Absolut.

Materi pertama adalah kekal, karena creatio exnihilo tidak mungkin. Materi mengambil tempat, dan
oleh karena itu Ruang Absolut nesti kekal pula

Dan karena materi mengalami perubahan dan


perubahan menandakan waktu, maka Masa Absolut
mesti pula kekal. Apa sebab roh mesti kekal tidak jelas.
Al- Razi adalah seorang rasionalis yang hanya
percaya pada akal dan tidak percaya pada wahyu.
Menurut keyakinannya akal manusia cukup kuat untuk
mengetahui adanya Tuhan, apa yang baik dan apa yang
buruk, dan untuk mengatur hidup manusia di dunia ini.

Oleh karen aitu Nabi dan Rasul tak perlu, bahkan


ajaran-ajaran yang mereka bawa menimbulkan
kekacauan dalam masyarakat manusia. Semua agama
ia kritik. Al- Quran baik dalam bahasa maupun
isinya bukanlah mukjizat.

Tetapi sungguhpun ia menentang agama-agama,


Al- Razi bukanlah seorang ateis. Ia tetap percaya
kepada Tuhan sebagai pengatur alam ini. Dalam
falsafatnya mengenai hubungan manusia dengan
Tuhan ia dekat pada falsafat-falsafat Pythagoras,

yang memandang kesenangan yang sebenarnya ialah


kembali kepada Tuhan dan meninggalkan dunia ini
Untuk kembali ke Tuhan orang harus terlebih dahulu
mensucikan diri dengan memusatkan pemikiran pada
ilmu pengetahuan dan falsafat. Al- Razi dekat
menyerupai seorang zahid dalam hidup kemateriannya,
tetapi ia menganjurkan moderasi, jangan sampai tidak
makan dan berpakaian. Orang harus makan dan
berpakaian sekedar untuk memelihara diri.

Model Penelitian Filsafat


islam
1.
2.

3.

Model M. Amin Abdullah


Model Otto Horrassowits, Majid Fakhry,
dan Harun Nasution
Model Ahmad Fuad Al- Ahwani

THANK YOU

Вам также может понравиться