Вы находитесь на странице: 1из 15

MORALITAS DAN MENTALITAS

KERJA (ASN ) KRISTIANI

1. Manusia seharusnya bekerja, bukan


karena terpaksa, melainkan karena
kehendak bebasnya dan menerimanya
pekerjaan sebagai anugerah Tuhan
sendiri. Melalui pekerjaan yg luhur
manusia bisa menyucikan dirinya.
Dan sebaliknya akan memperburuk dan
merusak citra manusia.

2. Kerja dan doa adalah dua tindakan


manusia yang bisa dibedakan tetapi
tidak bisa dipisahkan. Kalau seseorang
bekerja dengan benar, ia ambil bagian
karya Ilahi yang memeliharamengembangkan-menyempurnakan
ciptaan. Tetapi jika karena pekerjaan
membuat seseorang jarang berdoa,
maka lama-kelamaan hilanglah
hubungan pribadiku dengan Tuhan. Doa
dan kedekatan dengan Tuhan akan
menyemangati dan meneguhkan kita
dalam tugas pekerjaan, dan sebaliknya
tugas dan kerjaku menghantarku untuk
semakin dekat dengan Tuhan.

3.

Kita menjadi tuan atas pekerjaan dan jangan


sebaliknya! Manusia memang dianugerahi
segala ciptaan Allah untuk mengolah dan
mengembangkannnya demi pemuliaan dan
penghormatan kepadaNya. Adalah hal yg
keliru apabila kesibukan kerja menyebabkan
manusia itu sendiri tidak punya waktu untuk
Tuhan. Juga tidak sesuai dengan maksud
Tuhan apabila dengan pekerjaan kita sampai
merusak hubungan cinta dan kasih terhadap
sesama pada umumnya, apalagi dengan
keluarga (istri/suami dan anak-anak). Jika
demikian orang menjadi budak pekerjaan.

4. Bisa terjadi dengan bekerja keras


seseorang dapat menumpuk kekayaan.
Pemilikan kekayaan yang tidak dilandasi
dengan iman akan mudah membuat
tergelincir dalam aneka godaan jahat:
serakah, melanggar komitmen dan janji yg
diucapkan ( sumpah jabatan, janji baptis
dan perkawinan).

Doa para pekerja:


Allah yang Maha Baik, Pencipta
segala sesuatu, Syukur senantiasa
haturkan kehadiratMu atas tugas dan
pekerjaan yang Kau anugerahkan
kepada kami. Berkatilah kami
senantiasa agar dapat menjalankan
pekerjaan dengan penuh syukur dan
suka cita.Semoga tugas dan
pekerjaan kami menjadi
persembahan yang pantas dan
berekenan bagiMu. Amin

Mental Altruisme
Bekerja harus selalu dimotivasi
oleh keinginan mulia untuk berbuat
baik. Istilah baik di sini berarti
berguna bagi orang lain atau
masyarakat. Dalam mentalitas ini
berarti seseorang bekerja karena
terdorong niat dan kehendak baik
yang dipersembahkan bagi
kemaslahatan masyarakat.
Pekerjaan yang kita jalnkan
hendaknya demi kebaikan
masyarakat dan didorong oleh
kebaikan hati, bahkan dengan
kesediaan berkorban. Inilah mental
Altruisme.
1.

Mentalitas melayani
Kita tidak bekerja untuk kepuasan
diri sendiri saja tanpa peduli pada
sekitarnya. Sebaliknya,
kepuasannya muncul karena orang
yang kita layani. Kita harus bisa
melayani dan diharapkan
melakukannya secara konsisten
dengan segenap ketulusan dan
kerendahan hati.
Maka ciri mental melayani bagi
seorang pekerja terwujud dalam
sikapnya yang tulus, dedikatif
dan rendah hati dalam bekerja .
2.

3. Mentalitas Pengabdian

Kita menerima dengan sadar satu bidang kerja


yang akan ditekuninya sebagai profesi.
Pilihannya ini biasanya terkait erat dengan
ketertarikannya pada bidang itu, bahkan ada
semacam rasa keterpanggilan untuk mengabdi
di bidang tersebut. Mula-mula, pilihan itu
dipengaruhi oleh kebutuhan. Tetapi kemudian
berkembang sebuah hubungan cinta antara
sang pekerja (kita) dengan pekerjaanya.
Demikian kita, semakin menekuni profesinya
semakin timbul rasa cinta dan akhirnya kita
menjalankannya dengan penuh cinta
pada profesinya.
Jadi ciri mental pengabdian adalah
terjalinnya relasi penuh cinta dengan
bidang profesinya demi kebaikan
bersama.

4. Mentalitas Etis
Seorang pekerja sesudah memilih untuk
mengikatkan diri dengan profesinya,
menerima semua konsekuensi
pilihannya, baik manis maupun pahit.
Maka pekerja sejati tidak akan
menghianati etika profesinya demi uang
atau jabatan. Kita bukanlah pertapa
yang tidak membutuhkan uang atau
kekuasaan, tetapi kita harus
menerimanya sebagai bentuk
penghargaan masyarakat yang diabdinya
dengan tulus.
Jadi pekerja yang bermental Etis
tampak dari kesetiaan pada kode etik
profesi pilihannya .

Mentalitas Pembelajar
seorang pekerja sejati adalah
orang yang mau terus menerus
belajar, belajar seumur hidup. Yang
dimaksud di sini bukan hanya
belajar formal tetapi juga belajar
dari pengalamannya dalam
melakukan kerja. Kualitas tidak
mungkin dicapai tanpa disiplin
belajar yang tinggi dan
berkesinambungan. Dan karena
tuntutan masyarakat semakin lama
semakin tinggi, haruslah
belajar dan berlatih seumur hidup
harus menjadi budaya kita.
Jadi seorang pekerja bermental
pembelajar adalah yang terus
bertumbuh dan mempertajam
kemampuan kerjanya.
5.

6. Mentalitas Kualitas
Pekerja sejati menampilkan kinerja yang terbaik.
Dengan sengaja dia tidak akan menampilkan the
second best (kurang dari terbaik) karena tahu
tindakan itu sesungguhnya adalah bunuh diri
profesi. Profesionalisme atau kualitas tidak
identik dengan pendidikan tinggi. Seorang guru
SD di udik yang mengajar dengan segenap
dedikasi demi kecerdasan murid-muridnya
adalah seorang yang berkualitas. Di fihak lain,
seorang dokter yang menangani pasiennya
dengan tergesa-gesa karena mengejar kuota
pasien bukan dokter yang berkualitas.
Jadi, pekerja yang bermentalitas kualitas adalah
pekerja yang standar kerjanya diarahkan
pada mutu.

Semoga Allah yang telah memulai pekerjaan yang


baik diantara kita, berkenan menyelesaikannya
(bdk. Flp 1:6).

Вам также может понравиться