Вы находитесь на странице: 1из 34

GAYA SELINGKUNG

DAN
PANDUAN PENULISAN

Gaya (style) adalah konvensi tata keseragaman dalam tulismenulis, yang antara lain meliputi:
penggunaan tanda baca, pengapitalan nama atau istilah tertentu,
pemiringan huruf, pengejaan kata majemuk, saat tepat
penggunaan angka atau singkatan, serta juga mencakup
kebiasaan penyajian naskah, perancangan tabel dan indeks, dan
penulisan bibliografi serta catatan kaki sesuai dengan bidang
kespesialisannya.

Adapun format (format) adalah pola yang


dimapankan oleh bentuk, ukuran, lebar pinggir, dan
penempatan bagian tercetak, serta juga pemilihan tipe huruf,
yang kesemuanya tertuang secara harmonis, selaras, dan
berimbangan sehingga dihasilkan halaman yang tata
peletakan segala sesuatunya sedap dipandang.

Gaya dan format berkala yang dibakukan


untuk keperluan suatu lingkungan penerbitan umumnya
disebut gaya selingkung (in-house style).
Dalam kaitannya dengan berkala ilmiah, faktor keteknisan
substansi dan kedalaman perincian isinya juga
diperhitungkan untuk menubuhkan suatu gaya
selingkungnya.

Dengan demikian gaya selingkung suatu


berkala merupakan konvergensi keseluruhan upaya
penubuhan kebakuan dan wahana pengungkapan serta
penyampaian pesan dan kesan secara bertaat asas, dengan
sangat memerhatikan jati diri dan penciri kepribadiannya.

Dari sini tersirat bahwa gaya selingkung


tumbuh dan berkembang dalam suatu rentang waktu dan
menjadi matang sesudah kemantapannya memapankan diri,
yang dapat terjadi sebagai akibat kegiatan pengasuhnya
dalam menggariskan kebijakannya mengenai:
gaya dan format
tingkat keteknisan dan kedalaman isi
bentuk dan penampilan perwajahan
ukuran pangkas serta tebal terbitan dan jilid
keberkalaan

Gaya selingkung bersifat dinamis, sehingga sambil


berjalan terjadi perubahan-perubahan evolusioner menuju
perbaikan dan penyempurnaan pengembangannya, yang
semuanya dilakukan secara sadar dan bersistem untuk
mencapai suatu keunikan kepribadian serta kemandirian
penjati diri yang khas.

Kesemuanya diperoleh jika para pengelola


berkala berhasil menggalang pola, kebiasaan, dan gaya setiap
pribadi penyumbang naskah menjadi selaras dengan gaya
selingkung penerbitan yang dianut, dipegang, dipelihara,
dimapankan, dimantapkan, dan dikembangkan.

Karena mati hidup suatu berkala bergantung


pada keterlibatan banyak pihak, dapat dimengerti jika
banyak faktorbaik yang berasal dari luar maupun dari
dalam berkalasangat memengaruhi perkembangan
kemapanan gaya selingkungnya secara langsung.

Faktor dalam yang besar pengaruhnya pada


gaya selingkung berkala tertumpu pada kegigihan dan
kekukuhan para penyunting dalam memertahankan gawang
gaya selingkungnya, terutama dalam menghadapi
penyumbang naskah yang memiliki autoritas besar.
Kesungkanan mengubah naskah atasan atau pakar yang
ditokohkan untuk menyesuaikannya dengan patokan yang
telah dibakukan dapat menyebabkan terjadinya gangguan
dalam menjaga kemapanan gaya selingkung.

Dalam hal ini para penyunting harus


menyadari fungsi sosialnya sebagai salah satu unsur
penentu dan pemandu pengembangan kebudayaan
bangsanya yang memiliki nilai kelanggengan hakiki jika
dibandingkan dengan autoritas temporal sang atasan atau
sang tokoh.

Perkembangan teknologi berdampak besar


terhadap upaya pemapanan gaya selingkung. Kemajuan
teknik percetakan seperti tersaksikan dalam beberapa tahun
terakhir oleh kemudahan yang disediakan komputer dengan
teknologi informasi dan komunikasinya yang penuh pesona
telah mengubah berbagai pendekatan pengolahan naskah dan
pengelolaan produksi berkala.

Gara-gara perkembangan keadaan produksi


dan perdagangan kertas, UNESCO merekomendasikan
agar berkala ilmiah diterbitkan dengan ukuran A4.
Sebagai akibatnya satu demi satu berkala- berkala ilmiah
internasional yang terkenal (seperti Transaction of British
Mycological Society, Mycologia, dan Reinwardtia)
mengubah formatnya sehingga meninggalkan kemapanan
tradisi mereka yang sudah berumur puluhan tahun.

Suatu gejala yang kurang menguntungkan


dalam menubuhkan kemapanan gaya selingkung berkala
ilmiah di Indonesia terjadi oleh adanya kebijakan
pengelolaan keuangan yang kaku. Keharusan
melaksanakan pemesanan pencetakan melalui
pelelangan terbuka membesarkan peluang terjadinya
penggantian perusahaan percetakan. Kebijakan ini
sering terlihat dampaknya secara langsung pada gaya
selingkung karena dapat berakibat penggantian tipe
huruf, tinta (sehingga juga memengaruhi warna), dan
kertas.

Dalam kaitan ini penerapan asas paperless


society dalam pengelolaan berkala ilmiah di era
kepesatan teknologi informasi dan komunikasi telah
menyuburkan penerbitan jurnal elektronik.
Sejalan dengan itu penelaahan secara anonim oleh mitra
bebestari yang bukan anggota sidang penyunting juga
semakin membudaya secara luas karena mudah dan
murahnya biaya komunikasi.

Keinginan bersama pembakuan secara universal


untuk keperluan efisiensi pemanfaatan informasi secara tidak langsung
ikut pula menentukan perkembangan gaya selingkung. Dalam kaitan ini
perlu diketahui bahwa aspirasi masa depan penyuntingan jurnal ilmiah
yang dianjurkan secara global akhir-akhir ini ditujukan pada:

konvergensi gaya untuk memudahkan lalu lintas naskah antar


disiplin ilmu, antar bidang, antar jurnal

penyeragaman dan penyederhanaan cara pengacuan kepustakaan


sedang diamati preferensi dan frekuensi pemakaian catatan kaki vs.
catatan akhir (umum dipakai dalam bidang sosial dan humaniora, sistem
acu-urut vs. nama-tahun (atau pola Vancouver vs. pola Harvard).

penyederhanaan aturan gaya diperbolehkannya pemakaian angka


untuk semua pengacuan pada jumlah atau nomor dari 1 ad libitum jadi
tidak hanya terbatas pada 1 9 saja, pemiringan semua nama ilmiah dan
tidak terbatas hanya pada nama marga (genus) dan jenis (species) tetapi
disertai penanggalan nama pengarangnya

Pembakuan universal (lanjutan):

penggunaan tanda-tanda baca baru seperti <

>

dan @ yang
sekarang diberi makna khusus, dan singkatansingkatan baru
seperti da dan mo yang mulai dibakukan sebagai
lambang satuan
untuk menyatakan hari dan bulan

pengurangan kerja pada papan kunci (keyboard)


dan lebih
menghemat energi dibandingkan & sebab tidak
perlu menekan
shift, begitu pula '(Rifai 2004)' dan bukannya '(Rifai,
2004)' dalam
teks, ataupun Rifai MA dan bukan Rifai, M.A.
dalam daftar
pustaka mulai sering dipakai orang karena
dianggap mubazirnya

Sekalipun demikian, sampai sekarang belum


disarankan macam, tipe, dan ukuran huruf serta spasi,
ataupun tata peletakannya yang seyogianya dipakai, sehingga
masih disediakan opsi untuk memertahankan gaya selingkung
jika diinginkan. Akan tetapi perlu diketahui bahwa huruf
berserief seperti Times dianggap lebih tinggi keterbacaannya
dibandingkan yang tidak berserief seperti Arial, dan bahwa
pemakaian hanya huruf besar dalam judul (apalagi
keseluruhan teks) mulai dihindari karena melelahkan mata
pembaca

Walaupun lebih dari hanya penampilan luar,


bagi orang luar kemapanan gaya selingkung memang sering
berarti keberhasilan memertahankan visualisasi majalah secara
sepintas.
Memang harus diakui bahwa unsur penampakan ini merupakan
komponen yang menonjol dalam menjaga kemapanan gaya
selingkung.
Kesemuanya dapat diatasi dengan berpegang teguh pada
petunjuk pada penulis, lembar gaya, dan panduan lain yang
telah disepakati untuk menjadi pegangan penjagaan
kemantapan gaya selingkung majalah.

Kemantapan wajah majalah (ukuran, warna,


hiasan, isi, dan tata letak sampul) setiap terbit merupakan
kesan pertama yang diamati orang.

Format dan tata letak halaman, tipe dan ukuran huruf,


sistem penomoran, organisasi atau pengaturan isi naskah,
jenis kertas, dan faktor penampilan fisik secara makro
lainnya adalah pengukur kecermatan kinerja para
penyunting dalam memertahankan kemapanan gaya
selingkungnya.

Ketaatasasan penulisan dan pengejaan kata,


istilah, angka, lambang, satuan ukuran, singkatan, rumus, dan kata-kata
asing dalam tubuh teks, merupakan batu dasar pemapanan gaya
selingkung yang tidak segera terlihat oleh orang awam.
Cara penyuguhan ilustrasi dan tabel beserta perincian keterangan
pendukungnya ikut berperan dalam menjaga jati diri majalah.
Kekonsistenan pola perujukan dan pendokumentasian pustaka yang
dipakai merupakan bagian yang paling sering kurang disimak calon
penyumbang naskah.
Oleh karena itu, kelalaian para penyunting untuk mengatasinya
akan dapat merusak gaya selingkung yang dianut, dan sekaligus
menunjukkan kekurangrapian kinerja penyunting.

Kedalaman dan kerincian data dan informasi,


gaya bahasa dan nuansa yang tersirat darinya,
urutan penyuguhan fakta dan argumentasi,
serta intensitas pemikiran yang terasa mendasari penulisan
isi majalah,
merupakan segi lain gaya selingkung yang menjamin jati
diri dan sekaligus mutu sesuatu majalah.

Berdasarkan kenyataan ini, terlihat bahwa


gaya selingkung merupakan cermin besar kepribadian dan
jati diri berkala yang pengembangan kemapanannya hanya
dapat diperoleh melalui kesinambungan penerbitan dan
ketaatasasan pemeliharaannya setiap majalah itu terbit.
Keberhasilannya dipertahankan sangat ditentukan oleh
kesungguhan para penyuntingnya untuk melaksanakan
hak, kewajiban, tugas, dan fungsinya secara bertaat asas.

Untuk itu merupakan keniscayaan buat


menyediakan petunjuk pada penulis (instructions to
authors) yang terperinci untuk dijadikan pedoman calon
penyumbang naskah, dan lembar gaya (style sheet) yang
secara panjang lebar merekam setiap butir gaya dan format
untuk dipegang oleh setiap penyunting, akan merupakan
keniscayaan untuk dipakai dalam setiap langkah pengolahan
dan pengelolaan berkala sehingga tidak akan mengalami
terjadinya perubahan yang tidak diinginkan.

Bagi pengamat yang cermat, gaya selingkung


memang merupakan hasil total penampilan fisik dan
kedalaman falsafah yang melandasi penuangan pesan yang
disampaikan melalui terbitan.

Dari uraian di atas tersimpulkan bahwa


kunci utama penentu keberhasilan perkembangan
kemapanan gaya selingkung terletak di tangan
penyunting, terutama penyunting pelaksana yang
bertanggung jawab atas pengejawantahan pengolahan
isi substansi dan penampilan majalahnya.
Ini menyiratkan keperluan perapian organisasi
pengelolaan berkala beserta pertelaan tugas,
wewenang, mandat, dan tanggung jawab setiap
anggotanya.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa para


penyunting perlu memiliki kesadaran sejarah dan
kebanggaan akan hasil karyanya dalam merekam kemajuan
seperti ditampilkan dalam berkala asuhannya yang bergaya
selingkung yang berjati diri, berkepribadian, dan terkenali.

PANDUAN PENULISAN
Harus rinci dan jelas
Disertai contoh
Pegangan bagi penyunting dan mitra
bestari

ISI PANDUAN
Ketentuan umum
Keaslian naskah
Jenis naskah (hasil penelitian, review dll)
Lingkup keilmuan
Bahasa yang digunakan
Pengiriman naskah
Kapan jurnal diterbitkan
Bagaimana naskah di review
Biaya penerbitan

Standar Penulisan
Huruf, Font, spasi yang digunakan
Program yang digunakan
Format penulisan

Tata Cara Penulisan Naskah


Lebih dirinci lagi masing-masing Heading
mulai dari:
Judul, Nama penulis, Alamat,
Abstrak/Abstract, Pendahuluan, Materi
dan Metode, Hasil dan Pembahasan,
Kesimpulan, Ucapan Terima Kasih, Daftar
Pustaka

Penjelasan Ilustrasi
Tabel
Gambar dan Grafik
Foto

Lain-lain
Tatanama latin
Satuan pengukuran
Penulisan angka desimal

Terimakasih

Вам также может понравиться