Вы находитесь на странице: 1из 33

KARYA TULIS

KAJIAN PENGELOLAAN KAWASAN


LINDUNG
DIATUR OLEH KEPPRES NO 32 TAHUN
1990

Disusun oleh :
SITI SALMIATIN
P052130491
Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN
LINGKUNGAN
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2014

Prinsipnya :
Mengatur kawasan
lindung lindung sesuai
peruntukannya , agar
penetapan dan
pengendalian tidak
merembet masuk
kekawasan budidaya
dan mempertegas
kewenangan dalam
pengelolaan kawasan
lindung

Abad

Tujua
n

Mengkaji sejauh mana kebijakan Pengelolaan


Kawasan Lindung yang di atur oleh keppres No
32
tahun
1990
yang
ada,
dapat
diimpelementasikan serta keterkaitan dengan
produk kebijakan lainnya dan mengidentifikasi
kelemahan dan kelebihan keppres 32 tahun
1990 tentang pengelolaan kawasan lindung

PENGERTIAN PENGELOLAAN KAWASAN


LINDUNG DAN KAWASAN LINDUNG

Pengelolaan kawasan lindung


Keppres 32 tahun 1990
upaya
penetapan,
pelestarian
dan
pengendalian
pemanfaatan
kawasan
lindung.

Kawasan lindung
Keppres 32 tahun 1990
Kawasan yang ditetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam, sumber daya
buatan dan nilai sejarah serta
budaya bangsa guna kepentingan
pembangunan berkelanjutan

PP No 26 tahun 2008 tentang RTRW dan UU No 26


tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan
bahwa kawasan lindung adalah wilayah yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber
daya alam dan sumber daya buatan.

Kawasan Lindung
N
O

KEPPRES 32 TAHUN 1990

PP 26 TAHUN
2008

PERMEN LH NO. 5
TAHUN 2012

Kawasan hutan lindung

sama

Kawasan bergambut

Sama

Kawasan resapan air

Sama

Sempadan pantai

Sama

Sempadan sungai

sama

Kawasan sekitar danau/waduk

Sama

Kawasan sekitar mata air

sama

Kawasan suaka alam(hutan


wisata,perlindungan plasma
nutfah,daerah pengungsian satwa)

Kawasan suaka alam laut dan perairan


lainnya

1
0

Kawasan pantai berhutan bakau

1
1

Taman nasional

Sama

No

KEPPRES 32 TAHUN
1990

12

Taman Hutan Raya

13

Taman wisata alam

14

Kawasan cagar budaya


dan ilmu pengetahuan

15

Kawasan rawan bencana

PP 26 TAHUN 2008

PERMEN LH NO.
5 TAHUN 2012
sama

Sama

16

Ruang terbuka hijau

17

Kawasan tanah longsor

18

Kawasan gelombang
pasang

19

Kawasan rawan banjir

20

Kawasan cagar geologi

21

Kawasan rawan bencana


alam geologi

22

Kawasan yang memberikan


perlindungan terhadap air
tanah

No

Keppres 32
tahun 1990

pp 26 tahun 2008

23

Cagar biosfer

24

Ramsar

25

Taman buru

26

Kawasan perlindungan plasma nutfah

27

Kawasan pengungsian satwa

28

Terumbu karang

29

Kawasan koridor dari jenis satwa atau


biota laut

30

Kawasan rawan letusan gunung berapi

31

Kawasan rawan gempa bumi

32

Kawasan gerakan tanah

33

Kawasan yang terletak di zona patahan


aktif

Permen Lh No.
5 tahun 2012

sama

sama

No

Keppres 32 tahun 1990

pp 26 tahun
2008

34

Kawasan rawan
tsunami

35

Kawasan rawan
abrasi

36

Kawasan rawan
bahaya gas
beracun

37

Kawasan imbuhan
air tanah
Sempadan mata air

38
39

Kawasan keunikan
batuan dan fosil

40

Kawasan keunikan
bentang alam

41

Kawasan proses
geologi

Permen Lh No. 5
tahun 2012

Sama
sama

KAWASAN HUTAN LINGDUNG


Kawasan hutan
yang memiliki sifat
khas yang mampu
memberikan
perlindungan
kepada kawasan
sekitar maupun
bawahannya
sebagai pengatur
tata air,pencegah
banjir,dan erosi
serta memelihara
kesuburan tanah

Fungsi :
Untuk mencegah
terjadinya
erosi,banjir,
sedimentasi dan
menjaga fungsi
hidrologis tanah
untuk menjamin
ketersediaan unsur
hara tanah air
tanah dan air
permukaan

KAWASAN BERGAMBUT
Kawasan yang unsur
pembentuk tanahnya
sebagian besar berupa
sisa-sisa bahan organic
yang tertimbun dalam
waktu yang lama.

Fungsi untuk
mengendalikan hidrologi
wilayah, berfungsi
penambat air dan
pencegah banjir, serta
melindungi ekosistem
yang khas di kawasan
yang bersangkutan

KAWASAN RESAPAN AIR


Daerah yang
mempunyai
kemampuan tinggi
untuk meresapkan air
hujan sehingga
merupakan tempat
pengisian air
bumi(aktifer) yang
berguna sebagai
sumber air

Fungsi Untuk
memberikan ruang yang
cukup bagi peresapan air
hujan pada daerah
tertentu untuk keperluan
penyediaan kebutuhan
air tanah dan
penanggulangan banjir,
baik untuk kawasan
bawahannya maupun
kawasan yang
bersangkutan

SEMPADAN PANTAI
Kawasan tertentu sepanjang
pantai yang mempunyai
manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian
fungsi pantai

SEMPADAN
SUNGAI

Kawasan sepanjang kiri


kanan sungai, termasuk,
sungai buatan/kanal/saluran
irigasi primer, yang
mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan
kelestarian fungsi sungai

Fungsi adalah untuk


melindungi wilayah
pantai dari kegiatan yang
menggangu kelestarian
fungsi pantai.

Fungsi melindungi sungai


dari kegiatan manusia yang
dapat menggangu dan
merusak kualitas
sungai,kondisi fisik pinggir
dan dasar sungai serta
mengamankan aliran sungai

KAWASAN SEKITAR DANAU/WADUK


Kawasan tertentu di
sekeliling danau/waduk
yang mempunyai manfaat
penting untuk
mempertahankan
kelestarian fungsi
danau/waduk

Fungsi adalah untuk


melindungi
danau/waduk dari
kegiatan budidaya yang
dapat menggangu
kelestarian fungsi
waduk/danau

KAWASAN SEKITAR MATA AIR

Kawasan di sekeliling
mata air yang
mempunyai manfaat
penting untuk
mempertahankan
kelestarian fungsi

Fungsi adalah untuk


melindungi mata air dari
kegiatan budidaya yang
dapat merusak kualitas
air dan kondisi fisik
kawasan sekitarnya

KAWASAN SUAKA ALAM(HUTAN


WISATA,PERLINDUNGAN PLASMA
NUTFAH,DAERAH PENGUNGSIAN SATWA
Kawasan dengan ciri
khas tertentu baik di
darat maupun di
perairan yang
mempunyai fungsi pokok
sebagai kawasan
pengawetan keragaman
jenis tumbuhan dan
satwa beserta
ekosistemnya

Fungsi untuk melindungi


keanekargaman biota,
tipe ekosistem, gejala
dan keunikan alam bagi
kepentingan plasma
nutfah, ilmu pengetahuan
dan pembangunan pada
umumnya

KAWASAN PANTAI
BERHUTAN BAKAU
Kawasan pesisir laut yang
merupakan habitat alami hutan
bakau(mangrove) yang
berfungsi memberi
perlindungan kepada
perikehidupan pantai dan
lautan

KAWASAN SUAKA ALAM LAUT


DAN PERAIRAN LAINNYA
Daerah yang mewakili
ekosistem khas di lautan
maupun perairan lainnya, yang
merupakan habitat alami yang
memberikan tempat maupun
perlindungan bagi
perkembangan keanekaragaman
tumbuhan

TAMAN NASIONAL
Kawasan pelestarian alam
yang dikelola dengan system
zonasi yang dimanfaatkan
untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan,
pendidikan, pariwisata dan
rekreasi

TAMAN HUTAN RAYA


Kawasan pelestarian
yang terutama
dimanfaatkan untuk
koleksi tumbuhan
dan/atau satwa alami
dan buatan, jenis asli
dan bukan asli,
pengembangan ilmu
pengetahuan,pendidikan
dan latihan, budaya,
pariwisata dan rekreasi

Taman wisata alam

Kawasan pelestarian alam di


darat maupun di laut yang
terutama dimanfaatkan untuk
pariwasata dan rekreasi alam.

Kawasan cagar budaya


dan ilmu pengetahuan
Kawasan yang merupakan
lokasi bangunan hasil
budaya manusia yang
bernilai tinggi maupun
bentukan geologi alami
yang khas

Kawasan rawan bencana

Kawasan yang sering atau berpotensi tinggi alami


bencana alam

Kriteria penetapan kawasan


lindung
Kawasan lindung

Keppres 32 tahun1990
ttng pengelolaan
kawasan lindung

PP 26 tahun 2008
ttng RTRW

Kawasan
hutan lindung

1 Kawasan hutan
dengan factor-faktor
lereng lapangan,
jenis tanah, curah
hujan yang melebihi
nilai skor 175,
2 Kawasan hutan
yang mempunyai
lereng lapangan 40%
atau lebih
3. Kawasan hutan
yang mempunyai
ketinggian di atas
permukaan laut 2.000
meter atau lebih

yang berubah :
1.Kemiringan lereng
, intensitas hujan
yang jumlah hasil
perkalian bobotnya
sama dengan 175
2. kemiringan
lereng paling sedikit
40%
3. ketinggian paling
sedikit 2000 meter
di atas permukaan
laut

Kawasan lindung

Kawasan
bergambut

Kawasan resapan
air

Keppres 32 tahun1990 ttng


pengelolaan kawasan
lindung

Tanah bergambut dengan


ketebalan 3 meter atau
lebih yang terdapat
dibagian hulu sungai dan
rawa

Curah hujan yang tinggi


struktur tanah yang mudah
meresapkan air dan bentuk
geomorfologi yang mampu
meresapkan air hujan
secara besar-besaran

PP 26 tahun 2008 ttng


RTRW

Sama

Kemampuan yang tinggi


untuk meresapkan air
hujan dan sebagai
pengontrol tata air
permukaan

Kawasan lindung

Keppres 32 tahun1990 ttng


pengelolaan kawasan
lindung

PP 26 tahun 2008 ttng


RTRW

Sempadan pantai

Daratan sepanjang pantai


yang lebarnya proporsional
dengan bentuk dan kondisi
fisik pantai minimal 100
meter dari titik pasang
tertinggi kearah darat

1. sepanjang tepian laut


dengan jarak paling
sedikit 100 (seratus)
meter dari titik pasang
air laut tertinggi ke arah
darat; atau

2. Daratan sepanjang
tepian laut yang bentuk
dan kondisi fisik
pantainya curam atau
terjal dengan jarak
proporsional terhadap
bentuk dan kondisi fisik
pantai.
Kawasan cagar budaya
dan ilmu pengetahuan

Tempat serta ruang di


sekitar bangunan bernilai
budaya tinggi, situs
purbakala dan kawasan
dengan bentukan geologi
tertentu yang mempunyai
manfaat tinggi untuk
pengembangan ilmu
pengetahuan

ditetapkan dengan
kriteria sebagai hasil
budaya manusia yang
bernilai tinggi
yang dimanfaatkan untuk
pengembangan ilmu pen
getahuan

Kawasan lindung

Ruang
Hijau

Keppres 32 tahun1990 ttng


pengelolaan kawasan
lindung

Terbuka

Taman hutan raya

PP 26 tahun 2008 ttng


RTRW

1.Lahan dengan luas


paling sedikit 2.500 (dua
ribu lima ratus) meter
persegi;
2.Berbentuk satu
hamparan, berbentuk
jalur, atau kombinasi dari
bentuk satu hamparan
dan jalur; dan
3. Didominasi komunitas
tumbuhan
Kawasan berhutan atau
bervegetasi tetap yang
memiliki tumbuhan dan
satwa yang beragam,
memiliki arsitektur bentang
alam yang baik dan
memiliki akses yang baik
untuk keperluan pariwisata

yang ditambahkan:
memiliki luas yang
memungkinkan untuk
pengembangan koleksi
tumbuhan dan/atau
satwa jenis asli dan/atau
bukan asli.

Penetapan dan pengendalian kawasan lindung menurut


keppres 32 tahun 1990 dan pp no.26 tahun 2008
keppres 32 tahun
1990

pp no.26 tahun 2008

menetapkan wilayah wilayah sebagai


kawasan lindung peta
dengan ketelitian
minimal skala 1:250.000

Rencana struktur dan


pola RTRW digambarkan
dalam peta dengan
tingkat ketelitian
1:1.000.000

Pelaksanaan dilakukan
secara terpadu dan lintas
sektoral dengan
mempertimbangkan
masukan dari pemerintah
daerah tingkat I

Mewujudkan kawasan
berfungsi lindung dalam
satu wilayah pulau
dengan luas paling
sedikit 30% (tiga puluh
persen) dari luas pulau
tersebut sesuai dengan
kondisi ekosistemnya;

keppres 32 tahun 1990

pp no.26 tahun 2008

pengendalian kawasan lindung


dilakukaan
dalam
bentuk
pelarangan, dan jika kegiatan
budidaya yang sudah ada
dikawasan
lindung
yang
mempunyai dampak penting
maka perlu dilakukan Amdal
dan terindikasi ada deposit
boleh
diizinkan
kegiatan
budidaya

Pengendalian pemanfaatan
ruang dilakukan melalui
penetapan peraturan
zonasi,perizianan,pemberian
insentif, disentif, serta
pengenaan sanksi
Pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan rencana
struktur ruang dan pola
ruang wilayah nasional;
pelanggaran ketentuan
arahan peratuan zonasi
sistem nasional; dikenakan
sanksi administratif pada
pasal 121 sanksi dan
pelanggaran

Keterkaitan dengan beberapa peraturan

UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang


PP No 26 tahun 2008 tentang RTRW
PERMEN LH No. 5 tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang
Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
UU 41 tahun 1999 Tentang Kehutanan
PP No. 44 tahun 2004 Tentang Perencanaan Kehutanan
Perpres Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Penggunaan Kawasan Hutan Lindung Untuk
Penambangan Bawah Tanah
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14 Tahun 2009 tentang Pedoman Pemanfaatan
Lahan Gambut Untuk Budidaya Kelapa Sawit

Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air

Peraturan Menteri pekerjaan Umum No.21, 22, 23 dan 24 Tahun 2007 tentang
pedoman Identifikasi Kawasan Rawan

UU NO. 7 tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air


UU 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
UU No 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kepmen Kelautan dan Perikanan No. 10 Tahun 2002 tentang Pengelolaan, sempadan
pantai
PP 38 tahun 2011 tentang Sungai
Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 tahun 2002 tentang kualitas air bersih
UU NO 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 56 tahun 2006 Tentang Pedoman Zonasi Taman
Nasional.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Kawasan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
Peraturan Menteri No 33 Tahun 2006 Tentang Mitigasi Bencana Ada empat hal
penting dalam mitigasi bencana

Kelebihan Dan Kelemahan Pada Keppres 32 Tahun 1990


Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

Kelebihan
Sebagai awal sekaligus dasar mempertegas kewenangan baik daerah
maupun pusat dalam pengelolaan kawasan lindung
Sebagai Instrumen eksploratif untuk mencegah fungsi kerusakan
lingkungan hidup
Sebagai tindak lanjut penyempurnaan dari produk kebijakan Tata Guna
Hutan Kesepakatan dan Keputusan Pertanian Tentang Klasifikasi
Penggunaan Lahan.
Kelemahan

Adanya dualisme kebijakan pemerintah, di satu sisi berupaya untuk


melindungi kawasan lindung dan menetapkan aturan-aturan untuk
melestarikannya, tapi di sisi lain membuka peluang kawasan hutan
lindung tersebut untuk dieksploitasi.

Keppres 32 tahun 1990


No

Kegiatan yang dilarang

Kegiatan yang boleh

Di dalam kawasan lindung


dilarang
melakukan kegiatan budidaya,
kecuali yang tidak mengganggu
fungsi lindung (Ps 37 ayat 1)

Di dalam kawasan lindung


dapat dilakukan kegiatan
eksplorasi mineral dan air
tanah serta kegiatan lain
yang berkaitan dengan
pencegahan bencana alam
(Ps 38 ayat 1)

Di dalam kawasan suaka alam


dilarang melakukan kegiatan
budi
daya apapun kecuali kegiatan
tersebut tidak mengubah
bentang
alam kondisi penggunaan
lahan .

Apabila terdapat indikasi


adanya deposit mineral
atau air tanah atau
kekayaan alam lainnya
yang bila diusahakan dinilai
amat berharga bagi negara
maka kegiatan budidaya di
kawasan lindung tersebut
dapat diizinkan sesuai
dengan ketentuan
perundang-undangan yang
berlaku

lanjutan

Dalam Keppres No. 32 tahun 1990 terdapat pasal-pasal yang


tidak konsisten satu sama lain. Pasal 6 merinci KSA dan cagar
budaya, kemudian Pasal 22 merinci KSA lagi dengan rincian
berbeda. Pasal 22 menyebutkan bahwa "Kawasan suaka alam
terdiri dari dari cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata,
daerah perlindungan plasma nutfah dan daerah pengungsian
satwa". Ketidakjelasan kriteria, fungsi dan tujuan masing-masing
kategori kawasan Lindung dan ketidakjelasan istilah-istilah
lindung akan membingungkan para pengelola kawasan Lindung
maupun masyarakat luas dalam memahami dan mencapai tujuan
pengelolaan kawasan yang mereka kelola
Perlindungan kawasan gambut yang dituangkan dalam pasalpasal masih didasarkan pada pengertian yang kurang memadai
tentang sifat biosifik, fungsi dan distribusi gambut
Overlapping (tumpang tindih )antara beberapa regulasi yang ada.

Tantangan KEPPRES 32 Tahun 1990


Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
Pertumbuhan penduduk yang semakin
meningkat
Pemekaran wilayah
Banyaknya regulasi yang dikeluarkan dan
terbaru sehingga memungkinkan Keppres 32
tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung terancam diabaikan
Diketahui memiliki indikasi, yang berpeluang
membuka pintu melakukan penyimpangan pada
pengelolaan kawasan lindung.
Populernya perekonomian sehingga negara
berkembang seperti Indonesia baik di pusat
maupun daerah dipaksa memanfaatkan
sumberdaya alam yang menjadi andalan
kekayaan setiap daerah.

Implementasi Keppres 32 tahun 1990 tentang


Pengelolaan Kawasan Lindung
Pasal
7

isi
Perlindungan terhadap kawasan hutan
lindung dilakukan untuk mencegah
terjadinya erosi, bencana banjir,
sedimentasi, dan menjaga fungsi
hidrologis tanah untuk menjamin
ketersediaan unsur hara tanah, air tanah,
air permukaan

Implementasi
Seperti di kota Balikpapan,
telah bertekad
memperbaiki kinerja
pengelolaan kawasan
hutan lindung sungai wain
dengan membentuk
Badan Pengelola yang
mempunyai hukum pasti
dan dengan persetujuan
DPRD II membuat
Peraturan Daerah No. 11
tahun 2004 untuk
meningkatkan kelestarian
dan keseimbangan yang
ada di kawasan Hutan
Lindung Sungai Wain.

Upaya Yang Perlu Dilakukan

Perlunya ada Badan Pengelola Kolaboratif Stakeholder yang berfungsi


menyatukan interpretasi,mengharmonisasikan kepentingan antara pihak
maupun antara beberapa lembaga yang berwewenang dalam pengelolaan
kawasan lindung baik pusat maupun daerah

Perlunya proses paduserasi dilibatkan dalam mengimplementasikan


pengelolaan kawasan lindung. Sebagaiman diketahui bahwa
Paduserasi merupakan kegiatan sinkronisasi atau harmonisasi
rencana tata ruang wilayah provinsi dan kabupaten untuk
disesuaikan dengan substansi pengelola kawasan lindung sedangkan
Proses paduserasi merupakan harmonisasi kepentingan para pihak
dalam penentuan tata ruang daerah dengan tetap mengindahkan
aspek kelestarian.

KESIMPULAN
Bahwa Pada Keppres 32 tahun 1990 terdapat 15 kawasan yang diatur yang
termasuk kawasan lindung Sedangkan pada PP no. 26 tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional terdapat 41 kawasan lindung yang
perlu dikelola Sedangkan dalam hal kriteria penetapan dalan kawasan
lindung memiliki kesamaan dengan PP No 26 tahun 2008 tentang RTRW
dan UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang misalkan saja dalam
pengelolaan kawasan hutan lindung.
Implementasi pengelolaan kawasan lindung beberapa didaerah sudah
cukup berjalan dengan mengadopsi beberapa peraturan pada Keppres 32
tahun 1990 dan peraturan lainnya hal dapat di lihat seperti di kota
Balikpapan, telah bertekad memperbaiki kinerja pengelolaan kawasan
hutan lindung sungai wain dengan membentuk Badan Pengelola yang
mempunyai hukum pasti dan dengan persetujuan DPRD II membuat
Peraturan Daerah No. 11 tahun 2004 untuk meningkatkan kelestarian dan
keseimbangan yang ada di kawasan Hutan Lindung Sungai Wain.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu kelebihan pada Keppres 32
tahun 1990 adalah sebagai awal sekaligus dasar mempertegas
kewenangan baik daerah maupun pusat dalam pengelolaan kawasan
lindung. Sedangkan kelemahan adalah Adanya dualisme kebijakan
pemerintah.

Terima kasih

Вам также может понравиться