Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KEBIJAKAN ENERGI
NASIONAL
2003-2020
DPR dan
Pemerintah
Pemerintah
PROGRAM
KEBIJAKAN
KONSTITUSI
UUD 1945
Usulan Amandemen
PLATFORM POLITIK
PRESIDEN (SBY)
LEGISLASI ENERGI
UU BIDANG ENERGI
RUU
REGULASI ENERGI
PERATURAN PEMERINTAH
PERPRES
PERMEN
PUBLIK
PROGRAM KABINET
INDONESIA BERSATU
(Pelaksanaan Platform)
PROGRAM
SEKTOR ENERGI
Melaksanakan KEN
RPP Menyiapkan
Legislasi
Menyiapkan
Regulasi Energi
Melaksanakan
Regulasi Energi
KEBIJAKAN ENERGI
NASIONAL
(KEN)
LAMPIRAN A
PERKEMBANGAN KEBIJAKAN ENERGI
1981
1987
1991
1998
2003
Kebijakan Umum
Bidang Energi
Kebijakan Umum
Bidang Energi
Kebijakan Umum
Bidang Energi
Kebijakan Umum
Bidang Energi
Kebijakan Energi
Nasional
Kebijakan Utama
1. Intensifikasi
2. Diversifikasi
3. Konservasi
4. Indeksasi
Kebijakan Penunjang
1.Penelitian dan
Pengembangan
2.Industri Energi
3.Iklim Investasi
Kebijakan
Pemanfaatan Akhir
4.Industri
5.Transportasi
6.Rumah Tangga
1.
2.
3.
Intensifikasi
Diversifikasi
Konservasi
1.
2.
3.
Intensifikasi
Diversifikasi
Konservasi
Kebijakan
Penunjang
1.Industri Energi
Kebijakan
Penunjang
1.Industri Energi
2.Iklim Investasi
3.Harga Energi
2.Iklim Investasi
3.Harga Energi
Kebijakan
Pemanfaatan Akhir
4.Industri
5.Transportasi
6.Rumah Tangga
Kebijakan
Pemanfaatan Akhir
4.Industri
5.Transportasi
6.Rumah Tangga
Kebijakan Utama
1. Diversifikasi
2. Intensifikasi
3. Konservasi
4. Harga Energi
5. Lingkungan
Kebijakan Pendukung
1. Investasi
2. Insentif &
Disinsentif
3. Standarisasi &
Sertifikasi
4. Pengembangan
Infrasturktur
5. Peningkatan
Kualitas SDM
6. Sistem Informasi
7. Penelitian dan
Pengembangan
8. Kelembagaan
9. Pengaturan
Kebijakan
1. Intensifikasi
2. Diversifikasi
3. Konservasi
Kebijakan Pendukung:
1. Infrastruktur
2. Penetapan mekanisme
harga keekonomian
3. Perlindungan kaum
dhuafa
4. Lingkungan
5. Kemitraan Pemerintah
dan swasta
6. Pemberdayaan
masyarakat
7. Litbang dan diklat
8. Koordinasi untuk
optimalisasi energi mix
UU
No.
20
tahun
2002
tentang
Ketenagalistrikan
merupakan
produk
restrukturisasi bidang Tenaga Listrik yang
diikuti dengan pembentukan Badan Pengawas
Pasar Tenaga Listrik serta produk-produk
hukum terkait lainnya.
Identifikasi Permasalahan
Kekuatan:
Potensi pasokan sumber daya energi seperti tenaga air, panas bumi,
gas bumi dan batubara masih besar tetapi tingkat pemanfaatannya
belum optimal.
Sumber daya manusia di bidang energi relatif banyak dan belum
dimanfaatkan secara maksimal merupakan modal dasar. Kegiatan
pengembangan SDM di bidang energi dalam bentuk penelitian dan
pengembangan akan tetap ditingkatkan baik oleh perguruan tinggi
maupun lembaga penelitian lainnya.
LAMPIRAN B
POTENSI ENERGI NASIONAL
JENIS ENERGI
FOSIL
Minyak
Gas
Batubara
ENERGI
NON FOSIL
Tenaga Air
Panas Bumi
Mini/Micro
hydro
Biomass
Tenaga Surya
Tenaga Angin
SUMBER DAYA
CADANGAN
PRODUKSI
(per Tahun)
86,9 miliar
barel
384.7 TSCF
9 miliar barel
RASIO
CAD/PROD
(tanpa
eksplorasi)
Tahun
18
188 TSCF
3.0 TSCF
62
57 miliar ton
147
SUMBER DAYA
SETARA
PEMANFAATA
N
KAPASITAS
TERPASANG
845,00 juta
BOE
219,00 juta
BOE
458,75 MW
75,67 GW
6.851,00 GWh
4.200,00 MW
27,00 GW
2.593,50 GWh
800,00 MW
458,75 MW
54,00 MW
49,81 GW
302,40 MW
4,80
kWh/m2/hari
9,29 GW
5,00 MW
0,50 MW
Kelemahan:
Lokasi berbagai sumber energi terpisah secara
geografis dengan lokasi konsumennya. Dengan
demikian, pemanfaatan sumber-sumber energi
tersebut memerlukan adanya infrastruktur energi
untuk akses ke sumber energi (primer dan sekunder).
Infrastruktur energi tersebut, khususnya seperti
jaringan tenaga listrik dan jaringan pipa gas masih
terbatas.
Hal
yang
mengkhawatirkan
adalah
ketergantungan baik ekonomi nasional dan
kebutuhan energi dalam negeri terhadap
minyak bumi masih tinggi. Dengan demikian,
jika tingkat produksi minyak bumi masih
seperti saat ini dan penemuan cadangan baru
tidak ada, maka cadangan minyak bumi
tersebut akan habis dalam10 tahun.
Peluang:
Perkembangan ekonomi nasional semakin membaik setelah krisis
ekonomi tahun 1997. Sejak tahun 1998 sampai dengan 2002,
ekonomi Indonesia hanya tumbuh 2.3 persen per tahun. Sedangkan
pada tahun 2003 pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan
masih sekitar 4 persen.
Selanjutnya, ekonomi Indonesia diperkirakan dapat tumbuh dengan
laju rata-rata sekitar 6 persen per tahun sampai dengan tahun 2020.
Pertumbuhan ekonomi yang semakin baik akan menjadi daya tarik
investasi swasta yang diperlukan dalam pembangunan sektor energi.
Ancaman:
Keterbatasan infrastruktur energi yang menyebabkan rendahnya konsumsi
energi per kapita merupakan hambatan utama bagi pertumbuhan ekonomi.
Infrastruktur yang menghubungkan wilayah penghasil gas seperti
Kalimantan Timur dan Sumatera ke Jawa belum tersedia, demikian juga
untuk wilayah lainnya. Infrastruktur batubara juga masih terbatas.
Demikian pula, banyak jaringan transmisi listrik yang belum terpasang yang
mampu menghubungkan wilayah-wilayah pembangkit dengan lokasi
konsumennya. Keterbatasan akses kepada listrik menyebabkan separuh dari
keseluruhan rumah tangga belum terlistriki. Sebagai akibatnya, sebagian
besar masyarakat masih menggunakan biomasa secara tradisional.
LAMPIRAN C
PERANAN BBM MASIH 65 % DALAM
PEMAKAIAN ENERGI FINAL NASIONAL - 2003
LAMPIRAN H
PERBANDINGAN ELASTISITAS PEMAKAIAN
ENERGI 1998-2003
LANGKAH KEBIJAKAN
Untuk mencapai sasaran dan strategi
KEN dilakukan langkah kebijakan:
1. Intensifikasi
2. Diversifikasi
3. Konversi
Langkah Intensifikasi
dilakukan untuk meningkatkan
ketersediaan energi sejalan dengan meningkatnya laju
pembangunan dan populasi.
Langkah Diversifikasi dilakukan untuk meningkatkan pangsa
penggunaan batubara dan gas yang cadangannya relatif lebih
banyak serta meningkatkan pangsa energi terbarukan karena
potensinya melimpah dan termasuk energi bersih baik yang berasal
dari dalam dan luar negeri, dan antar berbagai jenis energi untuk
menciptakan campuran energi yang optimal dan manfaat ekonomi.
Langkah Konservasi dilakukan dengan meningkatkan efisiensi
pemakaian energi dengan mengembangkan dan memanfaatkan
teknologi hemat energi baik di sisi hulu maupun sisi hilir.
LAMPIRAN I
ENERGI MIX TIMPANG
(2005)
LAMPIRAN K1
SASARAN ENERGI MIX NASIONAL 2020
OPTIMALISASI
PENGELOLAAN
ENERGI
INSTRUMEN KEBIJAKAN
INSTRUMEN LEGISLASI
Undang-Undang No. 22/2001 tentang Minyak dan
Gas Bumi
Mengatur mengenai perlakuan yang sama terhadap
seluruh pelaku usaha serta diterapkannya mekanisme
pasar secara bertahap
Meningkatkan efisiensi pengelolaan minyak dan gas
bumi serta menghindari conflict of interest melalui
pemisahan
fungsi
Pemerintahan
dengan
fungsi
pengusahaan
Menghilangkan sistim monopoli yang selama ini
diberikan kepada PERTAMINA sebagai satu-satunya
Perusahaan Negara.
Undang-Undang
No.10/1997
tentang
Ketenaganukliran
Mengatur pemanfaatan energi nuklir termasuk
pengaturan pembangunan PLTN, pembentukan
Badan Pelaksana (BATAN) dan Badan Pengawas
(BAPETEN)
Pemanfaatan
tenaga
nuklir
harus
memperhatikan asas pembangunan nasional,
keselamatan,
keamanan,
ketentraman,
keselamatan pekerja dan masyarakat serta
perlindungan lingkungan.
Peraturan lainnya
PP dan Keppres tentang Migas
PP No. 42/2002 tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi, mengatur tentang pengawasan terhadap kegiatan usaha
hulu migas oleh Badan Pelaksana agar pengambilan sumberdaya migas
yang merupakan milik negara dapat memberikan manfaat dan penerimaan
yang maksimal bagi negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
PP No. 67/2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan
Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha
Pengangkutan Gas Bumi melalui Pipa, mengatur tentang pengawasan
terhadap pelaksanaan penyediaan dan pendistribusian BBM dan
pengangkutan gas bumi melalui pipa yang pelaksanaan dilakukan oleh
Badan Pengatur, agar ketersediaan dan distribusi bahan bakar yang
ditetapkan Pemerintah dapat terjamin di seluruh Indonesia serta
meningkatkan pemanfaatan gas bumi dalam negeri.