Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
3.
Mental Altruisme
Bekerja harus selalu dimotivasi
oleh keinginan mulia untuk berbuat
baik. Istilah baik di sini berarti
berguna bagi orang lain atau
masyarakat. Dalam mentalitas ini
berarti seseorang bekerja karena
terdorong niat dan kehendak baik
yang dipersembahkan bagi
kemaslahatan masyarakat.
Pekerjaan yang kita jalnkan
hendaknya demi kebaikan
masyarakat dan didorong oleh
kebaikan hati, bahkan dengan
kesediaan berkorban. Inilah mental
Altruisme.
1.
Mentalitas melayani
Kita tidak bekerja untuk kepuasan
diri sendiri saja tanpa peduli pada
sekitarnya. Sebaliknya,
kepuasannya muncul karena orang
yang kita layani. Kita harus bisa
melayani dan diharapkan
melakukannya secara konsisten
dengan segenap ketulusan dan
kerendahan hati.
Maka ciri mental melayani bagi
seorang pekerja terwujud dalam
sikapnya yang tulus, dedikatif
dan rendah hati dalam bekerja .
2.
3. Mentalitas Pengabdian
4. Mentalitas Etis
Seorang pekerja sesudah memilih untuk
mengikatkan diri dengan profesinya,
menerima semua konsekuensi
pilihannya, baik manis maupun pahit.
Maka pekerja sejati tidak akan
menghianati etika profesinya demi uang
atau jabatan. Kita bukanlah pertapa
yang tidak membutuhkan uang atau
kekuasaan, tetapi kita harus
menerimanya sebagai bentuk
penghargaan masyarakat yang diabdinya
dengan tulus.
Jadi pekerja yang bermental Etis
tampak dari kesetiaan pada kode etik
profesi pilihannya .
Mentalitas Pembelajar
seorang pekerja sejati adalah
orang yang mau terus menerus
belajar, belajar seumur hidup. Yang
dimaksud di sini bukan hanya
belajar formal tetapi juga belajar
dari pengalamannya dalam
melakukan kerja. Kualitas tidak
mungkin dicapai tanpa disiplin
belajar yang tinggi dan
berkesinambungan. Dan karena
tuntutan masyarakat semakin lama
semakin tinggi, haruslah
belajar dan berlatih seumur hidup
harus menjadi budaya kita.
Jadi seorang pekerja bermental
pembelajar adalah yang terus
bertumbuh dan mempertajam
kemampuan kerjanya.
5.
6. Mentalitas Kualitas
Pekerja sejati menampilkan kinerja yang terbaik.
Dengan sengaja dia tidak akan menampilkan the
second best (kurang dari terbaik) karena tahu
tindakan itu sesungguhnya adalah bunuh diri
profesi. Profesionalisme atau kualitas tidak
identik dengan pendidikan tinggi. Seorang guru
SD di udik yang mengajar dengan segenap
dedikasi demi kecerdasan murid-muridnya
adalah seorang yang berkualitas. Di fihak lain,
seorang dokter yang menangani pasiennya
dengan tergesa-gesa karena mengejar kuota
pasien bukan dokter yang berkualitas.
Jadi, pekerja yang bermentalitas kualitas adalah
pekerja yang standar kerjanya diarahkan
pada mutu.