Вы находитесь на странице: 1из 55

Dasar Hukum :

UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 dan Undang-undang no. 14


tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai
Tenaga Kerja dan Undang-undang Keselamatan Kerja no.
01 tahun 1970.
Himpunan Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang berlaku di PT PLN (Persero).
Keputusan
Menteri
Tenaga
Kerja
RI
no.
Kep245/Men/1990 tanggal 12 Mei 1990 tentang Hari
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, maka setiap
tanggal 12 Januari digunakan sebagai Hari dimulainya
pelaksanaan bulan K3 Nasional.
Undang-undang RI no. 15 tahun 1985
Ketenaglistrikan pasal 18 ayat 1 dan ayat 2.

tentang

Latar Belakang :
Bulan bakti K3 sasarannya agar K3 dapat dilaksanakan
secara terus menerus dalam usaha peningkatan produksi
Bulan bakti K3 berfungsi untuk aktualisasi dan peningkatan
pelaksanaan K3 yang pada gilirannya K3 menjadi perilaku dan
budaya perusahaan, pekerja / karyawan dan masyarakat.
Dalam menghadapi persaingan pasar bebas, K3 sebagai upaya
perlindungan tenaga kerja dan aset perusahaan diwujudkan
dalam bentuk syarat teknis yang harus di penuhi sehingga
paragdima pelaksanaan K3 yang selama ini dilakukan secara
konvensional harus disesuaikan dengan paradigma baru
melalui pendekatan kesinambungan yang terintegrasi dalam
manajemen
perusahaan
yaitu
Sistim
Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Kecelakaan kerja menyebabkan kesengsaraan baik


terhadap korban maupun keluargannya.
Biaya akibat kecelakaan maupun kerusakan peralatan cukup
tinggi.
Terganggunya pelayanan.
Mengurangi produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja menyebabkan kinerja unit menjadi
berkurang nilainya.
Kecelakaan kerja merupakan gambaran dari ketimpangan
manajemen.

Tujuan :

TUJUAN DAN SASARAN

Bulan K3 bertujuan untuk perusahaan dalam pelaksanaan


keselamatan dan kesehatan kerja melalui Gerakan Nasional
K3, guna mempercepat pemasyarakatan dan penerapan
SMK3 dalam rangka terciptanya tempat kerja yang aman,
nyaman, sehat dan produktif menuju peningkatan kinerja
perusahaan.
Sasaran :
Terlaksananya pelaksanaan keselamatan
dan kesehatan kerja melalui penerapan
program SMK3 ditempat kerja.

Pengertian Keselamatan Umum :


Keselamatan umum adalah upaya untuk mewujudkan kondisi aman
dari bahaya bagi masyarakat umum, yang dilaksanakan dengan
jalan memberikan perlindungan, pencegahan dan penyelesaian
terhadap terjadinya kecelakaan masyarakat umum yang
berhubungan dengan kegiatan perseroan.
Masyarakat Umum :
Masyarakat yang tinggal atau melaksanakan kegiatan disekitar
instalasi penyediaan tenaga listrik milik perseroan atau yang
melaksanakan kegiatan berhubungan dengan bangunan / sarana
milik perseroan atau yang menjadi tamu dan berada diruangan /
halaman tempat kerja perseroan.

Pelanggan pengguna tenaga listrik


yang disalurkan / didistribusikan oleh
perseroan.

Ruang Lingkup :
Masyarakat umum yang tinggal atau melaksanakan kegiatan
disekitar instalasi penyediaan tenaga listrik milik perseroan
dan atau bagi masyarakat umum yang berhubungan dengan
kegiatan perseroan.
Jenis Kecelakaan Masyarakat Umum :
Disebabkan karena listrik yang terjadi pada daerah
instalasi penyedian tenaga listrik milik perseroan.
Disebakan karena listrik yang
terjadi pada daerah instalasi
pemanfaatan tenaga listrik milik
pelanggan.
Bukan karena listrik.

Penyebab Dasar Kecelakaan Masyarakat Umum :


1. Penyebab dasar berupa Perbuatan Berbahaya (Unsafe act) yang
merupakan kelalaian dari (MU), antara lain :

Melaksankan kegiatan tidak aman dengan / tidak sengaja .


Menggunakan tenaga listrik secara tidak syah (mencuri).
Kelalaian-kelalaian lainnya.

2. Penyebab dasar berupa Kondisi Berbahaya (Unsafe condition)


yang merupakan kelalaian dari (MU), antara lain :

Kurang paham akan bahaya listrik.


Penggunaan peralatan pemanfaatan tenaga listrik
yang tidak memenuhi syarat keselamatan / tidak
dilengkapi sertifikat tanda keselamatan.
Penggunaan peralatan pemanfaatan tenaga listrik
yang tidak memenuhi syarat keselamatan / tidak
dilengkapi sertifikat kesesuaian PUIL.

3. Penyebab dasar berupa Kondisi Berbahaya (Unsafe condition) yang merupakan


kelalaian dari Manajemen Perseroan (tanggung jawab renteng), antara lain :

Tidak memberikan penyuluhan keselamatan


kepada pelanggan pengguna tenaga listrik.
Tidak melaksanakan pemasangan tanda
peringatan dan poster larangan pada
instalasi yang berpotensi bahaya.
Tidak melakukan pengujian / melengkapi
sertifikat laik operasi bagi instalasi yang
dioperasikan.
Tidak memastikan bahwa instalasi selalu
terkendali dan kondisinya aman.
Kelalaian-kelalaian lainnya (yang tidak
berhubungan dengan tenaga listrik).

Penyebab Perantara Terjadinya Kecelakaan Masyarakat Umum :


1. Penyebab perantara karena listrik, berupa tersengat listrik atau

terbakar / kebakaran karena loncatan api


penyebab yang paling umum terjadi.

listrik, merupakan

2. Penyebab perantara karena bukan listrik, antara lain tertimpa

bangunan milik perseroan, tertabrak kendaraan milik perseroan,


dsb.

Akibat Terjadinya Kecelakaan Masyarakat Umum :

Luka / tewas, pada saat terjadinya


kecelakaan.
Meninggal dunia / cacat, setelah
memperoleh perawatan akibat kecelakaan.
Kerusakan harta milik masyarakat umum.

Perlindungan :
1. Memberikan penyuluhan tentang keselamatan akan bahaya listrik
2.
3.
4.

5.

kepada pelanggan pengguna TL.


Meningkatkan kemampuan tenaga teknik perseroan dengan
pendidikan dan pelatihan serta melengkapi sertifikat kompetensi.
Melengkapi sertifikat laik operasi bagi instalasi yang dioperasikan
disekitar tempat tinggal atau tempat kegiatan masyarakat umum.
Melaksanakan pemasangan tanda peringatan dan poster larangan
pada lokasi-lokasi instalasi PTL yang berpotensi bahaya, yang
berada disekitar tempat tinggal atau tempat kegiatan masyarakat
umum.
Melaksanakan pengawasan dan patroli jaringan TL secara berkala.

6. Menganjurkan kepada pelanggan / masyarkat umum agar instalasi

rumah sesuai dengan standar PUIL & peralatan pemanfaatan yang


digunakan dilengkapi tanda keselamatan.
7. Serta kegiatan lain dalam rangka memberikan perlindungan &
pencegahan.

Penyelesaian :
1. Pemeriksaan dan investigasi (P & I) kecelakaan masyarakat umum.

Kegiatan P & I kecelakaan oleh internal perseroan.


P & I terhadap kecelakaan MU yang terjadi pada
daerah instalasi atau terjadi berhubungan dengan
kegiatan perseroan atau terjadi pada daerah instalasi
pemanfaatan TL milik pelanggan pada umumnya juga
dilaksanakan oleh penyidik dari Kepolisian setempat.
P & I terhadap terjadinya kecelakaan MU yang
mengakibatkan kerusakan instalasi PTL dan berakibat
instalasi tidak dapat beroperasi untuk sementara
waktu, pada umumnya juga dilaksanakan oleh Inspektur
Ketenagalistrikan dari Kantor Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral setempat.

2. Penyelesaian Hukum terjadinya kecelakaan MU

Penyelesaian kecelakaan MU yang disebabkan oleh kelalaian


perseroan.
Penyelesaian kecelakaan MU yang disebabkan oleh kelalaian dari
MU.

STANDARISASI :
1.
2.

Penerapan program kecelakaan nihil pada MU yang berhubungan dengan


kegiatan perseroan.
Penerapan SNI dibidang Ketenagalistrikan yang bersifat wajib maupun
tidak wajib dan penerapan standar lainnya untuk mendukung program
kecelakaan nihil.

KINERJA :
1.
Bagian dari kinerja antara unit perseroan setingkat Cabang / Sektor
dengan unit perseroan setingkat Wilayah atau antara unit setingkat
Wilayah dengan Kantor Pusat.
2.
Program Keselamatan Umum merupakan bagian dari SMK3 atau
bagian dari program K2. Keberhasilannya akan dinilai pada audit
SMK3.

PENGERTIAN K3
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah
upaya
untuk
memberikan
perlindungan,
pencegahan
dan
penyelesaian
terhadap
kecelakaan yang dialami pekerja termasuk
penyakit yang timbul karena hubungan kerja,
kerugian yang dialami perusahaan akibat
kebakaran/ledakan, kerusakan /gangguan dan
bencana alam, serta kerugian yang dialami
masyarakat umum sebagai konsumen dari produk
yang dihasilkan perusahaan tersebut.

PENGERTIAN KECELAKAAN
Kecelakaan (accident) adalah suatu kejadian (inciden) yang
dapat mengakibatkan luka, penyakit, cacat, atau tewas pada
manusia, dan atau kerugian harta pada manusia atau perusahaan.
Yang termasuk dalam pengertian kecelakaan :
Kejadian yang hampir celaka (near miss).
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang
terjadi
karena
hubungan
kerja
dan
disebabkan oleh bahaya yang berkaitan
langsung dengan pekerjaannya.
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja.
Kerugian harta termasuk karena musibah
seperti kebakaran, bencana alam (banjir,
longsor, gempa, dsb), property damage dan
kehilangan.
Kerugian-kerugian lainnya.

PROSES PROSES

adalah suatu kejadian (inciden)


yang dapat
mengakibatkan
Kacaunya proses pekerjaan /
produksi yang direncanakan
sebelumnya

INSIDENT

PRODUKSI
TERGANGGU

AMBULANCE

Kerugian :
People (luka, cacat, meninggal).
Property (kerusakan bangunan & peralatan.
Profit ($, Rp).

KUBURAN

Penyebab Kecelakaan :
a. Ketimpangan pada Tenaga Kerja :

Tidak cocok terhadap peralatan kerja dan lingkungan kerja.


Kurang memiliki pengetahuan dan ketrampilan.
Ketidakmampuan fisik dan mental atau faktor bakat yang lain.
Kurang motivasi kerja atau kesadaran akan K3.

b. Ketimpangan pada Manajemen :

Sikap manajemen tidak peduli K3 / tidak punya komitmen K3.


Organisasi buruk/sistem kepegawaian buruk.
Tidak ada / tidak diterapkan persyaratan dan prosedur kerja.
Tidak ada pengawasan terhadap kegiatan berpotensi bahaya.

c. Ketimpangan pada Peralatan / Kondisi Kerja :


Instalasi dan alat produksi : Kesalahan perencanaan,
pemasangan, penggunaan, atau kondisinya telah aus /
rusak.
Suku cadang dan bahan produksi : kesalahan pembelian,
pengangkutan, peletakan atau pembuangan sisa
produksi.
Tempat kerja dan lingkungan kerja : sirkulasi udara
kurang, penerangan kurang, bising, bergetar, tekanan
lebih, panas / dingin, lembab, ada radiasi berbahaya.

Ketimpangan sistim kerja berakibatkan timbulnya perbuatan berbahaya


(uncafe acts) da atau kondisi berbahaya (unsafe conditions) :
Perbuatan Berbahaya :

Bekerja tanpa wewenang.


Bekerja dengan prosedur salah.
Posisi atai sikap kerja tidak selamat.
Menggunakan perlengkapan yang berbahaya (aus, rusak, tidak tepat).
Tidak memakai peralatan keselamatan kerja dan APD (Alat Pelindung
Diri), menganggu teman kerja, dsb.

Kondisi Berbahaya :

Pelindung kurang memadai / tidak dilengkapi pada peralatan yang


bergerak / berbahaya.
Keadaan tidak memenuhi syarat atau rusak (kasar, tajam, licin,
berkarat longgar, bengkok).
Rancangan / konstruksi dari instalasi / alat produksi yan tidak
selamat.
Penyusunan, penimbunan, penyimpanan bahan secara berbahaya.
Sirkulasi udara kurang, penerangan kurang, bising, bergetar,
panas / dingin, lembab dan terdapat radiasi berbahaya.
Alat-alat peringatan yang tidak memadai.
Peralatan keselamatan kerja / APD tidak memenuhi syarat /
tersedia, dsb.

Sebab dan akibat kecelakaan :


Dari statistik bahwa prosentase penyebab kecelakaan karena
Perbuatan Berbahaya sangat dominan dibandingkan dengan
karena Kondisi Berbahaya dan karena Musibah, seperti
digambarkan oleh ILO sebagai berikut :
Perbuatan
Berbahaya
Ketimpangan
Sistim Kerja

80 %
Kondisi
Berbahaya
18 %

Musibah
2%

Kecelakaan

Kerugian

Teori Domino Kecelakaan :


M.W. Heinrich dengan teori kartu domino-nya, mengambarkan interaksi
multilinier dari sebab dan akibat kecelakaan, sbb :

Penyebab
Dasar

Ketimpangan
Kepemimpinan

Gejala
Perilaku
Berbahaya
Kondisi
Berbahaya

Kejadian

Kerugian
Tenaga Kerja

Kecelakaan
Kerja

Apabila kartu Penyebab Dasar dan


atau Gejala dicabut, maka tidak akan
menimbulkan kecelakaan kerja yang
mengakibatkan kerugian

Perusahaan
Masyarakat

Piramida perbandingan kecelakaan :


Pentingnya mencatat, menganalisa dan mencegah sekecil apapun bahkan
kejadian hampir celaka (near miss), ditunjukkan dengan piramida
perbandingan kecelakaan dari kajian yang dilakukan oleh seorang
Direktur dari General Industry (Amerika Serikat) tahun 1929, hasil
penelitiannya sebagai berikut :
1
10
30
600

Luka berat / penyakit / tewas


(fatal)
Luka ringan (light injury)
Kerusakan harta (property
damage)
Hampir celaka (near miss)

Perbandingan tersebut mengungkapkan, bahwa perhatian


yang hanya ditujukan kepada kecelakaan fatal saja tidak
akan sebanding dengan kerugian-kerugian yang mengawalinya.

Akibat Kecelakaan :
Kecelakaan yang terjadi dalam perusahaan mengakibatkan kerugian :
a. Pada Tenaga Kerja :

Cidera, sakit, cacat atau tewas.


Gangguan kejiwaan.
Kesedihan keluarga karyawan, dsb.

b. Pada perusahaan :

Biaya perawatan tenaga kerja.


Biaya ganti rugi kepada karyawan dan atau masyarakat.
Kerusakan harta perusahaan, keugian proses / kelambatan
produksi.
Biaya mencari dan melatih tenaga kerja pengganti.
Naiknya premi asuransi, dsb.

c. Pada Masyarakat :

Cidera atau korban jiwa.


Kerusakan harta masyarakat.
Kerusakan lingkungan, dsb.

Kerugian Akibat Kecelakaan (Fenomena Gunung Es) :


Kerugian akibat kecelakaan sebagai biaya yang harus ditanggung
perusahaan terdiri dari kerugian / biaya langsung yang segera diketahui
nilainya dan kerugian / biaya tidak langsung yang memerlukan waktu
untuk menilainya. Bila dicermati, maka kerugian langsung nilainya relatif
kecil dibandingkan dengan kerugian tidak langsung sebagai berikut :
$1
Biaya
Langsung
$5 - $50
Kerusakan harta/
Kerugian proses,
Biaya umum
$1 -$3
Biaya
Lainnya

Biaya pengobatan, perawatan.


Tunjangan cacat, kematian.
Biaya ganti rugi lainnya

Kerugian jam kerja.


Kerusakan bangunan, instalasi, alat kerja, material.
Kerugian produksi, sewa peralatan sementara.
Biaya pengacara.

Penyelidikan kecelakaan.
Rekrutmen & pelatihan.
Lembur & biaya administrasi.
Kerugian kepercayaan masyarakat.

Perlindungan dan Pencegahan Kecelakaan :


1. Menerapkan teknik keselamatan (safety engineering) pada waktu

perencanaan dan pelaksanaan pemasangan instalasi, bangunan dan


peralatan.
2. Menerapkan pengendalian keselamatan (safety control) pada waktu
proses produksi berlangsung.
a. Pengendalian Teknis (Engineering Control) :

Terhadap Lingkungan Kerja :

Pengaturan tempat kerja :


Kebersihan, ketertiban, keteraturan tempat kerja.
Kesesuaian tenaga kerja dengan peralatan di
tempat
kerja (ergonomi)
Sirkulasi udara (ventilasi) dan penerangan ruang kerja
yang cukup.
Pencegahan terhadap bahaya kebisingan, getaran, tekanan
lebih, suhu / kelembaban dan radiasi yang membahayakan.

Terhadap Instalasi dan Peralatan Kerja :

Pengamanan / perlindungan terhadap mesin dan perkakas yang dapat


membahayakan.
Penggunaan peralatan kerja yan memenuhi syarat.
Material yang digunakan sesuai standar / prosedur kerja.
Pembuangan sisa produksi memperlihatkan kelestarian lingkungan.
Melaksanakan pemeliharaan bersifat pencegahan kerusakan (preventive
maintenance) dan memperbaiki kondisi kerja (corrective maintenance).

a. Pengendalian Administrasi (Administration Control) :

Terhadap Cara Kerja :

Menerapkan prosedur kerja yang aman.


Membuat prosedur tetap bagi kegiatan yang berulang (SOP).
Memupuk kebiasaan bekerja menurut petunjuk manual dari
pabrik.
Menciptakan sistim pengamat untuk mengetahui terdapatnya
penyimpangan cara kerja.

c. Pengendalian Personil (Personil Control) Terhapap Tenaga Kerja :

Terhadap Cara Kerja :

Motivasi untuk meningkatkan kesadaran akan keselamatan.


Bekerja dengan teratur dan aman.
Penggunaan alat pelindung diri (APD).
Bidang pengetahuan dan ketrampilan :

- Pemilihan, penempatan dan pemindahan pegawai sesuai


persyaratan kerja.
Memberikan pendidikan dan ketrampilan secara
berkelanjutan.
Bidang sikap / perilaku / mental :
- Pengamatan Stress.
- Pengamatan Bioritmik.

Alat Pelindung Diri (APD).


Cara terbaik mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan
resiko atau mengendalikan sumber bahaya. Bila tidak mungkin,
perusahaan menyediakan APD.
APD hanya berfungsi untuk mengurangi akibat kecelakaan dan
sama sekali bukan untuk mencegah kecelakaan, oleh karenanya
APD tidak menjamin pemakainya bebas dari kecelakaan, karena :

Kecelakaan ada sebabnya. Pencegahan kecelakaan bisa


terlaksana bila sebab-sebab kecelakaan dapat dihilangkan.
Adanya gerakan-gerakan tak sadar / reflek dari pemakai.

APD mempunyai kemampuan terbatas.

Jenis-Jenis APD :
Alat pelindung kepala (helmets) : Pelindung rambut, batok kepala, sengatan

listrik, suhu ekstrim, topi pemadam kebakaran


Alat pelindung wajah (mask) : perisai wajah, topeng las / koplas, perisai setengah
wajah (half mask).
Alat pelindung mata (glass, kedok / google) : kaca mata las, goggle mata las.
Alat pelindung pernapasan (APP / breathing apparatus) : APP pemasok udara
berdiri sendiri atau dilengkapi selang udara, APP penyaring udara (respirator,
filter) berfungsi menyaring gas dan uap atau yang berfungsi menyaring partikel.
Alat pelindung telinga : tutup / mangkuk telinga (ear muff), sumbat telinga (ear
plug).
Alat pelindung badan : pakaian kerja (bergantung dari jenis pekerjaan), apron /
alat pelindung dada.
Alat pelindung tangan (sarung tangan, sarung lengan / glove ) : sarung tangan dari
kain, asbes, kulit untuk kerja ringan / berat, pekerjaan las, listrik, bahan kimia,
logam : sarung tangan telapak tangan kulit, glove karet /PVC, las
Alat pelindung kaki (sepatu, boot, pelindung) : sepatu keselamatan, anti listrik
statis, boot keselamatan, keselamatan listrik, karet setinggi paha, pemadaman
kebakaran
Alat pelindung jatuh : jala keselamatan (safety net) dan tali keselamatan (safety
belt).
Alat pelindung tenggelam : pelampung keselamatan

Hambatan Pemakaian APD.


Hambatan dari manajemen :

Progam K3 kurang memadai, kurang komitmen terhadap k3.


Kurang Motivasi, kurang memberi contoh pemakaian APD, kurang
memahami kemapuan dan keterbatasan APD.

Hambatan tingkah laku tenaga kerja :

Perasaan tidak enak memakai APD (prestisenya rusak, malu, diejek


teman kerja, seolah-olah keberaniannya kurang, dsb).
Pada awal pemakaian APD timbul kurang nyaman, mengurangi
kemampuan kerja, terasa canggung saat bekerja.

Hambatan dalam penyediaan :

Wewenang pengadaan berada pada fungsi lain bukan fungsi yang


membutuhkan APD.
Prosedur pengadaan sering memerlukan waktu lama, sehingga APD
tidak tersedia tepat pada waktu diperlukan.
Standar dan ukuran, sebagian besar APD masih di import, sehingga
masih menggunakan standar disain dan ukuran orang asing.

Meningkatkan Kesadaran K3 (Keselamatan Ketenagalistrikan) :


a)
b)
c)
d)

e)
f)
g)
h)

Pengertian : berikan pengertian bagaimana harus bekerja secara


benar, tepat, cepat dan selamat.
Contoh Kerja : berikan contoh-contoh kerja yang benar dan mudah
ditiru.
Teladan Kerja : berikan keteladanan kerja yang baik.
Dasar-dasar K3 : yakinkan tenaga kerja bahwa K3 mempunyai dasardasar yang sama pentingnya dengan mutu, target produksi dan
pengelolaan lingkungan.
Tanggung jawab : berusaha agar program K3 menjadi tanggung jawab
setiap tenaga kerja demi kepentingan bersama.
Kesadaran : sadarlah anda dan anak buah anda, bahwa kecelakaan
kerja itu sebenarnya dapat dihindari dan dicegah.
Pengamatan lingkungan : secara terus menerus mengamati dan
mengawasi pelaksanaan kerja dan kondisi linhgkungan kerja.
Sikap / perilaku Kerja : perlu dicamkan bahwa cara kerja yang baik
dan aman sebenarnya dapat menjadi kebiasaan, hal itu bisa
dikembangkan dengan kesadaran serta pengertian yang cukup.

PENCEGAHAN & PENANGULANGAN KEBAKARAN


Kebakaran adalah api liar yang tidak terkendali, terjadi karena sumber
panas /api mengenai bahan mudah terbakar/meledak dalam ruangan yang
ada udara (oksigen).
Kebakaran akan padam dengan sendirinya apabila bahan yang mudah
terbakar tersebut habis terbakar, atau kebakaran lebih cepat
dipadamkan apabila ada usaha untuk memadamkan api/memisahkan panas
dengan bahan mudah terbakar yang belum terbakar.
Segitiga api, bahwa api terjadi
panas, bahan mudah terbakar
terjadi apabila dapat dipisahkan
tersebut.

Oksigen di
udara

karena reaksi antara ketiga unsur :


dan udara (oksigen), api tidak akan
minimal dua dua dari ketiga unsur api

API
Panas

Bahan mudah terbakar

PENCEGAHAN KEBAKARAN
Mencegah kebakaran adalah berarti mencegah terjadinya
segitiga api, dilakukan dengan cara penyuluhan atau pemasangan
tanda / poster peringatan agar tenaga kerja dan orang lain
ditempat kerja mengetahui, mengerti, dan melaksanakan cara
pencegahan bahaya kebakaran seperti :
1. Pengamanan sumber panas / api yang berbahaya

Penggunaan kompor, lampu minyak, lilin, obat nyamuk, tungku api,


agar berhati-hati untuk menghindari bahaya kebakaran.
Membuag / mematikan puntung rokok pada tempat yang disediakan.
Pemasangan dan penggunaan instalasi listrik secara aman terhadap
bahaya kebakaran akibat listrik.
Memasang penangkal petir pada bangunan yang tinggi.
Mengamankan instalasi, peralatan dan proses kerja yang dapat
menimbulkan bahaya kebakaran.

2. Pengamanan bahan mudah terbakar :


a. Bahan padat :

Pengumpulkan sampah , sisa sisa kertas, kardus, kayu, kain, plastik,empat


karet, busa, dan sejenisnya, pada tempat sampah untuk dibuang / dibakar.
Memotong rumput / semak kering di halaman dan bekasnya dikumpulkan
untuk dimusnahakan / dibakar.
Menyimpan kertas arsip, doukumen, buku, rekaman, di tempat yang aman
terhadap kebakaran.
Memilih material bangunan, furniture dan interior di tempat kerja, dari
bahan yang tidak mudah terbakar.

b. Bahan cair :

Menyimpan minyak pencuci bekas kedalam kontainer terutup, jangan dibuang


keselokan.
Spiritus, bensin, alkohol, thiner dan cat selalu ditempatkan dalam kontainer
tertutup rapat.
Bocoran bbm/pelumas segera dibersihkan dan instalasi yang bocor segera
diperbaiki..

c. Bahan gas :
Penyimpanan acytiline, LPG / LNG, hydrogen cair, jangan sampai ada yang bocor, segera
perbaiki.

3. Pengamanan peralatan / bahan mudah terbakar / meledak :

Tangki udara tekan pada mesin diesel dan bejanabejana bertekanan secara berkala diuji dan dimintakan
sertifikasi dari instansi berwenang (Kantor Depnaker
setempat).

Katup pengaman (safety valve) yang rusak, segera


diperbaiki / diganti.

Hidari pengelasan pada bejana / tangki yang masih


mengandung gas / uap dari larutan yang berbahaya,
atau pengelasan dekat dengan tanki / drum berisi
larutan yang berbahaya.

Penempatan / penyimpanan bahan peledak untuk


kegiatan proyek, harus mengikuti ketentuan dari
berwajib.

Klasifikasi / Jenis Kebakaran


Klasifikasi / Jenis Kebakaran, yang berlaku di Indonesia
sesuai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PE04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan APAR, mengikuti klasifikasi dari National Fire
Protection Association (NFPA, Amerika Serikat).

Kelas A : kebakaran dari bahan bakar yang meninggalkan


arang dan abu, umumnya bahan padat seperti
kertas, kayu, kain dan sejenisnya.
Kelas B : kebakaran dari bahan bakar cair dan gas seperti
bensin, minyak pelumas, LPG dan sejenisnya.
Kelas C : kebakaran listrik seperti motor, panel, kontaktor,
hubung pendek dan sejenisnya.
Kelas D : Kebakaran logam, seperti konstruksi besi / baja,
mesin, instalasi dan sejenisnya.

Sistem Pencegahan Bahaya Kebakaran


Memberi isyarat bahaya kebakaran dan atau memadamkan
api kebakaran :
1. Sistim isyarat bahaya kebakaran :
Sistim yang mampu menggantikan tenaga manusia untuk
mengawasi bahaya kebakaran dalam suatu instalasi / bangunan.

Panel pengawas dengan pembagian daerah yang diawasi.


Detektor panas (thermal detector), detektor asap
(smoke detector) dan manual break glass.
Bel alarm, klakson (horn) dan sirine.

Instalasi pengendali yang menhubungkan berbagai


komponen menjadi satu sistem.

2. Alat Pemadam Kebakaran (APK)

Mencegah menjalarnya api / memadamkan api bila terjadi


kebakaran.

Pada mulanya api masih kecil, faktor waktu sangat vital


dalam memadamkan kebakaran, lebih awal bertindak, maka
akibat kebakaran akan dapat dihindari sedini mungkin.

Kualitas dan kapasitas alat pemadam kebakaran yang cukup


baik adalah yang selalu siap pakai.
a. APAT (Alat Pemadam Api Tradisional) :

Terdiri dari pasir, sekop, karung goni, bak air, ember dan
pengait untuk memadamkan api kecil di halaman.

b. APAR (Alat Pemadam Api Ringan / Fortable Fire Extinguisher) :

Dapat dibawa dan dioperasikan oleh satu orang yang berdiri


sendiri / tidak dibantu.

Gunanya untuk memadamkan api mula, kebakaran awal / kecil,


fisiknya berupa tabung APAR berisi media pemadam yang
digunakan sesuai klasifikasi / jenis kebakaran yang terjadi.

c. Sistem Penyembur Air (Sprinkler System) :

Merupakan kombinasi antara sistim isyarat dengan pemadam


kebakaran.

Dipasang pada ruangan-ruangan bangunan / instalasi.

Bekerja secara otomatis, apabila gelembung kaca yang berisikan


alkohol yang dirancang untuk bekerja pada suhu panas ruangan
tertentu, maka gelembung kaca tersebut sebagai penyekat
saluran air yang bertekanan tinggi akan pecah, sehingga air akan
menyemprot dengan pola memencar (spray) meliputi ruangan.

d. Sistem Pemadam Instalasi Tetap (Fixed Instalation System) :

Untuk melindungi ruang kontrol, ruang komputer (yang berisi


peralatan listrik, elektronik, panel) terhadap bahaya
kebakaran.

Menggunakan sistim pemadam gas yang dipadukan dengan


sistim isyarat kebakaran, dikenal sebagai sistim tetap (fix
instalation system).

Bekerja berdasarkan sistim aliran menyeluruh (total flooding


system) untuk seluruh peralatan
dalam ruangan yang
dilindungi.

Media gas digunakan BTM (Bromo Tifluoro Methane) Halon


1301, FM-200, Dupont dsb.

Dilengkapi alat kendali / isyarat kebakaran, guna memberikan


kesempatan bagi orang yang berada diruangan tersebut untuk
meninggalkan ruangan.

e. Hydrant :

Air sebagai media pemadam, mengingat air dapat diperoleh dalam


jumlah banyak dan murah serta mempunyai daya padam yang cukup
besar.
Umumnya merupakan alat pemadam terakhir digunakan setelah
semua alat pemadam yang disebutkan tidak mampu lagi dan api
kebakaran telah membesar dan meluas.
Digunakan padam mobil Dinas Kebakaran yang mempunyai tugas
pemadamkan kebakaran yang terjadi pada masyarakat umum (fire
community).
Portable hydrant (pompa, kran hydrant, selang dan nosel
ditempatkan diatas gerobak dorong), pengunaannya dapat dipindahpindahkan mendekati lokasi kebakaran.
System hydrant (pompa, joki, sistem pipa, hydrant pilar diluar
bangunan, hydrant box didalam bangunan, selang, kopel dan nosel),
mampu bekerja secara otomatis bila kran-kran hydrant dibuka, dan
air dengan jumlah tekanan cukup dapat disemprotkan ke arah Pangkal
api, baik dengan pola memancar (jet) maupun memencar (spray).

Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran :

Kep.
Menaker
no.
Kep.186/Men/1999
tentang
unit
penanggulangan kebakaran di tempat kerja menganjurkan
kepada setiap ga yang mempunyai potensi rawan kebakaran agar
membentuk Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran.

Jumlah personil Satgas sesuai klasifikasi tempat kerja


terhadap resiko kebakaran (ringan, sedang, berat) dan
diberikan pendidikan / kursus penanggulangan kebakaran.

Bertugas mencegah kebakaran dan berusaha memadamkan


terjadinya kebakaran awal.

Untuk mengantisipasi meluasnya kebakaran segera meminta


bantuan Dinas Kebakaran Pemda setempat dan atau bantuan
luar lainnya yang memiliki mobil pemadam.

Sesuai Perda apabila bantuan dari Dinas Kebakaran Pemda tiba


maka perannya akan diambil alih oleh Dinas dan Satgas
membantu pelaksanaan penanggulangan kebakaran.

Prosedur Ditempuh Oleh Perusahaan :

Menyusun buku SOP Penanggulangan Kebakaran.

Memberikan latihan (basah / kering / simulasi SOP) kepada


personil Satuan Penanggulangan Kebakaran.

Memberikan penyuluhan kewaspadaan bahaya kebakaran kepada


seluruh karyawan.

Menjaga keandalan sistim pencegahan bahaya kebakaran dan


melengkapi sarana penanggulangan kebakaran.

1. Buku SOP Penanggulangan Kebakaran :

Organisasi dan uraian tugas personil Satgas disusun pada jam kerja
dan diluar jam kerja :
Pada jam kerja jumlah karyawan banyak, dapat disusun
personil lengkap terdiri dari Komandan / Wakil Komandan,
Sekretariat, Kapten Lantai, Kapten Area, Regu Pemadam, Regu
Evakuasi, Regu Penyelamat Dokumen / Barang, Regu
P3K dan
Unit Fasilitas.
Diluar jam kerja, Kepala Satpam untuk bangunan kantor dan
Enjinir Produksi / Kepala Seksi Operasi / Kepala Operator
untuk instalasi berperan sebagai Komandan, dibantu anggota
Regu Satpam, Regu Operator dan Petugas Piket yang berfungsi
sebagai regu pemadam, regu penyelamat dokumen / barang dan
meminta bantuan luar.
Prosedur dan bagan alir penanggulangan kebakaran.
Denah, lay out ruangan tiap lantai bangunan instalasi, penempatan
peralatan sistim deteksi / pencegahan kebakaran serta sarana
penanggulangan kebakaran.
Daftar bunyi tanda / alarm bahaya kebakaran.
Daftar nomor telepon penting.
Lampiran buku manual peralatan sistim deteksi / pencegahan
kebakaran dan sarana penanggulangan kebakaran.

2. Prosedur Penanggulangan Kebakaran :


Prosedur bila mendengar tanda / alarm bahaya kebakaran.
Prosedur Evakuasi karyawan dan peosedur di tempat berkumpul.
Prosedur pemberian P3K.
Prosedur penyelamatan dokumen / barang.
Prosedur pemadaman kebakaran.
Prosedur meminta bantuan luar.
Prosedur penyelamatan / pelarian (escape).
3. Penyuluhan dan Latihan Penanggulangan Kebakaran :

Penyuluhan / ceramah penanggulangan kebakaran diberikan kepada semua


personil.
Penyuluhan teori kebakaran dan latihan ketrampilan penggunaan alat
pemadam (latihan basah) diberikan kepada Regu Pemadam.
Penyuluhan penggunaan sarana penanggulangan kebakaran bangunan /
instalasi dan latihan evakuasi diberikan kepada Regu Evakuasi.
Penyuluhan pengetahuan P3K dan latihan pemberian P3K diberikan kepada
Regu P3K.
Penyuluhan penggunaan sarana penanggulangan kebakaran bangunan /
instalasi dan latihan penyelamatan dokumen / barang penting diberikan
kepada Regu Penyelamatan Dokumen / Barang.
Penyuluhan pengetahuan dan latihan penyelamatan diberikan kepada semua

4. Simulasi SOP Penanggulangan Kebakaran :


Apabila semua personil Satgas telah diberikan penyuluhan dan pelatihan dan
karyawan juga telah diberikan penyuluhan, maka diadakan latihan simulasi SOP
(latihan kering) yang bertujuan untuk mengamati mobilitas dan waktu yang
diperlukan oleh semua personil Satgas dalam peragaan penanggulangan
kebakaran.
Dengan beberapa latihan kering, kita akan dapatkan standar waktu untuk
mempersiapkan alat pemadam, untuk evakuasi, untuk penyelamatan dokumen /
barang, untuk memindahkan parkir kendaraan ketempat yang aman.

b. APAR (Alat Pemadam Api Ringan / Fortable Fire Extinguisher) :

Dapat dibawa dan dioperasikan oleh satu orang yang berdiri


sendiri / tidak dibantu.

Gunanya untuk memadamkan api mula, kebakaran awal / kecil,


fisiknya berupa tabung APAR berisi media pemadam yang
digunakan sesuai klasifikasi / jenis kebakaran yang terjadi.

Media Pemadam APAR dan Penggunaannya :

Bahan padat: tepung kimia kering (dry powder / dry chemical)


Bahan cair
: - air bertekanan. Penggunaanya kelas A. - BCF

(bromo choro difluoro methane) = Halon 1211, dupont, dsb.


Penggunaannya kelas A kecil, B dan C.
Busa (foam) : busa kimia dan busa mekanik. Penggunaanya kelas
A dan B.
Gas : CO2 (carbon dioxide). Penggunaannya kelas C

Вам также может понравиться

  • Artikel Jurnal - Andini-1
    Artikel Jurnal - Andini-1
    Документ4 страницы
    Artikel Jurnal - Andini-1
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Bab I, Ii, Iii, Iv, V, Daftar Pustaka, Lampiran
    Bab I, Ii, Iii, Iv, V, Daftar Pustaka, Lampiran
    Документ99 страниц
    Bab I, Ii, Iii, Iv, V, Daftar Pustaka, Lampiran
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Sampul, Prakata, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran
    Sampul, Prakata, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran
    Документ14 страниц
    Sampul, Prakata, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Jurnal Pentanahan
    Jurnal Pentanahan
    Документ109 страниц
    Jurnal Pentanahan
    Hengky Alvaro Gavriel
    Оценок пока нет
  • Sampul
    Sampul
    Документ1 страница
    Sampul
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ45 страниц
    Bab Ii
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Jurnal
    Jurnal
    Документ11 страниц
    Jurnal
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Jurnal
    Jurnal
    Документ6 страниц
    Jurnal
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Jurnal Marson Ok
    Jurnal Marson Ok
    Документ11 страниц
    Jurnal Marson Ok
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Jurrnal Pasca Suwoyo
    Jurrnal Pasca Suwoyo
    Документ13 страниц
    Jurrnal Pasca Suwoyo
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Jurnal Ilmiah PDF
    Jurnal Ilmiah PDF
    Документ4 страницы
    Jurnal Ilmiah PDF
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Jurnalpasca Reski
    Jurnalpasca Reski
    Документ10 страниц
    Jurnalpasca Reski
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Jurnal (Rahman-P2700210034)
    Jurnal (Rahman-P2700210034)
    Документ13 страниц
    Jurnal (Rahman-P2700210034)
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Jurnal Nirmala Sari & Ridha ANhar
    Jurnal Nirmala Sari & Ridha ANhar
    Документ6 страниц
    Jurnal Nirmala Sari & Ridha ANhar
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • RAHMAN
    RAHMAN
    Документ7 страниц
    RAHMAN
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Moh. Usman Ali A & Bahagia Kaspar M
    Moh. Usman Ali A & Bahagia Kaspar M
    Документ6 страниц
    Moh. Usman Ali A & Bahagia Kaspar M
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Jurnal
    Jurnal
    Документ8 страниц
    Jurnal
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Jurnal
    Jurnal
    Документ6 страниц
    Jurnal
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Ta2012 D41105125
    Ta2012 D41105125
    Документ170 страниц
    Ta2012 D41105125
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • DFF
    DFF
    Документ9 страниц
    DFF
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Jurnal Ad Hoc WiMAX
    Jurnal Ad Hoc WiMAX
    Документ8 страниц
    Jurnal Ad Hoc WiMAX
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Jurnal Ilmiah
    Jurnal Ilmiah
    Документ9 страниц
    Jurnal Ilmiah
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Nama:Nurul Fadilah Jasmani NIM:D41116016
    Nama:Nurul Fadilah Jasmani NIM:D41116016
    Документ5 страниц
    Nama:Nurul Fadilah Jasmani NIM:D41116016
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Jurnal
    Jurnal
    Документ7 страниц
    Jurnal
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Jurnal Ilmiah
    Jurnal Ilmiah
    Документ9 страниц
    Jurnal Ilmiah
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Jurnal Ilmiah (Muh - Aqieb, Ade Aulya)
    Jurnal Ilmiah (Muh - Aqieb, Ade Aulya)
    Документ9 страниц
    Jurnal Ilmiah (Muh - Aqieb, Ade Aulya)
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Jurnal Karlina D41108878
    Jurnal Karlina D41108878
    Документ17 страниц
    Jurnal Karlina D41108878
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Jurnal Fix
    Jurnal Fix
    Документ9 страниц
    Jurnal Fix
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • JURNAL
    JURNAL
    Документ10 страниц
    JURNAL
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет
  • Jurnal PDF
    Jurnal PDF
    Документ6 страниц
    Jurnal PDF
    Ikhlas Kitta
    Оценок пока нет