Вы находитесь на странице: 1из 12

TUGAS

KEWARGANEGARAAN
1.
2.
3.
4.
5.

ANGGOTA KELOMPOK :
NOVITA K. MALI
SUSANTI ADOLFINA GA
YUPLINA P. TAMELAN
AGUSTINI R. TAGU DIMA
DUARANCY ALUNAT

PENINGKATAN MUTU PERGURUAN TINGGI


1. Kualitas dan akutabilitas akademik(SDM, fasilitas,
kurikulum, dan sistem)
. Sumber daya manusia(SDM)
Pengelolaan perguruan tinggi yang baik harus didukung oleh sumber
daya manusia, terdiri atas dosen dan staf pendukung yang memiliki
kompetensi relevan dan andal dalam jumlah yang memadai. Dosen
merupakan sumber daya manusia utama dalam proses pembentukan
nilai tambah yang bermutu pada diri mahasiswa yang dibimbingnya,
bagi bidang ilmu yang diampunya, dan kesejahteraan masyarakat.
Perguruan tinggi harus melakukan upaya-upaya yang optimal untuk
mendayagunakan kapasitas dosen, sebagai komponen sumber daya
utama, sedemikian sehingga dapat menciptakan kontribusi yang
maksimal terhadap lingkungan internal maupun lingkungan
eksternal.

Fasilitas.
Untuk menghasilkan kualitas tenaga lulusan perguruan tinggi, maka harus bekerja
sama dengan pihak dunia usaha/industri sebagai penyerap dan pemakai tenaga
lulusan perguruan tinggi Hal ini dapat dilakukan dengan
melibatkan unsur mahasiswa, alumni dan perusahaan-perusahaan yang mewakili
dunia usaha, untuk memberikan masukan yang berguna untuk menghasilkan lulusan
perguruan tinggi yang diharapkan mampu berkiprah di era globalisasi. Untuk itu,
maka perlu perbaikan terhadap kurikulum dengan
menambahkan program-program baru seperti : penguasaan bahasa internasional,
teknologi komputer, program magang dan etika.
Laboratorium sebagai ajang latih dan praktek mahasiswa perlu dilengkapi dengan
fasilitas yang cukup serta program pelatihannya harus disesuaikan dengan
perkembangan dunia industri dan jasa. Sedangkan perpustakaan sebagai jantungnya
perguruan tinggi perlu diperkaya dan dilengkapi dengan berbagai jurnal dan
literatrur yang terbaru. Sarana komputerisasi dan perangkat yang lengkap
memungkinkan mahasiswa dapat melakukan interaksi secara global; termasuk
menggali pengetahuan lewal internet. Demikian pula gedung atau ruang perkuliahan
serta perlengkapannya sebagai penunjang proses pendidikan dan pengajaran sangat
perlu mendapat perhatian dari segi kebersihan, keindahan serta kenyamanannya.

Kurikulum
Dalam kegiatan akademik termasuk pengembangan dan penetapan
kurikulum program studi, proses pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar,
perguruan tinggi berfungsi sebagai pemberi kemungkinan (enabler) bagi
kegiatan program studi.
Kurikulum adalah rancangan seluruh kegiatan pembelajaran
mahasiswa sebagai rujukan program studi dalam merencanakan,
melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi seluruh kegiatannya untuk
mencapai tujuan program studi.
Kurikulum disusun berdasarkan kajian mendalam tentang hakikat
keilmuan bidang studi dan kebutuhan pemangku kepentingan terhadap
bidang ilmu dan penjaminan tercapainya kompetensi lulusan yang dicakup
oleh suatu program studi dengan memperhatikan standar mutu, dan visi,
misi perguruan tinggi. Sesuai dengan kebutuhan masing-masing program
studi, perguruan tinggi menetapkan kurikulum dan pedoman yang
mencakup struktur, tataurutan, kedalaman, keluasan, dan penyertaan
komponen tertentu.

2.

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS


ADMINISTRASI( AKADEMIK,KEUANGAN, DAN KEPEGAIWAN)

Prinsip relevansi sebenarnya sepadan dengan konsep link and


match di waktu lalu. Secara operasional,apa yang harus kita
lakukan dalam rangka menerapkan konsep relevansi baik dalam
proses manajemen pendidikan, pengembangan kurikulum,
kegiatan perkuliahan, pengembangan dosen, penerimaan
mahasiswa (leaner), sarana dan prasarana dan lainlain. Dalam
bidang perkuliahan misalnya bagaimana proses mendesain,
melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan perkuliahan? Apa
peranan dosen dalam kegiatan perkuliahan agar dapat
memberikan kontribusi secara optimal terhadap penerapan
relevansi? Dua pertanyaan terakhir ini akan menjadi fokus
bahasan tulisan ini.

Konsepsi ini berkembang dari pendapat bahwa siapapun yang diserahi tugas mendidik harus
dapat mempertanggungjawabkan tugasnya.Dalam konsepsi akuntabilitas paling sedikit ada empat
komponen yang harus diperhatikan, yaitu tujuan, kegiatan, penilaian dan umpan balik. Tujuan
dalam tiap usaha pendidikan harus dapat dirumuskan dengan jelas sehingga dapat diketahui
dengan tepat misalnya banyaknya perubahan perilaku penampilan pada diri mahasiswa.Kegiatan
yang dilakukan hendaknya merupakan kegiatan yang mengarah kepada tercapainya tujuan.
Penilaian, merupakan usaha untuk mengetahui seberapa jauh tujuan telah tercapai serta berapa
banyak biaya yang telah dikeluarkan.Sedang umpan balik dimaksudkan agar dapat dilakukan
penyempurnaan, baik pada tujuan maupun kegiatan oleh mereka yang berkepentingan. Keempat
komponen ini merupakan satu kesatuan, yang pada hakekatnya berada didalam suatu pendekatan.
Atas dasar konsepsi itu dapatlah dikatakan bahwa pendidikan yang akuntabel adalah pendidikan
yang :
a. Tujuannnya jelas dan dapat dijabarkan menjadi tujuan - tujuan khusus.
b. Kegiatannnya dapat diawasi agar selalu mengarah kepada pencapaian tujuan.
c. Hasilnya efektif karena tujuan tercapai.
d. Proses pencapaian hasil itu efisien dengan mengingat sumber sumber yang tersedia.
e. Menjalankan mekanisme umpan balik untuk menyempurnakan usaha pendidikan.
Para dosen sebagai pihak yang paling banyak mendapat sorotan mungkin berkeberatan terhadap
pelaksanaan konsep akuntabilitas karena dari mereka dituntut kegiatan awal (persiapan) yang
banyak, mengubah cara atau gaya yang telah dikuasai atau menjadi kebiasannya,serta merasa
dicampuri,diawasi,dan dinilai kegiatan keahliannya.

Pemerataan Pendidikan Tinggi


Penyelenggara pendidikan tinggi bertanggungjawab melaksanakan kebijakan dalam
meningkatkan pemerataan pendidikan tinggi yang meliputi tiga aspek berikut :
1. Perluasan Kesempatan Belajar
Pemerataan kesempatan dalam memperoleh pendidikan tinggi berhubungan dengan peran
pendidikan tinggi sebagai wahana mobilitas sosial.Pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan
tinggi berkenaan dengan dua segi yaiti kuantitatif dan kualitatif. Dari segi kuantitatif, hal ini
mengangkut peningkatan kapasitas tampung program pendidikan S -1 dan Diploma di lembaga
pendidikan tinggi negeri dan swasta. Dari segi kualitatif, harus diusahakan agar proporsi jumlah
mahasiswa baik menurut bidang keahlian maupun jalur pendidikan sesuai dengan keperluan
bidang dan jenjang keahlian dalam dunia kerja.
2. Penyebaran Pendidikan Tinggi melalui Pusat Pertumbuhan.
Pemerataan dalam penyebaran pendidikan tinggi secara geografis,terkait dengan peran
pendidikan tinggi sebagai sumber daya pembangunan di wilayah kedudukannya.Penyebaran
kemampuan menyelenggarakan fungsi kelembagaan pendidikan tinggi di semua wilayah,
termasuk mengembangkan program program unggul yang memiliki keberhasilan yang tinggi di
suatu wilayah. Penyebaran kemampuan ini diselenggarakan antara lain melalui pusatpusat
pertumbuhan pendidikan tinggi di kawasan Barat dan Timur Indonesia.
3. Peningkatan Peran Perguruan Tinggi dalam Menyiapkan Tenaga untuk Keperluan Setempat.
Perguruan tinggi harus mampu memenuhi kebutuhan sumberdaya setempat baik dalam jumlah
maupun mutu dengan meningkatkan sumberdaya pendidikan untuk memasok kebutuhan
sumberdaya manusia setempat, dan meningkatkan proses pendidikan di perguruan tinggi
setempat dengan mengembangkan unsurunsur pokok dan penunjang yang diperlukan.

PENATAAN KELEMBAGAAN ( SESUAI DENGAN


VISI MISI PT , EFISIENSI DAN FLEKSIBEL)
Apapun yang akan dinyatakan sebagai tujuan pendidikan,
fungsi dasarnya di setiap masyarakat adalah sosialaisasi,
dalam arti menyiapkan generasi muda untuk menghadapi dan
mengatasi masalahmasalah pembangunan masyarakat di
kemudian hari. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari
masalahmasalah yang dihadapi oleh masyarakat dunia,yaitu
pergaulan antar bangsa akan akan dilandasi oleh mekanisme
pasar yang disertai mobilitas barang dan jasa secara global.
Untuk menghadapi hal tersebut, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi telah menyatakan bahwa salah satu tujuan
utama Pendidikan Tinggi untuk Pelita VI dan menyongsong
tonggaktonggak waktu tahun 2005 dan 2020 adalah penataan
sistem pendidikan agar lebih sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan pembangunan.

Penataan Sistem Pendidikan Tinggi didasarkan atas 5 komponen. Kelima


komponen tersebut adalah kualitas, otonomi, akuntabilitas, akreditasi
dan evaluasi yang didapat digunakan sebagai acuan dasar atau
Paradigma Penataan Sistem Pendidikan Tinggi yang meliputi :
1) Hasil dan kinerja perguruan tinggi harus selalu mengacu pada
kualitas yang berkelanjutan.
2) Kualitas yang berkelanjutan, yang dilandasi kreatifitas,ingenuitas dan
produktifitas pribadi sivitas akademika,dan dapat dirangsang oleh
pola manajemen yang berasaskan otonomi.
3) Otonomi perguruan tinggi harus senafas dengan akuntabilitas
mengenai penyelenggaran, kinerja dan hasil pergutuan tinggi.
4) Hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang handal dan
syahih mengenai penyelengaraan, kinerja dan hasil perguruan tinggi,
diaktualisasi melalui proses akreditasi oleh Badan Akreditasi
Nasional.
5) Tindakan manajerial utama yang melandasi pengambilan keputusan
dan perencanaan di perguruan tinggi adalah proses evaluasi.

1. Kerangka Konseptual
Standar ini merupakan standar yang mencerminkan mutu pengelolaan perguruan
tinggi yang memiliki kelayakan arah masa depan yang jelas. Perguruan tinggi
harus memiliki strategi dan upaya perwujudannya yang dipahami dan didukung
dengan penuh komitmen serta partisipasi yang optimal semua pemangku
kepentingan (stakeholders).
Rumusan visi dan misi harus mudah dipahami, dijabarkan secara logis, dan tata
urutan serta pengaturan langkah-langkahnya mengikuti alur pikir (logika) yang
secara akademik wajar.
Strategi yang dirumuskan didasari analisis kondisi yang komprehensif,
menggunakan tools dan instrumen yang sahih dan andal, sehingga menghasilkan
landasan bagi langkah-langkah pelaksanaan dan kinerja yang urutannya
sistematis, saling berkontribusi dan sinambung. Kesuksesan di salah satu subsistem berkontribusi dan ditindaklanjuti oleh subsistem lain yang terkait.
Keberhasilan pelaksanaan strategi diukur dengan tolok ukur yang mudah dipahami
semua pemangku kepentingan, sehingga visi yang diajukan bukan sekedar mimpi
dan kiasan (platitude).
Keberhasilan pelaksanaan misi menjadi cerminan perwujudan visi. Dengan
demikian, rumusan visi dan misi merupakan satu kesatuan wujud cerminan
integritas perguruan tinggi yang bersangkutan.

2. DESKRIPSI
Standar ini merupakan standar yang mencerminkan mutu
pengelolaan perguruan tinggi yang memiliki kelayakan arah
masa depan yang jelas. Visi merupakan gambaran tentang
masa depan yang dicita-citakan perguruan tinggi yang
dirumuskan secara jelas untuk diwujudkan dalam kurun
waktu yang tegas, sedangkan misi adalah rumusan tugas
pokok dan fungsi perguruan tinggi yang ditata secara
sistematis. Untuk mewujudkan visinya, maka misi perguruan
tinggi dinyatakan secara spesifik sebagai apa yang hendak
dilaksanakan dalam penyelenggaraan program dan kegiatan
akademik. Visi dan misi perguruan tinggi menjadi acuan
utama dalam menentukan tujuan dan sasaran yang hendak
dicapai, dengan rumusan yang jelas, spesifik, dapat diukur
ketercapaiannya dalam kurun waktu yang ditentukan.

3. Elemen Penilaian
Visi dikembangkan berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah yang
baik dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Pengembangan visi dan misi perguruan tinggi melalui
mekanisme yang akuntabel.
Perguruan tinggi menetapkan tonggak-tonggak capaian
(milestones) tujuan dalam rencana strategis.
Sosialisasi visi dan misi perguruan tinggi dilaksanakan secara
berkala kepada pemangku kepentingan.
Visi dan misi perguruan tinggi dijadikan rambu-rambu,
panduan, dan pedoman bagi semua pemangku kepentingan
internal serta dijadikan acuan untuk mengembangkan
Renstra, keterwujudan visi, keterlaksanaan misi, ketercapaian
tujuan melalui strategi-strategi yang dikembangkan.

Вам также может понравиться