Вы находитесь на странице: 1из 39

ETIKA KLINIK & ASPEK ETIK

PADA KASUS ABORSI &


TRANSPLANTASI

dr. Yudy, SpF


PSPD Universitas Abdurrab Pekanbaru

TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
definisi dan komponen-komponen etika klinik
Mahasiswa mampu menjelaskan aspek etika pada
kasus aborsi
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
aspek etika pada kasus transplantasi
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
metode pengambilan keputusan etik pada kasus aborsi
dan transplantasi

Pendahuluan
Penanganan
Etika perlu dipelajari banyak kasus
yang menimbulkan dilema etis
dilematis
Sebenarnya, etika sudah diketahui
secara
umum

namun
perlu
penekanan lebih spesifik

CLINICAL ETHICS
Clinical ethics is a practical discipline that
provide a structured approach for identifying,
analyzing, and resolving ethical issues in clinical medicine.
(Jonsen, Siegler dan Winslade, 2006)

ACUAN DALAM PENERAPAN ETIKA KLINIK


1. Medical Indication (indikasi medis)
2. Patient Preferences (keinginan pasien), mis: DNR
3. Quality of Life (mutu hidup setelah pengobatan)
4. Contextual Features (faktor-faktor kontekstual)
(Jonsen, Siegler, Winslade, 2006)

Topik-topik tersebut harus selalu menjadi pertimbangan dokter


dalam menyelesaikan ethical issues dalam kedokteran klinik
Pada hakekatnya acuan tersebut di atas merupakan
penjabaran dari keempat prinsip dasar moral agar lebih
operasional

MEDICAL INDICATION
1. Apa sesungguhnya problem kesehatan pasien;

2.
3.
4.
5.

meliputi riwayat, diagnosis, prognosis?


Apakah problem kesehatan tersebut akut, kronis, urgen, ataukah reversibel?
Apa tujuan dari tindakan medis?
Bagaimana probabilitas kesuksesannya?
Apa rancangan selanjutnya jika seandainya tindakan medis mengalami kegagalan?
(Jonsen, Siegler dan Winslade, 2006)

PATIENT PREFERENCES
1. Apakah pasien dalam kondisi mentally incapable dan legally competent serta apa buktinya
jika pasien dalam kondisi incapacity?
2. Jika pasien kompeten, apakah ia menyatakan
menyatakan sendiri keinginannya untuk diobati?
3. Apakah pasien sudah diberi informasi tentang
keuntungan dan risikonya serta telah memahami
dan memberikan persetujuan?

4. Jika pasien dalam kondisi incapacity, siapakah


sebenarnya yang berhak mewakili kepentingan
mereka dan apakah mereka telah menggunakan
standar yang benar dalam menentukan keputusannya?
5. Apakah pasien sebelumnya sudah menyatakan
keinginannya (misalnya advance directives)?
6. Apakah pasien tidak bersedia atau tidak mampu
bersikap kooperatif terhadap tindakan medis
dan jika ya lalu mengapa sebabnya?
(Jonsen, Siegler dan Winslade, 2006)

QUALITY OF LIFE
1. Apa prospeknya, baik dengan atau tanpa tindakan
medis, untuk kembali menuju kehidupan normal?
2. Apa kekurangan yang masih akan dialami jika seandainya tindakan medis mengalami keberhasilan?
3. Apakah ada bias penilaian dokter tentang kualitas
hidup pasien?
4. Apakah kondisi sekarang atau mendatang diinginkan oleh pasien untuk meneruskan hidupnya?
5. Adakah rancangan atau masuk akalkah untuk
menolak pengobatan?
6. Apakah rancangan untuk membebaskannya dari
penderitaan serta perawatan paliatif?
(Jonsen, Siegler dan Winslade, 2006)

CONTEXTUAL FEATURES
1. Adakah isu-isu keluarga yang dapat mempengaruhi keputusan medis?
2. Adakah isu-isu provider (dokter dan perawat) yang dapat mempengaruhi keputusan
medis?
3. Adakah faktor-faktor finansial & ekonomi
yang dapat mempengaruhi keputusan medis?
4. Adakah faktor-faktor agama dan kultur
yang dapat mempengaruhi keputusan medis?
5. Adakah keterbatasan-keterbatasan
menyangkut konfidensialitas?

CONTEXTUAL FEATURES
6. Adakah problem-problem menyangkut
sumber daya?
7. Bagaimana hukum mempengaruhi keputusan medis?
8. Adakah keterkaitan dengan program riset
atau pendidikan?
9. Adakah konflik kepentingan dari sebagian
provider (dokter & perawat) dan institusi?
(Jonsen, Siegler dan Winslade, 2006)

PERSPEKTIF MEDIS
Perspektif medis dari aborsi tidak dapat dipisahkan sama
sekali dari nilai moralitas.
Oleh sebab itu bagi masyarakat yang peduli terhadap etika
akan mempertanyakan:
1. Apakah medical knowledge memperjelas status
moral fetus sebagai human being?
2. Apakah medical information memperkuat pendapat bahwa aborsi merupakan tindakan yang
aman bagi wanita?
3. Apa kaitan antara early dan late abortion?
4. Apa kaitan antara aborsi dengan public health
serta international perspectives?

MEDICAL KNOWLEDGE
Meski medical knowledge sudah mampu
menjelaskan tentang kehamilan, fetus dan
perkembangannya, namun ia belum mampu
menjelaskan kapan dimulainya suatu
kehidupan, meliputi kapan roh manusia
ditiupkan.
Akibatnya, hingga kini para dokter masih
berbeda pendapat tentang status moral dari
fetus, antara lain tentang:
1. Apakah fetus merupakan human being?
2. Apakah fetus sudah mempunyai hak-hak
tertentu yang harus dilindungi?

SAFETY AND HARM


1. Possible physical harm:
Ada kaitan erat antara keselamatan dengan
status etik dari aborsi
2. Abortion procedures:
Prosedur aborsi juga berkaitan dengan etika
dikarenakan tingkat keselamatannya pada
masing-masing prosedur
3. Availability of abortion providers:
Persoalan etik yang serius menyangkut
masalah tanggung-jawab profesi untuk menyediakan layanan aborsi yang dapat diakses
semua yang memerlukan

4. Possibly harmful effects on subsequence


pregnancy:
Pertanyaan yang muncul adalah tentang
kemungkinan munculnya long-term harmful
effects, utamanya bagi yang telah menjalani
multiple abortions
5. Psychological effects:
Kekuatiran timbulnya psychological
consequences dari induced abortion, meski
hal ini tidak dapat digeneralisasi

CONTROVERSES
EARLY & LATE ABORTION
Para dokter menghadapi kesulitan dalam
membandingkan late abortion dengan early
abortion disebabkan:
1. Prosedur pada late abortion lebih sulit
2. Perkembangan fetus pada late abortion yang
semakin sempurna

PUBLIC HEALTH
&

INTERNATIONAL PERSPECTIVES
1. Pelayanan aborsi tersedia secara luas di
negara-negara maju dengan tingkatan pembatasan yang berbeda-beda
2. Dalam tahun-tahun belakangan ada kecenderungan liberalisasi & legalisasi aborsi
3. Aborsi ilegal banyak dilakukan di negara-negara
yang melarang aborsi sehingga angka kematian
ibu menjadi sangat tinggi
4. Konsekuensinya, public health menuntut perlunya bioetika memberikan respon sehingga ada
persamaan hak akses bagi semua orang

ETHICAL PERSPECTIVES
1. Personhood & the abortion debate
2. Right & the abortion controversy
3. Consequentialist arguments:
a. Consequences of medical method of
abortion
b. Consequences of nonsurgical abortion
methods
4. Abortion & the issue of justice
5. Is abortion an insoluble moral problem?

CIRI PERSON
1. Consciousness, and in particular the capacity to
feel pain
2. Reasoning (the developed capacity to solve new
& relatively complex problems)
3. Self-motivated activity (activity that is relatively
independent of either genetic or direct external
control)
4. The capacity to communicate
5. The presence of self-concepts & self-awareness,
individual or racial or both
(Warren, 1978)

LEGAL & REGULATION


1. Model of prohibition:
Mis: di negara-negara Islam dan Afrika
2. Model of permission:
Dibolehkan tetapi setelah disetujui oleh suatu
komite tertentu, board atau pengadilan
3. Model of prescription:
Pemerintah mendorong aborsi yang dikehendaki
pemerintah (misalnya Cina)
4. Model of privacy:
Dibolehkan semua aborsi sepanjang oleh tenaga
tenaga medis di sarana yang memadai

ASPEK ETIKA
Ada dua masalah utama, yaitu:
Hak Janin vs Hak Ibu
Konsep mengenai awal kehidupan
Pro-Choice beranggapan bahwa:
Wanita berhak mengatur tubuhnya, termasuk
kehamilannya
Fetus dianggap belum sebagai person yang
memiliki hak penuh sebagai manusia
Pro-Life beranggapan bahwa:
Embrio dianggap manusia sejak awal konsepsi
serta punya hak dilahirkan hidup
Aborsi dianggap pembunuhan, kecuali ada indikasi medis

LATAR BELAKANG
Jika seorang ustadz/pastor menderita kanker
otak dan kemudian dokter melakukan
transplantasi, menggantinya dengan otak
penjahat yang mati tertembak jantungnya; pada
hakekatnya apa yang dilakukan dokter?
Dokter telah menyelamatkan ustadz/pastor
dengan memberikan otak baru (yaitu otak
penjahat), atau justru dokter telah
menyelamatkan si penjahat dengan memberikan
tubuh baru (yaitu tubuhnya ustadz/pastor)???
Atas dasar itu transplantasi organ atau
jaringan perlu diatur dengan norma; yaitu
norma etik dan hukum!!!

TRANSPLANTASI
Merupakan teknologi maju yang penerapannya masih harus dikaji
berdasarkan prinsip-prinsip etik dan hukum.
Sebagian transplantasi sudah menunjukkan Evidence-Based
Medicine yang laik untuk dipertimbangkan sebagai suatu pilihan
terapi, tetapi sisanya masih dalam tahapan eksperimental.
Teknologi tersebut memerlukan organ, jaringan atau sel tunas (stem
cells); baik dari manusia atau binatang.
Pelaksanaannya memerlukan kerelaan orang lain (donor).
Dapat menimbulkan masalah penolakan tubuh serta emotional
sequelae.
Aplikasinya kepada pasien memerlukan pertimbangan:
a. Moral
b. Etik, yaitu: bioetika, etika profesi, dan clinical ethics
c. Hukum

EMOTIONAL SEQUELAE
Rochelle:
- 33,33 % transplantasi jantung depresi nyata
- beberapa di antaranya mengalami depresi berat
Penn dkk:
Dari 292 transplantasi ginjal menunjukan:
- 100 % reaksi depresi
- 52 pasien depresi berat
- 7 pasien mencoba bunuh diri dan 2 berhasil
Kraft:
- Seorang pasiennya bertanya, apakah dengan menerima jantung wanita akan merubah jati dirinya?
- Seorang laki-laki yang menerima jantung perempuan berkata: Now I am a woman

THE IDEA
What is transplanted is not the heart, the vital
organ, the bearer of life, but simply a pump
Dr. Michel De Bakey:
The heart is a magnificent pump, but only a
pump
Dr. Denton Cooley:
He, too, regarded his heart as just a pump
to be turned in for a newer model when
it got too old to do its job

ORGAN
Organ berasal dari donor:
a. manusia:
- jenazah (kadaver)
- orang hidup: single organ/double organ
b. binatang
Jenis organ/jaringan:
a. berpotensi menimbulkan masalah jati diri
b. tidak berpotensi menimbulkan masalah jati diri
Tujuan transplantasi:
a. terapetik, yaitu: life saving atau non-life saving
b. research, yaitu: therapeutic research atau non-therapeutic research

JARINGAN TUBUH
Jaringan berasal dari:
a. regenerative tissues (bisa pulih kembali)
b. non-regenerative tissues (tidak bisa pulih kembali)
Jaringan diperoleh dari:
a. donor kadaver
b. donor hidup
c. donor binatang
Tujuan transplantasi jaringan:
a. terapetik, yaitu: life saving atau non-life saving
b. research, yaitu: therapeutic research atau nontherapeutic research?

DONOR
Status donor:
a. donor hidup
b. donor kadaver, yaitu:
- tanpa reanimasi; atau
- dengan reanimasi (beating-heart donor)
Umur donor:
a. donor hidup, yaitu: dewasa atau anak-anak
b. donor kadaver, yaitu: kadaver dewasa atau kadaver
anak-anak
Sistem pendonoran:
a. donor hidup
b. donor kadaver: opting in system/opting out system?

PROBLEM
1. Problem utama pada transplantasi adalah
kurangnya supply organ/jaringan
2. Digunakannya kebijakan opting in system
(Green, B; 2005)

CARA MEMPEROLEH KORNEA


Ada dua cara, yaitu:
a. Opting in system (contracting in system);
b. Opting out system (contracting out system)

SOLUSI PROBLEM
Untuk meningkatkan supply, ada 3 metode
yang dapat ditempuh, yaitu:
a. allow the sale of organs;
b. a system of opting out; and
c. a system of required request
(Green, B; 2005)

PENJUALAN ORGAN
Menyebabkan:
1. ekploitasi kemiskinan;
2. membenturkan donor hidup dengan resiko
dan rasa sakit dalam operasi;
3. memperlakukan tubuh sebagai komoditas;
4. hakekatnya, tak ada orang yang secara
sukarela mau menjalani prosedur riskan;
5. rusaknya sistem pendonoran altruistik yg
selama ini dianut
(Green, B; 2005)

THE BODY
The body has become big business.
The body and its parts have become of increasing interest to the health care industry.
Pertanyaan filosofis, apakah tubuh manusia
(whole or parts) merupakan:
1. hak milik (property)?
2. barang dagangan (commodity)?
3. sesuatu yang dapat dihadiahkan (gift)?
(Campbell, A: 2010)

PROPERTY
Sekelompok hak yang menyertai, antara lain:
- the right to possess;
- the right to use;
- the right to manage;
- the right to income;
- the right to capitol;
- the right to security;
Juga transmissibility, absence of term, duty to
prevent harm, liability to execution dan residuarity.
Oleh sebab itu perlu pendekatan social constructivist approach, bukan natural rights approach.

KONTROVERSI ETIK & HUKUM


Penentuan kematian pada cadaver organ donors.
Cara memperoleh donor organ.
Keterbatasan persediaan organ.
Penggunaan binatang untuk human recipients.
Hak untuk menjadi donor organ.
Tanggung jawab donor organ.
Tanggung jawab resipien organ.
Living donor, such as:

- non-malfeasance
- regenerative and non-regenerative tissues
- professional paternalism
- use of minors as organ donors
- paid donors

Informed consent (donor dan resipien).


Organ dari terpidana mati (executed criminals).

XENOTRANSPLANTATION
1. Ada kekuatiran mengenai penyebaran
penyakit dari binatang ke manusia;
2. Ada problem etika yang berkaitan dengan
pemanfaatan binatang (animal welfare).
LIABILITY FOR DEFECTIVE ORGANS
1. Claim in negligence;
2. Possible claim under Consumer Protection, but certain hurdles.
(Green, B: 2005)

Kesimpulan
Etika

klinik refleksi profesi medis dalam


menghadapi kasus-kasus klinis

Prinsip-prinsip

etika harus dipegang teguh


dalam menghadapi kasus-kasus dilematis,
seperti aborsi dan transplantasi

Etika

dan hukum terkadang sulit dipisahkan


dan saling berhubungan

KULIAH ETIKA KEDOKTERAN III


Etika Klinik & Aspek Etik Pada Kasus
Aborsi & Transplantasi
PSPD ABDURRAB PEKANBARU
Jumat, 16 November 2012

Вам также может понравиться