Вы находитесь на странице: 1из 58

LAPORAN KASUS

SPEECH DELAY
Disusun oleh :
Giovanni Anggasta
Asep Saepudin
Pembimbing:
dr. Ismi Cahyadi, Sp.THT-KL

Identitas Pasien

Nama : An. A
Usia : 4 tahun
Berat Badan : 16 kg
Tinggi Badan : 103 cm
Jenis Kelamin: Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Karangsembung 01/04
Tanggal Pemeriksaan : 10 Oktober 2016

Anamnesis
Anamnesis diperoleh dengan cara
alloanamnesis terhadap orang tua
pasien saat kontrol di Poli THT RSUD
Waled
Keluhan Utama
Belum bisa bicara

Riwayat Penyakit Sekarang


Orang tua pasien datang ke poli THT RSUD Waled
karena anaknya yang sudah berusia 4 tahun, belum
bisa bicara dengan lancar. Menurut orangtuanya,
kemampuan berbicara pasien dirasa lebih lambat
dibandingkan dengan anak seusianya. Di usia 4 tahun
ini pasien baru bisa mengoceh dan mengucapkan satu
sampai dua kata saja, seperti mama, papa,
makan, dan kata-kata lain yang tidak spesifik. Pasien
belum bisa mengkombinasikan kata kata dan belum
bisa menirukan bunyi kata-kata. Pasien belum bisa
mengenal nama dirinya sendiri, sulit menyebutkan
nama-nama benda, dan sulit mengungkapkan
keinginannya.

Selain sulit berbicara, orangtua pasien


juga mengeluhkan saat dipanggil, pasien
jarang menoleh, hanya menoleh ketika
disentuh saja. Saat ada suara keras seperti
petir, pasien juga jarang menunjukkan
respon apapun. Pasien juga dirasakan
jarang memahami perintah sederhana
yang diberikan kedua orang tuanya. Pasien
tidak pernah mengeluhkan nyeri telinga,
keluar cairan dari telinga disangkal,
riwayat trauma pada telinga disangkal,
riwayat benda asing pada telinga juga
disangkal

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat kejang : disangkal
Riwayat alergi obat / makanan :
disangkal
Riwayat sesak napas : (+)
Riwayat dirawat di RS : pasien
pernah dirawat di RS satu kali
dengan keluhan sesak napas 1 tahun
yang lalu
Riwayat trauma dan jatuh : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa : saudara
kembar pasien mengalami keluhan
serupa.
Riwayat kelainan bawaan :
disangkal
Riwayat alergi obat / makanan :
disangkal
Riwayat kejang pada keluarga :
disangkal

Riwayat Prenatal
Ibu pasien hamil dalam usia 30 tahun
dan merupakan kehamilan yang ke-2. Ibu
pasien memeriksakan kehamilannya
secara teratur ke bidan. Ibu
mendapatkan vitamin besi dan nutrisi
yang cukup selama kehamilan. Tidak
didapatkan adanya keluhan selama
kehamilan. Riwayat sakit berat, konsumsi
obat-obatan, atau trauma saat kehamilan
juga disangkal.

Riwayat Perinatal
Pasien lahir di RSUD Waled dengan
section caesarea atas indikasi gemelli
dengan letak lintang, pada usia
kehamilan 38 minggu, kedua bayi
langsung menangis segera setelah lahir
dan tidak tampak kebiruan. Berat waktu
lahir 2700 gram, panjang badan saat
lahir 48 cm. Bayi tidak pernah dirawat di
RS, sakit kuning disangkal, riwayat
kejang disangkal.

Riwayat Post Natal


Rutin ke posyandu tiap bulan untuk
timbang dan mendapatkan
imunisasi.

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal di rumah bersama kedua
orangtuanya, satu orang kakaknya, dan satu
saudara kembar. Menurut pengakuan orang tua
pasien, kakaknya tidak mengalami
keterlambatan bicara ataupun mengalami
gangguan pendengaran. Orang tua pasien sering
mengajak anaknya bicara, bermain bersama
anak, dan mengajarkan anaknya berbicara. Ayah
pasien bekerja sebagai buruh pabrik,
penghasilan <2.000.000 per bulan. Orang tua
pasien memeriksakan pasien dengan BPJS.

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Status gizi : kesan gizi cukup
Tanda vital
S : 36,5 oC
N : 100 x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup.
RR : 26 x/menit, reguler
Kulit : warna kecoklatan, kelembaban baik, turgor baik.
Kepala : bentuk mesocephal, sutura sudah menutup,
rambut hitam tidak mudah rontok dan sukar dicabut.
Lingkar kepala 45 cm (-2SD < LK < 0 SD, normocephal)

Muka : sembab (-), wajah down syndrome (-),


laserasi (-)
Mata : cowong (-/-), slanted eyes (-/-), bulu mata
hitam lurus tidak rontok, conjunctiva anemis (-/-),
sclera ikterik (-/-), strabismus (-), xeroftalmia (-),
Hidung : deformitas(-), napas cuping hidung (-),
deviasi septum (-), hipertrofi konkha (-), sekret (-)
Mulut : sianosis (-), mukosa basah (+)
Tenggorokan : uvula di tengah, tonsil T1 T1, faring
hiperemis (-)
Telinga : bentuk aurikula dextra et sinistra normal,
microtia (-/-), kelainan MAE (-), serumen (+/-),
secret (-/-), MT intak
Leher : bentuk normal, trachea ditengah, kelenjar
thyroid tidak membesar, KGB tidak teraba

Thorax : bentuk normothorax, retraksi (-),


gerakan simetris ka = ki
Cor: BJ I-II reg, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: VBS +/+, rhonki -/-, wheezing -/ Abdomen : datar, BU (+) normal, timpani,
supel , nyeri tekan (-), turgor kulit baik,
hepar dan lien tidak teraba
Urogenital : penis (+) ukuran normal,
hipospadia/epispadia (-), testis (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik
Kuku: keruh (-), spoon nail (-), konkaf (-)

Status Neurologis
N. II
: dalam batas normal
N. III, IV, VI : dalam batas normal
N. V : dalam batas normal
N. VII
: dalam batas normal
N. VIII : dalam batas normal
N. IX, X, XI, XII
: dalam batas normal
Refleks Fisiologis : dalam batas normal
Refleks Patologis : (-)
Meningeal Sign
: (-)

Diagnosa
Diagnosa kerja:
Speech delay + serumen impacted AD
Diagnosa banding:
- ADHD
- Autism
- CAPD
- Afasia
- Retardasi Mental

Terapi
PENATALAKSANAAN
Edukasi orangtua pasien tentang penyakitnya
Fisioterapi wicara
Irigasi telinga kanan untuk membersihkan serumen

PLANNING
Pemeriksaan OAE (Otoacoustic Emissions)
Pemeriksaan BERA (Brainstem Evoked Response
Audiometry)
Konsul Rehabilitasi Medik
Konsul Anak

Prognosis
Ad vitam
: bonam
Ad sanam
: dubia
Ad fungsionam : dubia

TINJAUAN PUSTAKA
DELAYED SPEECH

Latar Belakang
Salah satu yg mempengaruhi perkembangan
berbahasa anak adalah gangguan pendengaran,
maka perlu deteksi dini usia < 6 bulan
Gangguan pendengaran genetik dan non
genetik
Umunya tipe sensorineural, bilateral dengan
derajat berat sangat berat
Angka kejadian di Indonesia 1 3 / 1000
kelahiran pada populasi perawatan bayi normal
dan 2 4 / 100 bayi di perawatan intensif.

DEFINISI
Keterlambatan bicara (speech delay) pada anak
yaitu apabila tingkat perkembangan bicara berada di
bawah tingkat kualitas perkembangan bicara anak
yang umurnya sama yang dapat diketahui dari
ketepatan penggunaan kata.
Keterlambatan bicara sering dialami anak dengan
berbagai penyebab, dan keterlambatan bicara
sangat mempengaruhi tumbuh kembang dan
kognitif anak.

ETIOLOGI

Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan


luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran,
penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat
suara.
Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan
bicara adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Pendengaran (pre, peri, post natal)
2. Kelainan Organ Bicara
3. Retardasi mental
4. Genetik Herediter dan Kelainan Kromosom
5. Kelainan Sentral
6. Autisme
7. Mutisme Selektif
8. Gangguan Emosi dan Perilaku Lainnya
9. Alergi makanan
10. Deprivasi lingkungan


o
o
o
o
o
o
o

Berbagai macam keadaan lingkungan yang mengakibatkan


keterlambatan bicara
Lingkungan yang sepi
Status Ekonomi Sosial
Teknik pengajaran yang salah
Sikap orang Sekitar tidak menyenangkan
Harapan orang tua yang berlebihan terhadap anak
Anak kembar
Bilingual (2 bahasa)

Perkembangan Auditorik
Perkembangan auditorik sangat erat
kaitanya dengan perkembangan otak.
Neuron di korteks mengalami proses
pematangan dalam waktu 3 tahun pertama
kehidupan, dan masa 12 bulan pertama
kehidupan terjadi perkembangan otak yang
sangat cepat.
Sehingga perlu deteksi dini agar habilitasi
pendengaran dilakukan pada saat
perkembangan otak berlangsung

Perkembangan Wicara
Kemahiran wicara dan berbahasa
pada seorang hanya dapat tercapai
jika input sensorik (auditorik) dan
motorik dalam keadaan normal
Dengan menilai perkembangan
berbicara dan berbahasa dapat
menilai perkembangan pendengaran
anak

Ambang dengar anak


- Normal
: 0 15 dBHL
- Gangguan dengar sangat ringan
: 16
25 dBHL
- Gangguan dengar ringan
: 26 40
dBHL
- Gangguan dengar sedang
: 41 65
dBHL
- Gangguan
Gangguan dengar
dengar berat
: Ambang dengar
>
: 66 95
15 dB HL
dBHL
- Gangguan dengar sangat berat
: > 95
dBHL

Perkembangan Sistem
Pendengaran

Usia
04
bulan

47
bulan

Kemampuan Auditorik
Bila diberikan stimulus bunyi, respon mendengar yang terjadi
masih bersifat refleks (behavioral responses) seperti:
- Refleks auropalpebral (mengejapkan mata)
- Heart rate meningkat
- Eye widening (melebarkan mata)
- Cessation (berhenti menyusu)
- Grimacing (mengerutkan wajah)
4 bulan : memutar kepala pada arah horizontal; masih lemah
(belum konsisten)
7 bulan : memutar kepala pada arah horizontal
dengan cepat;
namun pada arah bawah masih lemah

Perkembangan Sistem
Pendengaran
Usia

Kemampuan Auditorik

7-9 bulan

Memutar
kepala
dengan
cepat;
mengidentifikasi sumber bunyi dengan
tepat
12 bulan : keingintahuan terhadap
bunyi lebih besar; mencari sumber
bunyi yang berasal dari arah atas
13 bulan : dapat mengidentifikasi bunyi
dari semua arah dengan cepat

9-13 bulan

Perkembang Bicara dan


Bahasa
Neonatus

2-3
bulan
4-6
bulan

menangis, suara mendengkur (cooing),


suara seperti
berkumur
(gurgles)
tertawa dan mengoceh tanpa arti
( abbling ) : aaa, oo
mengeluarkan suara kombinasi huruf hidup
(vowel) dan mati (konsonan)
ocehan bermakna (true babling) atau
lalling (pa..pa.., da..da)
memberi respons terhadap suara marah
atau bersahabat
belajar menangis dengan suara yang
bervariasi sesuai kebutuhan

Perkembang Bicara dan


Bahasa
7-11 bulan menggabungkan kata/suku kata yang tidak
mengandung arti, seperti bahasa asing (jargon),
usia 10 bulan mampu meniru suara (echolalia),
mengerti kata perintah sederhana ; kesini
mengerti nama objek sederhana ; sepatu, cangkir
menjawab pertanyaan sederhana, mengerti instruksi
12-18
bulan

sederhana, menunjukkan bagian tubuh dan nama

24- 35
bulan

mainan
kata yang diucapkan antara 150 -300, volume dan
pitch suara belum terkontrol, dapat mengidentifikasi
warna, mengerti konsep besar- kecil, sekarang-nanti

36- 47
bulan

kata yang diucapkan 900- 1200, memberi respons


pada 2 kalimat perintah yang tidak berhubungan
seperti ambil sepatu kemudian letakkan gelas
diatas meja, mulai bertanya kenapa dan bagaimana

Perkiraan adanya gangguan


pendengaran
Usia

Kemampuan bicara

12 bulan

Belum dapat mengoceh atau meniru

18 bulan

bunyi
Tidak dapat menyebutkan 1 kata
yang mempunyai arti

24 bulan

Perbendaharaan kata kurang dari 10

30 bulan

kata
Belum dapat merangkai 2 kata

Klasifikasi gangguan
pendengaran
Gangguan pendengaran dibedakan menjadi :
Tuli sebagian (hearing impairment), yaitu
sebuah keadaan dimana fungsi pendengaran
berkurang, namun masih dapat dimanfaatkan
untuk berkomunikasi dengan atau tanpa
bantuan ABD
Tuli total (deaf) adalah keadaan fungsi
pendengaran yang sedemikian terganggunya
sehingga tidak dapat berkomunikasi sekalipun
mendapat perkerasan bunyi (amplikasi).

Masa Prenatal
Genetik dan nongenetik :
Gangguan / kelainan masa kehamilan,
kelainan struktur anatomik (atresia liang
telinga, aplasia koklea ),
kekurangan zat gizi( mis.defisiensi
Jodium )

Trimester I kehamilan, mis: akibat


infeksi bakteri atau virus ( TORCHS ).
Obat ototoksik dan teratogenik.

Masa Perinatal
Prematur
Berat badan lahir rendah (< 2500
gram),
hiperbilirubinemia,
Asfiksia.
Gangguan pendengaran tuli
sensorineural bilateral derajat
berat/sangat berat

Masa Postnatal
Infeksi bakteri atau virus
(rubela,campak,parotitis,infeksi
otak),
Perdarahan telinga tengah, trauma
tulang temporal
Mengakibatkan tuli saraf atau
konduktif.

Etiologi
Usia
Usia 0 28
hari

Faktor resiko

- kondisi/penyakit yang memerlukan perawatan


NICU
selama 48 jam atau lebih
- keadaan atau stigmata yang berhubungan
dengan sindroma tertentu yang diketahui
mempunyai hubungan dengan tuli sensorineural
atau konduktif
riwayat
keluarga
dengan
gangguan
pendengaran sensorineural yang menetap sejas
masa anak-anak
- anomali kraniofasial termasuk kelainan
morfologi pinna atau liang telinga
- infeksi intra uterin seperti toxoplasma,
American Joint Committe on Infant Hearing 2000
rubela,cytomegalo, herpes, sfilis

Etiologi
Usia
Usia 29 hari
2 tahun

Faktor resiko

-kecurigaan
orang
tua/pengasuh
tentang
gangguan
pendengaran,keterlambatan bicara, afasia atau
keterlambatan perkembangan
-riwayat
keluarga
dengan
gangguan
pendengaran yang
menetap masa anak-anak
-keadaan atau stigmata yang berhubungan
dengan
sindroma tertentu yang diketahui mempunyai
hubungan
dengan tuli sensorineural, konduktif atau
gangguan fungsi
tuba Eustachius
-infeksi postnatal
yang menyebabkan
gangguan
American Joint Committe
on Infant Hearing
2000
pendengaran
sensorineural
termasuk

Lanjutan
Usia
Usia 29 hari
2 tahun

Faktor resiko

-adanya faktor resiko tertentu pada masa


neonatus,
terutama hiperbilirubinemia yang memerlukan
transfusi
tukar, hipertensi pulmonal yang membutuhkan
ventilator
serta
serta
kondisi
lainnya yang
membutuhkan ECMO
(extra corporeal membrana oxygenation ).
-sindroma tertentu yang berhubungan dengan
gangguan
pendengaran yang progresif seperti Usher
sindrom,
neurofibromatosis, osteopetrosis.

-adanya kelainan neurodegeneratif seperti


Hunter
American Joint Committe on Infant Hearing 2000
sindrom dan kelainan neuropathi sensomotorik

Gangguan Pendengaran Non Genetik


Infeksi
TORCHS
Human Imunodefisiency
Virus (HIV)

Measles (rubeola)
Mumps
Meningitis
Bakterialis
Gangguan dengar
akibat Suara

Ototoksisitas
Trauma Kepala
Sudden SNHL
Perawatan Intensif
Anomali Telinga Dalam
Mondini malformation

Gangguan Pendengaran
Genetik
Autosomal Recessive Disorder
Nonsyndromic Recessive
Disorder
Syndromic Recessive
Disorder
Pendred Syndrome and Enlarged
Vestibular Aqueduct Syndrome
Usher Syndrome

Autosomal Dominant Disorders


Nonsyndromic Dominant
Disorders
Syndromic Dominant Disorders

X-Linked Disorders
Nonsyndromic X-Linked Disorders
Syndromic X-Linked Disorders

Mitochondria
Disorders
Mitochondrial
Nonsyndromic Hearing
Loss
Mitochondrial
Syndromic Disorders

Cromosomal Syndrom
Down Syndrome
Turner Syndrome

Multifactorial Genetic
Disorders
Otosklerosis

Alur Skrining

Pemeriksaan pendengaran pada


bayi dan anak
1. Behavioral Observation Audiometry (BOA)
Dilakukan pada ruangan yang cukup tenang
Diberikan stimulus frekuensi tinggi mis.
Tepukan tangan, suara terompet
Penilaiain :
- Behavioral Reflex Audiometry refleks
moro, refleks auropalpebra
- Behavioral Response Audiometry
menggerakan kepala

Teknik Behavioral Response Audiometry


a) Tes distraksi dengan 2 orang pemeriksa :
1 menjaga konsentrasi bayi dan 2
memberikan stimulus bunyi
b) Visual reinforcement audiometry (VRA) :
memberikan stimulus bunyi dan visual.
Dilakukan usia 4 7 bulan
c) Play audiometry (usia 2 5 tahun)
melatih mendengar stimulus bunyi disetai
respon motorik dalam suatu permainan.

2. Timpanometri
Menilai kondisi telinga tengah
Melalui probe tone yg dipasang di
liang telinga : dapat mengetahui
besarnya tekanan di liang telinga
berdasarkan energi suara yang
dipantulkan kembali kearah luar oleh
gendang telinga.
- Usia < 6 bulan probe tone frekuensi
668, 678, 1000 Hz
- Usia > 7 bulan frekuensi 226 Hz

3. Audiometri nada murni


Dilakukan pada anak usia > 4 tahun
yang kooperatif
Untuk mengetahui jenis tuli dan
derajat ketulian

4. Otoacoustic Emision (OAE)


Menilai fungsi koklea yang objektif,
otomatis, tidak invasif, mudah,
praktis
Juga dimanfaatkan untuk memonitor
efek negatif dari obat ototoksik,
diagnosis neuropati auditorik,
membantun proses pemilihan ABD
dan skrining pemaparan bising

OAE
Suara dengan
intensitas rendah
yang diproduksi oleh
OHC direkam di CAE
30 dB
Pass (lulus)koklea
baik
Refer
(gagal)gangguan
koklea

5. Brainstem Evoked Response


Audiometry (BERA)
Menilai evoked potential (aktivitas
listrik yang dihasilkan n. VIII, pusatpusat neural dan traktus didalam
otak)

Brainstem Evoked Response


Audiometry (BERA)

I : distal N VIII
II : Proksimal N VIII
III : Nukleus
cochlearis
IV : Neuron
superior olivarius
complex
V : terminal
lemnikus lateralis
lateral di kolikulus
inferior dan
kulikulus inferior

6.Jenis pemeriksaan BERA lainya


a. BERA Tone Burst
Dpt menentukan ambang pendengaran yang
lebih spesifik dan membuat prediksi audiogram
pada bayi yg akan membantu proses fitting ABD
b. BERA Hantaran Tulang
dilakukan bila ada pemanjangan masa laten
pada BERA click atau tone burst dan pada kondisi
yang tidak memungkinkan untuk pemberian
stimulus melalui liang telinga

c. Automated Auditory Brainsterm Response


(AABR)
- Tidak diperlukan analisis gelombang evoked
potential karena hasil pencatatanya sangat
mudah dibaca, hanya berdasarkan kriteria
lulus (pass) atau tidak lulus (refer).
- AABR ditetapkan sebagai gold standar untuk
skrining pendengaran pada bayi, krn praktis
serta sensitivitas dan spesifisitasnya tinggi

Diagnosa Banding

ADHD
Autism
CAPD
Afasia
Retardasi Mental
Disleksia dan gangguan komunikasi
lainnya.

PENANGANAN
Alat Bantu Dengar
ABD jenis hantaran tulang (Bone
Conduction Aid)
ABD hantaran tulang konvensional
ABD jenis BAHA (Bone Anchored Hearing
Aid)

Implant Koklea
Terapi wicara dan terapi audioverbal

TERIMA KASIH

Вам также может понравиться