Вы находитесь на странице: 1из 34

BUNGA

(FLOS)
Hery Purnobasuki

- Konsep bunga ? tidak ada fosil


- Homolog dengan pucuk vegetatif dan daun hijau
- Berkembang dari sistem cabang ?
- Dipandang sebagai suatu batang atau cabang pendek
yang berdaun dan telah mengalami perubahan bentuk
STRUKTUR BUNGA
- Terdiri dari bagian steril dan fertil (reproduktif)
- Susunan daun bunga

- Karpel

spiral dan karangan


berlekatan atau bebas
(kohesi/adnasi)

Menyusun ginesium (bakal buah, bakal biji,


tangkai putik & kepala putik)

Struktur bunga
Angiospermae

SEM of floral organs. (A-F) Petals of 3-week-old wild-type (A-C) and the T1 group I plants (line-6) (D-F). (A) Wild
type. (B) A close-up of the boxed region in (A). (C) Further magnification of the epidermal cells in (B). (D) Line-6.
(E) A close-up of the boxed region in (D). (F) Further magnification of the epidermal cells in (E). (G) A wild-type
stamen. (H) Filamentous epidermal cells of the wild type. (I) A mature wild-type anther with pollen released. (J) A
line-6 stamen. (K) Filamentous epidermal cells of line-6. (L) A line-6 anther being indehiscent at the same stage
as that in (I). (M-R) Gynoecium phenotypes of wild type and group-I 35::MIR167b transgenic plants. (M) A wildtype gynoecium. (N) A close-up of the boxed replum region in (M). (O) A close-up of the style in (M). (P) A line-6
gynoecium. (Q) A close-up of the boxed replum region in (P). (R) A close-up of the style in (P). Bars = 1 mm in (A)
and (D); 50 m in (B) and (E); 10 m in (C) and (F); 0.5 mm in (G), (J), (M), and (P); 20 m in (H), (K), (N), and
(Q); 0.2 mm in (I) and (L); and 100 m in (O) and (Q).

HISTOLOGI SEPAL DAN PETAL


Menyerupai daun dan terdiri dari epidermis abaksial dan
adaksial
3-10 lapisan sel isodiametris yang tak terdiferiansi
(mesofil)
Banyak ruang antar sel dan terdapat berkas pengangkut
Terkadang dijumpai idioblas / hipodermis
Sepal berwarna hijau dan berfotosintesis
Petal warna lebih bervariasi

Cellular structure of petals in wild type and wps1. (A-D, I) Crossing sections of a wild type flower. (E-H, J)
Crossing sections of a wps1 flower. (B-D, I) Close-up of different regions in petals of wild type (from the red
marks in A), and 6 to 7 layers of cells in standard (I). (F-H, J) Close-up of knotted regions in petals of wps1
(from the red marks in E), and the malformed and unorganized cells in a knotted region (J). (A-H) Bar =
100 m; (I, J) Bar= 50 m.

Cellular morphology of adaxial epidermal layer in petals of wild type and wps1. (A-C) Representative cell types in
different petals of wild type. (D-F) Representative cell types in different petals of wps1 mutant. (A, D) Conical
cells appear in the standards of both wild type and wps1 mutant. (B, E) Cells with interlocking jigsaw shape in the
wings of both wild type and wps1 mutant. (C, F) typical epidermal cells of keels in both wild type and wps1 mutant
share the similar shape, but the width of cells in wps1 (F) is larger than that of wild type (C). Bar= 10 m.

a. Merah (ruber), kemerah-merahan (rubescens), ros (roseus), merah jambu


(rubens), merah batu (latericius)
b. Putih (albus), keputih-putihan (albescens), pucat (pallidus)
c. Kuning (flavus), kekuning-kunigan (flavescens), kuning menyala (luteus),
kuning jeruk (citrinus), kunig belerang (sulfureus), oranye (aurantiacus)
d. Coklat/sawo matang (brunneus), coklat kotor (luridus), coklat hitam atau
coklat abu (fuscus), coklat kuning, pirang (fulvus), coklat berkarat
(ferrugineus)
e. Ungu (violaceus), merah lembayung (purpureus), keungu-unguan
(purpurascens), ungu pucat (lilacinus)
f. Hijau (viridis), kehijau-hijauan (virescens), hijau kebiru-biruan
(glaucescens), hijau laut (glaucus)
g. Kelabu (griseus), keabu-abuan (cinereus), kelabu muda (caesius)
h. Hitam (niger)
i. Biru (caeruleus), biru langit (azureus), kebiru-biruan (caerulescens)

Sepal tidak selalu akan gugur


Manggis (Garcinia mangostana L.)
Apel (Malus silvestris Mill.)
Kecubung (Datura metel L.)
Teh (Camellia sinensis)
Dijumpai kelopak tambahan (epicalyx)
Kapas (Gossypium acuminatum Roxb.)
Kembang sepatu (Hisbiscus rosa-sinensis L.)
Bisa berlekatan (gamosepalus) atau terpisah
(polysepalus)

BENANG SARI (Stamen)


a. Tangkai Sari (Filamentum)
Berbentuk silinder dan cukup panjang
Berstruktur sederhana dan terdapat berkas pengangkut
Beberapa helai filamen dapat berlekatan dan bergabung
membentuk sebuah pembuluh tabung atau pipa
Satu tukal (monadelphus)
Dua tukal (diadelphus)
Banyak tukal (polydelphus)
Pada Rhoeo discolor ditemukan adanya rambut filamen

b. Kepala Sari (Anthera)


Pada Angiospermae umumnya tetrasporangiat
dengan dua lobus
Berdasarkan perkaitannya dengan tangkai sari ada
beberapa bentuk kepala sari:
Berdiri tegak (innatus) pada ujung tangkai sari
Melekat seluruhnya (adnatus) pada seluruh tangkai
sari
Hanya bagian tengah saja yang melekat (versatilis)

Dinding anthera tersusun atas beberapa lapisan sel


(epidermis, endotesium, lapisan tengah dan tapetum)

Endotesium membentuk penebalan yang tak rata,


terutama di dinding radial dan tangensial
Pengerutan differensial yang terjadi pada endotesium
ketika antera mengering saat matang, memudahkan
terjadinya retakan atau celah pada antera untuk
membebaskan serbuk sari keluar
Membukanya anthera dari celah atau stomium atau
stomata yang tak berfungsi
Sel tapetum bersifat sekretori dan penuh sitoplasma
padat
Tapetum diserap serbuk sari yang sedang berkembang

c. Serbuk Sari (Pollen)


Merupakan hasil mikrosporogenesis (mikrospora) dalam
anthera
Butiran bersimetri radial atau bilateral
Terdapat berbagai variasi pahatan permukaan, ukuran
dan bentuk
Terdapat apertura (tempat munculnya tabung polen)
Dinding serbuk sari lapisan intin dan eksin (neksin dan
seksin)
Berperan dalam taksonomi di taraf familia atau di
bawahnya

Erdtman (1952) membedakan antara tipe-tipe apertur


yang berbeda, diantaranya:
1. Sulkus, kerutan memanjang yang tegak lurus terhadap sumbu yang
membujur, di kutub butir polen (Gb. 1, 2)
2. Kolpa, kerutan memanjang dengan sudut tegak lurus terhadap
bidang equator, akhir dari kerutan langsung menghadap kutub butir
polen (Gb. 3, 4)
3. Ruga, kerutan memanjang dengan arah yang berbeda dari kedua
tipe di atas (Gb. 5)
4. Porus, apertur bundar. Bila jumlah porinya sedikit, porus hanya
terdapat di daerah equator, tetapi jika dalam jumlah besar dapat
terbentuk di seluruh permukaan butir polen (Gb. 6, 7, 8)

7
1

Ginesium
Terminologi keseluruhan karpel bunga (bebas atau bersatu)

Karpel
Pada satu bunga dapat ditemukan satu helai karpel atau
lebih
Karpel lepas atau tunggal (ginesium apokarp) dan karpel
berlekatan (ginesium sinkarp)
Inisiasi pembentukan ginesium diawali adanya pelipatanpelipatan karpel (involusi)
Pada ginesium biasanya dapat dibedakan bagian bawah
yang fertil (ovarium dan ovulum), bagian tengah yang steril
(stilus) dan yang paling ujung (stigma)

PUTIK (Pistillum)
a. Kepala Putik (Stigma)
Terletak di ujung tangkai putik
Bentuk bermacam-macam dan mengeluarkan lendir
yang mengandung gula, protein dan zat organik lainnya
Merupakan media polinasi tumbuhan
Mempunyai dua tipe (stigma basah dan stigma kering)
Dalam satu bunga terdapat 1 atau lebih putik

b. Tangkai Putik (Stylus)


Bagian dari karpel yang berupa pipa atau tabung
panjang ke atas dan merupakan tiang penghubung
antara kepala putik dan bakal buah
Pada ginesium sinkarp, tangkai putik berasal dari semua
karpel, yang dapat bersatu atau tetap terpisah
Dapat berongga atau padat
Beberapa tanaman membentuk putik yang tidak
bertangkai sehingga kepala putiknya duduk (sessilis)
Di dalam tangkai putik terdapat canalis stylinus dan
jaringan transmisi

c. Bakal Buah (Ovarium)


Bagian putik paling bawah dan duduk di atas dasar bunga
(receptaculum)
Terdiri dari dinding bakal buah dan ruang bakal buah yang
dipisahkan oleh sekat pemisah
Pada bagian dinding dalam (adaksial) terdapat plasenta
yang menghubungkan dengan bakal biji (ovulum) melalui
funikulus
Letak bakal buah di dasar bunga beragam di
antara spesies tumbuhan
Berdasarkan letaknya plasenta dapat
dibedakan menjadi: marginal, laminar,
parietal, aksiler dan sentral

Contoh posisi bakal buah pada beberapa jenis tanaman


Nama Daerah

Nama Latin

Bakal Buah

Tanjung
Kacang Tanah
Kacang Hijau

Mimusops elengi L.
Arachis hypogea L.
Phaseolus radiatus L.

Superus
Superus
Superus

Bakung
Sedap Malam
Ketimun

Crinum asiaticum L.
Polianthes tuberosa L.
Cucumis sativus L.

Inferus
Inferus
Inferus

Krokot
Gunda
Bakau

Portulaca oleracea L.
Sphenoclea zeylanica Graertn.
Rhizophora mucronata Lamk.

Semi inferus
Semi inferus
Semi inferus

Ruang ovarium
-Unilocularis
-Bilocularis
-Trilocularis
-Tetralocularis
-Pentalocularis
-Polylocularis

K (5), C 5, A (), G (5)

Susunan dan
diagram
rumus bunga

c. Bakal Biji (Ovulum)


Melekat pada dinding ovarium dengan tangkai bakal biji
(funikulus) yang membentuk pusat bakal biji (hilus)
Terdiri dari inti bakal biji (nuselus) yang dikelilingi lapisan
kulit bakal biji luar dan dalam (integumen)
Kedua integumen mengelilingi suatu saluran yang
bermuara di pori yang disebut mikrofil
Daerah nuselus, integumen dan funikulus berhubungan dan
disebut kalaza
Tabung sari tumbuh dan masuk ke bakal biji melalui mikrofil
Kalaza, hilus dan mikrofil adalah tiga titik penting yang
menentukan tipe bakal biji

TUGAS
Artikel ilmiah struktur anatomi bunga (review atau
hasil penelitian) dalam bentuk hard copy disertai
keterangan sumbernya yang jelas (jurnal atau web
site)
Ditulis nama dan NIM di bagian atas halaman
pertama, maksimal satu artikel untuk 2 orang
Masing-masing artikel tidak boleh sama judulnya
Dikumpulkan paling lambat Senin minggu depan (11
Juni 2007)

TUGAS
Untuk keperluan seminar tanggal 18 juni 2007, maka dibentuk
10 kelompok dengan anggota 5-6 orang. Judul paper yang
akan diseminarkan harap didaftarkan mulai hari ini sampai
dengan tanggal 11 Juni 2007.
Silakan memilih topik dari bab awal sampai bab hari ini yang
berkaitan dengan struktur anatomi organ-organ tumbuhan.
Serahkan hard copy artikel 3 eks.
Bahan presentasi dibuat dalam format power point dengan
waktu presentasi + 10 menit per kelompok.

Вам также может понравиться