Вы находитесь на странице: 1из 38

Rudy Badrudin, STIE YKPN Yogyakarta

rudy.badrudin@stieykpn.ac.id

HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN


STIE YKPN YOGYAKARTA
SABTU, 12 JUNI 2010

PERKEMBANGAN FTA DI DUNIA DAN ASEAN

NAFTA
Population: 445 million
GDP: US$15.857 trillion

MAIN REGIONAL FTAs (G1)


EU
Population: 491 million
GDP: US$ 14.38 trillion

CHINA
Population: 1.330 billion
GDP PPP: US$ 6.991 trillion

FTA Canada Chile 1997


FTA : Chile Mexico 1999
FTA : USA Chile 2004
FTA : USA Singapore 2004
FTA : USA Australia 2005
FTA : Mexico Japan 2005
FTA : Chile Brunei NZ
Singapore 2006

JAPAN
Population: 127 million
GDP PPP: US$ 4.29 trillion

Japan-Korea-China FTA
(under negotiation)

Japan-Korea FTA
(under negotiation)

EU
25 countries

Japan-Mexico EPA
NAFTA
U.S.A.,
Canada,
Mexico

EU-MEXICO
FTA

ASEAN-Japan

ACP-EU
Countries in Africa
and the Caribbean
(approx. 70
countries)

expanding to
Latin America

JapanMexico EPA

(signed agreement)

expanding to
Eastern Europe

under negotiation

Comprehensive
Economic Partnership
(AJCEP)

SAPTA

Bangladesh, Bhutan,
India, Maldives,
Nepal, Pakistan, Sri
Lanka

(signed agreement)

FTAA
(by 2005)

AFTA

MERCOSUR
Argentina, Brazil,
Paraguay, Uruguay

Indonesia, Malaysia,
Philippines, Singapore,
Thailand, Brunei, Vietnam,
Laos, Myanmar, Cambodia

India - ASEAN FTA

China - ASEAN FTA

Australia-New Zealand-ASEAN FTA

Japans Bilaterals:
Japan-Singapore EPA
Japan-Philippines EPA
Japan-Thailand EPA
Japan-Malaysia EPA
Japan-Indonesia EPA

ASEAN
Population: 575.5 million
GDP: US$ 3.431 billion

Korea - ASEAN FTA


Source : CIA
Factbook (2007)

ASEAN IN THE GLOBAL LANDSCAPE (G2)

FTA Dalam Kerangka Regional


(ASEAN dan ASEAN Mitra) (T6)
FTAs

Penandatanganan

Entry into
Force

ASEAN Economic
Community

20 November 2007

AEC 2015

ASEAN China

29 November 2004

1 Juli 2005

Coverage
Komprehensif

Komprehensif

Cakupan Tarif
ASEAN-CEPT: 98% dari pos tarif

Early Harvest Chapter 01-08


Normal Track: 40% at 0-5% in 2005
Sensitive Track
Sensitive List (SL) : Tahun 2012 = 20%
Highly Sensitive List (HSL) tahun 2015=50%

ASEAN Korea

24 Agustus 2006

1 Juli 2007

Komprehensif

Korea: Menghapuskan semua pos tarif


Normal Track selambat-lambatnya 1 Jan
2010.
ASEAN-6

Normal Track dihapuskan paling lambat 1


Jan 2011 (flexibilitas <5% pos tarif NT
dihapuskan paling lambat 1 Jan 2012

Sensitive Track
Batas maksimum jumlah pos tarif dalam
Sensitive Track ASEAN 6 & Korea adalah
10% dari total pos tarif.

FTAs
ASEAN
Jepang

Penandatanganan
1 Maret 2008

Entry into
Force
1 Desember 2008

Coverage
Komprehensif

(Indonesia EIF 1
Jan 2010, dalam
tahap proses
ratifikasi)
ASEAN
Australia New
Zealand

27 Februari 2009

Direncanakan 1
Januari 2010

Cakupan Tarif
Normal Track (NT) ASEAN sebesar
90% dari total pos tarif dan Jepang
sebesar 92% dari total pos tarif dan
nilai dagang, terdiri atas eliminasi
dalam tempo 10 tahun (88%) dan
penghapus lebih lanjut (4%)
Sensitive Track (ST) - 8% dari total
pos tarif 6 digit dan nilai dagang.

Komprehensif

Entry Into Force 1 Januari 2010:


90% pos tarif NZ dan 91.77% pos tarif
Australia akan dihapuskan tarifnya
pada tahun 2010
90.23% pos tarif Indonesia akan
dihapuskan tarifnya pada tahun 2015

ASEAN India

13 Agustus 2009

Direncanakan 1
Januari 2010

Perdagangan
Barang
(perundingan jasa
dan investasi
sedang dilakukan)

Pada tahun 2016 (berakhirnya


Normal Track):
42.56% pos tariff Indonesia akan
dihapuskan tarifnya
79.35% pos tariff India akan
dihapuskan tarifnya

LATAR BELAKANG

Latar Belakang AFTA dan ASEAN-China FTA


1991
ASEAN FTA disepakati 1992-2007
(kemudian dipercepat ke 2001)
1996
partner ASEAN

RRC secara resmi menjadi dialog

1997 (Desember)
Joint Statement kepala negara
untuk menjalankan ASEAN dan RRC adalah sahabat dan
mitra yang
saling percaya untuk menyongsong
abad 21
2000 (Nopember)
Pada KTT ASEAN RRC, Kepala
Negara menyepakati gagasan pembentukan CAFTA
9

2001 (Maret)

Dibentuk ASEAN RRC Economic Expert

Group

2002 (Nopember)
Pada KTT ASEAN RRC, Kepala Negara
menandatangani Framework Agreement on
Comprehensive
Economic Cooperation
between ASEAN and the PRC
2003
2004

Perundingan CAFTA dimulai dan selesai

Juni

2003
Bali Concord (Proposal IndonesiaASEAN
Community diterima):AFTA menjadi bagian
dari ASEAN Economic
Community
2004 (Nopember)
(2004-2010)
2007
2007
Print ditandatangani
2008 (Desember)

Kesepakatan CAFTA Barang ditanda-

tangani

AEC diakselerasi dari 2020 ke 2015


Kesepakatan ASEAN Charter dan AEC

Blue

ASEAN Charter berlaku

10

Tahapan Penghapusan Tarif Bea Masuk


Tahap I: Early Harvest Program (EHP)
Chapter 01 sampai dengan Chapter 08 yaitu:
Binatang hidup, Ikan, Dairy product,
Tumbuhan, Sayuran, dan buah-buahan.
Kesepakatan Bilateral (produk spesifik)
antara lain kopi, Minyak Kelapa/CPO, Coklat,
barang dari karet, dan perabotan.

Tahap II: Normal Track I dan II


- Normal Track I Tarif akan menjadi 0%
pada tahun 2010
- Normal Track II Tarif akan menjadi 0%
pada tahun 2012

- Tarif akan menjadi 0% pada tahun 2006

Tahap III: Sensitive / Highly Sensitive List

- Sensitive List: (a) Tahun 2012 = max 20% ; (b) Tahun 2018 = Pengurangan menjadi 0-5%
Dengan 304 Produk (HS 6 digit) antara lain Barang Jadi Kulit: tas, dompet; Alas kaki :
Sepatu, Casual, Kulit; Kacamata; Alat Musik; Tiup, petik, gesek; Mainan: Boneka; Alat
Olah Raga; Alat Tulis; Besi dan Baja; Spare part; Alat angkut; Glokasida dan Alkaloid
Nabati; Senyawa Organik; Antibiotik; Kaca; Barang-barang Plastik.
- Highly Sensitive List : Tahun 2015 tarifnya maksimum 50%
Dengan 47 Produk (HS 6 digit), yang antara lain terdiri dari Produk Pertanian, seperti
Beras, Gula, Jagung dan Kedelai; Produk Industri Tekstil dan produk Tekstil (ITPT);Produk
Otomotif; Produk Ceramic Tableware.
11

Pengelompokan Barang
Normal Track (target of tariff rate = 0%)
(a) Early Harvest Program (2006)
(b) NT1 (2010)
(c) NT2 (2012)
Sensitive list
(a) Tahun 2012 tarif menjadi 20%
(b) Tahun 2018 tarif menjadi 0-5%
Highly Sensitive list
Tahun 2015 tarif menjadi 50% (untuk produk yang pada tahun
2002 tingkat tarifnya >50%)

12

KINERJA PERDAGANGAN
LUAR NEGERI INDONESIA
TERKAIT CAFTA

13

Neraca Perdagangan Indonesia-China (G3)

Sumber: BPS, 2010

Selama periode 1999-2007 Indonesia mencatat surplus perdagangan dengan China.


Namun demikian, tahun 2008 dan 2009 (Jan-Okt) mengalami defisit. Defisit neraca
perdagangan tahun 2009 mengalami penurunan dibanding 2008.
14

Struktur Ekspor Non Migas Menurut


Negara Tujuan (G4)
Peranan China dan India sebagai negara tujuan utama ekspor semakin
meningkat.
Sedangkan dominasi pangsa ekspor ke Uni Eropa, Amerika Serikat dan
Jepang mulai berkurang.

Sumber: BPS, diolah.


8

Ekspor Indonesia ke China Menurut Sektor (G5)

Sumber: BPS, 2010

Selama periode 1999-2009 pertumbuhan ekspor produk industri mencapai 17,7% per
tahun dan pertambangan 72,3% per tahun.
16

Perkembangan Impor Menurut Negara Asal (G6)


Peran impor dari
China meningkat
pesat,
sementara impor dari
ASEAN cenderung stabil.

Sumber: BPS (diolah).

17

Impor Indonesia dari China Menurut Golongan


Penggunaan Barang (G7)

Sumber: BPS, 2010

Impor barang modal dan bahan baku penolong dari China meningkat pesat dengan
pertumbuhan rata-rata tahunan masing-masing sebesar 49,8% dan 24,6%.
Kedua kelompok barang tersebut digunakan oleh industri dalam negeri untuk pasar
dalam negeri maupun ekspor.
18

Sepanjang tahun 2000 hingga 2008, neraca perdagangan


tumbuh 10% yang mengindikasikan masih adanya pertumbuhan
ekspor, terutama di sektor non-migas (G8)

Sumber: BPS
Keterangan: * ) Angka sementara

19

Skema Tarif Bea Masuk


Perkembangan Skema Bea Masuk (T7)
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
MFN

9.9

9,9

9,5

7,8

7,6

7,5

7,49

CEPT

3.4

2,8

2,8

2,0

1,9

1,9

CAFTA

9.9

9,6

9,5

6,4

6,4

3,8

2,9

AKFTA

9.9

9.9

9.5

6,6

6,0

2,6

2,6

AANZ

9.9

9,9

9,5

7,8

7,6

7,5

IJEPA

9.9

9.9

9.5

7.8

5,2

4,5

2,97

Sumber: Kemendag, 2009


20

JUMLAH DAN NILAI SKA PER JENIS SKA


PERIODE 2007 S/D OKTOBER 2009 (T8)

Sumber: Kemendag, 2009

21

PELUANG DAN TANTANGAN


Manfaat FTA dengan RRC:
akses untuk produk Indonesia di pasar RRC
peningkatan investasi dan Indonesia sebagai basis produksi (impor bahan baku dan barang modal naik dari
83,7% dari seluruh impor pada tahun 2000 menjadi 91%
pada tahun 2008)
Masalah dan Solusi:
Sejumlah sektor khawatir menghadapi dampak negatif FTA
(3% dari total tariff line) sehingga pemerintah dan bisnis
membentuk Tim Bersama untuk mengkoordinasikan langkah-langkah secara komprehensif meningkatkan daya saing
dan membicarakan ulang pelaksanaan CAFTA untuk beberapa sektor tersebut.
22

Langkah-langkah dalam Rangka


Pelaksanaan CAFTA

23

TIM PENINGKATAN DAYA SAING


Organisasi:
Membentuk Tim Koordinasi Penanganan Hambatan Industri dan Perdagangan (SK.Menko Perekonomian No Kep-42/M.EKON/12/2009)
Pengarah: Menko Perekonomian dan para menteri terkait
Tim Pelaksana: para pejabat Eselon I dari KL terkait dan pelaku
usaha (KADIN dan APINDO) dan 3 Tim Teknis yang fokus kepada:
Penguatan Daya Saing Global
Pengamanan Pasar Domestik
Penguatan Ekspor
Tugas Tim
Identifikasi dan analisis masalah/hambatan
Koordinasi penyelesaian masalah/hambatan industri dan perdagangan
Pemantauan dan evaluasi penyelesaian hambatan
24

STRATEGI I: PENGUATAN DAYA SAING GLOBAL


Penanganan issue domestik, meliputi:
Penataan lahan dan kawasan industri
Pembenahan infrastruktur dan energi
Pemberian insentif (pajak maupun non pajak lainnya)
Membangun kawasan ekonomi khusus
Perluasan akses pembiayaan dan pengurangan biaya bunga (KUR,
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, modal ventura, keuangan
syariah, anjak piutang, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia)
Pembenahan sistem logistik
Perbaikan layanan publik
Penyederhanaan peraturan
Peningkatan kapasitas ketenagakerjaan

25

STRATEGI II: PENGAMANAN PASAR DOMESTIK


Pengawasan di Border
Meningkatkan pengawasan ketentuan impor dan ekspor dalam
pelaksanaan FTA
Menerapkan Early Warning System untuk pemantauan dini
terhadap kemungkinan terjadinya lonjakan impor
Pengetatan pengawasan penggunaan Surat Keterangan Asal barang
(SKA) dari Negara Negara mitra FTA
Pengawasan awal terhadap kepatuhan SNI, Label, kadaluarsa,
kesehatan, lingkungan, security
Penerapan instrumen perdagangan yang diperbolehkan WTO
(safeguard measures) terhadap industry yang mengalami kerugian
yang serius (seriously injury) akibat tekanan impor (import surges)
Penerapan instrumen anti dumping dan countervailing duties atas
importasi yang unfair

26

STRATEGI II: PENGAMANAN PASAR DOMESTIK

Peredaran barang di pasar Lokal


Task Force pengawasan peredaran barang yang tidak sesuai
dengan ketentuan perlindungan konsumen dan industri
Kewajiban penggunaan label dan manual berbahasa Indonesia
Promosi penggunaan produksi dalam negeri
Mengawasi efektifitas promosi penggunaan produksi dalam
negeri (Inpres No 2 tahun 2009)
Mengalakkan program 100% Aku Cinta Indonesia (ACI) dan
Industri Kreatif

27

STRATEGI III: PENGUATAN EKSPOR

Mengoptimalkan peluang pasar China dan ASEAN

Penguatan peran perwakilan luar negeri (ATDAG/TPC)

Promosi Pariwisata, Perdagangan, dan Investasi (TTI)

Penanggulangan masalah dan kasus ekspor

Pengawasan SKA Indonesia

Peningkatan peran LPEI dalam mendukung pembiayaan


ekspor

28

PEMBICARAAN ULANG
Pemerintah (Kementerian Perdagangan) telah menyampaikan
surat kepada Sekjen ASEAN 31/12/09 mengenai:
Indonesia tetap melaksanakan komitmen sesuai jadwal
Menjelaskan bahwa beberapa sektor menyampaikan
kekhawatiran atas pelaksanaan CAFTA dan akan bahas
pada kesempatan pertama

Sebagai tindak lanjut telah melakukan komunikasi


dengan pihak-pihak terkait untuk membahas langkahlangkah yang dapat mengatasi kekhawatiran beberapa
sektor
dan mencari mekanisme yang tepat untuk
mencari solusi win-win sesuai dengan kepentingan
nasional.

29

Boro-boro masuk Cina, produk kita justru terancam ditinggal


rakyatnya sendiri. Akibatnya, terjadilah deindustrialisasi dan
meningkatkan pengangguran. Inilah dampak diterapkannya Pasar
Bebas ASEANCina per 1 Januari 2010. ASEANChina Free
Trade Agreement (CAFTA) alias Pasar Bebas Asia Tenggara
Cina, mulai berlaku per 1 Januari 2010. Tapi di pusat
perdagangan tekstil dan garmen Pasar Tanah Abang, Jakarta
Pusat serta Mangga Dua, Jakarta Utara, batik asal Cina sudah
merajai pasar sejak hampir dua tahun lalu. Bahkan, di Pasar
Johar Semarang, Pasar Klewer Solo, dan Pasar Turi Surabaya
sebagai sentra batik di Pulau Jawa, juga sudah diserbu batik
made
in
negeri
Tirai
Bambu ini (http://
www.sabili.co.id).
(PERILAKU KONSUMEN)

Ternyata, murahnya harga produk tekstil dan garmen asal Cina bukan
semata-mata karena keunggulan industri mereka. Tapi juga karena
praktik ilegal dalam mengimpor produk itu ke Indonesia. Ini
ditegaskan oleh Ketua Asosiasi Pedagang Grosir DKI Jakarta Heris MM.
Menurutnya, tekstil dan produk garmen selundupan menguasai
sejumlah pusat grosir di Jakarta, di antaranya Tanah Abang dan Mangga
Dua. Ini berlangsung sejak tiga tahun terakhir tanpa penanganan yang
jelas, tandasnya. Heris mencontohkan, di Pasar Tanah Abang misalnya,
saat ini memperdagangkan dari sekitar 75%-80% tekstil dan garmen
impor, sekitar 20%-30%-nya ditengarainya masuk secara ilegal.
Demikian juga dengan pusat perdagangan Mangga Dua, diperkirakan
sekitar 40% garmen dan 60% tekstil merupakan barang selundupan (
http://www.sabili.co.id).
(PERILAKU PRODUSEN)

Barang-barang ilegal ini masuk secara borongan melalui


bandara dan pelabuhan, ujar Ketua Asosiasi Pedagang
Grosir DKI Jakarta Heris MM. Modus yang digunakan, lanjut
Heris, produk impor itu biasanya masuk melalui bandara hanya
membayar bea masuk (BM) Rp 70.000 per kilogram, tanpa
membayar PPN, PPh impor dan lain. Sedangkan produk yang
masuk melalui pelabuhan, biasanya dibongkar di tengah laut
kemudian dibawa dengan kapal-kapal kecil ke berbagai kota di
Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Dumai, Jambi, dan
Pangkal Pinang. Umumnya, tekstil dan garmen ilegal ini berasal
dari Cina, Korea, India, dan Thailand, katanya.
(http://www.sabili.co.id)
(PERILAKU OKNUM PEMERINTAH)

Staf Ahli Menteri Keuangan Chatib Basri menilai implementasi ChinaASEAN Free Trade Agreement (CAFTA) tidak perlu ditakutkan. Itu karena
yang terjadi hanyalah legalisasi barang selundupan asal China. "Kita
khawatir untuk sesuatu yang sudah terjadi, barang-barang China sudah ada
di sini lewat selundupan. Jadi, sekarang hanya dilegalisasi saja," kata Chatib
seusai diskusi bertema "100 Hari SBY dan Arah Ekonomi Indonesia" di
Jakarta, Selasa (2/2/2010) malam.
Menurutnya, terjadinya selundupan barang asal China karena adanya
perbedaan harga barang di China dan Indonesia yang disebabkan
pengenaan tarif bea masuk. Oleh karena itu, dengan adanya penurunan tarif
akibat implementasi CAFTA, harga barang-barang selundupan itu akan
menjadi sama dengan harga di China. "Kalau sekarang tarifnya diturunkan,
orang akan masuk ke impor yang legal. Dampaknya akan terlihat di data
impor nanti," ujarnya. (http://metrotvnews.com).
(PERILAKU STAF AHLI PEMERINTAH)

Indonesia siap menghadapi China-ASEAN Free Trade Agreement


(CAFTA). Hal itu disebabkan potensi ekspor Indonesia ke China
lebih tinggi daripada ekspor China ke Indonesia. Apabila
Indonesia tidak mengikuti CAFTA dengan China, pasar Indonesia
justru terancam oleh ekspansi produk dari ASEAN yang
mendapatkan keuntungan atas tersedianya bahan baku produk
China yang lebih murah.
Potensi kenaikan ekspor Indonesia ke China masih jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan kenaikan ekspor China ke Indonesia, kata
staf Deputi Bidang Pengembangan dan Rekstrukturisasi Usaha,
Kementerian Koperasi dan UKM, Ahmad Djunaedi pada 30-3-2010.
(http://fe.ugm.ac.id/id/berita)
(PERILAKU STAF DEPUTI PEMERINTAH)

Mengapa Produk Cina Berharga Murah


dan Semakin Bagus Kualitasnya?
Daniel Hadinata Saputra(http://swa.co.id)

Sisi Technical:
Pertama, Cina unggul di 12 faktor kompetisi bisnis. Kecuali faktor efisiensi
pasar barang dan jasa, Cina menang telak di faktor sistem birokrasi yang
cepat-tepat, infrastruktur, stabilitas ekonomi, inovasi bisnis, efisiensi
tenaga kerja dan ukuran pasar (sehingga mampu mencapai economies of
scale).
Kedua, Cina menerapkan strategi Reverse Engineering atau imitasi, sehingga
mengurangi biaya riset dan pengembangan, serta dapat memproduksi
barang yang bervariasi dalam waktu singkat.
Ketiga, adanya tax free policy selama tiga tahun pertama untuk perusahaan
joint venture, subsidi 13,5% dari pemerintahan lokal dalam bentuk tax
refund, pinjaman bank yang hanya 3% per tahun, serta banyaknya industri
pendukung sehingga industri Cina tidak perlu mengimpor barang. Mata uang
yuan yang dipatok terhadap US$ membuat harga ekspor barang Cina
menjadi sangat murah.
Keempat, sistem politik di Cina lebih terbuka dan tidak memberangus kritik
lagi sehingga mendorong perbaikan bersinambungan. Contohnya, ada
pertemuan tahunan yang disebut Chinese Economists Society.

Mengapa Produk Cina Berharga Murah


dan Semakin Bagus Kualitasnya?
Daniel Hadinata Saputra(http://swa.co.id)

Sisi Technical:
Kelima, sebagai pusat industri di dunia, pemerintah China memilih untuk
memprioritaskan penyediaan listrik murah. Listrik merupakan faktor
penting untuk menciptakan daya saing dan menarik investasi. Karena itu
dalam penyediaan listrik, China memilih memanfaatkan batu bara yang
melimpah.
Rendahnya daya tarik industri manufaktur di Indonesia antara lain akibat
kegagalan PLN menjaga pasokan listrik dan tingkat harga. Tingginya
biaya produksi terjadi karena PLN tidak mendapat dukungan pasokan
energi murah baik batu bara maupuan gas dari pemerintah. Padahal
Indonesia memiliki kekayaan energi alam yang tidak kalah jika
dibandingkan dengan China. Tetapi Indonesia lebih memilih menjadikan
batu bara dan gas sebagai komoditas ekspor, bukan modal untuk
membangun Industri. Demikian juga pada pengolahan timah, China tidak
menjadikan komoditas ekspor yang didasarkan pada visi dan strategi
China untuk membangun struktur industri elektronik yang kompetitif.
Sedangkan di Indonesia, timah dibiarkan untuk diolah negara lain.

Mengapa Produk Cina Berharga Murah


dan Semakin Bagus Kualitasnya?
Daniel Hadinata Saputra(http://swa.co.id)

Sisi Human Social:


Pertama, adanya jejaring keluarga. Pebisnis Cina bisa menekan biaya
pemasaran karena menggunakan jejaring ini untuk promosi (Chinas
Megatrends oleh John Naisbitt dan Doris Naisbitt, 2010).
Kedua, ada trust antarpedagang, terutama kredit yang dilandasi guanxi
(hubungan). Guanxi ini tidak hanya pada keluarga, tetapi juga kesamaan
asal daerah, sekolah, dan persahabatan.
Ketiga, investasi luar biasa di sektor pendidikan. Pada 1998, 3,4 juta pelajar
masuk ke universitas. Empat tahun kemudian, pendaftaran universitas naik
165% dan siswa Cina yang ke luar negeri naik 152%. Setelah lulus mereka
kembali dan membangun negerinya. Walau awalnya hanya menjadi pabrik
alih daya, karena SDM-nya sudah menguasi teknologi, tak mengherankan
perusahaan Cina seperti Lenovo bisa membeli IBM Thinkpad, Huawei
mengancam Cisco dan Ericsson, serta Haier mengejar GE, Whirlpool, dan
Maytag.
Keempat, walau upah tenaga kerja hampir sama, buruh Cina bekerja lebih
efisien (Cina di peringkat 32, Indonesia di 75 dari 133 negara). Produktivitas
pekerja Cina naik 6% per tahun (1978-2003).

Perilaku Produsen (kualitas produsen)


Qsx = f (Px, Pfp, TP, Tax/Subs, etc)
Perilaku Konsumen (awarness, involvement, committ-ment,
participation)
Qdx = f (Px, Ax, Ox, Dx, Py, Ay, Oy, Dy, Yc, Tc, Ec, Pn, Gp, Pn, etc.)
Dependent strategic
competitor consumer
others
Variable
variable
variable
variable
variable
Pemerintah:
1. Kebijakan perlindungan konsumen dan produsen.
2. Kebijakan sektor riil dan sektor moneter (bersama
dengan Bank Indonesia).
3. Koordinasi antarKementerian/Instansi.
4. Koordinasi antarPemerintah Kabupaten/Kota.

Вам также может понравиться