Вы находитесь на странице: 1из 74

Fitoterapi

Kardiovaskular:
Hipertensi
Kelompok 3

Aditya Sindu Sakti


Agung Kristiyanto
Desi Aryani Tri L
Eka Febriani
Indah Pratiwi
Jessica Maria
Monica Angeline
Muthia Hanifah
Nisrina Dhia
Putu Dewi
Sekar Pramesti

Pendahuluan
Muthia Hanifah 1306408536
Nisrina Dhia Fauziah 1306397053

Kategori Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang tidak normal diukur pada
setidaknya tiga kesempatan yang berbeda dari seseorang yang telah
beristirahat setidaknya 5 menit.

Tekanan darah bergantung pada denyut jantung, stroke volume dan


resistensi perifer maka peningkatan salah satunya dapat menjadi variable
terjadinya hipertensi

Klasifikasi
Hipertensi Primer
Prevalensi 90 %
Faktor resiko yang terkait hipertensi primer yaitu
genetik, obesitas, konsumsi alkohol, kurang aktivitas
fisik
Tidak bisa disembuhkan, hanya dapat dikontrol

Hipertensi Sekunder
Prevalensi kurang dari 10%
Dapat disembuhkan
Disebabkan oleh penyakit atau obat tertentu

Penyebab Hipertensi Sekunder

Faktor Risiko Penyebab Hipertensi


Keturunan

Resistensi
insulin

Usia

Ras

Obesitas

Konsumsi
makanan
kaya garam

Konsumsi
alkohol

Merokok

Pengobatan
Konvensional
Monica Angeline 1306408542

Terapi Farmakologi
a.

Penurunan cardiac output dengan penghambatan kontraktilitas miokardial


atau dengan menurunkan tekanan pengisian ventricular. Penurunan tekanan
pengisian ventrikular dapat dicapai melalui aksi pada vena atau pada
volume darah melalui efek renal.

b.

Penurunan resistensi periferal dengan aksi pada otot polos untuk


menyebabkan relaksasi pembuluh atau dengan mengganggu aktivitas sistem
yang memproduksi konstriksi pembuluh.

1. Diuretik
Mekanisme kerja : menurunkan tekanan darah dengan menghancurkan garam yang
tersimpan di dalam tubuh.
Ada dua tahap pengaruhnya yaitu, pertama terjadi pengurangan dari volume
darah total dan curah jantung; yang menyebabkan meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer, selanjutnya ketika curah jantung kembali ke ambang
normal, resistensi pembuluh darah perifer juga berkurang.
Diuretik menambah kecepatan pembentukan urin atau meningkatkan ekskresi air,
natrium, klorida sehingga volume darah mengalami penurunan sehingga tekanan
darah menurun akibat berkurangnya curah jantung.

2. Agen Simpatolitik - Antagonis reseptor


adrenergik
Mekanisme : obat ini akan berefek pada regulasi sirkulasi dengan beberapa
mekanisme seperti reduksi kontraktilitas miokardial, denyut jantung dan cardiac
output. Penghambatan pada reseptor beta pada kompleks jukstaglomerular akan
menurunkan sekresi renin dan mengurangi produksi angiotensin II. Contoh
antihipertensi dari golongan ini adalah propranolol, metoprolol, atenolol,
betaxolol, bisoprolol, pindolol, asebutolol, penbutolol dan labetalol.

Antagonis 1 adrenergik
Mekanisme : adanya penurunan resistensi arteriolar dan peningkatan kapasitas
vena, yang akan menyebabkan peningkatan refleks yang termediasi secara
simpatis pada denyut jantung dan aktivitas renin plasma. Pada pengobatan
jangka panjang, terjadi vasodilatasi tetapi cardiac output, denyut jantung dan
aktivitas renin plasma kembali normal. Contohnya adalah prazosin, terazosin dan
doxasozin.

3. Ca Channel Blocker
Mekanisme : antagonis kalsium menghambat influx kalsium pada sel otot polos
pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama
menimbulkan relaksasi arteriol sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan
resistensi perifer ini sering diikuti efek takikardia dan vasokontriksi, terutama
bila menggunakan golongan obat dihidropirin (Nifedipine). Sedangkan Diltiazem
dan Verapamil tidak menimbulkan takikardia karena efek kronotropik negatif
langsung pada jantung. Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah
Amlodipine, Diltiazem, Verapamil, Nifedipine.

Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (ACE Inhibitors)

Menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin II


Stimulator sekresi aldosteron
Memblok degradasi bradykinin
Menstimulasi sintesis substansi vasodilator : prostaglandin E2 dan prostasiklin
Pelebaran pembuluh darah darah mengalir ke jantung menurunkan
tekanan darah

Obat-obat golongan ACE inhibitor

Angiotensin II-Receptor Blockers (ARB)

Bekerja pada
angiotensin II reseptor
tipe 1 (AT1)

Mengantagonis efek
angiotensin II

Relaksasi otot polos,


peningkatan garam
ginjal dan ekskresi air

Mengurangi volume
plasma, menurunkan
hipertropi selular

Obat-obat golongan ARB

Vasodilator

Menurunkan
afterload dan
tegangan dinding
ventrikel

Dapat berkerja pada


system arteri, vena,
atau keduanya

Obat yang bekerja


pada asrteri :
hidralazin,
minoxidil, diazoxide,
dan fenoldopam

Obat yang bekerja


pada arteri maupun
vena : nitroprusid

Terapi Non-Farmakologis

Menerapkan gaya hidup sehat


Modifikasi gaya hidup
Menurunkan BB, mengadopsi pola makan
DASH (kaya kalium dan kalsium, diet rendah
natrium, melakukan aktivitas fisik, dan
pembatasan konsumsi alkohol

SEKAR PRAMESTI ARTHA


1306397034

Obat Herbal Antihipertensi

Supriyatna,dkk.Fitoterapi Sistem Organ: Pandangan Dunia


Barat terhadap Obat Herbal Global. (2014) (1st ed.).

Bawang Putih

Kandungan Kimia (per 100 gram)

Air dengan jumlah 66,2 71,0 gram

Kalori 95,0 122 kal

Kalsium

Saltivine

Sulfur 60 120 mg

Protein 4,5 7 gram

Lemak 0,2 0,3 gram

Karbohidrat 23,1 24,6 gram

Fosfor 15 109 mg

Besi 1,4 1,5 mg

Vit A, B ,dan C

Kalium 346 377 mg

Selenium

Scordinin

Iyam Siti Syamsiah, & Tajudin.,.


(2003).Khasiat & manfaat bawang putih.
Jakarta: Agromedia Pustaka.

Efek Farmakologi

Kalsium yang bersifat menenangkan sehingga cocok sebagai pencegahan


hipertensi, sebesar 26 42 mg

Saltivine yang dapat mempercepat pertumbuhan sel dan jaringan serta


merangsang susunan sel

Iyam Siti Syamsiah, & Tajudin.,.


(2003).Khasiat & manfaat bawang putih.
Jakarta: Agromedia Pustaka.

Penyiapan

Thomas A. N. S.,. (2000).Tanaman obat


tradisional(1st ed.). Yogyakarta: Kanisius.

Keamanan

Dosis yang dianjurkan untuk dimakan adalah - 3 siung per hari. Memakan
lebih dari 3 siung bawang putih setiap hari dapat menimbulkan diare, kentut,
sebah, dan demam, bahkan bisa mengakibatkan pendarahan lambung.

Iyam Siti Syamsiah, & Tajudin.,.


(2003).Khasiat & manfaat bawang putih.
Jakarta: Agromedia Pustaka.

Referensi

Iyam Siti Syamsiah, & Tajudin.,. (2003).Khasiat & manfaat bawang putih.
Jakarta: Agromedia Pustaka.

Supriatna,dkk.FITOTERAPI SISTEM ORGAN Pandangan Dunia Barat terhadap


Obat Herbal Global. (2014) (1st ed.). Yogyakarta.

Thomas A. N. S.,. (2000).Tanaman obat tradisional(1st ed.). Yogyakarta:


Kanisius.

Daun Seledri (Celery)


Kapsul Celery berisi
300 mg ekstrak daun
seledri dan setara
dengan 32 g daun
seledri segar

Manfaat

Kandungan utama ekstrak seledri adalah zat yang disebut Apigenin, bekerja
sebagai penurun tekanan darah tinggi,disamping juga menurunkan kadar
kolesterol.

Aturan pemakaian

- Untuk penderita tekanan darah tinggi yang berat : 1kapsul 3 x sehari.


- Untuk penderita ringan/ untuk pencegahan : 1 kapsul sehari.
Catatan : Dapat dikonsumsi untuk pria maupun wanita.
Kemasan : Botol isi 30 kapsul
Berasal dari bahan alami sehingga aman dan tidak ada efek samping yang berarti.

Dbastro

Ekstrak biji Nigella sativa


(Jinten hitam) 200 mg

Ekstrak Herba Centella asiatica


(Pegagan) 175 mg

Ekstrak Daun Syzygium


polyanthum (daun salam) 75 mg

Ekstrak biji vitis vinifera (anggur


merah) 80 mg

Ekstrak rimpang curcuma


zedoaria (temu putih) 50 mg

Kandungan dalam dbastro

Saponin/triterpenoid Jinten hitam

Minyak atsiri ,tanin/flavonoid pegangan

Alkaloid daun salam

Proanthocyanidins (PCO ) biji anggur merah

Sesquiterpen temu putih

Cara konsumsi

Terapi pengobatan : 3 kali sehari 1 kapsul

Perawatan : 1 kali sehari 1 kapsul

Konsumsi 1 jam sebelum makan/ 2 jam setelah makan atau 2 jam setelah
obat dokter

Referensi

Ali, A., Yazaki, Y., Njike, V.Y., Ma, Y., Katz, D.L. (2011). Effect of fruit and vegetable concentrates on endothelial
function in metabolic syndrome: A randomized controlled trial. Nutrition Journal, 10:72.

Dalimartha, S., & Priyatini, E. (2000). Atlas tumbuhan obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya. Ismail, A.,
Mohamed, M., Sulaiman, S., & Wan Ahmad, W. (2013). Autonomic Nervous System Mediates the Hypotensive Effects of
Aqueous and Residual Methanolic Extracts of Syzygium polyanthum (Wight) Walp. var. polyanthum Leaves in
Anaesthetized Rats. Evidence-Based Complementary And Alternative Medicine, 2013, 1-16. doi:10.1155/2013/716532

Muladsih & Ria, K. (2006). Uji ketoksikan akut campuran ekstrak kering daun Mimba (Azadirachta indica
A.Juss) dan daun Salam (Eugenia polyantha Wight.) pada mencit betina galur Balb/c. Skripsi, Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.

Muladsih

& Ria, K. (2006). Uji ketoksikan akut campuran ekstrak


kering daun Mimba (Azadirachta indica A.Juss) dan daun Salam
(Eugenia polyantha Wight.) pada mencit betina galur Balb/c.
Skripsi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

http://obatherbalmedikal.com/wp/dbastro-dbastro-debastro/

Allium sativum L.
(Bawang Putih)

Indah Pratiwi
1306397040

Taksonomi
Kerajaan:

Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Liliales
Suku : Liliaceae
Marga : Allium
Jenis : Allium sativum
(Itis.gov, 2016)

Deskripsi Tanaman

Memiliki tinggi 25-70 cm.

Batang lurus kaku atau sedikit membengkok, berwarna hijau beralur.

Helaian daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang, panjang sampai 60 cm
dan lebar 0,4-2,5 cm, permukaan datar, berdaging.

Bunga berbentuk payung, berwarna putih, mempunyai batang semu yang terbentuk dari
pelepah-pelepah daun.

Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil yang berjumlah banyak.

Pengantar, K., Penyusun, T., Pembuatan, B. A. B. I., & Herbal, S. (n.d.). No Title, 189.

Simplisia

Umbi lapis utuh, warna putih atau putih keunguan,


bau khas, rasa agak pahit.

Umbi bawang putih adalah umbi lapis yang


terbentuk dari roset daun, terdiri atas beberapa
umbi yang berkelompok membentuk sebuah umbi
yang besar (umbi majemuk).

Pengantar, K., Penyusun, T., Pembuatan, B. A. B. I., & Herbal, S. (n.d.). No Title, 189.

Alii Sativi Bulbus

Kandungan Kimia

Pengantar, K., Penyusun, T., Pembuatan, B. A. B. I., & Herbal, S. (n.d.). No Title, 189.

Efek Farmakologi

Pengantar, K., Penyusun, T., Pembuatan, B. A. B. I., & Herbal, S. (n.d.). No Title, 189.

Uji Preklinis

Pada hewan percobaan : Perlakuan diberikan dengan dosis 0,1; 0,25; dan
0,5 ml/kg BB secara oral. Efek hipotensif ekstrak mulai muncul 1 jam
setelah perlakuan dan menghilang 24 jam kemudian. Dosis 0,5 ml/kg BB
merupakan dosis perlakuan yang memiliki aktivitas hipotensif paling tinggi.
(Foushee et al.,)

Pada manusia : Ekstrak umbi bawang putih dengan dosis 2,4


g/individu/hari mampu menurunkan tekanan darah penderita hipertensi.
Penurunan tekanan darah muncul 5-14 jam setelah perlakuan. (McMahon
dan Vargas)

Uji Klinis

Penelitian acak dengan menggunakan plasebo, sediaan uji hanya mengandung bawang putih, dan
hasil uji meliputi tekanan darah sistolik dan atau diastolik. Hasilnya, sebanyak 11 dari 25
penelitian yang ditinjau secara sistematis memenuhi persyaratan uji meta-analisis. Dari uji meta
analisis penelitian-penelitian tersebut menunjukkan penurunan rata-rata tekanan darah sistolik
sebesar 4,6 + 2,8 mm Hg pada kelompok perlakuan dengan bawang putih dibandingkan dengan
plasebo, penurunan tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi dengan terapi bawang putih
rata-rata 7.3 1.5 mm Hg.

Dari penelitian meta-analisis ini menunjukkan bahwa sediaan yang mengandung bawang putih
lebih superior dibandingkan plasebo dalam menurunkan tekanan darah pada individu dengan
hipertensi.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2010). Acuan Sediaan Bahan Herbal.

Toksisitas

Umbi bawang putih tidak mutagenik pada uji in vitro (Salmonella


microsome reversion assay dan Escherichia coli). Belum ada
penelitian ilmiah mengenai keamanan penggunaan suplemen
yang mengandung bawang putih selama kehamilan, sehingga
disarankan untuk tidak dikonsumsi oleh wanita hamil.

Pengantar, K., Penyusun, T., Pembuatan, B. A. B. I., & Herbal, S. (n.d.). No Title, 189.

Pengantar, K., Penyusun, T., Pembuatan, B. A. B. I., & Herbal, S. (n.d.). No Title, 189.

Pengantar, K., Penyusun, T., Pembuatan, B. A. B. I., & Herbal, S. (n.d.). No Title, 189.

Dosis

Penggunaan secara umum: Dosis rata-rata harian umbi bawang putih segar adalah 4 g
(1 siung bawang putih 2 kali sehari), sedangkan minyak esensial 8 mg.

Untuk hipertensi: Dosis efektif serbuk bawang putih sebanyak 200-300 mg 3 kali
sehari.

Pengantar, K., Penyusun, T., Pembuatan, B. A. B. I., & Herbal, S. (n.d.). No Title, 189.

Hibisci Sabdariffae Calyx


(Kelopak Bunga Rosela)
Jessica Maria
1306403541

Hibisci Sabdariffae Calyx


Nama Daerah

Jawa: Rosela, perambos, garnet


walanda (Sunda);

Maluku: Kasturi roriha (Ternate).

Nama Asing

Inggris: Roselle, red sorrel;

Cina: Luo shen kui, luo shen hua.

Perancis: Oseile de guinee, roselle,


oseile rouge;

Malaysia: Asam susur;

Filipina: Roselle (Tagalog), talingisag


(Subanon);

Kamboja: slook chu;

Thailand: Krachiap-daeng.2-3

Deskripsi Tanaman

Tumbuhan berhabitus semak setahun, tinggi 0,5-3 m. Batang berwarna merah, berbentuk
bulat dan berbulu. Daun berseling 3-5 helai dengan panjang 7,5-12,5 cm berwarna hijau, ibu
tulang daun berwarna kemerahan, bentuk helaian daun anisofili (polimorfik), helaian daun
yang terletak pada pangkal batang tidak berbagi, bentuk daun bulat telur, tangkai daun
pendek. Daun-daun di bagian cabang dan ujung batang berbagi menjadi 3 toreh, lebar toreh
daun 2,5 cm, tepi daun beringgit, daun penumpu berbentuk benang; panjang tangkai daun
0,3-12 cm, hijau hingga merah. Pangkal daun meruncing, sedikit berambut. Bunga tunggal,
kuncup bunga tumbuh dari bagian ketiak daun, tangkai bunga berukuran 5-20 mm; kelopak
bunga berlekatan, tidak gugur, tetap mendukung buah, berbentuk lonceng; mahkota bunga
berlepasan, berjumlah 5 petal, mahkota bunga berbentuk bulat telur terbalik, warna kuning,
kuning kemerahan; benang sari terletak pada satu kolom pendukung benang sari, panjang
kolom pendukung benang sari sampai 20 mm, kepala sari berwarna merah, panjang tangkai
sari 1 mm; tangkai putik berada di dalam kolom pendukung benang sari, jumlah kepala putik
5 buah, warna merah. Buah kapsul berbentuk bulat telur, ukuran buah 13-22 mm x 11-20
mm, tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran biji 3-5 mm x 2-4 mm warna coklat kemerahan

Kandungan Kimia

Kelopak bunga mengandung alkaloid, riboflavin, asam arakhidat, sitosterol,


asam sitrat, L-asam askorbat, karotenoid, niasin, kalsium, zat besi, flavonoid,
gosipetin,

hibisetin,

sambubiosid,

dan

sabdaretin,

elfinidin-3-sambubiosid,

delfinidin-3-glukosa,

sianidin-3-rutinosid,

sianidin-3galaktosa,

mukopolisakarida, asam protokatekuat, polisakarida, kuersetin, asam stearat


dan lilin (wax).

Antosianin yang menyebabkan warna merah pada tanaman ini mengandung


delfinidin-3-siloglukosida,
sedangkan

flavonoidnya

delfinidin-3-glukosida,
mengandung

sianidin-3-siloglukosida,

gosipetin

(rhamnogalakturonan, arabinogalaktan, arabinan).

dan

musilago

Efek Farmakologi

Infusa bunga rosela dosis 500 dan 1000 mg/kg BB secara signifikan
menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada tikus galur WistarKyoto yang diinduksi hipertensi secara spontan dibandingkan dengan kontrol.
Penurunan tekanan darah ini berkorelasi dengan turunnya berat badan tikus.
Urinasi pada hewan yang dibuat hipertensi meningkat dengan pemberian
infusa, terjadi penurunan kadar kreatinin, kolesterol dan glukosa dan
terjadinya penurunan kadar asam urat dibandingkan dengan kelompok
kontrol.

Ekstrak air kelopak bunga memperlihatkan efek antihipertensi dan efek


kardioprotektif pada hewan uji tikus.

Teh kelopak bunga rosela terbukti menurunkan tekanan darah sistolik dan
diastolik berturut-turut sebesar 11,2% dan 10%.

Pemberian ekstrak air bunga rosela mengakibatkan terjadinya penurunan


tekanan darah yang signifikan pada arteri tikus, menghasilkan efek
vasodilator pada lingkar aorta tikus yang menderita hipertensi. Efek ini
mungkin dimediasi oleh relaksasi endotelium yang merupakan bagian dari
siklus cGMP/Nitrit Oksida dan menghambat influks kalsium kedalam sel otot
polos vaskular.

Toksisitas

Ekstrak kelopak bunga rosela memiliki LD50 di atas 5000 mg/kg BB.

Tidak terdapat toksisitas akut terhadap mencit pada pemberian


ekstrak air dan etanol kelopak bunga rosela dosis 15 g/kg BB.

Toksisitas subkronik rosela dilakukan terhadap enzim-enzim hati dan


metabolit ginjal sebagai indikator untuk uji fungsi hati dan ginjal.

Pengujian lain toksisitas subkronik ekstrak bunga rosela pada tikus


albino dengan dosis 1,15; 2,30 dan 4,60 g/kg BB menunjukkan tidak
terjadi perubahan histopatologi pada otot jantung, sehingga dapat
disimpulkan ekstrak bunga rosela tidak bersifat kardiotoksik.

Kajian Rasionalisasi Jamu


Celery
Aditya Sindu Sakti
1306397072

Deskripsi Produk

Jenis: Jamu

Izin: POM FF 101500561

Isi: Botol @ 30 Kapsul

Komposisi: Apium graveolens L. (32 gram)

Produsen: PT. Sido Muncul

Aturan minum: Sehari 3 kali 1-3 kapsul

Khasiat : Bekerja sebagai pembantu penurun tekanan darah tinggi.

Penelitian (1)

Ekstrak Seledri munjukan efek vasodilatasi menganggu reseptor Ca2+ sitosol bebas
.

Ekstrak seledri menghambat respon kontraksi mengambat Norefinefrin.

Ekstrak seledri menghambat reseptor voltage dependent & kanal Ca2+.

Ekstrak seledri mengihambat CaCl2 yang menginduksi kontraksi.

Penelitian (2)

Ektraks seledri memberikan efek antihipertensi berupa penurunan tekanan


darah pada subjek tikus hipertensi yang diberikan ekstrak daun seledri.

Kajian Rasionalisasi Obat


Herbal Hipertensi Daun Salam
Agung Kristiyanto
1306402135

Herbal Tunggal Daun Salam

Jenis: Jamu

Izin: POM TR 133 371 971

Isi: 60 kapsul @500 mg

Komposisi:

Syzgil

polyanthi

Folium

Extractum 200 mg

Produsen: Herbal Indo Utama, Magelang

Aturan minum: Sehari 3 kali 1-3 kapsul

Kapsul Daun Salam (herba tunggal)


secara

tradisional

digunakan

untuk

membantu meringankan gejala tekanan


darah tinggi yang ringan.

Penelitian (1)

Konsumsi rebusan daun salam dilakukan 2 kali sehari sebelum makan, pagi
dan sore hari selama 7 hari.

No

Subjek

Dosis

28 pasien
hipertensi

15 pasien
hipertensi

10 helai daun
dalam 300 mL air

25 pasien
hipertensi

25 helai daun
dalam 600 mL air

Sebelum
(mmHg)

Sesudah
(mmHg)

5 helai daun dalam 161,79/114,2


126,43/80,18
300 mL air
9
168,33/92,67 136,33/90,67
164/90

143/86

Penelitian (2)
Hewan uji hipertensi dibuat dengan model induksi
subkutan fenilefrin 0,9 mg/kg berat badan.
Bahan uji adalah ESP dosis 225 mg/kg (ESP225), ESP dosis
75 mg/kg (ESP75) dan ESP dosis 25 mg/kg (ESP25) dalam
pembawa CMC Na 1%.
ESP225 menunjukkan aktivitas antihipertensi pada menit
ke-55, ESP75 menunjukkan aktivitas pada menit ke-30
setelah waktu pemberian.
ESP75 menurunkan tekanan darah sebesar 6924% dari
kenaikan diastol 18 mmHg dan 738% dari kenaikan sistol
30 mmHg.

Kajian Rasionalisasi
Formula Tensigard
Desi Aryani Tri Lestari
1306411940

Tensigard

Produsen

: Phapros

Komposisi

: 92 mg ekstrak Apii Herba dan ekstrak Orthosiphonis

Folium 28 mg

Indikasi : menurunkan dan menstabilkan tekanan darah

Dosis

: pengobatan 1 kapsul tiap 8 jam , pemeliharaan 1

kapsul tiap 12 jam

Pada obat ini seledri digunakan sebagai agen penurun tekanan


darah tinggi dan daun kumis kucing untuk megobati infeksi ginjal
dan saluran kemih.

Penelitian
uji dengan mengkondisikan hipertensi pada hewan uji dalam keadaan teranastesi
dilakukan dengan cara memberi rangsangan pada system kardiovaskuler dengan
pemberian adrenalin.
Untuk keperluan uji ini tekanan darah sistol pada subjek uji dibuat antara 140160 mmHg, kisaran angka ini besarnya mendekati 1,5 kali tekanan darah sistol
normal pada hewan uji kucing.
Hewan uji teranastesi dibagi menjadi 2 kelompok besar, kelompok uji dan
kelompok control. Kelompok uji diberikan tensigard secara oral (dalam CMC Na
0,5%).
Hasil menunjukkan bawha ada kecenderungan penurunan tekanan darah setelah
pemberian dosis tunggal tensigard pada subjek uji

Referensi

Brunton, L. (2006). Goodman & Gilman s The Pharmacological Basis of


Therapeutics. Goodman & Gilman s
The Pharmacological Basis of Therapeutics. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

DEPARTEMEN KESEHATAN,. (2006). PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT


Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Goodman, L., Gilman, A., Brunton, L., Lazo, J., & Parker, K. (2006). Goodman &
Gilman's the
pharmacological basis of therapeutics (1st ed., pp. 800801;858-859). New York: McGraw-Hill.

Gray, H. & Leatham, A. (2002). Lecture notes on cardiology (4th ed., p. 91).
Science.

HIPERTENSI (pp. 9; 23-24).

Malden, Mass.: Blackwell

Wells, B., DiPiro, J., Matzke, G., Posey, L., & Schwinghammer, T. (2015). Pharmacotherapy Handbook (9th ed.,
pp. 89-93). New York, USA: McGraw-Hill Professional Publishing. Ali, A., Yazaki, Y., Njike, V.Y., Ma, Y., Katz,
D.L. (2011). Effect of fruit and vegetable concentrates on endothelial function in metabolic syndrome: A
randomized controlled trial. Nutrition Journal, 10:72.

Dalimartha, S., & Priyatini, E. (2000). Atlas tumbuhan obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya. Ismail, A.,
Mohamed, M., Sulaiman, S., & Wan Ahmad, W. (2013). Autonomic Nervous System Mediates the Hypotensive
Effects of Aqueous and Residual Methanolic Extracts of Syzygium polyanthum (Wight) Walp. var. polyanthum
Leaves in Anaesthetized Rats. Evidence-Based Complementary And Alternative Medicine, 2013, 1-16.
doi:10.1155/2013/716532

Muladsih & Ria, K. (2006). Uji ketoksikan akut campuran ekstrak kering daun Mimba (Azadirachta indica A.Juss)
dan daun Salam (Eugenia polyantha Wight.) pada mencit betina galur Balb/c. Skripsi, Universitas Gadjah Mada

Itis.gov. (2016). ITIS Standard Report Page: Allium sativum. [online] Available at:
https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=42652 [Accessed 11 Nov. 2016]

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2010). Acuan Sediaan Bahan Herbal.

Pengantar, K., Penyusun, T., Pembuatan, B. A. B. I., & Herbal, S. (n.d.). No Title, 189.

Tattelman E. 2005. Health Effects of Garlic. Am Fam Physician. 72(1):103-6

Siegel, G., J. Enden, K. Wanzel, J. Mironneau, and G. Stock. 1992. Potassium chanel activation in vascular smooth muscle. Advance
Experiment in Medical Biology 311:53-72.

Daftar Pustaka

Ajay, M., Chai, H., Mustafa, A., Gilani, A., & Mustafa, M. (2007). Mechanisms of the anti-hypertensive effect of Hibiscus
sabdariffa L. calyces. Journal Of Ethnopharmacology, 109(3), 388-393. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16973321

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2011). Acuan Sediaan Herbal Volume VI. Edisi 1. Jakarta: BPOM RI.

Duke JA. (2002). Handbook of Medicinal Herbs. Second edition. Florida: CRC Pres.

Onyenekwe, P., Ajani, E., Ameh, D., & Gamaniel, K. (1999). Antihypertensive effect of roselle (Hibiscus sabdariffa) calyx
infusion in spontaneously hypertensive rats and a comparison of its toxicity with that in Wistar rats. Cell Biochemistry
And Function, 17(3), 199-206. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10451541

Ismiyati. (2013). Aktivitas antihipertensi ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyantha [Wigth] Walp) pada
tikus wistar, profil kromatografi lapis tipis serta penetapan kandungan fenolik total dan flavonoid totalnya.
Tesis UGM.

Tanjung. Sri, Rahayu, and Mega. (2014). Pengaruh air rebusan daun salam terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi di Dukuh Jangkung Rejo Nogosari Boyolali. KosalaJIK.Vol.2No.2

Tetra, L. (2014).Pengaruh Pemberian Daun Salam (Eugenia Polyantha) Terhadap Penderita Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bontomarannu Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa. Makasar; Universitas
Hasanuddin Makassar.

Uswatun, H. (2014).Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di
Dusun Mijen Desa Gedang Anak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Semarang; Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran.

Djatmiko, M., Suhardjono, D., & Nugroho, A. E. (2001). Pharmacological and Dosage Range Tests of
Tensigard As a Hypotensive Phytopharmaca, 12(1), 3343.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2010). Acuan Sediaan Bahan Herbal.

Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional,. (2011). Formularium Obat Herbal Asli Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Вам также может понравиться