Вы находитесь на странице: 1из 77

CLINICAL SCIENCE SESSION

PAIN
Preceptor : Riri, dr., SpAn
DISUSUN OLEH :
1. T R I P U T R A N U U R F A T H
2. A L V I R A W I D I Y A N T I
3. I C A S Y A F I T R I K O M A R I A H
4. I S M A U L F A H R O N A S A R I
SMF ILMU ANESTESI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AL IHSAN
BANDUNG
2015

Menurut

DEFINISI

IASP (International
Association for the Study of
Pain), bahwa nyeri adalah
pengalaman
sensorik
dan
emosional
yang
tidak
menyenangkan yang telah terjadi
atau yang akan terjadi atau yang
digambarkan dengan kata-kata
kerusakan jaringan.

Mekanisme Nyeri Cepat

Mekanisme Nyeri Lambat

Stimulus

Stimulus

Reseptor ujung saraf bebas

Reseptor ujung saraf bebas


Serat aferen

Serat aferen
Radiks spinalis dorsalis
Radiks spinalis dorsalis

Cornu posterior substansia alba medula spinalis

Cornu posterior substansia alba medula spinalis

Traktus Lissauer

Traktus Lissauer
Lamina II dan III (substansia gelayinosa)
Lamina I (lamina marginalis) dan lamina V

Lamina V

Traktus sensorik anterolateral divisi lateral

Traktus sensorik anterolateral divisi lateral

(spinotalamik lateral)

(spinotalamik lateral)

Batang otak

Batang otak

Formasio retikularis (medula oblongata, pons,


mesensefalon)

Formasio retikularis (medula oblongata, pons,

Talamus

mesensefalon)

Kompleks ventrobasal dan kelompok nuklei

Nuklei intralaminer talamus

talamus
Korteks somatosensorik

Pain Mechanism
Nociception :

transduction-conduction-transmission-perception
Phenotypic switches
Peripheral sensitization
Ectopic exitability
Central sensitization
Decreased inhibition
Structural reorganization

HAS/neuro

TRANSDUKSI
Transduksi (transduction), merupakan proses stimuli nyeri (noxious

stimuli) yang diterjemahkan atau diubah


listrik/potensial aksi pada ujung-ujung saraf.

menjadi

aktivitas

Deteksi stimulasi nyeri memerlukan aktivasi organ sensorik perifer yang

peka nyeri atau nosiseptor. Nosiseptor tersebar luar di tubuh (kulit,


otot, sendi, viscera, meninges) yang merupakan ujung-ujung bebas serat
saraf aferen A-delta dan C.
Nosiseptor ini akan diaktifkan oleh rangsangan dengan intensitas tinggi

semisal rangsang termal, mekanik, elektrik dan kimiawi maupun oleh


zat-zat algesik (zat yang bisa merangsang reseptor nyeri) seperti ion K,
H, asam laktat, glutamate,serotonin, bradikinin,ATP, histamine ,
prostasiklin dan prostaglandin.

Teknik Anastesi Untuk Blokade nyeri transduksi :

Anastesi lokal/ anastesi infiltrat ialah obat yang


menghasilkan blokade konduksi atau blokade lorong
natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap
rangsang sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf
sentral atau perifer.

Anastesi Lokal
berdasarkan struktur kimia

Golongan Ester
-Kokain
-Benzokain
-Ametocain
-Prokain
-Tetrakain
-kloroprokain

Golongan Amida
- Lidokain
-Mepivakain
-Prilokain
-Bupivacain
-Etidokain
-Ropivakain
-Levobupivacaine

Perbandingan golongan ester dan amida


Klasifikasi

Mulai kerja

Lama kerja
(infiltrasi,
menit)

Toksisitas

Ester
Prokain

Cepat

45-60

Rendah

Kloropokain

Sangat cepat

30-45

Sangat rendah

Tetrakain

Lambat

60-180

Sedang

Lidokain

Cepat

60-120

Sedang

Etidokain

Lambat

240-480

Sedang

Prilokain

Lambat

60-120

Sedang

Mepivakain

Sedang

90-180

Tinggi

Bupivakain

Lambat

240-480

Rendah

Ropivakain

Lambat

240-480

Rendah

Amida

Mekanisme Kerja
bekerja pada spesific binding site di membran saraf tempat
terjadinya hambatan transport natriummencegah permeabilitas
sel saraf terhadap ion natrium dan kalium terjadi depolarisasi
pada selapiut saraf tak terjadi konduksi saraf

Mekanisme Kerja
Konsentrasi minimal anestetika lokal dipengaruhi oleh :
1.
2.
3.

Ukuran, jenis dan mielinisasi saraf


pH (asidosis menghambat blokade saraf)
Frekuensi stimulasi saraf

Mekanisme Kerja
Lama kerja dipengaruhi oleh :
1.

Ikatan dengan protein plasma

2.

Kecepatan absorbsibanyaknya pembuluh darah perifer di daerah


pemberian.

Obat Anestetik yang Sering Digunakan


Kokain
Hanya dijumpai dalam bentuk topikal semprot 4% untuk mukosa jalan
napas atas. Lama kerja 2-30 menit
Prokain
- Obat anestesi yang kuat dan relatif tidak toksik
-Banyak digunakan untuk anestesi injeksi
-Penetrasi di membran mukosa buruk tidak efektif sebagai anestesi
topikal
-Untuk infiltrasi: larutan 0,25-0,5 %
-Blok saraf: 1-2%
-Dosis 15 mg/kgBB

Lidokain
-Merupakan obat injeksi untuk anestesi lokal yang paling popular
-Mempunyai efek hampir sama dengan prokain
-Lebih mudah menyebar ke jaringan daerah anestesi lebih luas
-Konsentrasi efektif minimal 0,25%
-Infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot cukup baik.
-Kerja sekitar 1-1,5 jam tergantung konsentrasi larutan.
-Pemberian dengan epinefrin : meningkatkan absorbsi , memperpanjang
lama kerja (sampai 1-2 jam), menurunkan toksisitas sistemik

Larutan standar 1 atau 1,5% untuk blok perifer:

0,25-0,5 % + adrenalin 200.000 untuk infiltrasi


0,5% untuk blok sensorik tanpa blok motorik
1,0% untuk blok motorik dan sensorik
2.0% untuk blok motorik pasien berotot
4.0% atau 10% untuk topikal semprot faring laring (pump-spray)
5.0% bentuk jelly untuk dioleskan pada pipa trakhea
5.0% lidokain dicampur 5.0% prilokain untuk topikal kulit
5.0% hiperbarik untuk analgesia intratrakeal (subaraknoid, subdural)

Bupivakain
- Konsentrasi efektif minimal 0.125%
- Mulai kerja lebih lambat dibanding lidokain, tetapi lama kerja sampai 8
jam
- Setelah suntikan kaudal, epidural, atau infiltrasi, kadar plasma puncak
dicapai dalam 45 menit. Kemudian menurun perlahan-lahan dalam 3-8
jam
- Untuk anestesia spinal 0.5% volum antara 2-4 ml iso atau hiperbarik.
Untuk blok sensorik epidural 0.375 % dan pembedahan 0.75%

CSS ANESTESI LOKAL

EMLA (eutectic mixture of local anesthetic)


- Campuran emulsi minyak dalam air (krem) antara lidokain
dan prilokain masing-masing 2.5% atau masing-masing 5%.
- EMLA dioleskan di kulit intak 1-2 jam sebelum tindakan
untuk mengurangi nyeri akibat kanulasi pada vena atau
arteri atau untuk miringotomi pada anak, mencabut bulu
halus atau buang tato.
- Tidak dianjurkan untuk mukosa atau kulit terluka.

Ropivakain (naropin) dan levobupivakain (chirokain)


penggunaannya seperti bupivakain, karena kedua obat
tersebut merupakan isomer bagian kiri dari bupivakain
yang dampak sampingnya lebih ringan dibandingkan
bupivakain. Bagian isomer kanan dari bupivakain
dampak sampingnya lebih besar. Konsentrasi efektif
minimal 0,25%

CSS ANESTESI LOKAL

Penyaluran

TRANSMISI

impuls melalui saraf


sensoris menyusul proses transduksi.
Impuls ini akan disalurkan oleh serabut
saraf A delta dan serabut C sebagai
neuron pertama, dari perifer ke medulla
spinalis di mana impuls tersebut
mengalami
modulasi
sebelum
diteruskan ke thalamus oleh traktus
sphinotalamikus sebagai neuron kedua.
Dari thalamus selanjutnya impuls
disalurkan ke daerah somatosensoris di
korteks serebri melalui neuron ketiga,
di mana impuls tersebut dirasakan
sebagai persepsi nyeri.

TEKNIK BLOKADE ANESTESI TRANSMISI


Anastesi lokal merupakan obat yang menghasilkan blokade konduksi
natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang
sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer.

ANESTESI LOKAL
Bekerja dengan mengubah aliran molekul natrium ke dalam saraf atau

neuron, impuls saraf tidak dihasilkan dan impuls nyeri tidak


diteruskan ke otak.
Keuntungannya dibandingkan anestesi umum yaitu, pasien dapat
menghindari beberapa efek samping tidak menyenangkan, dapat
menerima obat pereda nyeri yang lama, mengurangi kehilangan darah,
dan menjaga rasa nyaman secara psikologis dengan tidak kehilangan
kesadaran.

MODULASI
Modulasi adalah proses pengaturan impuls yang
dihantarkan, dapat terjadi di setiap tingkat, namun biasanya
diartikan sebagai pengaturan yang dilakukan oleh otak
terhadap proses di kornu dorsalis medulla spinalis.

ANESTESI REGIONAL

Anestesi regional adalah anestesi lokal dengan

menyuntikan obat anestesi disekitar syaraf sehingga


area yang di syarafi teranestesi.
Anestesi regional dibagi menjadi :
1. Spinal, epidural dan kaudal atau ketiga anestesi ini
disebut neuroaxial blok

1. SPINAL ANESTESI
Spinal anestesi atau Subarachniod Blok (SAB) adalah

salah satu teknik anestesi regional yang dilakukan


dengan cara menyuntikkan obat anestesi lokal ke
dalam
ruang subarachnoid untuk
mendapatkan
analgesi setinggi dermatom tertentu dan relaksasi otot
rangka.
Untuk
dapat
memahami spinal
anestesi yang
menghasilkan blok simpatis, blok sensoris dan blok
motoris maka perlu diketahui neurofisiologi saraf,
mekanisme kerja obat anestesi lokal pada SAB dan
komplikasi yang dapat ditimbulkannya.

Indikasi Spinal Anestesi


Operasi ektremitas bawah, meliputi jaringan lemak, pembuluh darah
dan tulang.
Operasi daerah perineum termasuk anal, rectum atau pembedahan
saluran kemih.
Operasi abdomen bagian bawah dan dindingnya atau operasi
peritoneal.
Operasi obstetrik vaginal deliveri dan section caesaria.
Kontraindikasi Spinal Anestesi
a. Absolut
1) Pasien menolak
2) Infeksi tempat suntikan
3) Hipovolemik berat, syok
4) Gangguan pembekuan darah, mendapat terapi antikoagulan

5) Tekanan intracranial yang meninggi


6) Hipotensi, blok simpatik menghilangkan mekanisme kompensasi
7) Fasilitas resusitasi minimal atau tidak memadai
b.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Relatif
Infeksi sistemik (sepsis atau bakterimia)
Kelainan neurologis
Kelainan psikis
Pembedahan dengan waktu lama
Penyakit jantung
Nyeri punggung
Anak-anak karena kurang kooperatif dan takut rasa baal

Persiapan spinal Anestesi


a. Izin dari pasien (Informed consent)
b. Pemeriksaan fisik
Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggung
c. Pemeriksaan Laboratorium anjuran HB, HT, PT (Protombin
Time) dan PTT (Partial Thromboplastine Time).
d. Obat-obat Lokal Anesthesi.
Persiapan alat anestesi spinal
a.
b.
c.
d.

Peralatan monitor
Tekanan darah, nadi, oksimetri denyut (pulse oximeter) dan EKG.
Peralatan resusitasi / anestesi umum.
Jarum spinal

Prosedur spinal anestesi

1) Inspeksi dan palpasi daerah lumbal yang akan ditusuk (dilakukan


ketika kita visite pre-operatif), sebab bila ada infeksi atau terdapat tanda
kemungkinan adanya kesulitan dalam penusukan, maka pasien tidak
perlu dipersiapkan untuk spinal anestesi.
2) Posisi pasien :
a) Posisi Lateral.
Pada umumnya kepala diberi bantal setebal 7,5-10cm, lutut dan paha
fleksi mendekati perut, kepala ke arah dada.

b) Posisi duduk.
Dengan posisi ini lebih mudah melihat columna vertebralis, tetapi pada
pasien-pasien yang telah mendapat premedikasi mungkin akan pusing
dan diperlukan seorang asisten untuk memegang pasien supaya tidak
jatuh. Posisi ini digunakan terutama bila diinginkan sadle block.

c) Posisi Prone. Jarang dilakukan, hanya digunakan bila dokter bedah


menginginkan posisi Jack Knife atau prone.

3) Kulit dipersiapkan dengan larutan antiseptik seperti betadine,


alkohol, kemudian kulit ditutupi dengan doek bolong steril.

4)

Cara penusukan

Pakailah jarum yang kecil (no. 25, 27 atau 29). Makin besar nomor jarum,
semakin kecil diameter jarum tersebut, sehingga untuk mengurangi
komplikasi sakit kepala (PDPH = post duran puncture headache),
dianjurkan dipakai jarum kecil. Penarikan stylet dari jarum spinal akan
menyebabkan keluarnya likuor bila ujung jarum ada di ruangan
subarachnoid. Bila likuor keruh, likuor harus diperiksa dan spinal analgesi
dibatalkan. Bila keluar darah, tarik jarum beberapa mili meter sampai yang
keluar adalah likuor yang jernih. Bila masih merah, masukkan lagi styletnya, lalu ditunggu 1 menit, bila jernih, masukkan obat anestesi lokal, tetapi
bila masih merah, pindahkan tempat tusukan. Darah yang mewarnai likuor
harus dikeluarkan sebelum menyuntik obat anestesi lokal karena dapat
menimbulkan reaksi benda asing (Meningismus).

2.EPIDURAL ANESTESI
Indikasi
Pada umumnya indikasi epidural anestesi sama dengan spinal anestesi.
Sebagai keuntungan epidural anestesi adalah anestesi dapat diberikan
secara kontinyu setelah penempatan cateter epidural, oleh karena itu
tehnik ini cocok untuk pembedahan yang lama dan analgesia setelah
pembedahan.
Indikasi Khusus :
Pembedahan sendi panggul dan lutut.
Revaskularisasi ektremitas bawah
Persalinan
Penanganan nyeri post operasi

Kontra indikasi
Absolut :
Pasien tidak setuju
Infeksi local pada daerah kulit yang akan ditusuk.
Sepsis generalisata (seperti septicemia, bacteremia).
Koagulopathi.
Alergi terhadap suatu jenis anestetik local.
Peningkatan tekanan intracranial.
Relatif :
Hipovolemia
Penyakit SSP
Nyeri punggung kronik.
Pasien yang mendapat obat penghambat platelet, termasuk aspirin,
dripiridamol, dan NSAID

PROSEDUR EPIDURAL ANESTESI


Persiapan peralatan dan Jarum epidural.
Menentukan posisi pasien
Identifikasi ruang epidural

1.Lossofresistencetehnik.
Tehnik ini adalah cara yang umum dipakai untuk identifikasi ruang
epidural. Cara ini dengan mengarahkan jarum melewati kulit masuk
kedalam ligamentum interspinosus, dimana dibuktikan oleh adanya
tahanan. Pada saat ini intraduser dikeluarkan dan jarum dihubungkan
dengan spoit yang diisi dengan udara atau Nacl 0,9 %, kemudian tusukan
dilanjutkan sampai keruang epidural.

2. HangingDroptehnik.
Dengan tehnik ini jarum ditempatkan pada ligamentum intrspinosus ,
pangkal jarum diisi dengan cairan Nacl 0,9 % sampai tetesan
menggantung dari pangkal jarum. Selama jarum melewati struktur
ligamen tetesan tidak bergerak; akan tetapi waktu ujung jarum melewati
ligamentum flavum dan masuk dalam ruang epidural, tetesan cairan ini
terisap masuk oleh karena adanya tekanan negatif dari ruang epidural.
Jika jarum menjadi tersumbat, atau tetesan cairan tidak akan terisap
masuk maka jarum telah melewati ruang epidural yang ditandai dengan
cairan serebrospinal pada pungsi dural. Sebagai konsekuensi tehnik
hanging drop biasanya digunakan hanya oleh praktisi yang berpengalaman
.

.
PILIHAN TINGKAT BLOCK

Anestesia epidural dapat dilakukan pada salah satu dari empat segmen
dari tulang belakang (cervical, thoracic, lumbar, sacral). Anestesia
epidural pada segmen sacralis biasanya disebut sebagai anesthesia
caudal.
1.Lumbarepiduralanesthesia.
a. Midline approach.
Pasien diposisikan, dipersiapkan dan ditutup kain steril dan
diidentifikasi interspace L4-5 sejajar Krista iliaka. Interspace dipilih
dengan palpasi apakah level L3-4 atau L4-5. Jarum ukuran 25 digunakan
untuk anestesi local dengan infiltrasi dari suferfisial sampai kedalam
ligamentum interspinosa dan supraspinosa. Jarum ukuran 18 G dibuat
tusukan kulit untuk dapat dilalui jarum epidural.

Gambar. anestesi epidural lumbal: pendekatan median.

b. Paramedian approach
Biasanya dipilih pada kasus dimana operasi atau penyakit sendi degeratif
sebelumnya ada kontra indikasi dengan median approach. Tehnik ini lebih
mudah bagi pemula, karena saat jarum bergerak kedalam ligamen dan
perubahan tahanan tidak terjadi, maka jarum masuk ke otot paraspinosus
dan tahanan hanya dirasakan bila jarum sampai pada ligamentum flavum.

2.Thoracicepiduralanesthesia.
Thoracic epidural anesthesia adalah tehnik yang lebih sulit dari pada
lumbar epidural anesthesia , dan kemungkinan untuk trauma pada
medulla spinalis adalah besar. OLeh karena itu, yang penting bahwa
praktisi sepenuhnya familiar dengan lumbar epidural anesthesia
sebelum mencoba thoracic epidural block.
a. Midline approach
Interspase lebih sering diidentifikasi dengan pasien pada posisi
duduk. Pada segmen atas thoracic, sudut processus spinosus lebih
miring dan curam kearah kepala. Jarum dimasukkan melewati jarak
yang relatif pendek mencapai ligamentum supraspinous dan
interspinous, dan ligamentum flavum diidentifikasi biasanya tidak
lebih dari 3-4 cm dibawah kulit.

Gambar. Epidural anestesia thorakal : pendekatan median.

b.
Paramedian approach.
Pada pendekatan paramedian , interspase diidentifikasi dan jarum
ditusukkan kira-kira 2 cm kelateral garis tengah pada pinggir kaudal
prosesus spinosus superior. Pada tehnik ini jarum ditempatkan hampir
tegak lurus pada kulit dengan sudut minimal 10-15 derajat kearah
midline dan dilanjutkan sampai lamina atau pedikle dari tulang
belakang disentuh. Jarum ditarik kebelakang dan ditujukan kembali
agak kecephalad. Jika tehnik ini sempurna ujung jarum akan kontak
dengan ligamentum flavum. Spoit dihubungkan dengan jarum, dan pakai
tehnik loss of resistence atau hanging drop untuk mengidentifikasi ruang
epidural. Sama dengan paramedian approach pada regio lumbar, jarum
harus dilanjutkan sebelum ligamentum flavum dilewati dan ruang
epidural didapatkan.

Gambar. Anestesi epidural thorakal : pendekatan paramedian.

3.Cervicalepiduralanesthesia.
Tehnik ini khusus dilakukan dengan pasien pada posisi duduk dan leher
difleksikan. Jarum epidural dimasukkan pada midline khususnya pada
interspase C5-C6 atau C6-C7 dan ditusukkan secara relatif datar
kedalam ruang epidural dengan memakai tehinik loss of resistence dan
lebih sering dengan hanging drop.

ANESTESI KAUDAL

Anestesi Kaudal adalah bentuk anestesi epidural yang disuntikan

melalui tempat yang berbeda yaitu ke dalam kanalis sakralis melalui


hiatus sakralis. Anestesi Kaudal populer untuk pediatrik dan dapat
digunakan untuk operasi urogenital, rectal, inguinal dan ekstremitas
bawah. Obat yang digunakan :
0,5 1 ml/kg 0,125 0,25 % bupivakain dengan atau tanpa epinephrine
15 20 ml dari lidokain 1,5 2 % dengan atau tanpa epinephrine
Dapat ditambahkan dengan morfin 50-70 mikrogram/kg atau fentanyl
50-100 mikrogram
Efek sampingnya adalah akibat dari efek depresi terhadap SSP dan efek
kardiodepresi dengan gejala penghambatan pernapasan dan sirkulasi
darah.

Perception
Persepsi merupakan proses apresiasi atau pemahaman dari impuls

saraf yang sampai ke SSP sebagai nyeri.


Informasi yang diteruskan ke sistim yang lebih tinggi pada akhirnya

akan diterjemahkan sebagai persepsi nyeri. Persepsi ini berupa rasa


tidak nyaman pada bagian dari tubuh, memiliki karakteristik sebagai
sensasi tidak menyenangkan dan emosi negatif yang diartikan sebagai
ancaman.

Perception
Serabut saraf dari kornu dorsalis akan melalui thalamus dan menuju

area somatosensoris korteks serebri kontralateral, dimana akan


menghasilkan informasi mengenai lokasi, intensitas dan kualitas
dari nyeri.
Sebagian serabut ini di thalamus akan direlay menuju sistim limbik.

Input ini bersama dengan input yang sampai di sistim retikuler dan
mesensefalon akan membuat aspek afektif dari nyeri.

ANESTESI REGIONAL
Anestesi regional adalah anestesi lokal dengan

menyuntikan obat anestesi disekitar syaraf sehingga


area yang di syarafi teranestesi.
Anestesi regional dibagi menjadi
1. Anestesi spinal,
2. Anestesi epidural dan
3. Anestesi kaudal
ketiga anestesi ini disebut neuroaxial blok

SPINAL ANESTESI
Spinal

anestesi atau Subarachniod


Blok (SAB)
adalah salah satu teknik anestesi regional yang
dilakukan dengan cara menyuntikkan obat anestesi
lokal
ke
dalam
ruang subarachnoid untuk
mendapatkan analgesi setinggi dermatom tertentu
dan relaksasi otot rangka.

Indikasi Spinal Anestesi


Operasi ektremitas bawah, meliputi jaringan lemak,
pembuluh darah dan tulang.
Operasi daerah perineum termasuk anal, rectum
atau pembedahan saluran kemih.
Operasi abdomen bagian bawah dan dindingnya
atau operasi peritoneal.
Operasi obstetrik vaginal deliveri dan section
caesaria.

Obat-obat Lokal Anesthesi


Salah satu faktor yang mempengaruhi spinal anestesi

blok adalah barisitas (Barik Grafity) yaitu rasio


densitas obat spinal anestesi yang dibandingkan
dengan densitas cairan spinal pada suhu 370C.
Penting diketahui karena menentukan penyebaran
obat anestesi lokal. Densitas dapat diartikan sebagai
berat dalam gram dari 1ml cairan (gr/ml) pada suhu
tertentu.

Obat-obat lokal anestesi berdasarkan barisitas dan

densitas dapat di golongkan menjadi tiga golongan


yaitu:
1) Hiperbarik
Merupakan
sediaan
obat
lokal
anestesi
dengan berat jenis obat lebih besar dari pada berat
jenis cairan serebrospinal, sehingga dapat terjadi
perpindahan obat ke dasar akibat gaya gravitasi.
contoh: Bupivakain 0,5%

2) Hipobarik
Merupakan sediaan obat lokal anestesi dengan
berat jenis obat lebih rendah dari berat jenis cairan
serebrospinal. contoh: tetrakain,dibukain.
3) Isobarik
Secara definisi obat anestesi lokal dikatakan
isobarik bila densitasnya sama dengan densitas
cairan serebrospinalis. contoh: levobupikain 0,5%

prosedur dari anestesi spinal adalah sebagai berikut :


1) Inspeksi dan palpasi daerah lumbal yang akan ditusuk
2) Posisi pasien :
a) Posisi Lateral
b) Posisi duduk
c) Posisi pronasi
3. Cara penusukan
Pakailah jarum yang kecil (no. 25, 27 atau 29), dianjurkan
dipakai jarum kecil, lalu ditunggu 1 menit, bila jernih,
masukkan obat anestesi lokal, tetapi bila masih merah,
pindahkan tempat tusukan

EPIDURAL ANESTESI
keuntungan epidural anestesi adalah anestesi dapat

diberikan secara kontinyu setelah penempatan


cateter epidural, oleh karena itu tehnik ini cocok
untuk pembedahan yang lama dan analgesia
setelah pembedahan.
Indikasi Khusus :
A. Pembedahan sendi panggul dan lutut.
B. Revaskularisasi ektremitas bawah
D. Penanganan nyeri post operasi.

PROSEDUR

A.

Persiapan peralatan dan Jarum epidural.


Jarum ukuran 22 sering digunakan untuk tehnik dosis tunggal.

B. Menentukan posisi pasien


C. Identifikasi Ruang epidural.
Ruang epidural teridentifikasi setelah ujung jarum
melewati ligamentum flavum dan menimbulkan
tekanan negatif pada ruang epidural.
Metode untuk identifikasi ini dibagi dalam dua
kategori : loss of resistance tehnik dan hanging drop
tehnik.

1.Lossofresistencetehnik.
Tehnik ini adalah cara yang umum dipakai untuk
identifikasi ruang epidural. Cara ini dengan
mengarahkan jarum melewati kulit masuk kedalam
ligamentum interspinosus, dimana dibuktikan oleh
adanya tahanan. Pada saat ini intraduser dikeluarkan
dan jarum dihubungkan dengan spoit yang diisi
dengan udara atau Nacl 0,9 %, kemudian tusukan
dilanjutkan sampai ke ruang epidural.

2.

HangingDroptehnik
Dengan tehnik ini jarum ditempatkan pada ligamentum
intrspinosus , pangkal jarum diisi dengan cairan Nacl 0,9 %
sampai tetesan menggantung dari pangkal jarum. Selama
jarum melewati struktur ligamen tetesan tidak bergerak; akan
tetapi waktu ujung jarum melewati ligamentum flavum dan
masuk dalam ruang epidural, tetesan cairan ini terisap masuk
oleh karena adanya tekanan negatif dari ruang epidural. Jika
jarum menjadi tersumbat, atau tetesan cairan tidak akan
terisap masuk maka jarum telah melewati ruang epidural yang
ditandai dengan cairan serebrospinal pada pungsi dural.
Sebagai konsekuensi tehnik hanging drop biasanya digunakan
hanya oleh praktisi yang berpengalaman .

Blocker Anestesi Pada Perception


Prostaglandin adalah salah satu substansia yang dihasilkan dari adanya

proses inflamasi, yang akan merangsang nosiseptor sehingga menimbulkan


impuls
nosiseptif.
Diketahui COX memiliki tiga isomer, COX-1 umumnya terdapat pada

semua jaringan secara normal, tetapi memainkan peran di traktus


gastrointestinal (GIT), ginjal dan pada platelet.
Sedangkan COX-2 umumnya tidak ada kecuali apabila ada proses radang.

COX-2 ini menghasilkan prostaglandin yang menimbulkan stimuli pada


nosiseptor.
COX-3, suatu varian dari COX-1, lebih banyak bekerja di sentral,

penghambatan terhadap COX-3 di sentral


mekanisme kerja utama dari asetaminofen

diperlihatkan

sebagai

Blocker Anestesi Pada Perception


Mekanisme kerja utama opioid adalah dengan berikatan dengan

reseptor opioid di SSP.


Efeknya adalah menimbulkan inhibisi transmisi input nosiseptif di

kornu dorsalis, dengan berikatan dengan reseptor opioid di serabut


saraf aferen primer dan serabut saraf di kornu dorsalis.
Selain itu opioid mengaktifkan modulasi sinyal di medulla spinalis

melalui pengaktifan inhibisi sentral, serta merubah aktifitas sistim


limbik.

Blocker Anestesi Pada Perception


Baclofen, yaitu GABA agonis, bekerja dengan cara berikatan dengan

GABA reseptor dan menginhibisi proses transmisi.


Pada anestesi inhalasi, obat2an jenis ini memiliki sifat analgesik

dengan mekanisme kerja yang tidak spesifik, selain secara umum


meningkatkan kerja GABA sebagai mediator inhibisi, diduga juga
bekerja pada reseptor opioid. Proses utamanya adalah inhibisi pada
tingkat spinal.

Anestesi inhalasi yg sering digunakan :


a. Nitric oxide
b. Halotan
c. Enfluran
d. Isofluran
e. Desfluran
f. Sevofluran

Obat anestetik non-volatil seperti propofol, etomidate, barbiturat

bekerja dengan mekanisme inhibisi melalui GABA.


Benzodiazepin tidak memiliki sifat analgesik langsung. Ia bekerja

dengan memfasilitasi peningkatan konduktansi ion klor melalui


membran, yang berarti memfasilitasi kerja reseptor GABA.
Ketamin

selain bekerja mendisosiasi thalamus juga memiliki


mekanisme kerja sebagai antagonis reseptor NMDA, yang berperan
juga dalam proses sensitisasi, sehingga memiliki kelebihan sebagai
analgetik. Selain itu ada juga dugaan ketamin berhubungan dengan
opioid reseptor.

Вам также может понравиться

  • VAKSIN
    VAKSIN
    Документ1 страница
    VAKSIN
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • CRS Papiloma
    CRS Papiloma
    Документ6 страниц
    CRS Papiloma
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • Form Py-03 Perubahan No. Rekening
    Form Py-03 Perubahan No. Rekening
    Документ1 страница
    Form Py-03 Perubahan No. Rekening
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • PEDOMAN GIZI
    PEDOMAN GIZI
    Документ96 страниц
    PEDOMAN GIZI
    Putri Senna Rahayu
    100% (1)
  • Dasar-Dasar Pemeriksaan Forensik Fiks
    Dasar-Dasar Pemeriksaan Forensik Fiks
    Документ32 страницы
    Dasar-Dasar Pemeriksaan Forensik Fiks
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • Stroke
    Stroke
    Документ13 страниц
    Stroke
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • CST Gingivitis
    CST Gingivitis
    Документ19 страниц
    CST Gingivitis
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • Trauma Kepala
    Trauma Kepala
    Документ33 страницы
    Trauma Kepala
    raisa cesarda
    100% (1)
  • Mini Tenotomi
    Mini Tenotomi
    Документ3 страницы
    Mini Tenotomi
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • Css Animal Bites
    Css Animal Bites
    Документ17 страниц
    Css Animal Bites
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • Kehamilan Dengan Gangguan Pembekuan Darah
    Kehamilan Dengan Gangguan Pembekuan Darah
    Документ31 страница
    Kehamilan Dengan Gangguan Pembekuan Darah
    raisa cesarda
    0% (1)
  • Pemeriksaaan Fisik Pada Anak
    Pemeriksaaan Fisik Pada Anak
    Документ62 страницы
    Pemeriksaaan Fisik Pada Anak
    Shinta Novia Nurjanah
    Оценок пока нет
  • FOKUS INFEKSI
    FOKUS INFEKSI
    Документ34 страницы
    FOKUS INFEKSI
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • ATELEKTASIS
    ATELEKTASIS
    Документ37 страниц
    ATELEKTASIS
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • CRS Hernia
    CRS Hernia
    Документ23 страницы
    CRS Hernia
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • Tugas
    Tugas
    Документ17 страниц
    Tugas
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • Nzodiazepine
    Nzodiazepine
    Документ5 страниц
    Nzodiazepine
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • INFEKSI SSP
    INFEKSI SSP
    Документ26 страниц
    INFEKSI SSP
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • Adhd
    Adhd
    Документ50 страниц
    Adhd
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • BST Skizofren
    BST Skizofren
    Документ17 страниц
    BST Skizofren
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • CRS Papiloma
    CRS Papiloma
    Документ6 страниц
    CRS Papiloma
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • ABORTUS
    ABORTUS
    Документ46 страниц
    ABORTUS
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • BST Depresi RSJ
    BST Depresi RSJ
    Документ18 страниц
    BST Depresi RSJ
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • Oteoarthritis Genu
    Oteoarthritis Genu
    Документ18 страниц
    Oteoarthritis Genu
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • Css Oa Genu Susan Kel 5
    Css Oa Genu Susan Kel 5
    Документ45 страниц
    Css Oa Genu Susan Kel 5
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • Css Vertigo Kelompok 5
    Css Vertigo Kelompok 5
    Документ34 страницы
    Css Vertigo Kelompok 5
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • Frozen Shoulder
    Frozen Shoulder
    Документ8 страниц
    Frozen Shoulder
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • Bells Palsy Css
    Bells Palsy Css
    Документ11 страниц
    Bells Palsy Css
    raisa cesarda
    Оценок пока нет
  • Css Tennis Elbow
    Css Tennis Elbow
    Документ7 страниц
    Css Tennis Elbow
    raisa cesarda
    Оценок пока нет