Вы находитесь на странице: 1из 18

Mengenai Efikasi

Antimikroba dari Kerucut


Gutta-Percha yang
Dilapisi Antibiotik
Terhadap Enterococcus
faecalis
Sebuah Penelitian Invitro
Oleh :

Winda Galuh Pertiwi


140070100011023

PENDAHULUAN
Gutta-percha telah digunakan selama satu abad lebih untuk
terapi akar gigi, dan masih menjadi alat pilihan hingga saat
ini
Sisa-sisa bakteri di akar gigi memainkan peran penting
dalam menentukan prognosis terapi akar gigi. Ketika gigi
terinfeksi, angka keberhasilan terapi menurun hingga 79%
Penghilangan bakteri secara total dari akar gigi kan
dapat mencegah infeksi berulang, yang mana masih
menjadi tujuan utama dari terapi endodontik
Instrumentasi biomekanis, irigasi intraknal, serta
pengobatan intrakanal dan pengisian akar kanal
merupakan langkah-langkah penting untuk
mengurangi populasi mikroorganisme di akar gigi

PENDAHULUAN
Enterococcus faecais merupakan spesies yang paling sering
dijumpai pada kasus infeksi akar gigi. E.faecalis adalah bakteri
kokus gram positif yang seringkali merupakan satu-satunya
jenis mikroorganisme yang ditemukan pada kasus infeksi akar
gigi.
Pemberian antibiotik secara sistemik serta pemberian dosis
yang berlebihan kemungkinan besar tidak akan memberikan
manfaat
E.faecalis sensitif terhadap amoksisilin-asam klafulanat
dan kombinasi ofloksasin-ornidazole, sehingga kombinasi
ini diujicobakan dalam penelitian ini
Kerucut gutta-percha yang telah dilapisi antibiotik
akan tetap memiliki bentuk yang sama dan ketika
bersentuhan dengan cairan tubuh, antibiotik akan
teraktivasi.

MATERIAL & METODE


Penelitian ini jenis penelitian
in vitro yang dilakukan di
Dental College, Dhule,
Maharashtra, India.
Berbagai jenis antibiotik yang
digunakan dalam penelitian
ini adalah amoksisilin,
kombinasi amoksisilinklafulanat, dan kombinasi
ofloksasin-ornidazole

Persiapan
medium untuk
E.faecalis
Rantai standar dari spora E.faecalis diperoleh dari Laboratorium
HiMedia, Mumbai.
Bakteri ditumbuhkan dan dibiakkan oleh kaldu Brain Heart
Infusion (BHI)
Untuk mengawetkan bakteri dan karakteristiknya, hasil kultur ini
dibekukan (-20C) di dalam tabung yang mengandung gliserol.
Pertama-tama, sesuai dengan instruksi masing-masing pabrik
pembuatnya, viabilitas dari spora harus dicek dengan cara
mengambil sebutir E.faecalis dari tabung untuk dimasukkan ke
dalam 5 ml kaldu BHI pada suhu 37C selama 18 jam, dan
kemudian diamati apakah ada perubahan kekeruhan yang
menandakan pertumbuhan bakteri.

Persiapan
medium untuk
E.faecalis
Sebuah spectrophotometer digunakan untuk memeriksa
konsentrasi bakteri dari setetes BHI yang mengandung
E.faecalis.
Hasil kultur bakteri dari kaldu tersebut disesuaikan
dengan standar densitas ekuivalen dari barium sulfat
yakni 0.5 McFarland Unit (equivalen dengan 1.5x108
CFU/ml).

METODE
Metode Difusi Agar Disk (Metode Kirby-Bauer)
memberikan keuntungan : metode ini tidak akan
mengubah kandungan kimia dari pelindung alatt, serta
merupakan suatu metode yang mudah dan lebih tidak
teknik-sensitive, sehingga metode ini dipakai dalam
penelitian ini
Pelindung akar gigi yang mengandung Zink oksidaEugenol (ZOE) memiliki aktivitas antibakteri yang kuat,
sehingga alat ini digunakan dalam penelitian ini

METODE
1. Pelindung ZOE dicampur dalam gelas steril menggunakan spatula
besi steril sesuai dengan instruksi pabrik pembuatnya untuk
mendapatkan konsistensi yang homogen.
2. Sesuai dengan instruksi pabrik, antibiotik dosis tunggal ditambahkan
ke dalam campuran ZOE yang baru saja dibuat tersebut.
3. Kemudian disiapkan pula ZOE yang dicampurkan dengan kombinasi
antibiotik jenis lainnya.
4. Kerucut gutta-percha yang berukuran sama dari pabrik yang sama
diambil, kemudian dilapisi oleh antibiotik yang sesuai.
5. Sesudah itu, gutta-percha yang telah dilapisi antibiotik dan guttapercha konvensional (hanya dilapisi oleh pelapis ZOE) secara aseptik
dipindahkan ke media inokulasi.

METODE
6. Media agar diletakkan di inkubator, dan diinkubasi pada suhu
37oC selama 24 jam.
7. Zona inhibisi kemudian diukur setelah 24 jam mengunakan
Vernier Calliper.
8. Seluruh proses kalibrasi dan pengukuran ini dilakukan oleh satu
orang pemeriksa saja.
9. Variabilitas intrapemeriksa diminimalisir menggunakan
pemeriksaan ulang sebanyak 5% sampel dan jumlah ini
ditentukan menggunakan statistik kappa (k). Menurut Landis
dan Koch, kebutuhan penelitian untuk validitas dan reliabilitas
dicapai oleh nilai kesepakatan intrapemeriksa sebesar k=0.94.

METODE
Pinggiran zona berkorespondensi sebagai batas kasar dari
pengurangan jumlah pertumbuhan bakteri
Zona inhibisi mikroba diukur dalam milimeter (mm), dan
diameter yang terbesar dicatat
Zona bersih yang dikenal dengan zona inhibisi dibentuk
pada kultur akibat pengaruh antibiotik dan agen antibakteri
Hasilnya dicatat berdasarkan kelompok (grup) dan
kemudian dianalisa secara statistik menggunakan analisa
varian (ANOVA) dan dilanjutkan dengan tes Tukey post-hoc
untuk mengukur perbandingan masing-masing kelompok

HASIL

Grup A: Gutta-Percha berlapis ZOE


Grup B: Gutta-Percha berlapis ZOE+ Amoksisilin-Klavulanat
Grup C: Gutta-Percha berlapis ZOE + Amoksisilin
Grup D: Gutta-Percha berlapis Ofloksasin+Ornidazole

PEMBAHASAN
Idealnya, pelapis gutta-percha harus bersifat bakteristatik
atau setidaknya tidak menyebabkan pertumbuhan
bakteri.
Kandungan antimikroba pada pelindung gutta-percha
merupakan faktor paling penting dalam keberhasilan
terapi endodontik.
Penyebab signifikan dari kegagalan terapi akar gigi
adalah akibat infeksi berulang dari akar gigi oleh
karena mikro-organisme di 1/3 apeks akar yang
berakibat pada lesi periapikal kronis setelah
dilakukan terapi endodontik.
Efikasi antimikroba dari materi pengisi kanal akar
gigi berguna untuk menghilangkan mikroorganisme residu ini.

PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, E.faecalis dipilih karena bakteri ini
merupakan organisme yang paling sering diisolasi pada
kegagalan terapi akar gigi.
Bakteri ini merupakan bakteri gram positif yang bersifat
fakultatif anaerob yang mampu bertahan hidup pada
lingkungan yang ekstrim sekalipun, dan mampu tumbuh
pada rentang suhu dari 10 C to 45 C dan pH 9.6.
Pelapis yang memiliki kandungan antimikroba
dianggap memiliki berbagai manfaat untuk
menghambat pertumbuhan mikroba yang terdapat
di akar gigi mencegah infeksi berulang.
Pelapis berbasis ZOE masih dianggap sebagai
pilihan terbaik

PEMBAHASAN
KOMBINASI AMOXICILIN & KLAVUNALAT

Klavunalat merupakan inhibitor beta-laktamase


berspektrum luas bersifat aktif melawan bakteri baik grampositif maupun gram-negatif yang telah terbukti efektif
dalam melawan berbagai jenis infeksi klinis selama kurang
lebih 20 tahun
Patogen beta-laktamase negatif seperti Enterococcus
faecalis terbukti lebih rentan terhadap co-amoksiklav bila
dibandingkan dengan amoksisilin saja
E.faecalis terbukti paling rentan terhadap kombinasi
amoksisilin-asam klavulanat dibandingkan dengan
regimen antibiotik lainnya karena kombinasi ini
merupakan bakterisida yang poten yang dapat
menyebabkan lisis dinding sel bakteri

PEMBAHASAN
KOMBINASI OFLOKSASIN ORNIDAZOLE
Ofloksasin merupakan sebuah florokuinolon sintetis
yang mampu menghambat enzym DNA gyrase pada
bakteri, yang mana nantinya dapat merusak DNA
rantai ganda bakteri.
Ofloksasin resisten terhadap hampir sebagian besar
bakteri anaerob, dan oleh karenanya dikombinasikan
dengan ornidazole untuk melawan infeksi campuran.
Kombinasi ofloksasin-ornidazole digunakan
dalam penelitian ini karena dua alasan:
1. E.faecalis rentan terhadap ofloksasin
2. Ornidazole merupakan agen aktif yang
dapat melawan kokus anaerob

PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, kombinasi amoksisilin-klavulanat
menghasilkan efikasi antimikroba yang lebih tinggi dibandingkan
dengan formula obat lainnya.
Sharma et al. menyatakan bahwa ketika berbagai jenis
antibiotik ditambahkan ke dalam pelapis endodontik, ternyata
menunjukkan peningkatan kandungan antimikroba yang
signifikan dalam kondisi anaerob dan aerob. Di antara
seluruhnya, kombinasi dengan amoksisilin menunjukkan zona
inhibisi yang paling besar.
Shori et al. menyimpulkan bahwa pemberian tiga jenis
antibiotik yakni ofloksasin, ornidazole, dan amoksisilin
pada pelapis ZOE akan mampu meningkatkan efek
antimikroba dari pelapis ZOE. Hasil penelitian ini sama
dengan penelitian tersebut dan bisa disimpulkan
bahwa tambahan antibiotik dapat meningkatkan zona
inhibisi

SARAN
Penelitian ini memiliki keterbatasan tersendiri,
seperti agar BHI tidak digunakan karena harganya
yang cukup mahal.
Penelitian lanjutan diperlukan untuk memahami
efek sinergi antibiotik dengan pelapis ZOE dan
juga untuk menghitung dosis pasti antibiotik
yang diperlukan untuk melapisi ujung guttapercha.

KESIMPULAN
Kombinasi amoksisilin-klavulanat merupakan
kombinasi paling efektif untuk melawan E.faecalis
di antara beberapa jenis kombinasi lainnya.
Hal ini menunjukkan bahwa gutta-percha yang
dilapisi antibiotik berpotensi meningkatkan
angka keberhasilan terapi endodontik
dibandingkan dengan kerucut gutta-percha
konvensional.

Вам также может понравиться