Вы находитесь на странице: 1из 171

Kesehatan Haji

Departemen Kesehatan
Republik Indonesia

Topik Yang Dibahas


Latar Belakang

Kebijakan

Visi

Strategi

Misi

Target

Tujuan Umum

Kegiatan Pokok Pel

Tujuan Khusus
Sasaran

ayanan Kesehatan

LATAR BELAKANG
Tugas nasional yang dilaksanakan oleh

pemerintah secara inter departemental


Departemen Kesehatan bertanggung jawab
dalam pembinaan dan pelayanan
kesehatan calon/ jemaah haji Indonesia
Tanggung jawab pelayanan ini sejak
sebelum keberangkatan ke Arab Saudi,
diperjalanan pergi/ pulang, selama di Arab
Saudi dan setelah kembali ke tanah air.

LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan ibadah haji bertujuan

untuk memberikan pembinaan, pelayanan


dan perlindungan yang sebaik-baiknya
melalui sistem dan manajemen
penyelenggaraan yang terpadu agar
pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan
dengan aman, tertib, lancar dan nyaman
sesuai dengan tuntunan agama serta
jemaah haji dapat melaksanakan ibadah
haji secara mandiri sehingga diperoleh haji
mabrur.

Tantangan pelayanan kesehatan


haji
meningkatnya jumlah calon jemaah haji

risiko tinggi
beragamnya latar belakang pendidikan, etnis
dan sosial budaya
kondisi fisik yang kurang baik
kondisi lingkungan di Arab Saudi yang
berbeda secara bermakna dengan kondisi di
tanah air
perbedaan musim (panas, dingin)
kelembaban udara yang rendah
perbedaan lingkungan sosial budaya

Tantangan pelayanan kesehatan


haji
keterbatasan waktu perjalanan ibadah haji
kepadatan populasi jemaah haji pada saat

wukuf di Arafah maupun melontar jumrah


di Mina

Pelayanan Berkualitas perlu:


Sumberdaya manusia
Berpengetahuan
Terampil
Berdedikasi tinggi

Sarana dan prasarana serta sistem

informasi kesehatan haji terpadu (Siskohat)


bidang kesehatan

Visi
Calon/ jemaah haji bebas penularan

penyakit, mandiri dalam pemeliharaan


kesehatan, untuk istithoah ibadah haji

Misi
Memfasilitasi terselenggaranya upaya-upaya

mencapai kemandirian calon/ jemaah haji


dalam pemeliharaan kesehatannya dan
perilaku hidup sehat.
Meningkatkan kualitas penyelenggaraan
kesehatan haji.
Mengembangkan dan memanfaatkan jejaring
informasi tele komunikasi berbasis komputer
untuk pengambilan keputusan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Misi
Mengembangkan dan meningkatkan sumber daya

manusia yang berpengetahuan, terampil,


berdedikasi dan profesional dalam kesehatan haji.
Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
dalam surveilans, penanggulangan KLB/ wabah dan
bencana atau musibah masal.
Mengembangkan kemitraan dengan lembaga
swadaya masyarakat (LSM), organisasi profesi,
badan pengelola pembiayaan pemeliharaan
kesehatan, lembaga/ badan penelitian dan kerja
sama lintas program serta lintas sektor.

Tujuan umum
Meningkatnya kondisi kesehatan calon/

jemaah haji Indonesia serta terbebasnya


masyarakat Indonesia/ Internasional dari
transmisi penyakit menular yang mungkin
terbawa keluar/ masuk oleh calon/ jemaah
haji Indonesia

Tujuan Khusus
Terindentifikasinya calon jemaah haji yang

memenuhi persyaratan kesehatan untuk


ibadah haji.
Terbinanya kondisi kesehatan calon jemaah
haji dan kemandirian pemeliharaan
kesehatan.
Tersedianya petugas kesehatan haji yang
berpengetahuan, terampil, berdedikasi dan
profesional disetiap jenjang pelayanan
kesehatan haji.

Tujuan Khusus
Meningkatnya surveilans, sistem

kewaspadaan dini dan respon KLB.


Terwujudnya kesiapsiagaan dalam
mengantisipasi penanggulangan bencana
dan musibah masal pada jemaah haji
Indonesia.
Tersedianya data/ informasi cepat, tepat,
terpercaya dan diseminasi informasi
kesehatan haji.

Tujuan Khusus
Terbinanya kerjasama dan kemitraan lintas

program, sektor, bilateral dan multilateral


tentang kesehatan haji.
Tersedianya obat dan alat kesehatan sesuai
dengan kebutuhan.
Menurunnya angka kunjungan sakit dan
angka kematian jemaah haji di Arab Saudi.

Sasaran
Sasaran penyelenggaraan kesehatan haji

Indonesia adalah seluruh calon/ jemaah haji


sejak terdaftar di daerah asal, di perjalanan,
selama di Arab Saudi dan 14 hari setelah
kembali dari Arab Saudi, pengelola kesehatan
haji, tenaga kesehatan, instansi pemerintah di
semua jenjang administrasi yang bertanggung
jawab dalam penyelenggaraan haji, dan
petugas kesehatan haji (Tim Kesehatan Haji
Indonesia dan Panitia Penyelenggaran Ibadah
Haji di Arab Saudi bidang kesehatan)

Kebijakan
Meningkatkan sistem dan manajemen

penyelenggaraan kesehatan haji secara


terpadu, menyeluruh baik lintas program
maupun lintas sektor dengan pendekatan
epidemiologi.
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan haji
dengan mengoptimalkan kemampuan di
puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/ kota,
dinas kesehatan provinsi, embarkasi/ debarkasi
haji dan di Arab Saudi.

Kebijakan
Mengembangkan dan meningkatkan

pembinaan kesehatan calon/ jemaah haji


dengan pendekatan manajemen risiko,
profesional, terintegrasi lintas program,
lintas sektor terkait dan mengikut sertakan
peran masyarakat.

Kebijakan
Mengembangkan dan memperkuat jejaring

surveilans dengan fokus penyakit potensial


wabah terutama Meningitis meningokokus,
penyakit menular baru (new emerging
diseases) dan penyakit menular yang
berjangkit kembali (re emerging diseases),
sistem kewaspadaan dini dan respon KLB,
bencana serta musibah masal.

Kebijakan
Mengembangkan dan meningkatkan

profesionalisme sumber daya manusia dalam


penyelenggaraan kesehatan haji dibidang
pemeriksaan dan pembinaan, surveilans,
Kesehatan Lingkungan, penanggulangan KLB
dan musibah masal, sistem informasi
kesehatan haji.
Menyediakan dan meningkatkan perangkat
keras dan perangkat lunak sistem informasi
manajemen kesehatan haji pada setiap jenjang
administrasi kesehatan.

Kebijakan
Menyiapkan dan menyusun daftar

kebutuhan obat, alat kesehatan haji


maupun distribusinya.
Menjalin kerjasama lintas program,
sektoral, regional Asean, bilateral dengan
Pemerintah Arab Saudi maupun
Internasional.

Kebijakan
Meningkatkan dan memantapkan sistem

rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah


Haji (PPIH) di Arab Saudi bidang kesehatan
dan Petugas yang menyertai jemaah haji
(TKHI Kloter) melalui prosedur, kriteria
serta cara penyeleksian secara berjenjang
dari dinas kesehatan kabupaten/ kota,
dinas kesehatan provinsi dan pusat.

Kebijakan
Meningkatkan kemampuan penggalian

sumber daya daerah (provinsi dan


kabupaten/kota) dan sumber daya yang
berasal dari masyarakat dalam
penyelenggaraan kesehatan haji.

Strategi
Sosialisasi pemeriksaan dan pembinaan

kesehatan calon jemaah haji sehingga


petugas dan masyarakat mengetahui
manfaat dari pemeriksaan dan pembinaan
kesehatan haji.
Standarisasi pemeriksaan dan pembinaan
kesehatan calon jemaah haji.

Strategi
Advokasi pada pengambil keputusan untuk

dukungan politis dan komitmen dalam


pembiayaan terutama SKD dan respon KLB,
bencana dan musibah masal.
Intensifikasi pemeriksaan fisik didukung
pemeriksaan laboratorium yang akurat,
tatalaksana kasus dengan pendekatan
manajemen risiko sesuai dengan standar
yang berlaku.

Strategi
Swadana dalam pemeriksaan dan

pembinaan kesehatan calon jemaah haji


Penggalangan kemitraan dengan badan
pengelola pembiayaan kesehatan seperti
Asuransi Kesehatan (ASKES), Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)
dan asuransi kesehatan lainnya dalam
pembinaan kesehatan haji.

Strategi
Fasilitasi dan asistensi metode, teknologi

pemeriksaan, pembinaan serta pengukuran


kualitas (quality assurance) kesehatan haji.
Pengembangan metode dan materi
pelatihan petugas kesehatan haji (PPIH dan
TKHI) yang sesuai dengan kebutuhan di
lapangan (aplikatif)
Intensifikasi surveilans epidemiologi, SKD
dan respon KLB

Target
Seluruh Puskesmas pemeriksa kesehatan

calon jemaah haji dan Dinas Kesehatan


Daerah Kabupaten/ Kota melaksanakan
pemeriksaan, rujukan dan pembinaan
kesehatan sesuai dengan standar.
Cakupan pemeriksaan kesehatan calon
jemaah haji 100 %.
Cakupan tes kehamilan pada calon jemaah
haji wanita pasangan usia subur ( PUS )
100%.

Target
Cakupan imunisasi Meningitis meningokokus

tetravalen 100 % dengan Indeks Pemakaian


(IP) 9
Frekuensi KLB menurun.
Menurunnya angka kunjungan dan angka
kematian.
Seluruh pelabuhan Embarkasi/ Debarkasi Haji
melaksanakan pemeriksaan dokumen
kesehatan haji sesuai dengan standar.
Cakupan pengumpulan Kartu Kewaspadaan
Kesehatan Jemaah Haji (K3JH) 80 %

Kegiatan pokok pelayanan


kesehatan haji
Pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji
Pembinaan kesehatan calon jemaah haji
Pelayanan medis
Imunisasi
Surveilans
Kesiapsiagaan Penanggulangan

KLB dan Musibah Masal


Kesehatan Lingkungan

Kegiatan manajemen
penyelenggaraan kesehatan

Perencanaan
haji
Pengorganisasian
Pelatihan
Pembinaan teknis
Sistem Informasi
Monitoring dan Evaluasi

Tahap - Tahap Pemeriksaan


Kesehatan Calon Jemaah Haji
Pemeriksaan Kesehatan I
Pemeriksaan Kesehatan II

Pemeriksaan Kesehatan I
Pemeriksaan kesehatan I dilaksanakan di

puskesmas oleh dokter puskesmas sebagai


pemeriksa kesehatan, dibantu tenaga
keperawatan dan analis laboratorium
puskesmas sebelum melunasi Biaya
Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) ke Bank
Penerima Setoran (BPS)

Pemeriksaan Kesehatan I
Pemeriksaan kesehatan I dilakukan untuk

mengetahui faktor risiko calon jemaah haji


dan selanjutnya dilakukan manajemen
terhadap faktor risiko tersebut sehingga
calon jemaah haji mencapai kesehatan
yang optimal untuk menunaikan ibadah
haji.

Pemeriksaan Kesehatan I
Pada saat pemeriksaan kesehatan I

tersebut, foto harus sudah ditempel pada


lembar Surat Keterangan Kesehatan yang
akan diserahkan ke BPS dan sesuai dengan
wajah calon jemaah haji. Selanjutnya calon
jemaah haji diingatkan bahwa setelah
memperoleh kursi (seat) atau terdaftar di
Siskohat, calon jemaah haji harus kembali
ke puskesmas untuk dilakukan pembinaan
lebih lanjut dan dibuatkan buku kesehatan

Pemeriksaan Kesehatan I
Pasfoto yang ditempel pada buku

kesehatan dan surat keterangan kesehatan


harus sama dengan pasfoto yang
digunakan untuk paspor haji dan berukuran
4 x 6 cm kemudian dibubuhi stempel
puskesmas dan harus mengenai pasfoto.

Pemeriksaan Kesehatan I
Bila yang diperiksa calon jemaah haji wanita

sebaiknya pemeriksa kesehatan adalah dokter


wanita. Apabila yang memeriksa dokter pria
harus didampingi oleh perawat wanita.
Data hasil pemeriksaan kesehatan calon
jemaah haji harus ditulis dengan lengkap dan
benar dalam BKJH dan dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya sesuai dengan lembar
I Petunjuk Pengisian Buku Kesehatan Jemaah
Haji terlampir

Pemeriksaan Kesehatan I
Tenaga kesehatan harus mengisi kode

diagnosis sesuai dengan hasil pemeriksaan


kesehatan calon jemaah haji, sesuai dengan
lembar II petunjuk pengisian terlampir. Calon
jemaah haji yang hasil pemeriksaan
kesehatannya BAIK atau KURANG BAIK
kesehatannya, tetapi besar harapan dapat
disembuhkan sebelum keberangkatannya,
maka buku kesehatannya dapat ditanda
tangani langsung oleh dokter pemeriksa
dengan catatan harus mengikuti pengobatan
dan pembinaan kesehatan secara teratur

Pemeriksaan Kesehatan I
Khusus untuk calon jemaah haji wanita

pasangan usia subur (PUS) perlu dilakukan


pemeriksaan tes kehamilan (bagi puskesmas
yang sudah mampu). Bagi yang tidak hamil
ditekankan untuk mengikuti keluarga
berencana (KB), untuk mencegah kehamilan
sampai keberangkatan. Kemudian menanda
tangani surat pernyataan pada buku kesehatan
bahwa jika ternyata hamil menjelang saat
keberangkatan bersedia menunda
keberangkatannya ke Arab Saudi

Pemeriksaan Kesehatan I
Bagi wanita hamil dengan usia kehamilan kurang

dari 14 minggu dan lebih dari 26 minggu harus


menunda keberangkatannya sesuai dengan Surat
Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan
Menteri Kesehatan serta peraturan penerbangan
Internasional
Bagi wanita hamil dengan usia kehamilan antara 14
s/d 26 minggu dan telah divaksinasi Meningitis
meningokokus tetravalen sebelum hamil diizinkan
berangkat dengan syarat menanda tangani surat
pernyataan bersedia menanggung segala risikonya

Pemeriksaan Kesehatan I
Khusus bagi calon jemaah haji usia lanjut

(Usia >60 tahun ) selain dilakukan


pemeriksaan laboratorium (darah dan urin)
perlu dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten/
Kota untuk dilakukan pemeriksaan EKG,
foto thorak dan kimia darah sesuai indikasi.
Hasil pemeriksaan dilampirkan pada Buku
Kesehatan Jemaah Haji

Pemeriksaan Kesehatan I
Bagi calon jemaah haji yang batuk lebih

dari 3 minggu, dilakukan pemeriksaan


laboratorium Basil Tahan Asam (BTA) dan
foto thorak. Apabila hasilnya positif maka
diberi pengobatan sesuai dengan
ketentuan Program Pemberantasan TB Paru
Nasional

Pemeriksaan Kesehatan I
Hasil pemeriksaan kesehatan harus ditulis

sesuai kode diagnosis calon jemaah haji


risti maksimal 5 kode dengan urutan
pertama yang terberat.

Pemeriksaan Kesehatan II
Pemeriksaan kesehatan II dilaksanakan oleh

Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/


Kota dengan penanggung jawab Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota yang anggotanya
terdiri dari Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit
Umum Kabupaten/ Kota
Pemeriksaan kesehatan II dilakukan terhadap
seluruh calon jemaah haji untuk menentukan
layak tidaknya calon jemaah haji berangkat ke
Arab Saudi

Pemeriksaan Kesehatan II
Pelaksana pemeriksaan kesehatan II dan

rujukan adalah dokter, perawat dan tenaga


kesehatan lainnya (dinas kesehatan dan rumah
sakit) dan atau dokter yang pernah bertugas
sebagai Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI)
atau Tim Kesehatan Haji Daerah (TKHD) yang
ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota
Tim Pelaksana Penerima Rujukan Kabupaten/
Kota adalah dokter spesialis yang ditetapkan
oleh Tim Penyelenggara Kesehatan Haji
Kabupaten/ Kota

Pemeriksaan Kesehatan II
Pada saat memeriksa calon jemaah haji,

tenaga kesehatan harus memeriksa


dengan teliti apakah calon jemaah haji
yang diperiksa sesuai dengan foto yang
terdapat dalam BKJH
Bagi calon jemaah haji wanita pasangan
usia subur harus dilakukan tes kehamilan
sebelum divaksinasi Meningitis
meningokokus tetravalen

Pemeriksaan Kesehatan II
Dokter pemeriksa kesehatan II harus

menentukan kesimpulan sesuai dengan hasil


pemeriksaan, yang dinyatakan BAIK atau
TIDAK BAIK
Bagi calon jemaah haji yang BAIK
kesehatannya diberikan imunisasi Meningitis
meningokokus tetravalen. BKJH diisi dengan
lengkap dan ditanda tangani oleh dokter
pemeriksa kesehatan II dan selanjutnya
dianjurkan untuk mengikuti pembinaan
kesehatan hingga waktu keberangkatan ke
pelabuhan Embarkasi Haji

Pemeriksaan Kesehatan II
Bagi

calon jemaah haji yang TIDAK


BAIK kesehatannya tetapi menurut dokter
pemeriksa kesehatan dapat disembuhkan
sebelum keberangkatan maka kesimpulan
hasil pemeriksaan ditentukan setelah
pengobatan terakhir dan apabila sampai
dengan pengobatan terakhir tidak sembuh
maka dinyatakan tidak baik kesehatannya
dan ditunda/ ditolak keberangkatannya

Pemeriksaan Kesehatan II
Bagi calon jemaah haji penderita

penyakit
menular yang membahayakan diri sendiri
maupun orang lain, dilakukan pengobatan
hingga tidak membahayakan lagi. Jika
memerlukan pengobatan yang lama dan
diperkirakan tidak sembuh hingga saat
keberangkatan ke Arab Saudi, maka dokter
pemeriksa kesehatan II bersama Tim
Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/ Kota
memutuskan menunda/ menolak
keberangkatan calon jemaah haji tersebut

Pemeriksaan Kesehatan II
Bagi calon jemaah haji berumur lebih dari

60 tahun dan sesuai dengan indikasi agar


dilengkapi dengan hasil foto thorak, EKG,
dan laboratorium kimia darah, hasilnya
ditulis dan dilampirkan pada BKJH

Pemeriksaan Kesehatan II
Seluruh hasil pemeriksaan kesehatan II

ditulis secara lengkap sesuai status


kesehatannya di BKJH dan dapat
dipertanggung jawabkan akan kebenaran
isinya

Pemeriksaan Kesehatan II
Pelanggaran terhadap pelaksanaan

pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji


dapat dikenakan sanksi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pelayanan Medis dalam


Penyelenggaraan Haji
Tujuan Pemeriksaan
Di Tanah Air
Puskesmas
Rumah Sakit Kabupaten / Kota
Embarkasi / Debarkasi Haji

Di Pesawat

Di Arab Saudi
Pelayanan Medis Petugas TKHI Kloter
Pelayanan obat di Sektor dilaksanakan oleh d

okter Aspiran
Pelayanan Medis di BPHI oleh PPIH bidang ke
sehatan

Tujuan Pemeriksaan
Teridentifikasinya kondisi kesehatan dan

faktor risiko calon jemaah haji.


Tercatatnya data kondisi kesehatan dan
faktor risiko calon jemaah haji secara benar
dan lengkap dalam Buku Kesehatan Jemaah
Haji (BKJH) Indonesia.

Tujuan Pemeriksaan
Berfungsinya BKJH sebagai catatan medis

calon jemaah haji untuk memudahkan tindak


lanjut dalam pengobatan dan perawatan di
perjalanan, embarkasi haji, selama di Arab
Saudi dan 14 hari sekembalinya dari Arab
Saudi.
Terpenuhinya persyaratan kesehatan calon
jemaah haji (istihitoah) yang diberangkatkan

DI TANAH AIR
Pelaksanaan pelayanan medis di tanah air

dilaksanakan di puskesmas, rumah sakit


kabupaten/ kota, embarkasi/ debarkasi haji.

Puskesmas
Memberikan pelayanan pengobatan rawat

jalan, rawat inap bila tersedia dan rujukan


ke rumah sakit kabupaten/ kota bila
diperlukan.

Rumah Sakit
Kabupaten/Kota

Memberikan pelayanan pengobatan rawat

jalan, rawat inap, pemeriksaan penunjang


medis (laboratorium, EKG, foto thoraks dan
lain-lain), konsultasi dan rujukan spesialisasi
Memberikan jawaban konsultasi kepada dokter
puskesmas yang merujuk calon jemaah haji
Dokter spesialis menentukan obat-obatan yang
harus dibawa oleh calon jemaah haji risti

Embarkasi/ Debarkasi Haji


Memberikan pelayanan pengobatan, rawat

jalan, rawat sementara, pemeriksaan


penunjang medis dan rujukan ke rumah
sakit yang telah ditetapkan selama calon
jemaah haji berada di asrama haji pada
saat keberangkatan
Melegalisir obat-obatan yang dibawa oleh
calon jemaah haji

Embarkasi/ Debarkasi Haji


Menerbitkan surat keterangan layak

terbang bagi calon jemaah haji risiko tinggi


yang sakit dan hamil
Memantau kesehatan dan memberikan
pelayanan pengobatan, rawat jalan, rawat
sementara, rujukan bagi jemaah haji pada
saat sekembalinya dari Arab Saudi

DI PESAWAT
Pelayanan medis di pesawat dilaksanakan

oleh dokter dan tenaga keperawatan


Kloter
Memeriksa kelengkapan obat yang
disediakan di pesawat.
Melakukan visite secara berkala kepada
calon jemaah haji risti.

DI PESAWAT
Memberikan pengobatan kepada jemaah

haji sakit.
Memberikan penyuluhan kesehatan untuk
mengurangi dampak peningkatan tekanan
udara dan mabuk dalam perjalanan.
Membuat Certificate of Death (COD) bagi
calon/ jemaah haji yang wafat.

DI ARAB SAUDI
Pelayanan medis di Arab Saudi

dilaksanakan oleh dokter dan tenaga


keperawatan di kloter serta PPIH di Arab
Saudi bidang kesehatan sesuai daerah
kerja

Pelayanan medis petugas


TKHI kloter

Di Bandara King Abdul Aziz


Jeddah dan Madinah
Memantau kondisi kesehatan seluruh jemaah haji,
Melapor ke wakadaker pelayanan kesehatan.
Mengambil tas yang berisi paket obat dan alat

kesehatan kloter.
Menganjurkan jemaah haji cukup istirahat makan
dan minum.
Memberikan pelayanan pengobatan bagi jemaah
haji yang memerlukan.
Melakukan rujukan ke BPHI.
Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah
haji yang wafat.

Selama perjalanan dari Jeddah


ke Madinah/ Makkah
Memantau kondisi kesehatan jemaah haji.
Memberikan pelayanan pengobatan bagi

jemaah haji yang memerlukan.


Melakukan rujukan ke BPHI atau rumah
sakit Arab Saudi (RSAS).

Selama berada di Madinah,


Makkah & Armina
Menempatkan jemaah haji risiko tinggi dekat

petugas kesehatan.
Melakukan visite secara berkala terutama bagi
jemaah haji risti.
Menganjurkan calon jemaah haji cukup
istirahat, makan dan minum.
Memberikan pelayanan kesehatan/pengobatan.
Melakukan rujukan ke BPHI atau RSAS.
Membuat Certificate of Death (COD) bila ada

jemaah haji yang wafat.

Pelayanan obat di Sektor


dilaksanakan oleh dokter

Memberikan pelayanan kesehatan dan


Aspiran

pengobatan bila diperlukan.


Menyediakan ambulans untuk rujukan ke
BPHI atau RSAS.
Meneruskan permintaan obat dari kloter ke
Depo.
Membagikan jatah obat untuk kloter di
sektor.

Pelayanan medis di BPHI oleh


PPIH bidang kesehatan

Di Bandara King Abdul Aziz


Jeddah (saat kedatangan)
Memberikan pelayanan pengobatan, rawat

jalan, rawat sementara bagi jemaah haji


yang memerlukan.
Melakukan rujukan ke RSAS atau ke BPHI
Makkah dengan disertai laporan rujukan
(Lru).
Menjawab konsultasi rujukan dari dokter
kloter.
Membuat Certificate of Death (COD) bagi
jemaah haji yang wafat.

Di Madinatul Hujjaj - Jeddah


(saat pemulangan)
Memberikan pelayanan pengobatan, rawat

jalan, rawat inap bagi jemaah haji yang


memerlukan.
Melakukan rujukan ke RSAS dengan disertai
laporan rujukan (Lru) dan laporan tanda
terima rujukan (Tru).
Memberikan pelayanan pulang dini atau
tidak bersama kloternya, perlu disertai
resume riwayat penyakit dan
pengobatannya (Rpp).

Menyerah terimakan pasien pulang dini

beserta resume penyakit dan


pengobatannya (Rpp) kepada dokter kloter
yang akan mendampingi.
Menjawab konsultasi rujukan dari dokter
kloter.
Membuat Certificate of Death (COD) bagi
jemaah haji yang wafat.

Di Madinah

Di Airport Madinah (saat


kedatangan dan pemulangan)
Melakukan rujukan ke BPHI Madinah atau

ke RSAS dengan disertai laporan rujukan


(Lru).
Membuat Certificate of Death (COD) bagi
jemaah haji yang wafat.

Di BPHI
Memberikan pelayanan pengobatan, rawat

jalan, rawat inap bagi jemaah haji yang


memerlukan.
Melakukan rujukan ke RSAS dengan disertai
laporan rujukan (Lru) dan laporan tanda
terima rujukan (Tru).
Memberikan pelayanan kesehatan gigi.

Di BPHI
Memberikan pelayanan pulang dini atau

tidak bersama kloternya, perlu disertai


resume riwayat penyakit dan
pengobatannya (Rpp).
Menyerah terimakan pasien pulang dini
beserta resume penyakit dan
pengobatannya (Rpp) kepada dokter kloter
yang akan mendampingi.

Di BPHI
Menjawab konsultasi rujukan dari dokter

kloter.
Membuat Certificate of Death (COD) bagi
jemaah haji yang wafat.

Di Makkah
Memberikan pelayanan rawat jalan.
Memberikan pelayanan rawat inap.
Memberikan pelayanan kegawat daruratan

dan spesialistik.
Memberikan pelayanan rujukan ke RSAS
disertai formulir Lru dan Tru.
Memberikan pelayanan kesehatan rujukan
dari kloter.

Di Makkah
Memberikan pelayanan penunjang kesehatan

terbatas.
Memberikan jawaban konsultasi rujukan dari kloter.
Menyeleksi dan melayani jemaah haji sakit yang
ikut safari wukuf.
Mendampingi Tawaf Ifadhah bagi jemaah haji sakit
yang memerlukan pengawasan petugas kesehatan.
Memberikan pelayanan pulang dini atau pulang
tidak bersama kloternya disertai resume riwayat
penyakit dan pengobatannya (Rpp).

Di Makkah
Menyerah terimakan pasien pulang dini atau

tidak bersama kloternya beserta resume


riwayat penyakit dan pengobatannya (Rpp)
kepada dokter BPHI.
Melaksanakan evakuasi jemaah sakit ke Jeddah
dan Madinah disertai formulir evakuasi.
Memberikan pelayanan kesehatan gigi.
Memberikan pelayanan dan konsultasi gizi
dietetik.
Membuat Certificate of Death (COD) bagi
jemaah haji yang wafat.

Di Arafah Mina (Armina)


Memberikan pelayanan rawat jalan.
Memberikan pelayanan rujukan ke BPHI

Makkah atau ke RSAS disertai formulir Lru


dan Tru.
Memberikan pelayanan kegawat daruratan.
Memberikan pelayanan kesehatan rawat
inap.

Di Arafah Mina (Armina)


Memberikan pelayanan kesehatan rujukan

dari kloter.
Memberikan pelayanan penunjang
kesehatan terbatas.
Memberikan pelayanan dan konsultasi gizi
dietetik.
Membuat certificate of Death (COD) bagi
jemaah haji yang wafat.

Imunisasi Meningitis
Meningokokus
Tujuan
Penatalaksanaan Imunisasi Meningitis Meningo

kokus
Cara Pelarutan dan Cara Imunisasi
Efikasi Vaksin, Daya Lindung dan Imunisasi Ula
ng (Revaksinasi)
Kontraindikasi
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
Pencatatan

TUJUAN
Tujuan imunisasi meningitis meningokokus

tetravalen untuk memberikan kekebalan


tubuh terhadap penyakit Meningitis
meningokokus tertentu, sesuai dengan
vaksin yang diberikan pada calon jemaah
haji

PENATALAKSANAAN
IMUNISASI MENINGITIS
MENINGOKOKUS
Imunisasi Meningitis meningokokus tetravalen
pada calon jemaah haji diberikan minimal 10
hari sebelum keberangkatan ke Arab Saudi
Bila imunisasi diberikan kurang dari 10 hari
sejak keberangkatan ke Arab Saudi harus
diberikan profilaksis dengan Ciprofloxacin 500
mg dosis tunggal
Pelaksanaan imunisasi bersamaan dengan
pemeriksaan kesehatan II di Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota.

Komposisi Vaksin dan Kemasan


Vaksin mencevak ACW135Y adalah preparat

polisacharida murni yang diambil dari bahan


Neisseria meningitidis group ACW135Y.
Terdapat dua kemasan yaitu; dosis tunggal dan
multi dosis (10 dosis).
Cara Penyimpanan Vaksin
Penyimpanan vaksin dalam lemari es pada suhu 2

8oC
Pelarut dapat disimpan dalam suhu kamar

Cara Pelarutan dan Cara


Imunisasi

Ambil cairan pelarut, seluruh cairan pelarut

disedot ke dalam semprit kemudian


dimasukkan ke dalam botol vaksin, kocok
perlahan-lahan sampai vaksin larut semua
Vaksin yang telah dilarutkan disimpan
dalam thermos es atau lemari es dengan
suhu 2- 80 C
Vaksin diberikan dengan dosis 0,5 cc untuk
umur 2 tahun keatas dan 0,3 cc untuk
umur dibawah 2 tahun

Cara Pelarutan dan Cara


Imunisasi

Kulit di lengan kiri atas di desinfeksi

dengan kapas alkohol kemudian dengan


menggunakan semprit 1 cc vaksin
disuntikkan secara subkutan dalam
Vaksin yang telah dilarutkan dan atau sisa
vaksin yang telah dipakai tidak dapat
digunakan lagi setelah delapan jam

Efikasi Vaksin, Daya Lindung


dan Imunisasi Ulang
Efikasi vaksin : 95 %
(Revaksinasi)
Daya lindung/ proteksi kekebalan : 2 tahun,
antibody terbentuk 10 hari setelah
imunisasi.
Imunisasi ulang dilakukan setelah 2 tahun.

Kontra Indikasi
Wanita hamil, panas tinggi serta bagi

mereka yang peka atau alergi terhadap


phenol.

Kejadian Ikutan Paska Imunisasi


(KIPI)
Hampir tidak ada, kadang-kadang timbul

bercak kemerahan (skin rash) yang sangat


ringan dan dapat terjadi Syok Anaphilaksis
(renjatan)
Bila terjadi syok dapat diatasi dengan suntikan
Adrenalin 1 : 1000 dengan dosis 0,2 0,3 cc
secara Intra Musculair (IM)
Untuk tindakan pengamanan bagi calon
jemaah haji setelah diimunisasi meningitis
meningokokus tetravalen dianjurkan
menunggu 30 menit.

Pencatatan
Setelah imunisasi meningitis meningokokus

tetravalen kemudian dicatat pada kartu


International Certificate of Vaccination
(ICV): nama calon jemaah haji, nomor
paspor, tanggal imunisasi, nama vaksin,
nomor vaksin/batch number dan dosis.

Pencatatan
ICV ditanda tangani oleh dokter, baik

dokter Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/


Kota atau dokter yang ditunjuk, dokter
Kepala KKP Embarkasi/ dokter yang
ditunjuk dan distempel Port Health
Authority (bukan stempel dinas kesehatan
kabupaten/ kota atau puskesmas).

Pencatatan
Bagi calon jemaah haji yang tidak

mempunyai bukti imunisasi Meningitis


meningokokus tetravalen harus imunisasi
di pelabuhan Embarkasi dan diberi kartu
ICV serta minum Cyprofloxacin 500 mg
dosis tunggal sebagai profilaksis.

Surveilans Epidemiologi (SE)


Tujuan
Kegiatan
Sasaran

TUJUAN
Tujuan SE kesehatan haji adalah

mencegah keluarnya penyakit menular dari


Indonesia dan masuknya penyakit menular
dari luar negeri yang mungkin terbawa oleh
calon/ jemaah haji ke Indonesia,
mengetahui distribusi penyakit, kematian
menurut waktu dan tempat serta faktor
risiko yang terdapat pada calon/ jemaah
haji Indonesia

KEGIATAN
Pengumpulan, pengolahan, analisis dan

disiminasi data atau informasi, dilakukan sejak


calon jemaah haji melakukan pemeriksaan
kesehatan di daerah asal, diperjalanan,
selama di Arab Saudi dan setelah kembali dari
Arab Saudi sampai ke daerah asal selama 14
hari.
Pengamatan terhadap jemaah haji sakit dan
wafat baik di Arab Saudi, di embarkasi/
debarkasi haji dan sekembalinya dari Arab
Saudi.

KEGIATAN
Pengamatan terhadap kesehatan

lingkungan di Indonesia dan Arab Saudi.


Sumber data SE kesehatan haji meliputi
hasil pemeriksaan kesehatan calon jemaah
haji di puskesmas dan dinas kesehatan
kabupaten/ kota, laboratorium, rumah sakit
dan unit-unit rujukan lainnya baik di
Indonesia maupun di Arab Saudi.

KEGIATAN
SE dilakukan melalui jejaring surveilans

kesehatan haji (net working) sejak di tanah air


sampai dengan di Arab Saudi.
Pengumpulan, pengolahan, analisis dan
diseminasi data atau informasi, dilakukan
dengan menggunakan fasilitas sistem
komputerisasi haji terpadu (Siskohat) bidang
kesehatan di Arab Saudi, pusat, embarkasi/
debarkasi haji dan dinas kesehatan provinsi
yang telah tersedia jaringan Siskohat bidang
kesehatan.

KEGIATAN
Pengumpulan, pengolahan, analisis dan

diseminasi data atau informasi di


puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/
kota dan dinas kesehatan provinsi yang
belum tersedia jaringan Siskohat bidang
kesehatan dilakukan dengan mengirim
laporan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

KEGIATAN
Dinas kesehatan Kabupaten/ Kota bersama-

sama petugas puskesmas melaksanakan


SE paska haji dengan mengamati kondisi
kesehatan jemaah haji secara pasif dan
aktif.
SE secara pasif adalah jemaah haji

mengirimkan K3JH setelah 14 hari setibanya


di daerah asal ke Puskesmas pemeriksaan
awal/ terdekat.

KEGIATAN
SE secara aktif adalah petugas puskesmas

mengunjungi ke rumah jemaah haji untuk


mengetahui kondisi kesehatannya apabila
setelah 14 hari jemaah haji tidak
mengirimkan K3JH.
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
bertanggung jawab mengkoordinasikan
pelaksanaan SE yang dilaksanakan oleh
Puskesmas.
Pembiayaan SE secara aktif disediakan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.

KEGIATAN
Pembiayaan SE kesehatan haji di Arab

Saudi bersumber pada biaya PPIH di Arab


Saudi.

SASARAN
Sasaran SE meliputi penyakit menular

sesuai dengan ketentuan Undang-undang


Karantina, Undang-undang Wabah Penyakit
Menular, International Health Regulation
(IHR), penyakit tidak menular, keracunan
dan kesehatan lingkungan.

Penanggulangan KLB dan


Musibah
Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan

Respon KLB
Penanggulangan KLB
Penanggulangan Bencana dan Musibah
Massal

SKD dan Respon KLB


Tujuan SKD dan Respon KLB
Kegiatan SKD dan Respon KLB Calon /

Jemaah Haji

Tujuan SKD dan Respon KLB


Terwujudnya sikap tanggap petugas

terhadap kondisi yang mengancam


terjadinya KLB untuk melakukan tindakan
pencegahan dan atau tindakan dini
terhadap KLB penyakit, keracunan
makanan

Tujuan SKD dan Respon KLB


Terlaksananya pemantauan, tanggap dalam

melakukan respon terhadap peningkatan


kesakitan, kematian, penurunan kinerja
pelayanan kesehatan, memburuknya
sanitasi, lemahnya pengamanan kesehatan
makanan dan penurunan status kesehatan
imunitas calon/ jemaah haji.

Kegiatan SKD dan Respon


KLB
Persiapan SKD dan KLB
Kegiatan Operasional
Kesiap-siagaan
Lain-lain

Persiapan SKD dan KLB


Identifikasi Penyakit potensial wabah pada

calon / jemaah haji Indonesia yang perlu


diwaspadai adalah penyakit Diare, Malaria,
Demam berdarah, Pes, Kholera, Yellow fever,
Meningitis meningokokus, Influenza, Rift Valley
Fever (RVF), Ebola, Hepatitis, Tifus bercak
wabah dan keracunan serta identifikasi faktor
yang berpengaruh meliputi faktor risiko pada
populasi, lingkungan, sarana dan prasarana
yang tersedia serta sumber daya manusia.

Persiapan SKD dan KLB


Mekanisme pelaporan sesuai dengan jejaring

SKD respon KLB, dimulai dari tingkat


puskesmas, kabupaten, provinsi, embarkasi
dan debarkasi haji, pusat ( Ditjen PPM & PL )
selama di Arab Saudi dan sekembalinya dari
Arab Saudi. Setiap tingkat pelaporan
melibatkan pihak terkait misalnya laboratorium
kesehatan, Rumah sakit maupun Sistem
Komputerisasi Haji Terpadu bidang kesehatan.
Pelatihan dan gladi bersih.

Kegiatan Operasional
Surveilans terhadap kejadian kesakitan dan

kematian.
Surveilans terhadap indikator faktor risiko.
Penyelidikan keadaan rawan KLB penyakit,
keracunan atau adanya
dugaan KLB.
Peningkatan kesiapsiagaan operasional.
Penanggulangan KLB.

Kesiapsiagaan
Tersedianya SDM yang terlatih dan siap

pakai.
Adanya tim ahli yang mudah diakses untuk
konsultasi dan tersedianya referensi.
Tersedianya fasilitas komunikasi (telphone,
faximile, e-mail, website, dll).
Tersedianya fasilitas transportasi
(kendaraan operasional, ambulance dll).
Tersedianya prosedur kerja tetap (Protap/
SOP).

Lain-lain
Pembiayaan SKD dan respon KLB dan

jejaringnya agar dialokasikan biaya


penanggulangan KLB di Dinas Kesehatan
Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
dan KKP.
Biaya rujukan dan perawatan selama di
embarkasi/ debarkasi haji dan selama di
Arab Saudi dibebankan pada PPIH di
embarkasi/ debarkasi dan PPIH di Arab
Saudi.

Biaya SKD dan respon KLB selama di Arab

Saudi dibebankan pada PPIH di Arab Saudi.


Apabila KLB terjadi lintas provinsi dan
memerlukan fasilitasi dan asistensi maka
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi tempat
KLB dapat mengajukan usulan
penanggulangan KLB ke Ditjen PPM & PL.

Penanggung jawab penyelidikan


dan penanggulangan KLB
Di Kabupaten/ Kota termasuk wilayah

disekitar asrama haji embarkasi


penanggung jawabnya Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota.
Diperjalanan lintas Kabupaten/ Kota menuju
pelabuhan embarkasi/ debarkasi-antara
dan atau embarkasi/ debarkasi haji
penanggung jawabnya adalah Dinas
Kesehatan Provinsi.

Penanggung jawab penyelidikan


dan penanggulangan KLB
Di Asrama Transito Kabupaten/ Kota dan

Provinsi penanggung jawabnya adalah


masing-masing Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota dan Provinsi.
Di dalam asrama haji embarkasi/ debarkasiantara dan di pelabuhan embakasi/
debarkasi-antara penanggung jawabnya
adalah Kepala KKP.

Penanggung jawab penyelidikan


dan penanggulangan KLB
Di dalam asrama haji embarkasi dan

pelabuhan embarkasi/ debarkasi haji


penanggung jawabnya adalah Kepala KKP.

Pada saat debarkasi petugas KKP mencatat

tanggal kedatangan dan membubuhkan


stempel pada Kartu Kewaspadaan
Kesehatan Jemaah Haji (K3JH) sebagai
dasar pelaksanaan SKD dan respon KLB di
daerah asal.

KLB pada calon/ jemaah haji dilaporkan

secepatnya dalam waktu 24 jam melalui


telepon, fax, email dan atau formulir WI
secara berjenjang sampai ke Ditjen PPM &
PL (Cq. Subdit Kesehatan Haji).

Pada saat pemberangkatan calon jemaah

haji menuju asrama transito, asrama


embarkasi/ debarkasi-antara atau asrama
embarkasi/ debarkasi haji perlu dilakukan
pengawalan oleh tim kesehatan tempat
asal calon jemaah haji.

Tim pengawal kesehatan terdiri dari dokter

dan tenaga keperawatan disertai fasilitas


obat dan alat kesehatan serta ambulans.
Biaya tim pengawal kesehatan calon
jemaah haji dibebankan kepada Pemerintah
Daerah setempat.

Penanggulangan KLB
Tujuan
Kegiatan Penanggulangan KLB

Tujuan
Meningkatkan upaya pencegahan dan

penanggulangan KLB penyakit menular,


tidak menular, keracunan, kepada para
calon/ jemaah haji agar mereka terlindungi
dan terhindar dari bahaya tersebut.
Mencegah dan memutuskan rantai
penularan/transmisi penyakit menular
yang terbawa oleh calon/jemaah haji dari
Indonesia ke luar negeri dan atau
sebaliknya.

Tujuan
Menurunkan frekuensi KLB.
Menurunkan jumlah kasus dan kematian

dalam suatu KLB.


Memperpendek periode KLB.
Terwujudnya kesiapsiagaan petugas haji
dalam mengantisipasi dan menanggulangi
KLB penyakit menular, tidak menular,
keracunan makanan.

Kegiatan Penanggulangan
KLB

Menetapkan populasi rentan terhadap KLB

berdasarkan waktu, tempat dan kelompok


masyarakat.
Melakukan upaya pencegahan melalui
perbaikan kondisi kesehatan dan
lingkungan yang menyebabkan timbulnya
kerentanan dalam suatu populasi.
Memantapkan pelaksanaan SKD dan
respon KLB.

Kegiatan Penanggulangan
KLB
Memantapkan keadaan kesiapsiagaan

menghadapi kemungkinan timbulnya KLB.


Melakukan penyelidikan epidemiologi dan
penanggulangan pada saat terjadi KLB.
Mengkaji data atau informasi KLB.

Penanggulangan Bencana dan


Musibah Massal
Tujuan
Kegiatan Penanggulangan dan Musibah

Masal
Di Indonesia
Di Arab Saudi

Tujuan
Meningkatkan upaya kesiapsiagaan dalam

penanggulangan bencana dan musibah


masal.
Menurunkan jumlah kasus dan kematian
dalam suatu bencana dan musibah masal.
Terwujudnya kesiapsiagaan petugas haji
dalam mengantisipasi dan menanggulangi
bencana dan musibah masal.
Mencegah timbulnya KLB penyakit menular
pasca bencana dan musibah masal

Di Indonesia
Kegiatan Pra Bencana dan Musibah Masal
Kegiatan Pada Saat Bencana dan Musibah

Masal
Langkah-langkah Cepat Penilaian
Kesehatan

Kegiatan Pra Bencana dan


Musibah Masal
Membentuk Tim Penanggulangan bencana dan

musibah masal yang anggotanya terdiri dari


Ditjen PPM & PL bekerja sama dengan lintas
program dan lintas sektor terkait.
Meningkatkan SDM yang terampil yaitu SDM
yang memiliki pengetahuan tentang
penanggulangan kesehatan pada bencana,
memiliki dedikasi / kemauan untuk bekerja
dalam situasi yang serba terbatas, memiliki
hubungan kerja yang baik dengan pihak lain.

Menyediakan sarana dan prasarana


Menyusun prosedur kerja tetap/ SOP
Meningkatkan kesiapsiagaan

penanggulangan bencana dan musibah


masal pada pra, saat kejadian dan paska
kejadian.

Kegiatan Pada Saat Bencana dan


Musibah Masal
Penilaian cepat kesehatan (Rapid Health

Asessment), merupakankegiatan untuk


mengidentifikasi dampak bencana dan
musibah masal pada kesehatan, kebutuhan
kesehatan dan prioritas kegiatan kesehatan
untuk penanggulangan.
Penanggulangan gawat darurat medis
massal
Pelayanan kesehatan dasar, termasuk gizi
dan kesehatan keluarga.

Surveilans penyakit menular


Penyehatan lingkungan melalui upaya

kesehatan lingkungan.
Pemberantasan penyakit menular.

Langkah-langkah Cepat
Penilaian Kesehatan
Pengumpulan data dan informasi kegiatan

dimulai dengan memanfaatkan peta daerah


setempat yang tersedia
Analisis data, informasi dan penyajiannya
Rekomendasi hasil penilaian cepat kesehatan
digunakan untuk menentukan upaya
penanggulangan selanjutnya, yang memuat
antara lain:

Bantuan obat-obatan, bahan dan peralatan yang

diperlukan.
Bantuan tenaga kesehatan.

Di Arab Saudi
Meningkatkan intensitas pelayanan dan

memberdayakan tenaga, sarana prasarana


serta optimalisasi kerjasama dengan sistem
yang telah ada di Arab Saudi.
Meningkatkan kesiapsiagaan
penanggulangan Bencana/Musibah masal
pada pra, saat kejadian dan paska kejadian.

Membagi tiga daerah bencana atau musibah

masal pada saat terjadi bencana yaitu : Daerah


Lingkaran Satu (DLS), Daerah Lingkaran Dua
(DLD), Daerah Lingkaran Tiga (DLT).
Kegiatan pelaksanaan pelayanan kesehatan
pada penanggulangan bencana/musibah masal
di Arab Saudi, merupakan perwujudan
kesatuan persepsi, gerak, tindakan, komando
yang terorganisasi dan terintegrasi dengan
berbagai pihak yang terkait.

Struktur organisasi kesiapsiagaan


penanggulangan bencana atau
musibah masal mengikuti struktur
organisasi PPIH di Arab Saudi
sebagai mana tercantum dalam
lembar III terlampir.

Jejaring Penanggulangan
Bencana dan Musibah Masal

Unit-unit pada PPIH di Arab Saudi


Amirul Hajj dan Naib Amirul Hajj.
Departemen Kesehatan Kerajaan Arab

Saudi
FETP Arab Saudi
Perwakilan Kesehatan Negara Islam
Regional Asean di Arab Saudi.
Perwakilan Kesehatan Negara Islam secara
Internasional (OKI)

Ditjen BIUH di Depag.( Ditgara, Ditbina, Sub Dit

Informasi )
Siskohat Nasional Depag
Badan Koordinasi Nasional penanggulangan
Bencana (Bakornas-PB)
Pokja PB Bidang Kesehatan
Pusat Penanggulangan Masalah kesehatan,
Depkes RI
Ditjen PPM & PL ( Sub Dit Kesehatan Haji ).

Kesehatan Lingkungan
Tujuan
Kegiatan
Pelaksanaan

Tujuan
Mengendalikan faktor risiko lingkungan

untuk mewujudkan kondisi lingkungan yang


sehat, nyaman dan calon jemaah haji
terbebas dari penularan penyakit

Kegiatan
Penyuluhan kesehatan lingkungan dan

kesehatan perorangan (personal higyne)


dilaksanakan sejak pembinaan kesehatan calon
jemaah haji di puskesmas, kabupaten/ kota,
provinsi dan embarkasi/ debarkasi haji.
Melaksanakan pembinaan dan pengawasan
rumah makan atau restoran maupun jasaboga
lainnya yang melayani calon jemaah haji dalam
perjalanan dari daerah asal ke asrama
embarkasi/ debarkasi haji.

Kegiatan
Melaksanakan pengamatan dan

pemantauan kesehatan lingkungan di


asrama transit, asrama embarkasi/
debarkasi haji, sanitasi pesawat dan di
pemondokan Arab Saudi.
Melaksanakan pembinaan dan pemeriksaan
jasaboga serta pengelola makanan,
minuman di asrama transit, asrama
embarkasi/ debarkasi haji dan jasaboga
pesawat.

Kegiatan
Melaksanakan pemeriksaan kesehatan dan

pengambilan usap dubur pada petugas


pengelola makanan/minuman.
Melakukan pengamatan, pemantauan dan
pengendalian vektor penyakit di asrama
transit, asrama embarkasi/ debarkasi haji
dan pesawat.

Kegiatan
Pengambilan sampel makanan, minuman,

air, jajanan dan ulas alat untuk


pemeriksaan bakteriologis.
Pengambilan sampel air untuk pemeriksaan
kualitas air meliputi: pemeriksaan fisik,
mikrobiologi, kimiawi. Selain itu dilakukan
pemeriksaan PH air dan sisa chlor secara
langsung dilapangan.

Kegiatan
Pengambilan sampel makanan untuk

disimpan di bank sampel dalam freezer

Pelaksanaan
Di Indonesia
Di Arab Saudi
Tindak Lanjut

Di Indonesia
Pelaksanaan kegiatan kesehatan

lingkungan pada penyelenggaraan


kesehatan haji di Indonesia dilaksanakan di
tingkat Kabupaten/ Kota, Provinsi dan
Pelabuhan Embarkasi/ Debarkasi Haji.

Pemeriksaan dan Penilaian


Pendahuluan
Pemeriksaan dan penilaian pendahuluan

kesehatan lingkungan di Asrama Embarkasi/


Debarkasi Haji dilakukan dua tahap, yaitu :
Pemeriksaan dan penilaian

awal (pertama)
dimaksudkan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan lingkungan, jasaboga (asrama dan
pesawat) dan membuat rekomendasi kepada
pengambil keputusan tentang perbaikan asrama
haji, sarana sanitasi yang aman dan nyaman,
perbaikan jasaboga, dilaksanakan 3 (tiga) bulan
sebelum operasional haji.

Pemeriksaan kedua dimaksudkan untuk

memantau perbaikan kesehatan lingkungan


dan kesiapan asrama serta pemeriksaan
kesehatan penjamah makanan dilakukan 1
(satu) minggu sebelum operasional haji.
Khusus pengendalian vektor dilakukan 1
(satu) hari sebelum operasional haji dan
selama operasional haji dilaksanakan oleh
KKP bersama dengan Dinas Kesehatan
setempat

Pelaksanaan pemeriksaan/ penilaian pendahuluan

sanitasi asrama embarkasi/ debarkasi haji


dilaksanakan oleh Tim yang terdiri dari unsurunsur :
Pelaksana

Kantor Kesehatan Pelabuhan embarkasi/ debarkasi haji

(sebagai koordinator dan penanggung jawab).


Dinas Kesehatan Provinsi tempat embarkasi haji.
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota tempat embarkasi
haji.
Kantor Wilayah / Kantor Departemen Agama di
embarkasi.

Pembina
Subdit Kesehatan Haji, Dit. Epim-Kesma

Ditjen PPM & PL.


Subdit Hygiene dan Sanitasi Makanan
Minuman, Dit. PAS Ditjen PPM & PL
Subdit Kesehatan Pelabuhan & DP, Dit. EpimKesma Ditjen PPM & PL.

Subdit Hygine Sarana dan Bangunan Umum

Dit. PL Ditjen PPM & PL


Subdit Pengamanan Kualitas Air Dit. PAS
Ditjen PPM & PL
Subdit Sanitasi Darurat, Dit. PAS Ditjen PPM
& PL
Subdit Pengasramaan Departemen Agama
RI.

Sasaran Pemeriksaan dan


Penilaian Kesling
Bangunan asrama meliputi : ventilasi,

pencahayaan, kulaitas udara, kelembaban,


kondisi lantai, kepadatan penghuni di
dalam kamar tidur, lubang asap atau
fasilitas sirkulasi udara di dapur, ruang
makan, fasilitas tangga yang aman dan
pengamanan instalasi.
Dapur.

Sasaran Pemeriksaan dan


Penilaian Kesling
Fasilitas penyediaan air bersih,

pembuangan tinja/ jamban, pembuangan


sampah, fasilitas untuk wudhu dan air
limbah melalui kegiatan inspeksi sanitasi.
Kran-kran air, perpipaan air, titik-titik
pengambilan air (water point), tandon
(reservoir), bak-bak penampungan air
melalui kegiatan pengambilan sampel air.

Sasaran Pemeriksaan dan


Penilaian Kesling
Jasaboga pesawat.
Fasilitas umum lainnya.

Pemeriksaan dan Pengawasan


Selama Operasional Haji
Pengawasan sanitasi lingkungan termasuk

tempat-tempat umum.
Pengawasan hygiene sarana dan
bangunan.
Pengawasan pembuangan sampah, kotoran
dan air limbah.
Pengawasan terhadap kualitas air,
kesinambungan dan kecukupan persediaan
air serta perilaku hygienis pengguna air.

Pengawasan sanitasi makanan dan

minuman.
Pemeriksaan bakteriologis ulas alat
makanan (perabot) dan usap dubur.
Pengamatan dan pemberantasan vektor
penyakit.
Pembinaan dan Pemeriksaan kesehatan
petugas pengolah makanan.

Pengawasan dam pengambilan sampel

makanan dan minuman katering asrama


dan katering pesawat, untuk disimpan
pada bank sampel dalam freezer dan
secara periodik dilakukan pemeriksaan
laboratorium.

Memberikan penyuluhan kesehatan

perorangan (personel hygiene) maupun


sanitasi lingkungan kepada calon jemaah
haji.
Pengambilan sampel makanan untuk
disimpan di bank sampel dalam freezer.
Izin usaha penyelenggaraan penyediaan
makanan (jasa boga) untuk jemaah haji
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.

Di Arab Saudi
Pengamatan, Pemantauan Pemondokan

dan Jasaboga
Pemantauan suhu dan kelembaban

Pemondokan dan Jasa Boga


Tersedianya lift pada gedung yang lebih dari 4 lantai.
Disetiap kamar tidur tersedia penyejuk ruangan (AC,

kipas angin) dan heater (pada saat musim dingin),


ventilasi, pencahayaan yang cukup, tempat tidur
lengkap dengan kasur dan bantal serta kunci kamar.
Kepadatan hunian minimal 1 x 2,5 m per jemaah haji.
Kamar mandi, W.C. 1 : 15 jemaah haji dan cukup air.
Dapur aman, bersih dan cukup air.
Pembuangan kotoran, air dan sampah memenuhi syarat
kesehatan.
PH air : 6,5 8,5 dengan Sisa Chlor 0.2 0,5 mg/l
(ppm).

Untuk catering harus


diperhatikan

Tempat pengolahan dan dapur


Penjamah makanan (food handler)
Proses pengolahan
Penyimpanan
Pengangkutan
Penyajian
Pengambilan sampel makanan
Tersedianya kamar mandi ( 1 : 10 orang)

Pemantauan suhu dan


kelembaban
Pukul 06.00 WAS
Pukul 14.00 WAS
Pukul 20.00 WAS

Tindak Lanjut
Di Indonesia
Di Arab Saudi

Di Indonesia
Hasil pemeriksaan/ penilaian dan

pengendalian kesehatan lingkungan


asrama haji dan bandara, jasa boga asrama
haji serta pesawat direkomendasikan
kepada penyelenggara dan atau instansi
yang berwenang dalam penyelenggaraan
haji.

Di Indonesia
Tindak lanjut untuk perbaikan kesehatan

lingkungan asrama haji dan bandara, jasa


boga asrama haji dan pesawat merupakan
tanggung jawab masing-masing
penyelenggara dan atau instansi yang
berwenang dalam penyelenggaraan haji.

Di Arab Saudi
Hasil pemeriksaan/ penilaian dan

pengendalian kesehatan lingkungan


pemondokan, asrama haji Madinatul Hujjaj,
jasa boga Madinatul Hujjaj, airport dan
pesawat direkomendasikan kepada
penyelenggara dan atau instansi yang
berwenang dalam penyelenggaraan haji
(Muassasah, Maktab, Majmuah, Konsulat
Jenderal, Kabid Haji dan Kadaker).

Di Arab Saudi
Tindak lanjut untuk perbaikan kesehatan

lingkungan pemondokan, asrama haji


Madinatul Hujjaj, jasaboga, airport dan
pesawat merupakan tanggung jawab
masing-masing penyelenggara dan atau
instansi yang berwenang dalam
penyelenggaraan haji (Muassasah, Maktab,
Majmuah, Konsulat Jenderal, Kabid Haji
dan Kadaker).

Вам также может понравиться